Professional Documents
Culture Documents
Full
Full
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Oleh :
STEFANUS VIANARI OLA AMA
NIM :165214086
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
By :
2020
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Penulis
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
NIM : 165214086
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari penulis
maupun royalti kepada penulis selama tetap menyantumkan nama penulis sebagai
penulis.
Penulis
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih penulis kepada Allah Bapa di surga yang telah
FMEA.
Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar
Sarjana Teknik Mesin di Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Atas tersusunnya Skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
7. Paulus Demon Loun dan Benedikta Palan Duli sebagai orang tua penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yohanes Nama Raga Tokan, Simon Sabon Nuba, Petrus Paron Kelogo
Tokan, Elisabeth Boi duli, Wae Date, Wae Agnes, Nenek dan adik-adikku,
9. Untuk yang ku kasihi Severina Jenita, yang selalu memberi motivasi dan
juga semangat.
10. Untuk teman seperjuangan selama perkuliahan, dan juga teman-teman dari
Sangatta.
selama kuliah.
12. Seluruh Karyawan PT. Perwita Karya, terima kasih atas bantuannya dan
Penulis masih menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan dan
dengan senang hati segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Skripsi ini.
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DARTAR ISI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 1
PENDAHULUAN
dan undercarriage.
berat. Sistem undercarriage dapat berfungsi dengan baik bila selama proses
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal ini mengindikasikan bahwa peran dari excavator tersebut sangat penting
Pada industri pembuatan aspal. pengaruh dari panas dan medan jalan yang
umumnya adalah tanah keras dan berpasir yang dapat membuat kerusakan
agar unit atau alat berat tetap terawat dan baik digunakan agar tidak terjadi
1. Obyek penelitian ini hanya terbatas pada sprocket, idler, dan track link
Hyundai Robex.
lain yang ingin meneliti dengan lebih dalam mengenai kerusakan yang
Robex.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
yang digunakan untuk menopang beban unit (crawler type) yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1. Salah satu fungsinya adalah untuk menyalurkan torsi engine dan
menghasilkan gaya cengkram (traction force) untuk menggerakkan unit maju atau
mundur. Disamping itu juga mampu untuk menjaga kestabilan dari unit. Dikutip
dari ”Basic Mechanic Course Final Drive & Undercarriage, PT United Trctor
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada undercarriage tipe rigid, front idler tidak dilengkapi dengan rubber
pad. Dapat dilihat pada Gambar 2.2. Final drive juga tidak dilengkapi dengan
rubber bushing dan equalizing beam hanya menempel pada main frame..
Dapat dilihat pada Gambar 2.3. Komponen yang di maksud adalah drive sprocket,
front idler, dan roller guard. Track frame dapat dikategorikan berdasarkan
ukurannya. Track frame standar, extended track frame serta low ground pressure
(LGP) track frame. Standar track konstruksinya pendek dan sempit, extended
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
track lebih lebar dan lebih panjang, LGP track konstruksinya lebih lebar (extra
sudah dipakai beroperasi maka kemungkinan posisi kelurusan dari frame berubah
yang menyebabkan toe in atau toe out. Yang dimaksud toe in adalah keadaan
perubahan kelurusan track frame kiri dan kanan ketika permukaaan idler menuju
Yang dimaksud toe out adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track
frame kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke dalam mendekati “center
line of tractors”.
b. Track Rollers
Track Rollers terletak di bawah track frame dan panjang track tersebut
menentukan banyaknya track rollers. Dapat dilihat pada Gambar 2.4. Track
rollers di pasang di dasar track frame dan menahan sebagian besar bobot
memberikan tekanan yang rata pada track. Bobot kendaraan didistribusikan secara
merata keseluruhan dasar track. Hal ini memungkinkan track mempunyai gaya
Track rollers terdiri atas dua jenis, yaitu single flange dan double flange.
Dua jenis track roller tersebut dipasang dengan susunan tertentu pada masing-
masing track pada crawler tractor. Jumlah track roller yang terpasang pada
track maka semakin banyak pula susunan track roller yang terpasang.
c. Carrier Rollers
Carrier rollers terletak di atas track frame dan panjang track menentukan
jumlah carrier rollers. Carrier rollers mendukung bobot bagian atas dari track.
Carrier rollers tersebut mencegah track agar tidak melengkung, yang dapat
Terdapat dua tipe carrier rollers, yaitu tipe flange dan tipe flat. Dapat
d. Track Assembly
grouser, track link, seal, pin, bush, dan bolt. Dapat dilihat pada Gambar 2.6.
e. Idler
dan juga sebagai penerima kejutan pada sisi bagian depan Track Frame, yang
idler antara lain shaft, bracket, bushing, floating seals, dan idler shell. Shaft
berfungsi sebagai poros ketika idler berputar. Shaft memiliki internal cavity yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ketika idler berputar. Shaft terbuat dari alloy steel dan kemudian permukaan yang
Ujung dari shaft terkunci pada heavy duty brackets yang berfungsi agar idler
dapat berputar bebas serta sebagai dudukan idler shaft. Bracket didukung oleh
replaceable wear bar yang dapat bergerak sliding pada idler mounting yoke.
menyalurkan beban kejut kepada recoil spring. Floating seal berfungsi untuk
mencegah kebocoran oli dan agar kotoran tidak masuk ke dalam sistem. Dapat
11
shoe assembly tetap terjaga. Track adjuster adalah piston yang diisi grease yang
g. Track Link
Track link berfungsi merubah gerakan putar menjadi gulungan dan tempat
tumpuan dari track roller sehingga memungkinkan unit dapat berjalan. Dapat
dilihat pada Gambar 2.9. Komponen-komponen utama dari track link terdiri atas
Track link terdiri dari dua tipe, yaitu: sealed and lubricated type track dan
grease sealed type track. Grease seal type track umumnya digunakan pada small
dozzer dan excavator. Sealed and lubricated type track sering digunakan pada
medium dan large size dozzer. Perbedaan dari kedua tipe tersebut adalah media
berfungsi untuk mengurangi gesekan antara pin dan bushing, sehingga keausan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
internal dapat dikurangi. Disamping itu juga dapat mengurangi link pitch
extension.
h. Sprocket
dari final drive agar unit dapat bergerak maju/ mundur dapat dilihat pada Gambar
2.10.
Sprocket pitch adalah jarak antara setiap roda gigi sepanjang pitch circle
yang melewati garis tengah dari bushing ketika bushing berkaitan dengan
sempurna dengan sprocket teeth. Root adalah titik terdalam sepanjang lengkungan
sprocket.
2. Merubah putaran menjadi gulungan pada track agar unit dapat bergerak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
i. Track Shoe
persinggungan dengan tanah juga merupakan alas gerak Crawler Tractor. Track
Shoe merupakan pembagi berat unit ke permukaan tanah. Dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Structure of track shoe adalah Track shoe terikat fixed pada track link
melalui shoe bolt dan nut, umumnya satu track shoe diikat oleh 4 bolt dan 4 nut.
Terdapat beberapa macam shoe dengan perbedaan lebar serta bentuk grouser.
Track shoe terdiri dari plat yang menopang berat unit dan grouser yang
tekanan yang bervariasi yang menimbulkan bending force serta friction force
dimana akan mengakibatkan keausan dan kerusakan. Oleh karena itu track shoe di
desain tidak hanya untuk mengatasi beban berat, namun juga tahan terhadap
keausan. Ditambah lagi desain dibuat untuk mencegah batu dan pasir
14
Terdapat 6 jenis keausan pada sprocket yaitu : dikutip dari Basic Mechanic
1. Forward drive side wear (keausan normal saat bergerak maju). Pada
Gambar 2.12.
15
2. Reverse drive cycle (keausan normal saat bergerak mundur). Dapat dilihat
Root/ radial wear terjadi saat perubahan arah maju-mundur secara terus
Terjadi ketika unit berjalan mundur. Penyebabnya antara lain bushing dan
sprocket terdapat kotoran yang terjebak. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
ukuran link pitch lebih besar daripada sprocket pitch. Dapat dilihat pada gambar
2.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Terjadi ketika unit berjalan maju. Dapat terjadi ketika bushing dan
sprocket terdapat kotoran yang terjebak. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
ukuran link pitch lebih besar dari sprocket pitch. Dapat dilihat pada Gambar
(2.16).
Penyebab Interference antara sprocket side face dan link. Hal hal yang
mempengaruhi Snaky track sering belok ke arah tertentu (misal selalu ke kanan),
travel di jalan miring, Side-hill cutting. Dapat dilihat pada Gambar 2.17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berbeda yaitu (Sonny Luntungan, 2003) dalam Sambuardi, David Michael dkk,
(2017).
1. Tread Wear
kencang, impact, abrasive, manuver, kecepatan. Track idler akan lebih cepat aus
Sliding kontak dengan bagian dalam track link, pengoprasian unit pada
posisi miring (side hils), pemeliharaan shoe yang salah atau wide shoe, manuver,
tidak sejajaran dengan carrier roller atau track roller. Perbaikan pada bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tersebut lebih sulit dilakukan, mempercepat umur pakai track link. Dapat dilihat
Sliding kontak dengan bahan abrasive atau bebatuan yang masuk kedalam
daerah idler. Sliding kontak dengan link yang melompat kearah tapak, kodisi jalan
yang keras, lepas jalur dari track link. mengurangi keakuratan pengukuran
keausan pada kondisi normal, karena jarak width center berkurang. Dapat di lihat
Terdapat 6 jenis keausan pada Track Link yaitu : dikutip dari Basic
1. Tread Wear
19
2. Scalloping
Ketika link tread tergulung di atas track rollers, titik A dan C keausannya
lebih dari pada sisa link tread karena lebar link berada di titik yang kecil. Ini
berarti bahwa berat mesin didistribusikan di area yang lebih kecil, sehingga
tekanan lebih tinggi dan keausan meningkat. Dapat dilihat pada Gambar 2.21.
Ketika link tread tergulung di atas idler, maka titik B keausannya lebih
karena titik ini adalah titik satu-satunya yang kontak dengan idler tread.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
link kontak dengan sprocket side face, idler flange dan roller flange.
Keausan dipercepat dengan sering belok ke arah yang sama, sering beroperasi di
permukaan miring, side hill cutting, missaligned track serta track yang terlalu
kencang.
Interference antara pin boss dan roller flange yang disebabkan karena
keausan link tread. Interference antara link boss dan roller flange yang
disebabkan karena keausan pada roller tread (sering terjadi ketika roller
5. Cracking
kondisi berikut juga akan mempercepat crack (keretakan) yang terjadi. Keausan
yang berlebihan pada shoe plate, shoe bolt terlalu kendor, deformasi pada shoe
plate, track yang kendor atau link pitch yang terlalu besar akan menyebabkan
Penyebabnya adanya interference antara link side face (pin boss face)
2. Snaky track.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3. Pengurangan celah antara link dengan rollers guard karena guard bending
1. Preventive Maintenence
produksi yang termasuk dalam golongan “critical unit”. Teknik perawatan ini
2. Reactive maintenance
sampai rusak, atau perbaikan ketika rusak. Perawatan jenis ini hanya dilakukan
jadwal preventive maintenance, namun tidak ada yang tepat dan akurat sebelum
informasi ini tidak ada, namun harus segera didapatkan untuk komponen baru.
4. Proactive Maintenance
22
balik serta komunikasi untuk memastikan bahwa usaha perbaikan yang dilakukan
maka dapat menggunakan rumus dari persamaan yang dikutip dari Syaeful Akbar,
𝑆𝑣−𝑀𝑤
𝑊𝑟 = x 100...................................................................(2.1)
𝑆𝑣−𝑊𝑙
Sv = Standard Value
Wl = Wear Limit
penting, agar efisiensi biaya maintenance dan efisiensi produksi dapat tercapai.
Persamaan yang di pakai yang di kutip dari Syaeful Akbar, Randis Baharrudin,
𝑊𝑟 = 𝑎. 𝑋 𝐾 .....................................................................................(2.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Wr : Wear Rate
a : Constanta
X : Oprating Hours
K : Factor Component
menggunakan data input dari Maintenance Record dan hasil wawancara dari
mekanik PT. Takabeya Perkasa Group maka didapatakan waktu keruskan dan
lama pebaikan. Data di dapat dari Maintenance Record 3 tahun terakhir dari 2014
s.d 2016, kemudian data dianalisis dengan penjabaran analisis waktu kerusakan
dengan menggunakan tabel dan juga grafik dari perhitungan rata-rata kerusakan.
sekunder berupa hasil pengukuran P2U buldozer Komatsu D375A-5 antara tahun
2013 s/d 2014, sampel yang digunakan ada 11 unit bulldozer Komatsu D375A-5
kurang lebih 450 jam operasi yang di olah untuk mendapatkan tingkat keausan per
jam. Hasil dari penelitian ini mengacu pada pengukuran Link-Pitch, Link-Hight,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Bushing O/D, Grouser Height, Carrier Roller, Idler, Sprocket, dan Track Roller
yang di sajikan dalam bentuk tabel normalitas data. Kesimpulan dari penelitian ini
karena mayoritas hasil memiliki angka signifikan < 0,05 (tidak meyakinkan)
dan ekstrapolasi polinomial. Hasil dari penelitan ini memberikan hasil berupa data
real pengukuran/inspeksi dilapangan dari salah satu unit alat berat yang dimiliki
mulai dari 19 Desember 2010 s/d 7 Februari 2012. Untuk setiap hasil pengukuran
diperoleh data dan disajikan didalam tabel. Kesimpulan dari penelitian ini
diperlukan untuk dapat dibandingkan tingkat kekuatan data yang dihasilkan dan di
Michael Davit Sambuari, Sadat N.S. Sidabutar. (2017), metode penelitian ini
dari penelitian ini adalah data di ambil dari tahun 2014 s/d 2015 dengan data
keausan idler dari 16 idler baru dan 16 idler rekondisi, yang disajikan dalam
bentuk tabel pengukur keausan idler baru dan idler rekondisi. Data kemudian di
analisis dengan mengitung presentase Keausan idler baru dan idler rekondisi, data
25
dalam bentuk tabel dan grafik Perbandingan Usia Pakai idler baru dan idler
rekondisi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah umur pakai dari idler baru dapat
bertahan selama 2133 jam dan umur pakai dari idler rekindisi adalah selama 1755
jam
paired “t” test dua arah dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari pengukuran
gousher height, carriier roller, idler, sprocket, dan track roller di sajikan dalam
bentuk tabel yang di dapat dari hasil uji “t” yang menunjukan bahwa prediksi usia
oleh komatsu menunjukan bahwa komponen bushing O/D, grouser height, carrier
roller, idler, dan track roller adalah sama dengan actual, sedangkan untuk track
link, link height, dan sprocket tidak sesuai dengan actual. Dari penelitian ini
nilai fakto ”k” sebagai mana ditetapkan oleh Komatsu tidak semuanya sesuai
FMEA, data kerusakan yang diambil pada komponen idler, sprocket, dan track
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
komponen idler, sprocket, dan track link pada Excavator Hyundai Robex PC-200
yang meliputi keausan dan usia pakai dari undercarriage terhadap penggunaannya
di area industri.
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
dns
Analisis
Data
Pembahasan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Pada Gambar 3.1 merupakan diagram alir penelitian yang dilakukan, dengan
tahap pertama adalah studi literatur untuk membaca, mempelajari atau dengan
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kata lain adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus dan
track link. Setelah dilakukan pengumpulan data dari ketiga komponen tersebut
keausan. Metode analisis yang digunakan adalah metode FMEA dan kemudian
kerusakan.
dan efeknya. FMEA merupakan teknik evaluasi tingkat keandalan dari sebuah
sistem untuk menentukan efek dari kegagalan dari sistem tersebut. Kegagalan
1. Penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, desain produk, dan proses
3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain produk dan
proses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Untuk melakukan FMEA, sangat disarankan membuat tabel yang akan membantu
FMEA
1. Proses yaitu menulis langkah utama pada kolom pertama. Langkah ini yang
2. Membuat daftar potensi kesalahan (failure mode) untuk setiap langkah proses.
tahapan proses.
3. Membuat daftar mengenai efek dari failure mode yang ada dalam daftar
4. Buatlah rating, efek mana yang paling besar hingga yang paling kecil. Beri
angka 1 untuk yang efeknya paling kecil, dan 10 untuk yang efeknya paling
efek tersebut. Buat rating seperti yang dilakukan pada daftar efek diatas yang
mengidentifikasi penyebab mana yang paling mungkin dan mana yang paling
tidak mungkin. Beri angka 1 untuk yang paling rendah kemungkinannya dan
(occurrence).
6. Identifikasi kontrol yang ada untuk mendeteksi isu-isu kesalahan yang ada
dalam daftar dan buat rating berdasarkan efektifitasnya dalam mendeteksi dan
30
failure, atau memiliki kontrol namun sangat lemah. Masukkan dalam kolom
DET (detection). Jika ada SOP yang teridentifikasi, catatlah nomor SOP
tersebut.
detection (DET) dan masukkan hasilnya pada kolom risk priority number
untuk menetapkan prioritas focus. Jika memiliki poin severity 10 (paling besar
terdeteksi), nilai RPN menjadi 1000. Ini berarti kondisi telah sangat serius
8. Sortir nilai pada RPN dan identifikasi isu yang paling kritikal dan mendesak
10. Setelah tindakan dilakukan, hitung ulang nilai occurrence dan detection.
idler, sprocket, dan track link pada excavataor hyundai robex pc-200 di PT.
Perwita Karya, dan menghitung prediksi usia pakai dari komponen undercarriage.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Alat bantu dari proses penelitian ini menggunakan beberapa alat bantu dari
1. Hardware :
b. Alat Ukur
2. Software :
track link.
32
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan data yang di dapat
dari hasil wawancara/interview dari kepala mekanik dan pengukuran awal dari
Kemudian setelah selesai mendapatkan data, data di input dan kemudian data-data
untuk menghitung prediksi sisa usia pakai komponen undercarriage. Hasil dari
33
Pembahasan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
Pada bab IV ini akan membahas data dan analisis kerusakan dari
komponen Undercarriage yaitu Idler, Sprocket, dan Track Link pada Excvator
Data yang di dapat dari sampel unit Excavator Hyundai Robex PC-200 di
PT. Perwita Karya, dimana dilakukan wawancara terhadap kepala mekanik dan
dilakukan pengukuran awal terhadap komponen idler sebelah kanan dan sebelah
kiri. Hasil dari wawancara ditampilkan pada tabel 1 dan 2 . perhitungan jam kerja
sehari adalah 8 jam atau dalam satu bulan 240 jam kerja di PT. Perwita Karya.
Dan pengukuran keausan idler adalah diukur pada Flang Side Wear dengan
kausan Tread Wear yang dapat dilihat pada gambar 2.18. Pengaruh dari
kerusakan atau keausan pada idler di sebabkan oleh tipe tanah yang berpasir
IDLER (R/H)
Unit Life (Hrs) Ukuran Side Wear
Hyundai Robex PC-200 0 20 mm
Hyundai Robex PC-200 240 20.5 mm
Hyundai Robex PC-200 480 21.5 mm
Hyundai Robex PC-200 720 23 mm
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
IDLER (L/H)
Unit Life (Hrs) Ukuran Side Wear
Hyundai Robex PC-200 0 20 mm
Hyundai Robex PC-200 240 20.5 mm
Hyundai Robex PC-200 480 21.5 mm
Hyundai Robex PC-200 720 23 mm
persamaan 2.1, dengan standar velue adalah 20 mm dan wear limit adalah 26 mm
dikutip dari table Basic Mechanic Course Final Drive & Undercarriage PT.
United Tractors.
𝑆𝑣−𝑀𝑤
𝑊𝑟 = x 100...................................................................(2.1)
𝑆𝑣−𝑊𝑙
Diketahui :
Sv = 20 mm
Wl = 26 mm
20−20
𝑊𝑟 = x 100 =0%
20−26
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
36
Diketahui :
Sv = 20 mm
Wl = 26 mm
20−20.5
𝑊𝑟 = x 100 =8.3%
20−26
Dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada idler adalah
Diketahui :
Sv = 20 mm
Wl = 26 mm
20−21.5
𝑊𝑟 = x 100 = 25%
20−26
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 20 mm
37
Wl = 26 mm
20−23
𝑊𝑟 = x 100 = 50%
20−26
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
𝑊𝑟 = 𝑎. 𝑋 𝐾 .....................................................................................(2.2)
pada Tabel 3 dibawah ini merupakan nilai konstanta “k” untuk masing-masing
undercarriage.
38
Diketahui :
Untuk menghitung prediksi sisa usia pakai idler kita telah mengetahui
presentase keausan idler dengan 𝑊𝑟 = 50%, 𝑋₁ = 720 jam, nilai k = dimana nilai
50 = 𝑎₁. 7201.8
50 50
𝑎₁ = =
7201.8 139058.8052
a₁ = 0.0003595
Dimana 𝑋₁ = 𝑋₂
100
𝑋₂1.8 = 0.0003595
𝑋₂ = 1.8
√278164.1168
𝑋₂ = 1058.307
Jika dibulatkan menjadi 1060 jam, maka sisa usia pakai dari komponen idler
Data yang di dapat dari sampel unit Excavator Hyundai Robex PC-200 di
PT. Perwita Karya, dilakukan wawancara dengan kepala mekanik dan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
penggukuran awal terhadap komponen sprocket sebelah kanan dan sebelah kiri.
Pada tabel 4 dan 5 ditampilkan hasil dari wawancara dengan kepala mekanik.
perhitungan jam kerja sehari adalah 8 jam kerja di PT. Perwita Karya. Dan
tinggi gigi dari sprocket saat excavator berjalan maju dan mundur sehingga di
SPROCKET (R/H)
Unit Life (Hrs) Tinggi Tooth
Hyundai Robex PC-200 0 50 mm
Hyundai Robex PC-200 240 51 mm
Hyundai Robex PC-200 480 53 mm
Hyundai Robex PC-200 720 56 mm
SPROCKET (L/H)
Unit Life (Hrs) Tinggi Tooth
Hyundai Robex PC-200 0 50 mm
Hyundai Robex PC-200 240 51 mm
Hyundai Robex PC-200 480 53 mm
Hyundai Robex PC-200 720 56 mm
𝑆𝑣−𝑀𝑤
𝑊𝑟 = x 100...................................................................(2.1)
𝑆𝑣−𝑊𝑙
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Diketahui :
dengan persamaan 2.1, dengan standar velue adalah 50 mm dan wear limit adalah
60 mm.
𝑆𝑣−𝑀𝑤
𝑊𝑟 = x 100...................................................................(2.1)
𝑆𝑣−𝑊𝑙
Diketahui :
Sv = 50 mm
Wl = 60 mm
50−50
𝑊𝑟 = x 100 =0%
50−60
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 50 mm
Wl = 60 mm
50−51
𝑊𝑟 = x 100 =10%
50−60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 50 mm
Wl = 60 mm
50−53
𝑊𝑟 = x 100 = 30%
50−60
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 50 mm
Wl = 60 mm
50−56
𝑊𝑟 = x 100 =60 %
50−60
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
42
Prediksi sisa usia pakai sprocket didapat dari perhitungan yang dilakukan
𝑊𝑟 = 𝑎. 𝑋 𝐾 .....................................................................................(2.2)
Diketahui :
Untuk menghitung prediksi sisa usia pakai sprocket kita telah mengetahui
60 = 𝑎₁. 7201.0
60 60
𝑎₁ = =
7201.0 720
a₁ = 0.0833
Dimana 𝑋₁ = 𝑋₂
100
𝑋₂1.0 = 0.0833
𝑋₂ = 1.0
√1200
𝑋₂ = 1200
Jadi sisa usia pakai dari komponen sprocket adalah 1200 – 720 adalah 480 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Data yang di dapat dari sampel unit Excavator Hyundai Robex PC-200 di
PT. Perwita Karya, dimana dilakukan wawancara dengan kepala mekanik dan
dilakukan penggukuran awal terhadap komponen track link sebelah kanan dan
sebelah kiri. Pada tabel 6 dan 7 didapat data dari wawancara dengan kepala
mekanik. perhitungan jam kerja sehari adalah 8 jam kerja di PT. Perwita Karya.
Dan pengukuran keausan track link adalah dengan mengukur bagian link hight
44
𝑆𝑣−𝑀𝑤
𝑊𝑟 = x 100...................................................................(2.1)
𝑆𝑣−𝑊𝑙
Diketahui :
dengan persamaan 2.1, dengan standar velue adalah 35 mm dan wear limit adalah
27 mm.
𝑆𝑣−𝑀𝑤
𝑊𝑟 = x 100...................................................................(2.1)
𝑆𝑣−𝑊𝑙
Diketahui :
Sv = 35 mm
Wl = 27 mm
35−35
𝑊𝑟 = x 100 =0%
35−27
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 35 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Wl = 27 mm
35−34.5
𝑊𝑟 = x 100 =6.25%
35−27
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 35 mm
Wl = 27 mm
35−33.5
𝑊𝑟 = x 100 = 18.75%
35−27
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Diketahui :
Sv = 35 mm
Wl = 27 mm
35−32
𝑊𝑟 = x 100 =37.5 %
35−27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dapat dilihat dari perhitungan diatas di dapatkan tingkat keausan (wear rate) pada
Prediksi sisa usia pakai track link didapat dari perhitungan yang dilakukan
𝑊𝑟 = 𝑎. 𝑋 𝐾 .....................................................................................(2.2)
Diketahui :
Untuk menghitung prediksi sisa usia pakai track link kita telah mengetahui
nilai k mengunakan nilai link height pada table 3 adalah 2.0 sehingga :
37.5 37.5
𝑎₁ = =
7202.0 518400
a₁ = 0.00007233
Dimana 𝑋₁ = 𝑋₂
100
𝑋₂2.0 = 0.00007233
𝑋₂ = 2.0
√1382552.191
𝑋₂ = 1175.819
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Jika dibulatkan menjadi 1176 jam, maka sisa usia pakai dari komponen track link
48
49
50
51
inspeksi di PT. Perwita Karya dari salah satu Excavator Hyundai Robex PC-200
yang dimiliki perusahaan tersebut. Data yang didapat dari hasil dengan
wawancara dengan kepala mekanik dan melakukan pengukuran awal pada setiap
komponen undercarriage yaitu idler, sprocket, dan track link. Setiap data yang
didapat dihitung presentase keausannya dan prediksi sisa usia pakai yang dapat
Prediksi
Sisa Usia
No Unit Komponen Jam Presentase Keausan (%) Pakai
Hyundai Robex
1 PC-200 Idler 0 0
Hyundai Robex
2 PC-200 Idler 240 8.3
340 Jam Life
Hyundai Robex
3 PC-200 Idler 480 25
Hyundai Robex
4 PC-200 Idler 720 50
Hyundai Robex
5 PC-200 Sprocket 0 0
Hyundai Robex
6 PC-200 Sprocket 240 10
480 Jam Life
Hyundai Robex
7 PC-200 Sprocket 480 30
Hyundai Robex
8 PC-200 Sprocket 720 60
Hyundai Robex
9 PC-200 Track Link 0 0
Hyundai Robex
10 PC-200 Track Link 240 6.25
456 Jam Life
Hyundai Robex
11 PC-200 Track Link 480 18.75
Hyundai Robex
12 PC-200 Track Link 720 37.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada table. 9 kolom sebelah kanan merupakan prediksi sisa usia pakai dari setiap
idler presentase 0% s.d 50% merupakan nilai keausan yang dihitung, komponen
sprocket presentase 0% s.d 60%, dan komponen track link presentase 0% s.d
37.5%. Dari data diatas dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini :
60
50
Presentase Keausan (%)
40
30
20
10
0
20 mm 20.5 mm 21 mm 21.5 mm
idler yang terus meningkat dan umur dari idler itu sendiri adalah 340 jam dari
pengukuran dimana lebih cepat dibandingkan sprocket dan track link . Untuk
keausan idler diukur dari tinggi flange dan untuk gesekannya terjadi pada tread
wear. Selanjutnya adalah table grafik presentase keausan dari sprocket dapat
53
70
60
Presentase Keausan (%)
50
40
30
20
10
0
50 mm 51 mm 53 mm 56 mm
tinggi disebabkan oleh faktor gesekan yang kuat dari material seperti pasir, batu,
lumpur ataupun krikil, pengukuran sprocket diambil dari tinggi gigi. Dan umur
dari sprocket adalah 480 jam. Selanjutnya adalah table presentase keausan dari
komponen track link dapat dilihat pada Gambar 4.3 dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
40
30
25
20
15
10
0
35 mm 34.5 mm 33.5 mm 32 mm
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat kenaikan dari keausan pada track link dari 0
s.d 38 mm di PT. Perwita Karya, keausan ini disebabkan track link bersinggungan
link diambil dari tinggi pin dan bushing. Umur pakai dari track link adalah 456
Hasil dari analisis FMEA adalah didapatkan nilai RPN (Risk Priority
Number), dalam menentukan RPN untuk mencari penyebab resiko yang paling
berkaitan dengan komponen undercarriage yang telah di terangkan pada sub bab
2.3 maka nilai severity, occurrence, dan detection digunakan untuk menentukan
nilai RPN pada komponen undercarriage terlapir pada Tabel 8. Untuk komponen
yang memeliki nilai tertinggi adalah komponen idler (512), kemudian komponen
track link (343), dan komponen sprocket (216). Kemudian untuk menentukan
skala prioritas komponen yang lebih kritikal atau perbandingan dari usia pakai
55
Dari Tabel 10 didapatkan skala prioritas yang lebih kritikal untuk di lakukan
35
500
30
400
25
RPN
300 20 RPN
PRESENTASE (%)
15
200
10
100
5
0 0
IDLER SPROCKET TRACK LINK
Presentase usia pakai dari masing-masing komponen, Nilai RPN merupakan total
dari nilai severity, occurance, dan detection kemudian presentase usia pakai
merupakan sisa jam dari masing-masing komponen. Dapat dilihat pada idler
memiliki tingkat resiko yang tinggi yaitu 512 dan sudah melebihi nilai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
presentase usia pakai sehingga komponen idler sudah harus diganti, kemudian
dengan track link memliki nilai RPN (343) dan masih dibawah nilai presentase
usia pakai dan komponen track link juga harus diganti, dan nilai dari sprocket
memiliki nilai RPN yang paling kecil yaitu (216) dan dibawah dari nilai
presentase usia pakai dan untuk komponen sprocket juga harus diganti. Ketiga
komponen harus diganti agar tidak terjadi perbedaan ukuran dari setiap
komponen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
5.1 Kesimpulan
tingkat keausan yaitu 60%, komponen idler 50%, dan komponen track
komponen sprocket memiliki usia pakai lebih lama yaitu 480 jam,
komponen track link 456 jam, dan komponen idler 340 jam.
idler adalah komponen yang paling kritis dan memiliki nilai RPN
tertinggi yaitu 512, komponen track link 343, dan komponen sprocket
216
5.2 Saran
saran yang dapat membantu para pembaca yang ingin meneliti komponen
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang rata.
keadaan bersih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). “ Basic Mechanic Course Final Drive & Undercarriage. PT.
United Tractors.
Akbar, Syaeful, dan Wahyu Anhar. (2018). “Kajian Hasil Pengukuran
Undercarriage Bulldozer Komatsu D375A-5 di PT. Pama Persada
Nusantara Site Batukajang”. Balikpapan.
Akbar, Syaeful, dan Radis Baharudin. (2019). “Koreksi Nilai Konstanta “K”
Dalam Perhitungan Usia Pakai Komponen Undercarriage Komatsu
D375A-5”. Balikpapan.
Ali, Akbar. (Oktober). “Analisa Metode Penentuan Waktu Pengantian Komponen
Undercarriage pada Sistem Quality Track Service (QTS). Balikpapan.
Maulana, Irwan, dan, Ibrahim Akhyar, Darmein. (2017). ”Analisa Kerusakan
Komponen Undercarriage Hitachi EX200 pada PT. Takabeya Perkasa
Group dengan Metode FMEA”. Banda Aceh.
Sambuardi, David Michael, dan Syadat N.S. Sidabutar. (2017). “Analisa Umur
Pakai Idler Baru Dan Idler Rekondisi Unit CAT D7G. Malang.
Jati, Hidayat. (2011).”Peningkatan Perawatan Komponen Undercarriage Alat
Berat”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Depok.
Qualityengineering.(2020,7maret).darihttps://qualityengineering.wordpress.com/2
008/06/29/failure-mode-and-effect-analysis-fmea/yang.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 01 : Foto unit Excavator PC-200 Hyundai Robex PT. Perwita Karya.
Lampiran 04 : Foto komponen Track Link Excavator PC-200 Hyundai Robex PT.
Perwita Karya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI