Istilah “retorika” atau menurut sebagian ahli disebut dengan “retorik” belum begitu populer di Indonesia. Retorika berasal dari bahasa Yunani “rhetor” yang dalam bahasa Inggris sama dengan “orator” artinya orang yang mahir berbicara di hadapan umum. Dalam bahasa Inggris ilmu ini banyak dikenal dengan “rhetorics” artinya ilmu pidato di depan umum. Menurut istilah, retorika dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Menurut Corax (Retorikus pertama yang mengadakan studi retorika adalah kecakapan berpidato di depan umum). 2. Menurut Plato, retorika adalah merebut jiwa manusia rnelalui kata-kata. 3. Kaum Sofis seperti Georgias, Lysias, Protogoras dan Isocrates mengartikan retorika sebagai alat untuk memenangkan suatu kasus lewat bertutur. Retorika dengan pengertian yang terakhir inilah barangkali yang menyebabkan Hyot H. Hudsen pesimis dan menyesal bahwa retorika telah banyak kehilangan konotasi baiknya sehingga retorika dianggap oleh banyak orang sebagai tutur yang berbunga-bunga, ilmu silat lidah, dan anggapan-anggapan lain yang sangat merugikan citra retorika. 4. Jalaluddin Rakhmat, mengatakan: a) Dalam arti luas, retorika adalah ilmu yang mempelajari cara mengatur komposisi kata-kata agar timbul kesan yang dikehendaki pada diri khalayak. b) Dalam arti sempit, retorika adalah ilmu yang mempelajari prinsip- prinsip persiapan, penyusunan dan penyampaian pidato sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki. Dari berbagai pengertian retorika diatas, maka dapat dikatakan bahwa retorika dalam arti luas adalah seni atau ilmu yang mengajarkan kaidah-kaidah penyampaian tutur yang efektif melalui lisan atau tulisan untuk mengefeksi dan mempengaruhi pihak lain. Sedangkan dalam arti sempit retorika adalah seni atau ilmu tentang prinsip-prinsip pidato yang efektif. B. Manfaat dan Tujuan Retorika Dakwah Manfaat retorika dakwah adalah sebagai ilmu dan seni serta ketrampilan untuk menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslimin agar mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam sehingga pemahaman dan prilakunya dapat berubah menjadi lebih Islami. Adapun tujuan Retorika Dakwah dibagi menjadi dua : 1. Suasio atau disebut anjuran al amru bi al ma‟ruf 2. Dissuasion atau disebut penolakan al hahyu al munkar
Adapun tujuan mempelajari Retorika Dakwah menurut Agus Hermawan
adalah sebagai berikut:
1. Agar mampu menguraikan berbagai macam konsep dakwah
2. Agar mampu merancang setrategi dan materi dakwah sesuai situasi dan kondisi 3. Agar mampu mempraktikkan berbicara di depan umum secara santun perkataannya, sopan perilakunya, baik isinya, dan benar dalam penyampaiannya.
C. Urgensi Mempelajari Retorika Dakwah
Retorika dakwah urgen dipelajari untuk membekali diri agar bisa berbicara dihadapan umum dengan baik, benar, sopan, santun serta efektif dan efisien perkataan kita sehingga orang yang kita ajak bicara merasa aman, nyaman, dan tertarik menyimak pembicaraan kita nantinya saat berdakwah.
D. Aspek Pendukung Retorika Dakwah
a. Aspek Bicara Untuk kepentingan terhadap aspek bicara agar benar benar handal, maka paling tidak tujuh perangkat pendukung bicara yang harus dikuasai. Seperti vocal, sorot mata, gerakan mulut, ekspresi wajah, gerakan tangan, gerakan kaki, penampilan sopan dan rapi. b. Aspek Lisan Lisan ini merupakan inti dari retorika itu sendiri. Sebab hal ini berkaitan langsung dengan gaya dan penampilan diatas mimbar. Materi yang akan disampaikan akan menjadi menarik atau akan membosankan , sangat tergantung pada aspek ini. Oleh karena itu khus untuk aspek ini pencerama harus memiliki perhatian yang khusus, harus banyak berlatih dan harus memiliki jam terbang yang tinggi. c. Aspek Forum Pendukung seperti forum ini banyak disepelekan, padahal sangat menentukan kesuksesan retorika itu sendiri. Walaupun nampaknya hanya sebagai perangkat pendukung, jika bermasalah, benar benar bias berakibat fatal bagi keberlangsungan ceramah itu sendiri. d. Aspek Bahasa Bahasa dakwah adalah bahasa tutur atau bahasa lisan. Bahasa lisan bercirikan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh manusia dan diterima oleh telinga khalayak lalu ditafsirkan oleh otak khalayak.