You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN KONVERSI ENERGI

PENGUJIAN TURBIN FRANCIS

Disusun oleh:

Nama : Winda Margaretha (3.22.19.2.23)

Kelas : KE 3C

Anggota :1. Michael Carlos Sukmawan (3.22.19.2.14)

2. Nadia Tasya Ayu L. (3.22.19.2.18)

3. Nevita Nur Kholifah (3.22.19.2.19)

4. Raden Gumilang Aji P. (3.22.19.2.20)

5. Riski Atsmara Tiarpan (3.22.19.2.21)

6. Ziva Ahmad Khoyri (3.22.19.2.24)

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2022
DAFTAR ISI

ii
PENGUJIAN TURBIN FRANCIS

A. Tujuan
Setelah mempelajari dan melakukan pengujian turbin francis diharapkan dapat :
1. Menghitung daya masukan turbin, daya keluaran turbin dan efisiensi sistem
2. Menghitung daya keluaran dan efisiensi sistem turbin francis
3. Menggambarkan kurva karakteristik turbin

B. Dasar Teori
Turbin adalah mesin penggerak dengan energi fluida digunakan langsung untuk
memutar sudut roda turbin, dengan demikian untuk turbin air adalah fluida kerjanya
adalah air. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, energi
potensial air ini berangsur-angsur diubah menjadi energi kinetik, dan di dalam turbin
energi kinetik air diubah menjadi energi mekanik. Turbin Francis adalah jenis turbin
reaksi, tinggi tekan total merupakan penjumlahan energi sebelum masuk dan sesudah
keluar turbin. Turbin ini biasanya untuk laju aliran dan tinggi tekan yang rendah. Yang
perlu diperhatikan yaitu tekanan keluar turbin yang sedang dapat mengakibatkan
kavitasi, dengan adanya kavitasi akan menyebabkan efisiensi turun dan
mengakibatkan kerusakan pada sudu-sudu turbin.
Turbin francis adalah turbin yang memiliki 3 bagian utama yaitu rumah turbin
(casing), sudu gerak (runner) dan sudu pengarah (nozzle) yang mengelilingi runner
dimana semua komponen tersebut terbenam ke dalam air. Turbin air francis
merupakan turbin air yang paling banyak digunakan karena turbin ini dapat bekerja
secara efisien pada berbagai kondisi operasi. Head air dan kapasitas aliran air
merupakan parameter masukan yang vital yang mempengaruhi performa/kinerja dari
turbin air. Turbin air francis mampu memberikan efisiensi tinggi bahkan jika ada
variasi yang banyak dalam parameter aliran air yang masuk. (Head : 45 – 400 m dan
Kapasitas : 10 – 700 m3/s)
Bagian terpenting dari turbin air francis adalah sudu geraknya (runner). Runner
dilengkapi dengan kumpulan bilah pisau yang bentuknya kompleks. Dalam sudu
gerak (runner), air masuk dengan arah radial lalu keluar dengan arah aksial. Ketika
air mengalir melewati blade runner, energi kinetik dan energi tekan akan turun karena
dikonversikan menjadi energi mekanik. Runner terhubung dengan generator melalui
poros untuk menghasilkan energi listrik.

1
Gambar 1. Turbin Francis
Bagian-bagian Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar.
Turbin ini mempunyai 3 bagian utama yaitu runner, guide vane (sudu pengarah), dan
rumah turbin (casing).
a. Runner
Merupakan bagian turbin Francis yang dapat berputar, terdiri dari poros dan sudu
gerak turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik menjadi energi mekanik.
b. Casing
Merupakan saluran yang menyerupai rumah siput dengan bentuk penampang
melintang lingkaran. Berfungsi untuk menampung fluida sebelum melewati guide
vane dan runner.
c. Guide Vane
Berfungsi sebagai pengarah aliran air dari katup pengatur kapasitas dari casing ke
runner dan berfungsi menaikkan kecepatan aliran air sebelum menuju runner.

Prinsip Kerja Turbin Francis


Turbin francis bekerja dengan memakai prinsip kerja turbin reaksi. Air masuk
ke guide vane memiliki tekanan tinggi, kemudian dirubah menjadi energi kinetik.
Perubahan dari energi tekanan menjadi energi kinetik secara keseluruhan terjadi pada
sudu pengarah.Dari sudu pengarah air melewati sudu gerak. Pada sudu gerak (runner)
tidak terjadi perubahan tekanan dan kecepatan relatif fluida. Tetapi kecepatan absolut

2
fluida berkurang ketika melewati runner, karena fluida menumbuk dan menggerakkan
sudu gerak yang selanjutnya memutar poros turbin, yang juga merupakan poros sudu
gerak. Disini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik. Turbin francis
merubah energi fluida menjadi kerja yang berupa putaran pada poros turbin.
Perubahan atau energi fluida sebelum masuk turbin dan sesudah keluar dari
turbin disebut sebagai head drop. Head fluida adalah total energi yang dimiliki oleh
fluida tiap satu satuan berat, terdiri dari energi potensial, energi tekanan dan energi
kinetik. Perubahan energi pada turbin air Francis secara garis besar adalah dari energi
potensial menjadi energi tekanan sebelum masuk guide vane, kemudian menjadi
energi kinetik setelah keluar dari guide vane dan selanjutnya menjadi energi mekanik
pada poros turbin yang dikelilingi oleh sudu gerak.

Rumus-rumus yang digunakan


1. Menghitung efisiensi turbin (T)
Pm
T =
Ph
Dimana :
Pm = daya keluaran (watt)
Ph = daya hidrolik (watt)

2. Menghitung daya hidrolik (Ph)


Ph =  g Q H (watt)
Dimana :
 = massa jenis air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Q = laju aliran air (m3/s)
H = tinggi tekanan total (m)

3
3. Menghitung tinggi tekan total (H)
 Ps V 2   Pd V2 
H =  + Zs + S  −  + Zd + d 
 2g    2g 

Dimana :
H = tinggi tekan (m)
Ps = tekanan statis (N/m2)
Z = beda meter tekanan dari garis referensi

4. Menghitung daya mekanik (Pm)


Pm =  . T (watt)
Dimana :
2n
 = kecepatan sudut = (rad/s)
60
n = putaran poros (rpm)
T = torsi (N – m)

5. Menghitung Daya Generator


Pg = V I (watt)
Dimana :
V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)

6. Menghitung Efisiensi Sistem (S)


S = T x G
Dimana :
T = efisiensi turbin
G = efisiensi generator
T VI
S =
gQH T
VI
S = 100%
gQH

4
C. Alat dan Bahan
1. Alat uji praktikum Turbin Francis dengan pompa aksial
2. Kabel secukupnya
3. Power supply
4. Orifice
5. Manometer
6. Meter torsi
7. Meter kecepatan

D. Gambar Rangkaian

Gambar 2. Rangkaian Kontrol dari Turbin Francis

Gambar 3. Rangkaian Turbin Francis

5
E. Persiapan Percobaan
1. Memeriksa kedudukan peukur tepat pada posisinya atau belum (lihat skema
instalasi)
2. Mengecek angka nol pada setiap meter
3. Mengkalibrasi meter torsi
4. Memeriksa rangkaian listrik sudah sesuai dengan gambar rangkaian pengujian
atau belum
5. Membuat tabel pengujian

F. Prosedur Pengujian
1. Lakukan kalibrasi torsi
2. Merangkai sesuai gambar dengan beban tahanan (”De Lorenso” Star Conection
6 Kw)
3. Menyambungkan supply listrik switch isolator dan pengaman pada kondisi on.
4. Memeriksa dan mengatur pada posisi nol pada nilai tegangan, arus, putaran dan
debit.
5. Mengatur sudut sudu pengarah pada 200 dan 300.
6. Start pompa pada posisi ”Low speed” kemudian setelah 2 menit, ganti pada
posisi ”High speed”.
7. Membuka katup keluaran pompa hingga kecepatan turbin 950 rpm.
8. Mengatur sudut sudu pengarah pada 200 dan 300.
9. Membuka pengaman dan atur potensio meter untuk memberikan beban ke
generator.
10. Mengatur potensiometer exsitasi sehingga mengeluarkan tegangan 220 V pada
generator, dengan kenaikan tegangan putaran turbin akan turun dan atur pula
katup keluaran pompa sehingga tegangan 220 V.
11. Setelah kondisi stabil mencatat parameter putaran, debit, torsi, tegangan, dan
arus.
12. Mengulangi langkah di atas pada sudut sudu pengarah 300 dan menyesuaikan
variasi beban.

6
G. Prosedur Mematikan turbin
1. Mengatur aliran air dengan menutup katup keluaran pompa dan diimbangi dengan
pengurangan beban harus dikontrol tegangan di bawah 220 volt.
2. Pada saat putaran turbin mendekati nol, mematikan dan menutup katup keluaran
pompa.

H. Data Hasil Pengujian


Hs Hd Q T V
∝ Beban n (rpm) I (A)
(mH2O) (mH2O) (m3/s) (Nm) (volt)
0-0-0 3.4 0.1 30 1.5 955 3.3 5.6
1-1-1 3.4 0.1 30 2 915 4.8 8
2-2-2 3.4 0.1 30 2.8 840 6.7 9.6
20o 3-3-3 4.3 0.1 30 3.2 700 8 10.5
4-4-4 4.3 0.1 30 3.8 670 9 11
5-5-5 4.3 0.1 30 4 615 9.7 11.7
6-6-6 4.3 0.1 30 4.2 575 10.3 12.3
0-0-0 2.7 0.1 32 1.9 945 3.2 4.3
1-1-1 2.5 0.1 32 2.3 900 4.1 5.7
2-2-2 2.5 0.1 32 3.1 855 6.9 9.3
30o 3-3-3 3.5 0.1 32 3.8 810 8.9 11.7
4-4-4 3.8 0.1 32 4.3 765 9.5 12.3
5-5-5 4.3 0.1 32 5.6 720 10.2 13.7
6-6-6 5.1 0.1 32 6.4 675 11.7 14.5

I. Analisa Perhitungan
• ∝ = 𝟐𝟎𝟎
1. Beban 0-0-0
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (3,4 – 0,1) + 0,35
= 3,65 mH2O

7
b. Menghitung Ps
Ps =  . T
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 955 × 1,5
=
60
= 149,935 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 3,65
= 1070535,729 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
149,935
= × 100%
1070535,729
= 0,014 %
2. Beban 1 1 1
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (3,4 – 0,1) + 0,35
= 3,65 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 915 × 2
=
60
= 191,54 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 3,65
= 1070535,729 𝑤𝑎𝑡𝑡

8
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
191,54
= × 100%
1070535,729
= 0,0178 %
3. Beban 2-2-2
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (3,4 – 0,1) + 0,35
= 3,65 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 840 × 2,8
=
60
= 243,453 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 3,65
= 1070535,729 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
234,453
= × 100%
1070535,729
= 0,018 %

9
4. Beban 3-3-3
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (4,3 – 0,1) + 0,35
= 4,55 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 700 × 3,2
=
60
= 246,176 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 4,55
= 1334503,443 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
246,176
= × 100%
1334503,443
= 0,0189 %
5. Beban 4-4-4
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (4,3 – 0,1) + 0,35
= 4,55 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 670 × 3,8
=
60
= 252,77 𝑤𝑎𝑡𝑡

10
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 4,55
= 1334503,443 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
252,77
= × 100%
1334503,443
= 0,019 %
6. Beban 5-5-5
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (4,3 – 0,1) + 0,35
= 4,55 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 615 × 4
=
60
= 257,48 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 4,55
= 1334503,443 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
257,48
= × 100%
1334503,443
= 0,02 %

11
7. Beban 6-6-6
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (4,3 – 0,1) + 0,35
= 4,55 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 575 × 4,2
=
60
= 266.4813 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 30 × 4,55
= 1334503,443 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
266.4813
= × 100%
1334503,443
= 0,023 %
• ∝ = 𝟑𝟎𝟎
1. Beban 0-0-0
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (2,7 – 0,1) + 0,35
= 2,95 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 945 × 1,9
=
60

12
= 187,929 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 2,95
= 922909,3408 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
187,929
= × 100%
922909,3408
= 0,020 %
2. Beban 1-1-1
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (2,5 – 0,1) + 0,35
= 2,75 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 900 × 2,3
=
60
= 216,66 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 2,75
= 860339,216 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
216,66
= × 100%
860339,216
= 0,025 %

13
3. Beban 2-2-2
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (2,5 – 0,1) + 0,35
= 2,75 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 855 × 3,1
=
60
= 277,42 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 2,75
= 860339,216 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
277,42
= × 100%
860339,216
= 0,0264%
4. Beban 3-3-3
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (3,5 – 0,1) + 0,35
= 3,75 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 810 × 3,8
=
60
= 322,16 𝑤𝑎𝑡𝑡

14
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 3,75
= 1173189,84 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
322,16
= × 100%
1173189,84
= 0,0269 %
5. Beban 4-4-4
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (3,8 – 0,1) + 0,35
= 4,05 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 765 × 4,3
=
60
= 344,30 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 4,05
= 1267045,03 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
344,30
= × 100%
1267045,03
= 0,027 %

15
6. Beban 5-5-5
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (4,3 – 0,1) + 0,35
= 4,55 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 720 × 5,6
=
60
= 422,02 𝑤𝑎𝑡𝑡
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 4,55
= 1423470,34 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
422,02
= × 100%
1423470,34
= 0,03 %
7. Beban 6-6-6
a. Menghitung H
H = (Hs – Hd) + ΔZ
= (5,1 – 0,1) + 0,35
= 5,35 mH2O
b. Menghitung Ps
𝑃𝑠 = 𝜔 × 𝑇
2×𝜋×𝑛×𝑇
=
60
2 × 3,14 × 675 × 6,4
=
60
= 452,16 𝑤𝑎𝑡𝑡

16
c. Menghitung Ph
𝑃ℎ = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻
= 997 × 9,806 × 32 × 5,35
= 1673750,84 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Menghitung 
𝑃𝑠
𝜂= × 100%
𝑃ℎ
452,16
= × 100%
1673750,84
= 0,032 %
Melalui analisa perhitungan, dapat dilihat data perhitungan pada tabel berikut.
∝ Beban H (mH2O) Ps (watt) Ph (watt) 𝜼 (%)
0-0-0 3.65 149.935 1070535.729 0.014
1-1-1 3.65 191.54 1070535.729 0.0178
2-2-2 3.65 234.453 1070535.729 0.018
20 3-3-3 4.55 246.176 1334503.443 0.0189
4-4-4 4.55 252.77 1334503.443 0.019
5-5-5 4.55 257.48 1334503.443 0.02
6-6-6 4.55 266.4813 1334503.443 0.023
rata-rata 4.1642857 228.405 1221374.423 0.01867
0-0-0 2.95 187.929 922909.3408 0.02
1-1-1 2.75 216.66 860339.216 0.025
2-2-2 2.75 277.42 860339.216 0.0264
30 3-3-3 3.75 322.16 1173189.84 0.0269
4-4-4 4.05 344.3 1267045.03 0.027
5-5-5 4.55 422.02 1423470.34 0.03
6-6-6 5.35 452.16 1673750.84 0.032
rata-rata 3.7357143 317.5213 1168720.546 0.02676
rata-rata keseluruhan 3.95 272.9632 1195047.484 0.02271

17
J. Pembahasan
Praktikum “Pengujian Turbin Francis” dilakukan dengan variasi sudut dari sudu
pengarah yaitu 200 dan 300 dengan masing-masing variasi beban (0-0-0, 1-1-1, 2-2-2,
3-3-3, 4-4-4, 5-5-5, 6-6-6). Melalui pengujian, dapat diketahui bahwa putaran rpm
semakin menurun saat beban ditambah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa hubungan
antara putaran dan beban ialah berbanding terbalik. Sedangkan arus, tegangan, dan torsi
cenderung meningkat saat beban semakin bertambah.

Melalui analisa perhitungan dari data pengujian diperoleh tinggi tekan yang
konstan dan meningkat pada kedua variasi sudut sudu pengarah. Selain itu, diperoleh
daya keluaran yang semakin tinggi pada beban yang semakin bertambah. Pada sudut
200, diperoleh nilai daya keluaran tertinggi sebesar 266.4813 watt. Sedangkan pada
sudut 300, nilai daya keluaran paling tinggi adalah 452.16 watt. Dalam hal ini, nilai
daya keluaran lebih tinggi pada sudut 300. Hal ini dikarenakan sudut pengarah semakin
besar berarti aliran air semakin deras sehingga menyebabkan perolehan daya yang
semakin besar. Lain halnya dengan nilai daya masukan lebih besar pada sudut 200 yaitu
dengan rata-rata sebesar 1221374.423 watt. Sedangkan pada sudut 30, diperoleh rata-
rata daya masukan sebesar 1168720.546 watt. Seharusnya, apabila sesuai teori keadaan
ini sama dengan perolehan daya keluaran, yaitu semakin besar nilai sudut pengarah
maka perolehan daya juga semakin besar. Namun, pada perhitungan diperoleh daya
masukan pada sudut 200 yang lebih besar. Hal ini dikarenakan parameter tinggi tekan
yang tidak sesuai. Untuk menentukan nilai daya masukan diperlukan parameter tinggi
tekan. Tinggi tekan yang diperoleh tidak sesuai karena skala penunjuk telah rusak.
Skala penunjuk Hs bernilai konstan pada setiap sudut pengarah sehingga
mengakibatkan nilai daya masukan yang lebih besar pada sudut 200.

Nilai efisiensi diperoleh melalui perbandingan antara daya keluaran dan daya
input. Daya keluaran harus lebih besar daripada daya masukan agar menghasilkan
efisiensi yang sesuai. Melalui perhitungan data pengujian, telah sesuai dan dihasilkan
daya keluaran yang lebih besar dari daya masukan. Perolehan nilai efisiensi semakin
meningkat sehingga pada sudut 200 diperoleh rata-rata efisiensi sebesar 0.01867%.
Sedangkan pada sudut 300 lebih besar yaitu 0.02676%.

18
Untuk mengetahui performa dari turbin francis, perolehan efisiensi dan daya
keluaran pada tiap variasi beban pada sudut pengarah perlu kita ketahui. Selanjutnya,
perolehan keduanya dapat dituangkan dalam kurva karakteristik agar dapat mengetahui
kenaikan tiap variasi beban. Kurva karakteristik dari turbin francis dapat dilihat melalui
grafik “Hubungan antara Daya Keluaran dan Efisiensi”. Melalui grafik tersebut, pada
kedua sudut sudu variasi dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai daya keluaran,
maka efisiensi juga semakin tinggi. Sesuai dengan teori, hal ini berarti bahwa hubungan
antara daya keluaran dan efisiensi adalah berbanding lurus.
500

400
Ps (watt)

300

200 20
30
100

0
0 0,01 0,02 0,03 0,04
efisiensi (%)

Gambar 4. Hubungan antara Daya Keluaran dan Efisiensi

K. Kesimpulan
Melalui praktikum “Pengujian Turbin Francis” yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
• Semakin besar beban yang diberikan, maka besar putaran rpm semakin
menurun. Sehingga, hubungan antara putaran dan beban ialah berbanding
terbalik.
• Arus, tegangan, dan torsi meningkat saat beban semakin bertambah.
• Semakin tinggi nilai daya keluaran, maka efisiensi juga semakin tinggi.
• Didapatkan nilai tinggi tekan sebesar 3.736 m; daya keluaran sebesar
272.9632 watt; daya masukan sebesar 1195047.484 watt; dan efisiensi
sebesar 0.02271%.

19
20

You might also like