You are on page 1of 8

KATA PENGHANTAR

Dalam pross penyusan proposal ini kami menjumpai banyak hambatan ,namun berkat dukungan
dari berbagai pihak ,akhirnya kami dapat menyelesaikan proposal ini. Dengan melihat
perkembangan zaman yang semakin maju sekarang ini kebutuhan manusia akan gizi semakin
meningkat setiap manusia membutuhkan makanan yang bergizi untuk menjamin , kesehatanya
Kesempatan bagi saya untuk membuat usaha makanan kecil ( ringan ) dengan banyak orang yang
suka makanan tempe. Tempe adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari fermentasi kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara
umum dikenal sebagai "ragi tempe".

Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B,
dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat,
seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-
biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-
komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda
dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh


dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya, saat ini tempe
tidak hanya diproduksi di Indonesia tetapi juga di banyak tempat di dunia. Berbagai penelitian di
sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat,
berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini
dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi
tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang
(memerlukan lisensi dari pemegang hak paten). [1][2][3][4]

Daftar isi

 1.Pembuatan

 2.Sejarah dan perkembangan

o Asal usul

o Tempe di Indonesia

o Tempe di luar Indonesia

 3.Khasiat dan kandungan gizi

o Asam lemak
o Vitamin

o Mineral

o Antioksidan

 4.Tempe non-kedelai

 5.Catatan

 6.Referensi

 7.Lihat pula

Bahan baku dan produksi


- Tempe
- Ragi Tempe
- Kacang Kedelai
- Daun Pisang / Plastik

Pembuatan

Tempe berbungkus daun pisang yang dijual di pasar tradisional IndonesiaTerdapat berbagai
metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari
tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi,
pembungkusan, dan fermentasi. Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap
perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin. Perebusan juga dimaksudkan Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar
miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan
dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.

Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai
dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau
asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan
bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan
pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat
meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.Proses pencucian akhir dilakukan
untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai
tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi.

Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum dapat


berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar;
digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau
tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh
pembuat tempe di luar Indonesia).[9] Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan lalu
dikeringkan, akhirnya dicampur merata sebelum pembungkusan

 (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat dalam proses perendaman, dibiarkan
beberapa lama, lalu dikeringkan.

Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi.
Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun
jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe
membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi
lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk sebelum dijadikan Produk.

Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses ini
kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe.
Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih
singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu
fermentasi sampai 36 jam.

Sejarah dan perkembangan

Asal usul

Tempe berwarna keputih-putihan akibat hifa kapang yang melekatkan biji-biji kedelai.

Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe
berasal dari Indonesia. Makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, dalam tatanan
budaya makan masyarakat Suku Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab
12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal
abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen
tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan
sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi
dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di
daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16. Kata "tempe" berasal
dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari
tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan
dengan makanan tumpi tersebut.
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-
Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di
Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan,
seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. kedelai yang difermentasikan
menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke
seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru
Tanah Air.

Tempe di Indonesia

Tempe goreng

Tempe bacem

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar
di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu,
dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata
per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg. Pada zaman pendudukan Jepang di
Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar.
Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga
menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena
tempe.Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan penduduk
Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah. Namun, nama 'tempe' pernah digunakan di
daerah perkotaan Jawa, terutama Jawa tengah, untuk mengacu pada sesuatu yang bermutu rendah.
Istilah seperti 'mental tempe' atau 'kelas tempe' digunakan untuk merendahkan dengan arti bahwa
hal yang dibicarakan bermutu rendah karena murah seperti tempe . Soekarno, Presiden
Indonesia pertama, sering memperingatkan rakyat Indonesia dengan mengatakan, "Jangan menjadi
bangsa tempe. Baru pada pertengahan 1960-an pandangan mengenai tempe ini mulai berubah.Pada
akhir 1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe di
Indonesia. Plastik (polietilena) mulai menggantikan daun pisang untuk membungkus tempe, ragi
berbasis tepung (diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak
digunakan oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, Kopti mulai menggantikan laru
tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan
industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang berdiri
pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000 produsen
tempe dan tahu. Produksi tempeh juga mulai menggunakan starter komersial yang menggantikan
daun Waru sebagai inokulan, hal ini menyebabkan menurunnya kualitas tempeh yang tadinya
memiliki tekstur putih lebih berbulu dan wangi lebih harum yang sering ditemukan di tempeh asal
Malang dan Purwakarta, ini disebabkan karena varian dominan pada tempeh tersebut adalah
Rhizopus arrhizus dan Rhizopus delemar. Malang terletak pada dataran tinggi dan tempeh yang
Tempe

Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)

Energi 803 kJ (192 kcal)


menggunakan Rhizopus oligosprus
Karbohidrat 7.64 g menghasilkan tempeh dengan
kepadatan rendah dan lebih beralkohol,
Lemak 10.80 g sedangkan Rhizopus arrhizus memiliki
suhu optimum lebih rendah dan
Protein 20.29 g
menjadi lebih dominan. Standar
teknis untuk tempe telah ditetapkan
Vitamin Kuantitas
dalam Standar Nasional Indonesia dan
%DV† yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah
SNI 3144:2009. Dalam standar tersebut,
tempe kedelai didefinisikan sebagai
"produk yang diperoleh dari fermentasi
Tiamina (B1) 7%
biji kedelai dengan menggunakan
0.078 mg kapang Rhizopus sp., berbentuk
padatan kompak, berwarna putih
Riboflavin (B2) 30% sedikit keabu-abuan dan berbau khas
tempe".Pada September 2021 produk
0.358 mg
pangan olahan Indonesia tempe dari
Niasin (B3) 18% Superfood akan masuk ke pasar Jepang
melalui salah satu distributor besar
2.640 mg Jepang Kobe Bussan Co.Ltd. Hal ini
merupakan hasil penandatanganan
Vitamin B6 17% kontrak repeat order antara PT Arumia
0.215 mg Kharisma Indonesia dengan Kobe
Bussan Co.Ltd dengan volume hingga
Folat (B9) 6% 13,8 ton yang akan didistribusikan
untuk wilayah Kansai dan Kanto Jepang,
24 μg yang dilaksanakan pada Rabu
(29/9/2021). Tempe Indonesia Rambah
Vitamin B12 3%
Pasar Jepang
0.08 μg
Khasiat dan kandungan gizi
Mineral Kuantitas

%DV† Tempe berpotensi untuk digunakan


melawan radikal bebas, sehingga dapat
Kalsium 11% menghambat proses penuaan dan
111 mg mencegah terjadinya penyakit
degeneratif (aterosklerosis, jantung
Zat besi 21% koroner, diabetes melitus, kanker, dan
lain-lain). Selain itu tempe juga
2.7 mg mengandung zat antibakteri
penyebab diare,
Magnesium 23%
penurun kolesterol darah,
81 mg pencegah penyakit jantung, hipertensi,
dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik
Mangan 62% kadar protein, lemak,
dan karbohidratnya tidak banyak
1.3 mg

Fosfor 38%

266 mg
berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan
oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih
mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe
sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa
disebut sebagai makanan semua umur.Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang
menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan
terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein,
serta skor proteinnya.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna,
diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan
pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.Dengan pemberian tempe,
pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam
waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa,
yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).Mutu gizi tempe yang
tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian.
Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya
bila ditambah tempe.Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi
200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam
perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.

Asam lemak

Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan
terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids,
PUFA) meningkat jumlahnya.

Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan


kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam
lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga
dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

Vitamin
Tempe dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan, misalnya tumis tempe dan buncis ini.Dua
kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin
A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang
terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam
nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).Vitamin B12 umumnya terdapat
pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan
biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber
vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Vitamin B12 mengalami kenaikan paling signifikan
selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe; aktivitas vitamin B12 meningkat sampai 33 kali
selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali,
biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh
kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter
freundii.Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram
tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan
adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan
vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah
mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g
tempe.Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-
mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk
dimanfaatkan tubuh.

Antioksidan

Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya


vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh
untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon,
yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga
terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling
kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya
proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne
bacterium.Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari
mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik,
konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.

Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan


bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker
prostat dan payudara.

Tujuan usaha
Tujuan usaha ini supaya dapat memenuhi peminat makanan ringan di desa saya maupun di
tempat lain dan dengan tepenuhinya permintaan masyarakat terhadap makanan ringan dapat
meningkatkan kesukaan orang terhadap tempe

Jenis usaha yang di lakukan


Usaha yang di lakukan adalah usaha makanan kecil. Usaha ini untuk memenuhi permintaan makanan
ringan di masyarakat , toko-toko dan warung di sekitar desa saya

ASPEK PEMASARAN
Lingkungan usaha

a. Lokasi usaha terdapat di tempat yang setrategis sehingga memudahkan konsumen untuk
membeli
b. Lokasi usaha terdapat di dekat jalan sehingga mudah untuk memsarkanya
c. Tingkat konsumsi yang tinggi sehingga harga menjadi meningkat

Saluran distribusi
Penaluran / pemasaran tempe di lakukan secara langsung ke warung-warung dan toko yang
terdapat di desa saya , dan kepada masyarakat yang ingin membeli tempe secara langsung kripik ini
akan di jual perbungkus.

Lokasi produksi
Lokasi produksi sangat menguntungkan karena terdapat di dekat jalan raya serta sangat strategi

KESIMPULAN
Melihat kondisi pasar dan kebutuhan terhadap tempe dan keuntungan yang lumayan besar maka
rencana usaha ini sangat layak di contoh dan di kembangkan.

You might also like