You are on page 1of 63

MANAJEMEN PENCEGAHAN KEBAKARAN DI BANDARA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Muhamad Aqil Ramadhan


NIM 18020066

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


(KESELAMATAN KEJA DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022
MANAJEMEN PENCEGAHAN KEBAKARAN DI BANDARA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Muhamad Aqil Ramadhan


NIM 18020066

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


(KESELAMATAN KEJA DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022

i
MANAJEMEN PENCEGAHAN KEBAKARAN DI BANDARA

Nama : Muhamad Aqil Ramadhan


Nim : 18020066
Dosen Pembimbing : Pipit Marfiana, S.Tr.Keb., M.KM

ABSTRAK

Bandara Internasional merupakan perusahaan di bidang transportasi jalur udara


yang memiliki risiko bahaya tinggi. Salah satu risikonya adalah kebakaran yang
dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian antara lain Korban manusia,
kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan dengan berbagai bentuk kerugian
lainnya. Maka, diperlukan adanya manajemen pencegahan kebakaran di bandara
agar kebakaran dapat dikendalikan dan dipadamkan sesegera mungkin. Tujuan
dari laporan kerja praktik ini mengetahui teori dan program manajemen
pencegahan kebakaran di bandara. Metodologi penelitian menggunakan study
literatur metode deskriptif dengan membandingkan journal, buku, dan peraturan
perundangan yang berlaku. Hasil laporan kerja praktik ini terdapat potensi bahaya
kebakaran diantaranya rumput di sekitar landasan pacu, bahan bakar pesawat
terbang yang sedang digunakan, dan bahan bakar, tidak terdapat kebijakan
tentang keselamatan kerja dan penanggulangan kebakaran, upaya
penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran maka PKP-PK (Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran) membuat dokumen Rencana
Penanggulangan Keadaan Darurat (Airport Emergency Plan Doc./AEP Doc).
Program pencegahan kebakarannya berupa adanya divisi dalam penanggulangan
kebakaran yang dinamakan divisi PKP-PK, memiliki sarana dan prasaran
pencegahan kebakaran yang lengkap serta sudah adanya jadwal untuk pelatihan
dan drill. Kesimpulannya adalah terdapat potensi bahaya kebakaran yang
termasuk dalam kategori bahaya kebakaran berat, tidak terdapat kebijakan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), sudah terdapat Rencana Penanggulangan
Keadaan Darurat (Airport Emergency Plan Doc./AEP Doc) dan prosedur keadaan
darurat, terdapat tim penanggulangan bahaya kebakaran dan telah sesuai dengan
Kepmenaker 186/MEN/1999, terdapat sarana dan prasarana dalam
penanggulangan kebakaran. Saran dari penulis agar dibuatkan kebijakan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), mensosialisasikan prosedur tanggap
darurat kebakaran kepada karyawan.

Kata Kunci : Bandara, Kebakaran, Keadaan Darurat, Pencegahan Kebakaran.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN PENCEGAHAN KEBAKARAN DI BANDARA

Oleh

Muhamad Aqil Ramadhan


NIM 18020066

Disusun untuk memenuhi persyaratan melaksanakan Kerja Praktek


Pendidikan Diploma III (D3)
Pada Program Studi Fire and Safety
Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu

Indramayu, Januari 2022

Dosen Pembimbing

PIPIT MARFIANA S.Tr.Keb.,M.KM


NIDN: 0427039401

iii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Kerja Praktik Study Literatur ini dengan judul

“Manajemen Pencegahan Kebakaran di Bandara”. Perwujudan laporan ini adalah

berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga Laporan ini dapat diselesaikan. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak H.Nahdudin Islami selaku Ketua Yayasan Bina Islami.

2. Ibu Hj.Hanifah Handayani selaku Direktur Akamigas Balongan Indramayu.

3. Bapak Amiroel Pribadi, SKM, MKKK selaku Ketua Program Study Fire and

Safety Akamigas Balongan Indramayu.

4. Ibu Pipit Marfiana S.Tr.Keb.,M.KM selaku Dosen pembimbing Kerja

Praktek.

5. Orang tua yang memberikan dukungan baik secara moral, material maupun

spiritual.

6. Grup KOST REBEL yang sudah mendukung saya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

penulisan selanjutnya yang lebih baik.

Indramayu, Januari 2022

Penulis
iv
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ...........................................................................................i
ABSTRAK ....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................v
DAFTAR TABEL .....................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus ...........................................................4
1.3 Manfaat ...........................................................................4
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ...........................................4
1.3.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan ............................4
BAB II TINJAUAN TEORI .........................................................5
2.1 Kebakaran .......................................................................5
2.1.1 Pengertian Kebakaran ................................................5
2.1.2 Penyebab Kebakaran ..................................................6
2.1.3 Sumber Bahaya Kebakaran ........................................7
2.1.4 Klasifikasi Kebakaran ................................................8
2.1.5 Teknik Pemadaman Kebakaran ...............................10
2.1.6 Dampak Kebakaran ..................................................11

v
2.2 Manajemen Pencegahan Kebakaran .............................12
2.3 Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran ...14
2.3.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ........................14
2.3.2 Sistem Sprinkler .......................................................16
2.3.3 Hydrant ....................................................................17
2.3.4 Mobil Pemadam Kebakaran .....................................19
2.3.5 Alarm Kebakaran .....................................................20
2.3.6 Detektor Kebakaran .................................................21
2.4 Prasarana Penyelamatan Jiwa .......................................22
2.5 Personil Penanggulangan dan
Pencegahan Kebakaran .................................................23
2.6 Pendidikan dan Pelatihan Pemadam Kebakaran ...........24
2.7 Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan Kebakaran .........26
BAB III METODOLOGI ............................................................27
3.1 Pendahuluan ..................................................................27
3.2 Pengambilan Data .........................................................28
3.3 Pengolahan Data ...........................................................29
3.4 Penyajian Data ..............................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................31
4.1 Hasil ..............................................................................31
4.1.1 Manajemen Pencegahan Kebakaran di Bandara ......31
4.1.1.1 Potensi Bahaya di Landasan Pacu Bandara ......31
4.1.1.2 Kebijakan Manajemen Pencegahan
Kebakaran .........................................................34
4.1.1.3 Prosedur Tanggap Darurat ................................34
4.1.2 Program Pencegahan Kebakaran di Bandara ...........35

vi
4.1.2.1 Tim Penanggulangan Bahaya Kebakaran .........35
4.1.2.2 Sarana Prasarana Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kebakaran .....................................37
4.1.2.3 Tingkat Pengetahuan Tim Penanggulangan
Kebakaran .........................................................39
4.2 Pembahasan ...................................................................40
4.2.1 Manajemen Pencegahan Kebakaran di Bandara ......40
4.2.1.1 Potensi Bahaya di Landasan Pacu Bandara ......40
4.2.1.2 Kebijakan Manajemen Pencegahan
Kebakaran .........................................................41
4.2.1.3 Prosedur Tanggap Darurat ................................42
4.2.2 Program Pencegahan Kebakaran di Bandara ...........43
4.2.2.1 Tim Penanggulangan Bahaya Kebakaran .........43
4.2.2.2 Sarana Prasarana Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kebakaran .....................................45
4.2.2.3 Tingkat Pengetahuan Tim Penanggulangan
Kebakaran .........................................................45
BAB V PENUTUP ......................................................................47
5.1 Kesimpulan .......................................................................47
5.2 Saran .................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Sarana dan prasarana penanggulangan bahaya kebakaran di

landasan pacu di Bandara Internasional Juanda Surabaya

pada bulan Juni 2012..........................................................................37

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Journal Upaya Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Landasan

Pacu Bandar Udara Internasional Juanda – Surabaya

Lampiran 2. Upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran sebagai

antisipasi dini terhadap bahaya kebakaran di pusdiklat migas cepu

Lampiran 3. Buku Manajemen Kebakaran Konsep dan Implementasi, Soehatnan

Ramli 2020

Lampiran 4. Proposed fire safety strategy on airport terminals. Journal: Int. J.

Risk Assessment and Management, Vol. 5, No. 1, 2005

Lampiran 5. Curriculum Vitae Penulis

ix
DAFTAR SINGKATAN

PT : Perseroan Terbatas

PKP-PK : Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

NFPA : National FireProtection Association

SNI : Standar Nasional Indonesia

APAB : Alat Pemadam Api Besar

APAR : Alat Pemadam Api Ringan

LPG : Liquid Petroleum Gas

LNG : Liquid Natural Gas

HSE : Health Safety Environment

FPA : Fire Protection Active

GCG : Good Corporate Goverment

COP : Code Of Product

APD : Alat Pelindung Diri

CO2 : Carbon Dioksida

DCP : Dry Chemical Powder

P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertambahnya jumlah lahan industri di Indonesia dan semakin

banyaknya pula bahaya kebakaran pada lahan industri dengan faktor

kebakaran yang berbeda begitu pula dengan zaman yang semakin maju, dan

juga teknologi yang semakin berkembang akan berdampak pada

perkembangan di dunia industri. Dengan berkembangnya industri, maka

akan banyak juga perusahaan yang akan berkembang dan perusahaan baru

yang akan muncul.

Pemanfaatan sains dalam bidang teknologi yang manisfestasinya

banyak diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dalam

memenuhi tuntutan kehidupan telah banyak dirasakan manfaatnya.

Kebutuhan hidup yang semakin meningkat cenderung merupakan suatu

fenomena yang kehadirannya secara global. Kecepatan perubahan skala

dsan perkembangan industri, pembangunan gedung-gedung bertingkat,

sarana-saran umum serta pemukiman penduduk dengan segala fasilitasnya

yang sedemikian pesat belakangan ini telah mengakibatkan tingginya risiko

yang dihadapi oleh manusia. Salah satu risikonya adalah kebakaran yang

dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian antara lain Korban

manusia, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan dengan berbagai

bentuk kerugian lainnya (Kantor Pemadam Surakarta, 2008).

1
2

Masalah kebakaran menjadi persoalan besar juga bisa dikatakan

telah menjadi salah satu ancaman yang menakutkan bagi umat manusia.

Oleh karena itu berbagai langkah dan upaya penanggulangan bahaya

kebakaran merupakan hal yang penting yang perlu diterapkan dan

dilaksankan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Upaya

pencegahan bahaya kebakaran haruslah menjadi program dalam

kebijaksanaan manajemen perusahaan dan juga harus didukung oleh

segenap pekerja (Depnakertrans, 2007).

Seiring berjamurnya perusahaan, kecelakaan kerja dan insiden

dalam pekerjaan. Salah satunya adalah kebakaran dalam dunia industri,

kebakaran dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam

perusahaan. Dan tugas seorang HSE Officer yang paling utama adalah

mencegah kerugian bagi perusahaan, pekerja, dan masyarakat, atau

siapapun yang terlibat dalam proses industri. Kerugian yang dimaksud

berupa kerugian material ataupun kerugian fisik.

Menurut laporan NFPA (National Fire Protection Association)

tahun 2017 di Amerika angka kejadian kebakaran masih tinggi, yakni

sebesar 1.319.500 kasus kebakaran yang mengakibatkan 3.400 penduduk

meninggal, 14.670 cidera dan kerugian properti sebesar 23.000.000.000 US

dollar.

Sedangkan di Indonesia kejadian kebakaran Tahun 2016 diwilayah

Provinsi DKI Jakarta ada 607 kejadian kebakaran, kejadian yang terbanyak

diakibatkan 2 korsleting listrik yakni 537 kejadian. Kejadian kebakaran ini


3

telah menelan korban tewas sebanyak 25 orang, luka berat sebanyak 16

orang, luka ringan sebanyak 48 orang dan kerugian bagi

2.153 KK atau 7.945 jiwa, selain itu kerugian material mencapai

sebesar Rp. 388.851.213.888,-. Sedangkan untuk Tahun 2017 di Wilayah

Provinsi DKI Jakarta Kejadian Kebakaran meningkat dari tahun

sebelumnya yaitu 698 kejadian kebakaran, kejadian yang terbanyak

korsleting listrik yakni 534 kejadian. Kejadian kebakaran ini telah menelan

korban tewas sebanyak 19 orang, luka berat sebanyak 37 orang, luka ringan

sebanyak 115 orang dan kerugian.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tantang Keselamatan Kerja

telah mengantisipasi dalam hal mencegah, mengurangi dan memadamakan

kebakaran, memberi jalan penyelamatan, penyelenggaraan latihan

penanggulangan kebakaran yang ditetapkan disetiap tempat kerja dari

perencanaan sampai ada sanksi hukum terhadap pelanggaran.

Manajemen pencegahan kebakaran sangat diperlukan untuk

melakukan tindakan pencegahan kebakaran pada perusahaan, khususnya

dalam bidang management perusahaan tersebut. Untuk itu manajemen

pencegahan kebakaran sangat diperlukan oleh perusahaan, adapula element-

element yang terkandung dalam manajemen pencegahan kebakaran yang

sangat berdampak besar bagi siapapun dalam proses industri.

Tema dalam laporan kerja praktek ini adalah “menciptakan

lingkungan kerja yang aman dari kecelakaan dan sumber bahaya” dan judul

yang di ambil yaitu Manajemen Pencegahan Kebakaran di Bandara.


4

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran secara umum bagaimana

implementasi / penerapan manajemen pencegahan kebakaran yang

diterapkan di.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Teori Manajemen Pencegahan Kebakaran di

Bandara.

2. Mengetahui Program Manajemen Pencegahan Kebakaran di

Bandara.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Mengetahui konsep dasar manajemen pencegahan kebakaran.

2. Menambah kesiapan diri bagi mahasiswa dalam dunia kerja.

3. Memaksimalkan keilmuan Fire and Safety yang dimiliki oleh

mahasiswa.

1.3.2 Manfaat Bagi AKAMIGAS Balongan

1. Terbinanya kerja sama antara AKAMIGAS Balongan dengan

Institusi tempat magang untuk meningkatkan kemampuan

Sumber daya manusia yang dibutuhkan di dunia kerja.

2. Meningkatkan kapasitas dan kuantitas serta kualitas pendidikan.

3. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di

lapangan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kebakaran

2.1.1 Pengertian Kebakaran

Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja

tidak pada tempatnya, yang terjadi antara api, bahan bakar, dan

oksigen (Astra Internasional, 2001).

Kebakaran dapat terjadi karena proses persenyawaan antara

bahan bakar, oksigen dan panas (Soehatman Ramli, 2020).

a. Oksigen

Oksigen adalah suatu unsur/zat yang sangat dibutuhkan

bagi kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Demikian pula api, tanpa kehadiran oksigen, api tidak

akan terjadi. Dalam proses pembakaran, oksigen

merupakan alat oksidasi.

b. Bahan Bakar

Benda yang mudah terbakar adalah benda yang

mempunyai suhu penyalaan rendah. Sebaliknya benda -

benda yang mempunyai suhu penyalaan tinggi akan sulit

terbakar. Yang termasuk bahan-bahan yang mudah

terbakar adalah semua benda padat, cair, dan gas yang

dapat terbakar. Misalnya : Kain, kertas, kayu, oli, bensin,

solar, gas, LPG, dan LNG.

5
6

c. Panas

Dengan adanya panas, maka suatu bahan akan mengalami

perubahan temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik

nyala sebagai akibatnya bahan tersebut menjadi mudah

sekali. Adapun sumber-sumber panas yaitu, loncatan

bunga api, pemetik api, api las grinda, listrik karena

hubungan singkat.

Reaksi ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam

segitiga yang disebut “SEGITIGA API”.

Gambar 2.1 Segitiga Api

(Sumber: Kompas.com, 2021)

2.1.2 Penyebab Kebakaran

Ada tiga faktor penyebab kebakaran pada umumnya menurut

(Kantor Pemadam Kebakaran Surakarta, 2008), yaitu:

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai penyebab kebakaran dikarenakan faktor

pekerja dan pengelola. Faktor pekerja antara lain,


7

menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah

terbakar tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan

kebakaran dan peledakan, kurang mengetahui prinsip

pencegahan kebakaran dan peledakan, pemakaian tenaga

listrik yang berlebihan, kurang memiliki rasa tanggung jawab

dan disiplin, dan adanya unsur-unsur kesengajaan.

b. Faktor Teknologi

Faktor teknologi ini dipicu antara lain akibat kurang

dilaksanakannyan pedoman standar pemakaian produk dan

biasanya karena sifat individual manusia.

c. Faktor Alam

Kebakaran merupakan akibat sampingan dari bencana alam,

seperti: gempa bumi, erupsi, vulkanik gunung berapi, loncatan

listrik alam (kilat), dan pemampatan udara panas.

2.1.3 Sumber Bahaya Kebakaran

Sumber-sumber yang dapat mendukung terjadinya kebakaran

menurut (Astra Internasional, 2001), antara lain:

a. Listrik, karena tidak berfungsinya pengaman, kegagalan

isolasi, sambungan tidak sempurna, peralatan yang tidak

sesuai standar.

b. Rokok, karena merokok ditempat yang terlarang, membuang

punting rokok sembarangan.


8

c. Gesekan mekanik, karena timbulnya panas karena kurang

pelumasan pada bagian peralatan atau mesin berputar.

d. Pemanasan lebih, karena pesawat pengering tidak terkontrol.

e. Api terbuka, karena penggunaan api di tempat-tempat yang

terdapat bahan mudah terbakar.

f. Permukaan panas, akibat kontak langsung instalasi atau

peralatan yang tidak terlindungi.

g. Letikan bara pembakaran, karena buangan api dari knalpot

motor diesel atau kendaraan angkutan.

h. Mekanikal spark (bunga api mekanik), karena letikan bunga

api dari mesin gerindra.

i. Pengelasan, pekerjaan pengelasan aatu pemotongan dengan

las.

j. Reaksi kimia, akibat reaksi yang terjadi dari unsur kimia.

2.1.4 Klasifikasi Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04

/MEN/1980 kebakaran diklasifikasikan menjadi 4 kelas:

a. Kebakaran Kelas A

Adalah kebakaran dari jenis bahan padat kecuali logam.

Kelas ini mempunyai ciri jenis kebakaran yang

meninggalkan arang dan debu. Unsur bahan yang

terbakar biasanya mengandung karbon. Aplikasi

pemadam yang cocok adalah bahan jenis basah yaitu


9

“AIR”. Prinsip kerja air dalam memadamkan api adalah

menyerap kalor atau panas dan dapat menembus bagian

dalam.

b. Kebakaran Kelas B

Adalah jenis kebakaran dari jenis air dan gas. Kelas ini

terdiri dari unsur bahan-bahan yang mengandung

hydrocarbon dari produk minyak bumi dan turunan

kimianya. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk

bahan cair adalah bahan dari jenis busa. Prinsip kerja

busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan

cairan yang akan mengapung pada permukaan. Aplikasi

media pemadam yang cocok untuk bahan gas adalah jenis

bahan pemadam yang bekerja atas dasar substitusi

oksigen atau memutuskan reaksi berantai yaitu jenis

tepung kimia kering atau gas CO2.

c. Kebakaran Kelas C

Adalah kebakaran pada listrik yang bertegangan . aplikasi

media pemadamn yang cocok untuk kelas C adalah bahan

jenis kering yaitu tepung kimia kering dan gas CO2.

d. Kebakaran Kelas D

Adalah kebakaran dari bahan logam. Pada prinsipnya

semua benda dapat terbakar termasuk logam, hanya

tergantung nilai titik nyalanya. Kebakaran logam


10

memerlukan pemanasan awal yang tinggi dan akan

menimbulkan temperatur yang sangat tinggi pula. Bahan

pemadam untuk kebakaran logam tidak dapat

menggunakan air dan bahan pemadam seperti pada

umumnya, justru akan menimbulkan bahaya maka harus

dirancang secara khusus yang prinsip kerjanya adalah

menutup permukaan bahan yang terbakar dengan cara

menimbun.

2.1.5 Teknik Pemadaman Kebakaran

a. Smothering atau isolasi

Yaitu dengan membatasi atau mengurangi oksigen dalam

proses pembakaran api akan dapat padam. Salah satu contoh

adalah memadamkan minyak yang terbakar pada

penggorengan/kuali dengan jalan menutup kuali tersebut

dengan bahan pemisah. Pembatasan ini biasanya adalah salah

satu cara yang paling mudah untuk memadamkan api.

b. Cooling atau Pendinginan

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran

adalah dengan cara pendinginan/menurunkan temperatur

bahan bakar sampai tidak dapat menimbulkan uap/gas untuk

pembakaran. Air adalah salah satu bahan pemadam yang

terbaik menyerap panas.


11

Membasahi bahan-bahan yang mudah terbakar adalah cara

yang sering dipakai untuk mencegah terbakarnya bahan-bahan

yang belum terbakar menyerap air, ia memerlukan waktu

lebih lama agar bisa terbakar, sebab air itu harus diuapkan

terlebih dahulu sebelum mencapai panas yang cukup untuk

terbakar.

c. Starvation

Yaitu pemadaman kebakaran dengan cara menghilangkan atau

memutuskan suplai bahan bakar (menghilangkan bendanya).

Sebagai contoh adalah pipa saluran minyak atau gas yang

pada ujungnya terbakar, karena salurannya di tutup.

d. System Urai

Yaitu memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat

pemadam api modern, dimana pada saat media pemadam

disemprotkan maka media tadi akan mengikat panas sekaligus

akan menutup atau menyelimuti benda yang terbakar sehingga

udara atau oksigen tidak biasa masuk atau hilang.

2.1.6 Dampak Kebakaran

Suatu peristiwa kebakaran akan sangat luas sekali dampaknya

dan bahkan kadang akan berpengaruh pada segala bidang baik

pada saat kejadian maupun sesudahnya. Kerugian ini antara lain:

a. Korban manusia, antara lain; luka ringan atau berat,

cacat permanen, meninggal dunia.


12

b. Harta benda, kerugian yang bersifat fisik.

c. Kerusakan lingkungan, rusaknya pemukiman

penduduk dan hutan.

d. Terganggunya proses produksi barang dan jasa.

e. Secara moril dapat mengganggu stabilitas keamanan

dan ketenangan masyarakat.

2.2 Manajemen Pencegahan Kebakaran

Semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan,

pengamatan dan pemadaman kebakaran meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan kekayaan (Soehatman Ramli,

2020).

Menurut Suma’mur, pencegahan kebakaran dan pengurangan

korban tergantung dari lima prinsip pokok sebagai berikut:

a. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau kecelakan

atau keadaan panik.

b. Pembuatan bangunan yang tahan api.

c. Pengawasan yang teratur dan berkala.

d. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya.

e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai

akibat kebakaran dan tindakan pemadamannya.

Keberadaan suatu sistem manajemen pencegahan kebakaran

sangat dibutuhkan oleh suatu bangunan gedung dengan resiko bencana

kebakaran, manajemen pencgahan kebakaran terdiri dari beberapa


13

kebijakan seperti, yang dijelaskan di Keputusan Menteri Negara Republik

Indonesia, NO/11KPTS/200 tentang manajemen penanggulangan dan

pencegahan kebakaran bangunan gedung, dalam peraturan tersebut

disebutkan jika suatu gedung harus memiliki sistem manajemen

penanggulangan dan pencegahan kebakaran seperti, mempunyai prosedur

operasional tentang penanggulangan dan pencegahan kebakaran, sarana

dan prasarana penanggulangan dan pencegahan kebakaran, inspeksi atau

pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran serta tim khusus

penanggulangan dan pencegahan kebakaran.

Prosedur operasional merupakan tata cara untuk melakukan

pekerjaan mulai awal hingga akhir yang didahului dengan penilaian risiko

terhadap pekerjaan tersebut yang mencakup tentang keselamatan

kesehatan tenaga kerja terkait. Begitu juga dengan prosedur operasional

tentang penanggulangan dan pencegahan kebakaran yang bertujuan untuk

pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam suatu gedung. Prosedur

operasional tentang penanggulangan pencegahan kebakaran harus

mencakup semua terkait tentang tata pelaksanaan tentang penanggulangan

dan pencegahan kebakaran seperti, personil atau tim penanggulangan

pencegahan kebakaran disuatu gedung, prosedur tentang pengadaan sarana

prasarana penanggulangan dan pencegahan kebakaran, prosedur tentang

cara pemadaman kebakaran.

Prosedur evakuasi diri, prosedur tentang pemeriksaan dan

pemeliharaan sarana prasarana penanggulangan pencegahan kebakaran


14

(Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia, NO 11/KPTS/2000

tentang manajemen penanggulangan pencegahan kebakaran bangunan

gedung). Sebaiknya prosedur operasional dioperasikan secara umum untuk

mencegahan terjadinya kecelakaan kerja pada gedung tersebut, selain itu

prosedur operasional juga harus diperbarui sesuai dengan kondisi gedung

yang berubah.

2.3 Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

2.3.1 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) \

Menurut PERMENAKER No.04/MEN/ tahun 1980, APAR

adalah alat yang ringan yang digunakan oleh satu orang untuk

memadamkan api pada mulai terjadi kebakaran.

Penempatan APAR harus memenuhi syarat yaitu, harus

diletakkan pada lokasi dimana mudah diakses dan mudah

dijangkau, peletakkan tidak terhalang apa pun dan mudah dilihat,

digantung dengan ketinggian tidak lebih dari 1,2 meter.

Ada beberapa macam-macam media APAR yaitu, media air,

media busa, media serbuk kering, media karbon dioksida dan

media halon.

Media air digunakan sebagai media pemadaman kebakaran

telah digunakan dari jaman dahulu sampai sekarang, konsep

pemadaman media ini adalah mengambil panas dan sangat tepat

untuk memadamkan bahan padat (kelas A) karena air dapat

menembus sampai bagian dalam.


15

Media Busa Terdapat 2 macam busa yaitu busa kimia dan busa

mekanik, busa kimia terbuat dari gelembung yang berisi antara lain

zat arang dan karbon dioksida sedangkan busa mekanik dibuat dari

campuran zat arang dan udara. Konsep pemadaman media ini

adalah dengan menutupi (membuat selimut busa diatas bahan yang

terbakar sehingga kontak dengan oksigen terputus). Melemahkan

(mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar) dan

mendinginkan (menyerap kolori cairan yang mudah terbakar

sehingga suhunya turun). Efektif untuk memadamkan tipe

kebakaran B.

Serbuk Kimia Kering, serbuk kimia ini terdiri dari phosphoric

acid bi hydrogenate ammonuium 95% dan garam salicid acid

ditambahkan untuk menghindari jangan sampai mengeras serta

dapat menambah sifat sifat mengalir. Sifat serbuk kimia ini tidak

beracun tetapi dapat menyebabkan sesak nafas dalam waktu

sementara. Namun serbuk kimia ini tidak baik untuk pemadaman

pada mesin karena dapat merusak 25 mesin tersebut. Jenis media

ini tepat untuk memadamkan kebakaran tipe A,B, dan C.

Karbon dioksida yaitu media pemadam api didalam tabung

dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi, dapat juga digunakan

sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu kelemahan media ini

bahwa tidak dapat mecegah terjadinya kebakaran kembali setelah

api padam. Hal ini disebabkan karbon dioksida tersebut tidak dapat
16

mengikat oksigen sebanding dengan jumlah karbon dioksida yang

tersedia, sedangkan supply oksigen disekitar tempat kebakaran

terus berlangsung. Baik digunakan untuk tipe kebakaran B dan C.

Bahan Media Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia

seperti chlorine, flourine, bromide dan iodine. Efektif untuk

menanggulangi kebakaran jenis cairan yang mudah terbakar dan

peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C).

2.3.2 Sistem sprinkler

Terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung

penyemprot (discharge nozzle) yang kecil (sprinkler head) dan

ditempatkan dalam suatu bangunan jika terjadi kebakaran maka

panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau

memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan

air.

Jenis sprinkler dapat digolongkan menjadi : Sistem sprinkler

pipa basah merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan

tertentu. Jika terjadi kebakaran, maka sprinkler akan meleleh dan

terbuka sehingga air langsung memencar. Dengan demikian sistem

ini hanya bekerja di area yang terbakar dan tidak diruangan lainnya

selama ujung sprinkler dilengkapi dengan gelas kaca berisi cairan

yang akan memuai dan memecahkan kaca pada suhu tertentu.

Tingkat suhu disesuaikan dengan warna cairan sebagai berikut :

 Jingga 53ºC
17

 Merah 68ºC

 Kuning 79ºC

 Hijau 93ºC

 Biru 141ºC

 Ungu 182 ºC

 Hitam 201ºC-260ºC

Sistem sprinkler pipa kering ini pada jalur pipa tidak berisi air,

air akan mengalir dengan membuka katup pengalir yang terpasang

di pipa induk atau pipa jaringannya. Jika terjadi kebakaran, maka

seluruh sprinkler yang ada dalam satu jaringan akan menyembur.

2.3.3 Hydrant

1) Klasifikasi Hydrant

Adalah sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan, yang

dialirkan melalui media pipa dan selang. Yang terdiri dari

air, pompa perpipaan, kopling outlet dan inlet, serta selang

dan nozzle.

Klasifikasi hydrant berdasarkan jenis dan penempatan

hydrant:

a. Hydrant gedung

Terletak disuatu bangunan dan instalasi peralatannya

disediakan serta dipasang dalam bangunan.

Menggunakan pipa tegak 4 inchi, panjang selang


18

minimum 15m dengan diameter 1,5 inchi serta mampu

mengalirkan air 380 liter per menit.

b. Hydrant halaman

Terletak pada luar bangunan sedangkan instalasi

peralatannya disediakan serta dipasang di lingkungan

bangunan gedung tersebut. Hydrant halaman

menggunakan pipa induk 4-6 inchi, panjang selang 30

meter dengan diameter 2,5 inchi serta mampu

mengalirkan air 950 liter per menit.

2) Sistem Penyediaan Air

a. Sumber air berasal dari PDAM, sumur dalam, sumur

gali dengan system penampungan, tangki gravitasi

bertekanan reservoir air dengan system pemompaan.

b. Reservoir mempunyai daya tampung minimum selama

30 menit pada kapasitas pompa 1800 liter/menit.

3) Sistem Pompa

Spesifikasi pompa untuk kebutuhan hydrant menurut

(Soehatman Ramli, 2020):

a. Kemampuan pompa dalam liter permenit.

b. Tempat dimana pompa akan dipasang.

c. Temperatur dan berat jenis zat cair.

d. Panjang pemipaan banyaknya belokan, dan banyaknya

penutup atau kran.


19

e. Tekanan air pada titik tertinggi atau terjauh tidak

kurang dari 4-5 kg/cm.

f. Bekerja secara otomatis dan stop secara manual.

g. Sumber tenaga listrik harus harus ada generator darurat

dapat bekerja

h. secara otomatis dalam waktu kurang lebih 10 detik bila

sumber utama padam.

4) Selang dan Nozzle (PPT Migas Cepu, 1995)

a. Selang air

1. Harus kuat menahan tekanan air yang tinggi.

2. Tahan gesekan.

3. Tahan terhadap zat kimia.

4. Mempunyai sifat yang kuat, ringan, dan elastis.

5. Panjang selang air 30 meter dengan ukuran 1,5 inch

sampai dengan 2,5 inch.

6. Dilengkapi dengan kopling dan nozzle sesuai ukuran.

b. Nozzle

Nozzle yang dihubungkan pada slang kebakaran ada 2

tipe yaitu:

1. Nozzle yang dapat diatur dengan bentuk pancaran

spray. Pancaran spray bertujuan sebagai perisai

untuk mendekat kearah kebakaran.


20

2. Nozzle semprotan jet (semprotan lurus) untuk tujuan

semprotan jarak jauh.

2.3.4 Mobil Pemadam Kebakaran

Fire truck (mobil pemadam kebakaran) adalah merupakan

suatu rangkaian dari beberapa unit sistem yang secara garis besar

terdiri dari :

a. Engine dan Chasis kendaraan

b. Pompa dan PTO (Power Talk Olf)

Yang dirangkai melalui sistem mekanik, elektrik, kontruksi

body dan sistem perpipaan, sehingga merupakan suiatu unit secara

utuh dan dan dapat berfungsi sebagai kendaraan pemadam

kebakaran dan media yang sesuai dengan kebutuhan (Kantor

Pemadam Migas Cepu, 2009).

2.3.5 Alarm Kebakaran

Yaitu sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang

menggunakan detector panas, asap, nyala api, dan titk panggil

manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada system

alarm kebakaran (Depnakertrans,2007).

Alarm kebakaran adalah komponen dari system yang

memberikan atau isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang

berupa alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat

berupa bunyi khusus (audible alarm) dan alarm kebakaran yang

memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap oleh pandangan


21

mata secara jelas (visible alarm) (Depnakertrans, 2007). Sistem

alarm kebakaran terdapat 2 jenis sistem, yaitu :

a) Sistem alarm kebakaran manual, yang memungkinkan seorang

menyatakan bahaya segera dengan cara menekan tombol

dengan tangan atau manual.

b) Sistem otomatis, dengan terdeteksi nya kebakaran pada suatu

tempat dan memberikan tanda secara otomatis tanpa

dikendalikan oleh orang lain. Sistem ini terhubung dengan

detektor yang telah dipasang.

2.3.6 Detector kebakaran

Adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas

atau temperatur tertentu (Depnakertrans, 2007).

Cara detektor panas yaitu bila terjadi kebakaran perubahan

atau peningkatan suhu udara pada ruangan sangat cepat sehingga

udara dalam ruangan deteksi ikut mengembang dan mengaktifkan

mechanical kontak, lalu secara otomatis akan mengirimkan sinyal

ke sentral panel lalu membunyikan bel atau alarm disekitar lokasi

penempatannya. Fungsinya sebagai pemberi tanda adanya api di

lokasi penempatannnya dan alat ini terpasang di langit-langit

ruangan.

Menurut Peraturan Menteri RI NO.02/MEN/1983, detector

kebakaran di bagi menjadi beberapa tipe, yaitu:


22

a) Smoke Detector

berfungsi apabila terdapat kebakaran maka asap pada

kebakaran tersebut mengenai alat smoke detector yang

mengakibatkan kontak menjadi aktif dan berbunyi.

b) Flame Detector

berfungsi apabila cahaya api mengenai cahaya inframerah atau

ultraviolet yang mengakibatkan kontak detector menjadi aktif

dan berbunyi.

c) Heat Detector

berfungsi apabila menerima panas dengan derajat suhu yang

sudah ditentukan oleh kepekaan deteksi, maka mengakibatkan

sensor bimetal mendorong kontak menjadi aktif dan berbunyi.

Sedangkan flame detector tipe fix temperature akan bekerja

ketika terdapat kenaikan panas atau suhu secara drastis.

2.4 Prasarana Penyelamatan Jiwa

Jalur evakuasi kebakaran harus ada disetiap bangunan sehingga

orang-orang dapat menyelamatkan diri, jalur ini tidak boleh terhalang

oleh barang-baran,mudah terlihat dan di beri tanda yang jelas

(Sum'amur,1996) jalur evakuasi harus mengarah ke titik kumpul atau

titik aman yang telah di tentukan oleh instansi terkait. Penandaan tanda

jalur evakuasi juga harus diperhatikan, penandaan jalur evakuasi harus

memenuhi syarat seperti berwarna hijau dan bertuliskan warna putih

dengan ukuran tinggi huruf 10cm dan tebal huruf 1cm, dapat terlihat
23

jelas dari jarak 20 meter, dan penandaan harus disertai dengan

penerangan (SNI 03-1746-2000).

Selain itu keberadaan peta jalur evakuasi yang terbaru harus

dipersiapkan dan diletakkan di beberapa titik lokasi agar setiap orang

dapat mengetahui letak jalur evakuasi terdekat.

Tangga darurat kebakaran adalah tangga yang direncanakan

khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Tangga kebakaran

dilindungi oleh saf tahan api dan termasuk didalamnya lantai dan atap

atau ujung atas struktur penutup. Tangga darurat dibuat untuk mencegah

terjadinya kecelakaan atau luka-luka pada saat melakukan evakuasi .

(Keputusan Menteri PU NO.10/KPTS/2000)

2.5 Personil Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran

Personil penanggulangan dan pencegahan kebakaran menurut

KEPMENAKER RI No.Kep-186/men/1999 ialah unit kerja yang dibentuk

dan ditugasi menangani masalah penanggulangan dan pencegahan

ditempat kerja yang meliputi kegiatan administrative, identifikasi sumber-

sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi

kebakaran. Terdiri dari pemimpin petugas peran kebakaran, regu

penanggulangan pencegahan kebakaran, unit penanggulangan pencegahan

kebakaran Ahli K3 spesialis penanggulangan pencegahan kebakaran,

dimana masing-masing mempunyai peran dan tugasnya sendiri, seperti :

a) Petugas peran kebakaran bertugas mengidentifikasi dan melaporkan

tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran,


24

memadamkan kebakaran pada tahap awal, mengarahkan evakuasi

orang dan barang.

b) Regu penanggulangan dan pencegahan kebakaran bertugas

melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran, memadamkan

api, penyuluhan tentang penanggulangan pencegahan kebakaran,

memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan.

c) Koordinator unit penanggulangan pencegahan kebakaran bertugas

memimpin penanggulangan pencegahan kebakaran sebelum

mendapat bantuan dari instansi yang berwenang, mengusulkan

anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan pencegahan

kebakaran kepada pengurus.

d) Ahli k3 spesialis penanggulangan pencegahan kebakaran bertugas

membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan

bidang penanggulangan pencegahan kebakaran, memberikan laporan

kepada menteri atau penjabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, melakukan koordinasi dengan

instansi terkait atau berwenang.

2.6 Pendidikan dan Pelatihan Pemadaman Kebakaran

Pendidikan dan pelatihan harus diadakan minimal sekali dalam

kurung waktu 9 bulan.Diklat ini bertujuan meningkatkan mutu dan

kemampuan baik dalam bidang substansi penanggulangan pencegahan

kebakaran, dapat melaksanakan tugasnya dengan semangat kerjasama


25

yang tanggung jawab sesuai dengan fungsinya dalam organisasi

manjemen penanggulangan pencegahan kebakaran, meningkatkan

kemampuan teoritis, konseptual, moral dan keterampilan teknis

pelaksanaan pekerjaan. (KEPMEN No.11 tahun 2000)

Berikut jenis DIKLAT pemadam kebakaran berdasarkan ketentuan

keputusan menteri tahun 2000 :

a) DIKLAT pemadam kebakaran tingkat dasar

b) DIKLAT pemadam kebakaran tingkat lanjut

c) DIKLAT perwira pemadam kebakaran

d) DIKLAT inspektur kebakaran

e) DIKLAT instruktur kebakaran

f) DIKLAT manajemen pemadaman kebakaran

Selain pendidikan dan pelatihan yang ditujukan kepada karyawan

disuatu gedung, pendidikan dan pelatihan ini juga perlu diberikan kepada

masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar gedung tersebut,

pendidikan dan pelatihan berupa tindakan apa saja yang perlu dilakukan

masyarakat sekitar ketika terjadi bencana kebakaran pada bangunan

tersebut.

2.7 Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan Kebakaran

Agar dapat mengetahui kelayakan sarana penanggualangan

pencegahan kebakaran yang ada, maka perlu diadakan inspeksi dan

pemeliharaan secara berkala. Inspeksi dan pemeliharaan itu meliputi :


26

a) Mengecek sistem deteksi alarm kebakaran dan sistem komunikasi

suara darurat

b) Mengecek kondisi tabung, tekanan pada tabung, segel, dan tanggal

kadaluwarsa Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

c) Mengecek sistem kondisi hydrant yang terpasang

d) Mengecek sistem sprinkler otomatik pemeliharaan peralatan

kebakaran

e) Pemeliharaan terhadapa tabung APAR dengan cara mengelap, dan

menggonyangkan atau mengocok tabung APAR agar isi dalam

APAR tidak menggumpal.

f) Pemeliharaan terhadap hydrant ataupun selang hydrant agar tidak

terikat ketika akan digunakan dan agar tidak ada kebocoran pada

selang hydrant. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi

optimum dari peralatan tersebut.

(Peraturan Menteri No.26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan)
BAB III

METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Pendahuluan

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi

27
28

Literatur adalah bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai

aktivitas; baik secara intelektual maupun rekreasi (ALA Glosary of Library

and Information Science, 1983).

Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah

bahan penelitian (Zed, 2008).

Secara umum Literatur adalah semua karya tertulis yang dapat

dijadikan rujukan atau acuan dalam berbagai kegiatan di bidang pendidikan

dan bidang lainnnya karena dianggap memiliki keunggulan atau manfaat

yang abadi.

Dalam melaksanakan kerja praktek, penting untuk menetapkan

metode yang akan di tempuh untuk menunjang pelaksanaan kerja praktek

itu sendiri. Adapun metode yang akan diambil ialah dengan melakukan

studi literatur, metode pengumpulan data adalah studi pustaka. Data yang

diperoleh akan dipelajari, dianalisis, dan disimpulkan sehingga

mendapatkan kesimpulan mengenai judul dari studi literatur yang diambil

3.2 Pengambilan Data

Dalam melaksanakan Kerja Praktek, penulis melakukan pengkajian

dengan mengumpulkan dan membandingkan temuan-temuan yang dijumpai

diberbagai referensi dengan bukti dan dasar teori ataupun melakukan

pencarian dari berbagai sumber yang jelas dari tokoh para ahli terkait

pembahasan terhadap suatu proses atau alat untuk kemudian dikaji sesuai
29

dengan bidang keahlian yang dimiliki. Untuk mendukung Kerja Praktek dan

kajian yang akan dilakukan pengumpulan data melalui berbagai literasi.

Teknik pengumpulan data yang di lakukan selama kerja praktek,

yaitu menggunaka studi pustaka yang dilakukan untuk memperkaya

pengetahuan mengenai berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar

atau pedoman dalam proses penelitian. Studi pustaka bertujuan untuk

mencari fakta dan mengetahui konsep metode yang digunakan. Studi

pustaka dilakukan dengan membandingkan best praktis/panduan.

3.3 Pengolahan Data

Dalam kegiatan kerja praktek penulis melakukan pengolahan data

yang berkaitan dengan manajemen pencegahan kebakaran, dengan

menggunakan metode kualitatif, penelitian kualitatif ialah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau

lisan orang-orang yang di amati (Basrowi dan Suwandi, 2008).

Pengolahan data secara kualitatif bertujuan untuk memperoleh

gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang

di teliti.

Data yang diperoleh dioleh dengan metode kualitatif yaitu dengan

cara kajian literatur membandingkan journal yang penulis gunakan dengan

standard dan peraturan perundangan yang berlaku terkait dengan

manajemen pencegahan kebakaran dan program pencegahan kebakaran di

bandara.
30

3.4 Penyajian Data

Metode penyajian data yang penulis lakukan adalah dengan

menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menjabarkan data – data riil

dalam journal yang penulis gunakan dengan beberapa referensi buku dan

peraturan perundangan yang berlaku terkait dengan manajemen dan

program pencegahan kebakaran di bandara.

Kemudian penulis melakukan analisis terkait data – data tersebut

untuk mengetahui kesesuaiannya dengan standard, buku, maupun peraturan

perundangan yang berlaku.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Manajemen Pencegahan Kebakaran Di Bandara (Journal

Upaya Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Landasan Pacu

Bandar Udara Internasional Juanda – Surabaya)

4.1.1.1 Potensi Bahaya Yang Terdapat Pada Landasan Pacu

Dari hasil kajian literature yang telah penulis lakukan

diketahui bahwa dalam landasan pacu terdapat potensi

bahaya yang dapat menyebabkan kebakaran dan

dikategorikan sebagai potensi bahaya kebakaran berat

dikarenakan terdapat bahan yang mudah terbakar

diantaranya rumput di sekitar landasan pacu, bahan bakar

pesawat terbang yang sedang digunakan, dan bahan bakar

yang kemungkinan dimuat dalam kargo. Potensi bahaya

tersebut apabila tidak dilakukan penanganan atau

pengawasan dapat menyebabkan kebakaran yang

menimbulkan korban manusia, harta, dan dapat

mengganggu aktifitas pelayanan penerbangan. Untuk itu

perlu adanya suatu upaya penanggulangan dan pencegahan

terhadap potensi bahaya kebakaran, potensi bahaya tersebut

diantaranya:

31
32

1. Temperatur yang tinggi dari panas matahari dan

kelalaian orang dalam membuang puntung rokok

sembarangan pada saat lewat landasan pacu yang dapat

menyebabkan rumput di sekitar landasan pacu terbakar,

dalam penanganannya pihak bandara melakukan

penyiraman pada rumput setiap hari jam 13.00 dan

memasang rambu dilarang merokok di landasan pacu.

2. Kecelakaan pesawat terbang pada saat landing atau take

off yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran

dikarenakan beberapa faktor, yaitu :

a) Burung yang dapat masuk ke dalam baling-baling

(engine) sehingga bisa menyebabkan pesawat

meledak, karena itu pihak bandara melakukan

pengusiran burung dan hewan yang berada di sekitar

landasan pacu setiap hari jam 13.00.

b) Barang berbahaya di landasan pacu yaitu: batu,

landasan pacu yang berlubang, dan genangan air

karena cuaca sedang hujan deras (buruk) dapat

mengganggu proses pesawat dalam landing maupun

take off, sehingga dapat menyebabkan roda pesawat

tersandung dan tergelincir sehingga roda dapat

merubah arah pesawat saat melakukan landing

ataupun take off. Pihak bandara melakukan


33

pengecekan pada landasan pacu agar bersih dari

barang berbahaya yang dapat mengganggu landing

atau take off pesawat terbang setiap hari jam 08.00.

c) Kendala teknis landing atau take off pesawat terbang

yang mempunyai bahaya teknis seperti : roda tidak

keluar, break (rem) macet yang dapat menyebabkan

landing pesawat terbang tidak lancar sehingga

menyebabkan pesawat mendarat dengan badan

pesawat dan tanpa rem menyebabkan terjadinya

kecelakaan ataupun percikan api yang menyebabkan

kebakaran, jika hal tersebut terjadi maka pihak

bandara segera mengirimkan tim penanggulangan

pencegahan kebakaran kelandasan pacu agar tetap

siaga dan melakukan pemadaman jika terjadi

kebakaran.

3. Ceceran bahan bakar pesawat tebang dalam landasan

pacu. jika terdapat ceceran bahan bakar maka pihak yang

menemukan ceceran segera menghubungi tower, dan

tower akan segera menghubungi divisi PKP-PK,

sehingga divisi PKP-PK dapat berkoordinasi dengan

pihak landasan untuk mengantisipasi atau membersihkan

landasan pacu dari ceceran bahan bakar.


34

4.1.1.2 Kebijakan Di Bandara International Juanda Yang

Berkaitan Dengan Upaya Penanggulangan Pencegahan

Kebakaran

Dari hasil studi literatur yang telah penulis lakukan

diketahui bahwa dalam bandara internasional juanda tidak

terdapat kebijakan tentang keselamatan kerja dan

penanggulangan kebakaran, tetapi terdapat SOP (standart

operasional prosedur) yang dibuat berdasarkan landasan

peraturan pemerintah tentang penerbangan.

4.1.1.3 Prosedur Tanggap Darurat

Dalam melaksanakan upaya penanggulangan dan

pencegahan bahaya kebakaran maka PKP-PK (Pertolongan

Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran)

membuat dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan

Darurat (Airport Emergency Plan Doc./AEP Doc).

Dokumen rencana penanggulangan keadaan darurat Bandar

Udara Internasional Juanda Surabaya diberlakukan untuk

keadaan darurat sebagai berikut:

1. Keadaan darurat yang melibatkan pesawat udara.

2. Keadaan darurat, tanpa melibatkan pesawat udara.

3. Tingkat siaga.

4. Format berita keadaan darurat.


35

Dalam menerapkan rencana penanggulangan keadaan

darurat maka bandara membuat prosedur tanggap darurat

yang telah dibuat dan tertulis. Tujuan dibuatnya prosedur

tanggap darurat adalah sebagai pedoman dalam

menanggulangi bencana yang terjadi. Berikut ini poin isi

dari prosedur penanggulangan bencana keadaan darurat di

landasan pacu :

1. Kecelakaan pesawat udara di bandar udara.

2. Kecelakaan pesawat udara di sekitar bandar udara.

3. Keadaan darurat penuh (pesawat sedang terbang).

4. Ancaman bom (melibatkan pesawat udara)

5. Keadaan darurat di darat.

6. Status waspada lokal (local standby).

4.1.2 Program Manajemen Pencegahan Kebakaran Di Bandara

(Journal Upaya Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Landasan

Pacu Bandar Udara Internasional Juanda – Surabaya)

4.1.2.1 Tim Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Dalam upaya menanggulangai kebakaran di landasan

pacu (runway) yang pada dasarnya menjadi tanggung jawab

seluruh pekerja, dari hasil kajian studi literatur yang penulis

lakukan, Bandara Internasional Juanda Surabaya membentuk

divisi dalam penanggulangan kebakaran dan pertolongan


36

pada korban bencana pesawat terbang yang dinamakan divisi

PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan

Pemadam Kebakaran) dan disesuaikan dengan kategori

bandara yaitu kategori 8. Dalam menjalankan tugasnya untuk

melakukan penanggulangan kebakaran dan pertolongan pada

korban bencana pesawat terbang terdapat 4 shift yang terdiri

dari grup A, B, C, dan D yang terdiri dari personel yang

berlisensi sebagai berikut :

1. Rating Basic PKP-PK : 36 Orang

2. Rating Junior PKP-PK : 10 Orang

3. Rating Senior PKP-PK : 34 Orang

Dalam melaksanakan tugasnya divisi PKP-PK telah

menjadwalkan pelatihan yang wajib dilakukan oleh setiap

personel divisi PKP-PK agar ketrampilan dalam melakukan

pemadaman ataupun penyelamatan menjadi lebih terampil

lagi. Pelatihan dilakukan sebagai berikut:

1. 1 minggu 1 kali setiap hari selasa dan kamis.

2. Latihan tabletop (tabletop exercises), satu kali dalam

enam bulan.

3. Latihan keterampilan khusus (partial exercises), satu kali

dalam satu tahun.


37

4. Latihan keadaan darurat skala penuh (full-scale

exercises), yang wajib dilakukan tiap 2 tahun sekali

secara besar dengan mengundang pihak luar (eksternal).

4.1.2.2 Sarana Prasaran Keselamatan Kerja dan Pencegahan

Kebakaran

Berdasarakan hasil kajian studi literatur didapat bahwa

sarana dan prasarana yang terdapat di Bandara Internasional

Juanda Surabaya dalam upaya menanggulangi bahaya

kebakaran di landasan pacu antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.1 Sarana dan prasarana penanggulangan bahaya kebakaran di landasan

pacu di Bandara Internasional Juanda Surabaya pada bulan Juni 2012.

Sarana dan Prasarana Tidak Keterangan


Ada
Ada
1. Jenis kendaraan utama PKP-PK:
a. Foam Tender
1. Foam Tender Tipe I ✓   Terdapat 2 unit
2. Foam Tender Tipe II ✓
3. Foam Tender Tipe III - ✓  
4. Foam Tender Tipe IV ✓ -  
5. Foam Tender Tipe V - ✓  
6. Foam Tender Tipe VI - ✓  
b. Rapid Intervention Vehicle ✓ -  
2. Jenis kendaraan pendukung PKP-PK  
dan Salvage:    

1. Mobil komando ✓ -  
2. Mobil pemasok air nurse tender ✓ -  
3. Mobil tangki air - ✓  
4. Mobil serba guna ✓ -  
38

5. Mobil ambulance multi purpose ✓ -  


6. Mobil ambulance ✓ -  
7. Mobil generator ✓ -  
8. Aircraf recovery equipment ✓ -  

3. Jenis bahan pemadam:      


A. Bahan pemadam api utama      
1) Protein foam - ✓  
2) Aqueous film form ing foam (AFFF) ✓ -  
3) Fluoro protein foam - ✓  
4) Film forming flouro protein (FFFP) ✓ -  
5) Synthetic foam - ✓  
6) air (water) ✓ -  
B. Bahan pemadam api pelengkap      
1) Karbondioksida (CO2) - ✓  
2) Dry chemical powder ✓ -  
3) Bahan pengganti halon - ✓  
4) Kombinasi ketiganya - ✓  
4. Pakaian pelindung keselamatan kerja :      
1. Helm ✓ -  
2. Baju tahan panas ✓ -  
3. Baju tahan api ✓ -  
4. Sepatu bot ✓ -  
5. Sarung tangan ✓ -  
6. Peralatan bantu pernapasan ✓ -  
(Sumber: Journal Mulyono, S.KM., M.Kes, Upaya Penanggulangan Bahaya Kebakaran di
Landasan Pacu Bandara International Juanda – Surabaya)

Sarana dan prasarana pemadam kebakaran tersebut juga

dilakukan pemeliharaan secara rutin dalam kesiapanya saat

dibutuhkan. Maka divisi PKP-PK melakukan pemeriksaan

secara rutin dan dijadwalkan sebagai berikut:


39

1. Dilakukan pengecekan mobil pemadam kebakaran setiap

hari senin dan rabu, dan apabila terjadi kerusakan maka

langsung dicatat dan dilaporkan agar dilakukan

perbaikan.

2. Setiap hari jumat dilakukan pengisian bahan bakar pada

mobil pemadam kebakaran agar pada saat dipakai dan

dibutuhkan mobil pemadam tetap siap dipakai.

3. Pengujian (testing) kendaraan PKP-PK terhadap

performance.

4.1.2.3 Tingkat Pengetahuan Tim Penanggulangan Kebakaran

Pada kajian studi literatur, penulis mengambil data

hasil kuisioner terkait pengetahuan tim penanggulangan

kebakaran dari Journal Mulyono, S.KM., M.Kes, Upaya

Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Landasan Pacu

Bandara International Juanda – Surabaya.

Berikut terdapat hasil jawaban dari pembagian

kuisioner tentang tingkat pengetahuan sebesar 78,57%

personel PKP-PK memiliki tingkat pengetahuan baik

sebanyak 22 orang. Hal tersebut terjadi mungkin dipengaruhi

oleh masa kerja yang dimiliki dan pengalaman personel

PKP-PK yang didapat dalam tugas.


40

4.2 Pembahasan

4.2.1 Manajemen Pencegahan Kebakaran Di Bandara (Journal

Upaya Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Landasan Pacu

Bandar Udara Internasional Juanda – Surabaya)

4.2.1.1 Potensi Bahaya Yang Terdapat Pada Landasan Pacu

Landasan Pacu Bandara Internasional Juanda

Surabaya terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan

kebakaran dan dikategorikan sebagai potensi bahaya

kebakaran berat dan jika terjadi kebakaran dapat

menimbulkan korban manusia, harta, dan mengganggu

aktifitas pelayanan penerbangan. Namun pihak bandara

sudah melakukan penanganan dan pengawasan di landasan

pacu yang berpotensi bahaya kebakaran dan kecelakaan.

Bandara Internasional Juanda Surabaya menunjuk PKP-PK

(pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam

kebakaran) untuk melakukan pengawasan secara berkala

terhadap potensi bahaya yang dapat menyebabkan

kebakaran dan kecelakaan di landasan pacu. Dari

penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa hal tersebut

telah sesuai dengan Intruksi Menteri Tenaga Kerja no :


41

11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3

Penanggulangan Kebakaran yang menyatakan

meningkatkan pemeriksaan secara intensif tempat kerja

yang berpotensi bahaya berat dengan menugaskan pegawai

pengawasan terutama yang telah mengikuti diklat spesialis

penanggulangan kebakaran.

4.2.1.2 Kebijakan Di Bandara International Juanda Yang

Berkaitan Dengan Upaya Penanggulangan Pencegahan

Kebakaran

Mengingat bahaya kebakaran dapat terjadi kapan

saja dan dimana saja, serta menimbulkan banyak

permasalahan bagi perusahaan dan pekerja yang

mengakibatkan berbagai macam kerugian dan dari hasil

observasi yang telah dilakukan, bahwa jenis tempat kerja di

landasan pacu Bandara Internasional Juanda Surabaya

dapat diklasifikasikan sebagai potensi bahaya kebakaran

berat, sehingga perlu adanya suatu kebijakan mengenai

upaya penanggulangan terhadap kebakaran. Namun tidak

terdapat kebijakan dari Bandara Internasional Juanda

Surabaya terkait upaya penanggulangan terhadap bahaya

kebakaran tetapi terdapat SOP (Standart Operasional

Prosedur) yang dibuat berdasarkan landasan peraturan


42

pemerintah tentang penerbangan. Hal tersebut belum sesuai

dengan peraturan menteri tenaga kerja nomor:

PER.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja yang menyatakan bahwa sistem

manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen

secara keseluruhan meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien, dan produktif.

4.2.1.3 Prosedur Tanggap Darurat

Dalam upaya penanggulangan bahaya kebakaran di

landasan pacu Bandara Internasional Juanda Surabaya

membuat dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan

Darurat (Airport Emergency Plan Doc./AEP Doc) dan

prosedur keadaan darurat saat terjadi kejadian. Prosedur

keadaan darurat di bandara internasional juanda Surabaya

sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :

Skep/301/V/2011 Tentang Petunjuk Dan Tata Cara


43

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 ± 10

(Advisory Circular Casr Part 139-10), Rencana

Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara dalam Bab

II Pasal 2 Ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap bandar

udara wajib memiliki dokumen rencana penanggulangan

keadaan darurat.

4.2.2 Program Manajemen Pencegahan Kebakaran Di Bandara

(Journal Upaya Penanggulangan Bahaya Kebakaran di

Landasan Pacu Bandar Udara Internasional Juanda –

Surabaya)

4.2.2.1 Tim Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Bandara Internasional Juanda surabaya sudah ada tim khusus

untuk penanggulangan kebakaran dan pertolongan terhadap

korban apabila terjadi kebakaran dan kecelakaan pesawat

terbang di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Tim

penanggulangan bahaya kebakaran sudah sesuai dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I no :

KEP-186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan

kebakaran di tempat kerja Bab 1 Pasal 1c yang menyatakan

tentang unit penanggulangan dibentuk dan ditugasi untuk

menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat

kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi


44

sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan

sistem proteksi kebakaran, dan sudah sesuai dengan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : Kp.

420 Tahun 2011 tentang Persyaratan Standar Teknis Dan

Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

bagian 139 (manual of standard casr part 139) volume IV,

pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan

Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Pasal 1 ayat 1, yaitu : setiap

bandar udara wajib menyediakan dan memberikan pelayanan

Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam

Kebakaran (PKP-PK) sesuai kategori bandar udara untuk

PKP-PK yang dipersyaratkan. Menurut hasil pengamatan

dalam PKP-PK terdapat jumlah personel atau petugas unit

PKP-PK diantaranya : Rating Basic PKP-PK dengan jumlah

36 orang, Rating Junior PKP-PK dengan jumlah 10 orang,

dan Rating Senior PKP-PK dengan jumlah 34 orang dengan

4 shift. Sedangkan menurut Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara Nomor : Kp. 420 Tahun 2011 tentang

komposisi kompetensi personel PKP-PK sesuai dengan

kategori bandara 8 adalah : Jumlah personel per shift adalah

36 orang, senior 8 orang, junior 10 orang, basic 15 orang,

dan pemeliharaan 4 orang. Terdapat kekurangan jumlah

personel dalam anggota PKP-PK yang seharusnya berjumlah


45

144 orang dalam 4 shift tetapi hanya terdapat 80 orang

personel atau petugas dalam 4 shift di PKP-PK.

4.2.2.2 Sarana Prasaran Keselamatan Kerja dan Pencegahan

Kebakaran

Berdasaarkan hasil observasi sudah terdapat sarana dan

prasarana dalam penanggulangan kebakaran yang tersedia di

Bandara Internasional Juanda Surabaya sudah sesuai

menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor : Kp. 420 Tahun 2011 tentang Persyaratan Standar

Teknis Dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan

Sipil bagian 139 (manual of standard casr part 139) volume

IV, pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan

Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Pasal 1 ayat 2 tentang

adanya fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan

Pemadam Kebakaran (PKP-PK) yang memenuhi persyaratan

standar teknis dan operasional pelayanan Pertolongan

Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-

PK).

4.2.2.3 Tingkat Pengetahuan Tim Penanggulangan Kebakaran

Berdasarkan pembagian kuisioner untuk personel PKP-PK

yang bertugas melakukan pertolongan terhadap kecelakaan

dan pemadam kebakaran, didapatkan hasil bahwa sebagian


46

besar personel PKP-PK memiliki tingkat pengetahuan yang

dapat dikategorikan baik 78,57%, dan cukup baik 21,43%.

Dapat diketahui dari hasil tersebut tingkat pengetahuan

personel PKP-PK dalam kategori baik tetapi juga terdapat

personel PKP-PK dalam kategori cukup baik, oleh karena itu

diperlukan pendidikan ataupun pelatihan akan tahu tentang

cara pemadaman, alat pemadam yang digunakan, dan lain-

lain terhadap personel yang dalam kategori cukup baik agar

tingkat pengetahuan tentang penanggulangan kebakaran

seluruh personel PKP-PK dalam kategori baik.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek dengan judul “ Manajemen Pencegahan

Kebakaran ” setelah dievaluasi dalam bentuk laporan tertulis maka

penyusun dapat menyimpulkan hasil Keja Praktek di Perusahaan Bandara,

sebagai berikut:

1) Terdapat potensi bahaya kebakaran yang termasuk dalam kategori bahaya

kebakaran berat dan pihak perusahaan telah melakukan upaya penanganan

dan pengawasan terhadap potensi bahaya tersebut.

2) Tidak terdapat kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3),

dan penanggulangan kebakaran di landasan pacu.

3) Sudah terdapat Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat (Airport

Emergency Plan Doc./AEP Doc) dan prosedur keadaan darurat yang telah

berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara Nomor : Skep/301/V/2011 Tentang Petunjuk Dan

Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 ± 10

(Advisory Circular Casr Part 139-10) tentang Rencana Penanggulangan

Keadaan Darurat Bandar Udara, tetapi dalam prosedur keadaan darurat di

darat tidak terdapat tindakan masing - masing unit untuk melakukan

penanganan dalam prosedur keadaan darurat.

4) Sudah terdapat tim penanggulangan bahaya kebakaran dan telah sesuai

dengan Kepmenaker 186/MEN/1999 sedangkan berdasarkan Peraturan

47
48

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : Kp. 420 Tahun 2011

bagian 139 volume IV masih ada yang kurang sesuai karena jumlah

personil yang kurang memenuhi syarat.

5) Sudah terdapat sarana dan prasarana dalam penanggulangan kebakaran di

Bandara Internasional Juanda Surabaya dan sudah sesuai berdasarkan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : Kp. 420 Tahun

2011 bagian 139 volume IV.

6) Tingkat pengetahuan personel PKP-PK terhadap penanggulangan

kebakaran sebagian besar dapat dikategorikan baik (78,57%).

5.2 Saran

1) Perlu dibuatkan kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3),

pencegahan dan penanggulangan kebakaran, dan kebijakan yang

disesuaikan dengan sistem manajemen yang telah diterapkan.

2) Mensosialisasikan prosedur tanggap darurat kebakaran kepada karyawan,

selain dengan pelatihan dapat juga dengan memasang alur komunikasi

prosedur keadaan darurat dalam bentuk pigora di setiap unit kerja dengan

disertakan nomor telepon tiap unitnya.

3) Perlu ditambahkan tindakan yang perlu dilakukan setiap unit untuk

penanganan dalam prosedur keadaan darurat di darat.

4) Agar segera menambahkan personel PKP-PK agar sesuai dengan jumlah

yang telah ditentukan.


49

5) Dalam pelatihan ataupun simulasi kebakaran sebaiknya dilakukan sebuah

studi kasus yang dilakukan secara rahasia dan tidak diketahui personil

PKP-PK agar dapat mengetahui respon dan tidakan tiap personil.


DAFTAR PUSTAKA

Aero Satria, Bayu Aji. 2020. Rancangan Agen Fire Supprission Sistem Di Ruang

Panel Chiler Terminal Satu Bandara Internasional Juanda

Depnakertrans, 2007.Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnaker RI.

Kantor Pemadam Kebakaran, 2008. Latihan Pemadam Kebakaran Barisan

Sukarela Kebakaran. Surakarta: Kantor Pemadam Kebakaran.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000 Tanggal 1 Maret

2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran

Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor : KEP. 186/ Men / 1999. Tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Keputusan Menteri perhubungan nomor 44 tahun 2002. Tentang Tatanan

Kebandarudaraan Nasional.

Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 47 tahun 2002. Tentang Sertifikasi

Operasi Bandara Udara.

M. Y . Candy, Chow W .K. 2005. Proposed Fire Safety Strategy On Airport

Terminals. Journal; Int. J. Risk Assessment and Management, Vol. 5, No. 1.

Hongkong: The Hong Kong Polytechnic University

Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2001. Tentang Keamanan dan Keselamatan

Penerbangan.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor: KP 420 tahun 2011.

Tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard CASR

Part 139) Volume IV Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan

Pemadam Kebakaran (PKP-PK).

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor : Skep/ 301 / V /2011.

Tentang Petunjuk Dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan

Sipil Bagian 139 ± 10 (Advisory Circular Casr Part 139-10), Rencana

Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no 4/ Men/ 1980. Syarat ±

Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor: Per.5/ Men/ 1996. Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Pusdiklat Migas Cepu, 2009. Pedoman Umum Pengendalian dan Penanggulangan

Keadaan Darurat.

PT. Astra Internasional TBK, 2001. Green Company Pedoman Pengelolaan


Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire

Management). Dian Rakyat. Jakarta.

Ramli, Soehatman. 2020. Manajemen Kebakaran Konsep dan Implementasi Seri

4. Jakarta: Prosafe Institute

Suma’mur PK, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta :

CV Haji Masagung.
Undang - Undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 2009. Tentang Penerbangan.

LAMPIRAN

You might also like