You are on page 1of 24

PRINSIP, PERSIAPAN, TEKNIK DALAM PRESENTASI DAN

DISKUSI ILMIAH

DISUSUN OLEH :

( KELOMPOK 3 )

1. EGIDIA SINAGA ( 2186206057 )

2. FARHANISSA ( 2186206202 )

3. RAHMAT YUDI GUNTARA ( 2186206208 )

4. YULIA RIZKA AMELIA ( 2186206216 )

5. ZAHRA NURFADILLAH DLT ( 2186206217 )

Dosen Pengampu: Dr. Nurmalina, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayahnya dan tentunya nikmat sehat sehingga penyusunan

makalah ini selesai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW. Tak lupa saya ucapkan terimkasih atas semua pihak yang ikut

membantu penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk

memberikan penjelasan tentang Prinsip, persiapan dan teknik dalam presentasi dan

diskusi ilmiah. Semoga apa yang kami sampaikan melalui makalah ini dapat

menambah wawasan baik itu untuk pribadi kami maupun dunia pendidikan pada

umumnya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 29 September 2021

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3

C. Tujuan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Kesantunan Berbahasa dalam

Presentasi dan Diskusi Ilmiah .......................................................... 4

B. Persiapan dalam Presentasi dan Diskusi Ilmiah............................... 13

C. Teknik dalam Presentasi dan Diskusi Ilmiah ................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 19

B. Saran ............................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana manusia untuk berkomunikasi. Peran bahasa

yakni perantara pesan antara individu satu dengan individu lain. Bahasa merupakan

sistem lambang bunyi yang arbitrer, artinya dapat dimanfaatkan masyarakat dalam

bekerjasama dan berinteraksi. Pada kegiatan interaksi, perlu aturan yang mengatur

para peserta tuturan supaya terjalin komunikasi yang baik dari keduanya.

Aturan dalam berkomunikasi dapat dilihat dari prinsip kesantunan

berbahasa yang diutarakan ahli pragmatik. Lech membagi enam maksim sebagai

prinsip kesantunan dalam bernahasa, yaitu maksim kebijaksaan, maksim

kedermawana, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim

permufakatan dan maksim kesimpatian.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kesantunan berbahasa menjadi

bagian yang penting dalam membentuk karakter atau sikap seseorang. Dengan

bahasa yang digunakan, dapat diketahui kepribadian seseorang tersebut. Tuturan

seseorang dikatakan santun relatif pada ukuran atau kadar kesantunan dalam

masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dalam bahasa Indonesia, tuturan santun

apabila tidak mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara

langsung, tidak dengan sengaja menyakiti hati orang lain, dan menghormati atau

menghargai orang lain.

1
Salah satu pengaplikasian kesantunan berbahasa dapat dilihat saat

presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi ilmiah yang disampaikan secara lisan

merupakan teknik yang efektif untuk mentransfer informasi kepada pendengar agar

informasi dapat diserap dengan baik dan mudah. Untuk mencapai tujuan ini, maka

di butuhkan kemampuan untuk mempersiapkan materi yang akan dibawakan secara

efektif agar mencapai sasaran.

Persentasi ilmiah sama halnya dengan kelompok diskusi merupakan suatu

aktivitas yang hidup, bukan hanya sekedar penyampaian informasi namun untuk

menyatu dengan pendengar, menggunakan bahasa yang difahami pendengar,

memanfaatkan waktu yang disediakan secara efektif serta kemampuan menyajikan

presentasi secara menarik. Kesantunan berbahasa dan komunikasi yang efektif

merupakan bagian penting dalam suatu presentasi ilmiah dengan membangun

komunikasi dua arah yaitu pembicara sebagai sumber informasi maupun dari

pendengar sebagai penerima informasi.

Sama halnya dengan presentasi, diskusi merupakan suatu cara penyampaian

pendapat melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan suatu masalah.

Melalui diskusi kita akan belajar mengemukakan pendapatnya dan saling bertukar

pikiran. Sehingga dapat menjadi pembelajaran yang aktif. Kita dituntut harus selalu

bertanya berpikir kritis dan mengemukakan argumentasi yang meyakinkan dalam

mempertahankan pendapatnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang membangun

konsep atau pengetahuan kita. Berdasarkan hal tersebut, kita akan terlatih

kemampuan berbicaranya sehingga menghasilkan bahasa atau tuturan yang baik

dan santun sesuai dengan situasi pembicaraan dalam diskusi.

2
Kegiatan diskusi dan presentasi dapat menjadi upaya dalam meningkatkan

keterampilan berbicara melalui pengungkapan gagasan, ide dan pendapat tentang

suatu masalah. Namun, kadang masih muncul penggunaan bahasa yang kurang

santun saat menyampaikan pendapat. Oleh karena itu kesantunan berbahasa sangat

melatar belakangi dari keberhasilan presentasi dan diskusi ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah prinsip kesantunan berbahasa dalam presentasi dan diskusi

ilmiah?

2. Bagaimanakah persiapan dalam presentasi dan diskusi ilmiah?

3. Bagaimana teknik dalam presentasi dan diskusi ilmiah?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui prinsip-prinsip kesantunan berbahasa dalam presentasi dan

diskusi ilmiah.

2. Mengetahui persiapan dalam presentasi dan diskusi ilmiah.

3. Mengetahui teknik dalam presentasi dan diskusi ilmiah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Presentasi dan Diskusi Ilmiah

a) Prinsip-Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Presentasi ilmiah

Kesantunan berbahasa menggambarkan kesantunan penuturnya.

Kesantunan berbahasa pada hakikatnya harus memperhatikan empat prinsip yaitu

penerapan prinsip kesantunan, penghindaran pemakaian kata tabu, penggunaan

eufemisme yaitu ungkapan penghalus dan penggunaan pilihan kata honorifik.

• Penghindaran pemakaian kata tabu

Konsep dasar tabu, yaitu “larangan”. Penghindaran atau pelarangan

menyebutkan kata, frasa, dan lainnya atau memperbincangkan topik yang membuat

orang lain tidak nyaman juga merupakan bagian dari tabu bahasa.

Mempertimbangkan kesopanan dan kesantunan adalah pokok tabu bahasa.

tabu bahasa adalah larangan untuk menggunakan kata-kata tertentu karena

dianggap dapat mendatangkan malapetaka, melanggar etika sopan santun,

mencemarkan nama, dan mendapat amarah dari manusia dan Tuhan. Seseorang

yang telah melakukan tabu bahasa biasanya akan merasakan perasaan yang tidak

tenang akibat ucapannya. Di samping itu, pelanggaran tabu bahasa akan

menyebabkan relasi antara si pelanggar dan masyarakat sekitarnya akan menjadi

renggang dan bisa saja si pelanggar akan terkucilkan. Penggunaan kata tabu di

dalam kelas contohnya kata “mati” yang terkesan lebih kasar dibanding kata

“meninggal”.

4
• Penggunaan eufemisme yaitu ungkapan penghalus

Eufemisme merupakan penggunaan kata-kata dengan arti yang baik atau

dengan tujuan yang baik. Eufemisme kerap digunakan sebagai acuan dalam

mengungkapkan perasaan agar tidak menyinggung lawan berbicaranya, dengan

menggantikan acuan-acuan yang dirasakan menghina atau menyinggung perasaan

dengan unkapan yang lebih halus

• Penggunaan pilihan kata honorifik

Ungkapan hormat untuk berbicara dan menyapa orang lain. Menurut Rihardi

penelitian kesantunan mengkaji penggunaan bahasa (language use) dalam suatu

masyarakat bahasa tertentu. Bahasa mayarakat yang dimaksud adalah masyarakat

dengan aneka latar belakang situasi, sosial, dan budaya yang mewadahinya. Adapun

yang dikaji didalam penelitian kesantunan adalah maksud dan fungsi bahasa. Fraser

menyebutkan bahwa terdapat dua pandangan yang dapat digunakan untuk mengkaji

masalah kesantunan berbahasa:

1) Pandangan kesantunan yang berkaitan dengan norma-norma sosial (the social-

norm view) dalam berbahasa di tentukan berdasarkan norma sosial dan kultural

yang ada dan berlaku didalam masyarakat. Santun dalam berbahasa ini di

sejajarkan dengan etikat berbahasa(langguage eticuatte)

2) Pandangan yang melihat kesantunan sebagai sebuah maksim percakapan

(coversantional maxim). Pandangan kesantunan sebagai maksim percakapan

menganggap prinsip kesantuan (politeness principle) hanyalah sebagai

pelengkap prinsip kerja sama (cooperative principle).

5
Menurut Chaer secara singkat dan umum ada tiga kaidah yang harus

dipatuhi agar tuturan kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan tutur. Ketiga

kaidah itu adalah formalitas (formality), ketidak tegasan (hesistency), dan

kesamaan atau kesekawanan (equality or comaderie) jadi, menurut Chaer dengan

singkat bisa dikatakan bahwa sebuah turturan di sebut santun kalau ia tidak

terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada

lawan turtur, dan lawan turtur itu menjadi senang. Kesantunan berbahasa tercemin

dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa.

Menurut Leech (1983) menyebutkan dalam suatu interaksi para pelaku

memerlukan prinsip lain selain prinsip kerja sama yaitu prinsip kesantunan yang

memiliki enam maksim kesantunan yakni:

1) Maksim kebijaksanaan

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah

bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu

mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak

lain dalam kegiatan bertutur. Contoh penutur hendaknya menggunakan diksi-diksi

yang halus dalam diskusi, tuturan yang tidak langsung, tidak memaksakan

pendapatnya serta menggunakan kata “maaf” ketika ingin membantah diskusi.

2) Maksim kedermawanan

Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para

peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan

terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi

6
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Contoh penutur

hendaknya tidak memaksakan orang lain untuk melakukan hal yang dia inginkan,

meminta dengan kalimat tanya bukan kalimat tanya bukan kalimat perintah,

menanggapi pendapat orang lain dengan diksi yang halus dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat.

3) Maksim penghargaan

Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat

dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan

kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan

tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.

Dalam maksim ini Chaer menggunakan istilah lain, yakni maksim

kemurahan. Contoh penutur hendaknya mengucapkan “terimakasih” ketika dipuji

atau di kritik, menghargai dan menghormati pendapat orang lain, memberikan

pujian yang jujur dan tidak menyinggung lawan bicara.

4) Maksim kesederhanaan

Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta

tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian

terhadap dirinya sendiri. Contoh penutur hendaknya tidak memamerkan

kelebihannya terhadap orang lain, berbicara apa adanya tidak menunjukkan sifat

angkuh dan sombong dan berprasangka baik terhadap orang lain.

5) Maksim permufakatan

Maksim permufakatan sering disebut dengan maksim kecocokan. Di dalam

maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan

7
atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Contoh penanya bisa menerima

jawaban dari penyaji, dan tidak memaksakan pendapatnya.

6) Maksim simpati.

Dalam maksim kesimpatisan, diharapkan agar para peserta tutur dapat

memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap

simpati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak

santun. Contoh penanya berusaha menambahkan jawaban dari kelompok penyaji

walaupun tau bahwa jawaban itu kurang tepat, tetapi penanya menunjukkan rasa

simpati dengan berusaha membantu agar jawaban dari kelompok penyaji terlihat

lebih sempurna.

Pelanggaran prinsip kesantunan sering terjadi dalam komunikasi antar

individu baik formal maupun non formal. Salah satu bentuk komunikasi formal

terdapat di sekolah. Sekolah memiliki peran penting dalam menciptakan dan

membentuk kesantunan berbahasa siswa, siswa yang berbahasa tidak santun akan

berakibat pada generasi berikutnya, yakni generasi yang kasar minim nilai etika,

dan tidak berkarakter.

b.) Prinsip-Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Diskusi ilmiah

Kata diskusi berasal dari bahasa Latin discutio atau discusum yang berarti

bertukar pikiran. Dalam bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti

perundingan atau pembicaraan. Dari segi istilah, diskusi berarti

perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah: untuk memahami,

menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Diskusi ini

dapat dilakukan oleh dua-tiga orang, puluhan, dan bahkan ratusan orang. Pada

8
hakikatnya, diskusi merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah dengan proses

berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerja sama yang

mempunyai cara-cara dasar yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.

Diskusi kelompok berlangsung jika orang-orang yang berminat dalam suatu

masalah khusus berkumpul dengan sengaja untuk mendiskusikan suatu hal untuk

menyelesaikan suatu masalah. Bagi suatu diskusi yang efektif, istilah kelompok

merupakan suatu keseluruhan yang dinamis dengan sifat-sifat yang berbeda dari

sifat-sifat anggota-anggota kelompok secara perseorangan.

Gagasan-gagasan yang dihasilkan suatu kelompok tidak akan dapat

dihasilkan oleh satu anggota kelompok secara pribadi. Dalam mencapai tujuan

diskusi, pribadi-pribadi dalam suatu kelompok saling tergantung satu dengan

lainnya untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat tunggal. Agar tidak kehilangan

arah, salah seorang dari peserta diskusi harus bertindak sebagai

ketua/pemimpin/moderator. Karena adanya partisipasi anggota diskusi, maka

kesimpulan yang dihasilkan merupakan hasil pemikiran bersama.

Kata ilmiah pada diskusi ilmiah memberikan makna khusus. Diskusi

tersebut mempunyai cara-cara yang lebih khusus dan kesimpulan yang dihasilkan

oleh diskusi tersebut harus memenuhi persyaratan tertentu. Perbedaan itu terutama

disebabkan bukan hanyap karena materinya yang harus menyangkut keilmuan,

tetapi juga karena asas moral yang melatar belakangi ilmu. Asas moral tersebut

sangat mempengaruhi teknik berdiskusi dan hasil diskusi. Dengan asas moral

seperti itu, semua proses dalam pelaksanaan diskusi dari persiapan diskusi sampai

penyebarluasan simpulan harus memenuhi etika keilmuan.

9
Etika umum berdiskusi :

1. Niat

Hendaklah tidak mempunyai maksud untuk menunjukkan kepandaian dan

keluasan wawasannya dalam setiap perbincangan, atau mengangkat dirinya

atas orang lain dengan meremehkan lawan bicara, atau membanggakan diri

untuk mendapatkan sanjungan.

2. Situasi yang kondusif

Situasi yang melingkupi kita menyangkut tiga macam, yaitu tempat, waktu,

dan manusianya.

3. Ilmu

Janganlah memperbincangkan suatu tema yang kita sendiri tidak mengerti

dengan baik dan janganlah kita membela suatu pemikiran, jika kita tidak yakin

dengan pemikiran tersebut.

4. Jangan mendominasi pembicaraan

Pelaku diskusi atau pembicara secaara umum, tidak boleh mendominasi

pembicaraan, yakni tidak memberikan kepada pihak lain peluang berbicara.

Tetapi cegahlah ia berbicara yang bertele-tele, sehingga keluar dari

konteksnya.

5. Mendengarkan dengan baik

Pembicara yang baik adalah pendengar yang baik, karenanya jadilah pendengar

yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain

6. Perhatikan diri sendiri

10
Perhatikanlah diri kita sendiri, apakah kita merasa lebih berilmu? Apakah

‘perasaan lebih’ itu tampak pada raut muka, tutur kata, atau gerakan tanganmu?

Jika kita merasakannya, ubahlah segera gaya bahasa itu. Jika merasa ada yang

salah, segeralah minta maaf.

7. Kejelasan

Suatu isyarat yang tepat bisa lebih berguna dari uraian dan penjelasan panjang

lebar. Tindakan ini sekaligus berguna untuk mengoreksi kesalahan yang

diperbuat orang lain tanpa membuat mereka tersinggung.

8. Penggunaan ilustrasi

Pelaku diskusi yang cerdik adalah mereka yang pandai membuat ilustrasi guna

melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraannya

9. Memperhatikan titik-titik persamaan

Ketika seorang berbicara, hendaklah ia memulai pembicaraan dengan

mengungkap titik-titik persamaan yang ada. Hal-hal yang asiomatik.

10. Saya tidak tahu

Apabila lawan diskusimu mengemukakan sesuatu pembicaraan yang engkau

tidak memahaminya, janganlah engkau malu untuk bertanya dan meminta

penjelasan.

11. Tidak fanatik dan mengakui kesalahan

Berpijaklah di atas kebenaran di manapun kebenaran itu berada. Mengakui

kesalahan setelah tidak mengakuinya di awal pembicaraan dapat menarik

simpati dan penghargaan dari lawan bicara. Berbeda halnya jika bergeming

11
dengan kesalahannya, hal ini bisa menghilangkan rasa hormat dari orang lain,

juga dari dirinya sendiri.

12. Jujur dan kembali ke sumber rujukan

Hormatilah kebenaran, jadilah orang yang jujur ketika menyampaikannya.

Janganlah kita memotong ungkapan, sehingga mengubah konteksnya atau

mencabut dari relevansinya dengan memberikan penafsiran sesuai dengan

keinginan kita sendiri.

13. Menyerang dan mematahkan

Metode menyerang dalam berdiskusi, meskipun dengan argumentasi yang kuat

dan dalil yang nyata, dapat menimbulkan kebencian bagi orang lain. Maka

bersikap lemah lembut, lawan bicara akan merasa puas dengan pendapat kita,

cepat atau lambat.

14. Jangan marah

Jika lawan bicaramu tidak setuju dengan pendapat kita, jangan terburu marah.

Janganlah coba memaksakan semua orang untuk mengiyakan apa yang kita

anggap benar.

15. Jangan keraskan suaramu

Orang yang tengah berdialog sebaiknya tidak mengeraskan suaranya lebih dari

yang dibutuhkan oleh pendengar, karena suara yang keras itu jelek dan

menyakitkan.

Pada kegiatan diskusi, moderator mengatur jalannya diskusi dengan

menggunakan bahasa santun. Sementara penyaji mesti memaparkan materi dengan

12
menggunakan bahasa yang santun pula. Bahasa santun juga harus digunakan

notulen untuk menulis pertanyaan, kritik, saran, ataupun pendapat peserta diskusi.

Notulen juga harus menggunakan bahasa yang santun ketika menyampaikan

simpulan hasil diskusi.

Peserta juga diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan, menyampaikan

kritik, saran, ataupun gagasan kepada penyaji dengan menggunakan bahasa santun.

Dengan demikian, diskusi bisa digunakan sebagai upaya untuk pencapaian tujuan

pembelajaran sekaligus peningkatan keterampilan berbicara siswa. Namun ketika

berdiskusi di kelas, ternyata masih terdapat siswa yang menggunakan bahasa tidak

santun.

Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru perlu

mengajarkan materi bagaimana cara berdiskusi santun dan memilih penggunaan

kata yang tepat.

B. Persiapan dalam Presentasi dan Diskusi Ilmiah

a.) Persiapan dalam Presentasi ilmiah

Pertemuan ilmiah merupakan suatu cara yang paling efektif dalam

berkomunikasi, edukasi dan saling berbagi informasi. Setelah mengikuti berbagai

pertemuan maupun kongres ilmiah biasanya seorang pembicara dalam pertemuan

ilmiah menyadari adanya kekurangan dalam penyampaian informasi maupun karya

ilmiah baik dalm bentuk penelitian, telaah pustaka maupun studi kasus.

Presentasi ilmiah yang disampaikan secara lisan merupakan teknik yang

efektif dan popular di kalangan profesional untuk mentransfer informasi kepada

pendengar (audience) dan agar informasi dapat diserap dengan baik serta mudah.

13
Untuk mencapai tujuan ini, maka dibutuhkan kemampuan untuk mempersiapkan

materi yang akan dibawakan serta bagaimana cara yang efektif untuk

menyampaikan materi agar mencapai sasaran.

Kunci keberhasilan seseorang pembicara sewaktu menyampaikan informasi

dalam pertemuan ilmiah adalah kemampuan mempersiapkan dan

mengorganisasikan materinya semaksimal mungkin dan sekaligus kemampuan

menyajikannya di dalam pertemuan ilmiah, agar dapat mempengaruhi dan

mengajak pendengar untuk tekun memperhatikan materi yang disajikan pembicara.

Presentasi ilmiah sama halnya dengan kelompok diskusi merupakan suatu

aktivitas yang hidup, bukan hanya sekedar penyampaian informasi atau data-data

penelitian belaka, namun bertujuan untuk menyatu dengan hadirin, menggunakan

bahasa yang dipahami hadirin, memanfaatkan waktu yang disediakan secara efektif

serta kemampuan menyajikan presentasi secara menarik. Komunikasi yang efektif

merupakan bagian penting dalam suatu pertemuan ilmiah dengan membangun

komunikasi dua arah yaitu dari pembicara sebagai sumber informasi, maupun dari

hadirin sebagai penerima informasi.

Beberapa studi menunjukkan bahwa sikap seseorang membantu

membentuk perilaku yang menentukan suatu tindakan dalam pertemuan ilmiah atau

kelompok diskusi, seperti perhatian dan tanggapan terhadap pembicara. Hadirin

akan antusias mengikuti presentasi ilmiah dengan topik menarik yang disukainya,

dan tidak bersemangat dengan topik yang tidak disukai. Informasi yang diterima

hadirin akan berbeda sesuai dengan sikap penerimaan akan topik yang dibahas.

Topik yang disukai biasanya lebih mudah dicerna dan daya ingat lebih meningkat

14
dibandingkan dengan topik yang tidak disukai atau tidak menarik. Oleh karena itu,

pembicara dianjurkan untuk mengenal sikap hadirin terhadap materi yang akan

dibawakan, apakah yang dihadapi adalah kelompok mahasiswa, kolega seprofesi

atau kalangan profesional tidak seprofesi, maupun masyarakat umum, khususnya

bagaimana caranya mempresentasikan materi agar dapat mempengaruhi hadirin

untuk membangkitkan perhatian sehingga terjadi komunikasi yang efektif.

Suatu presentasi yang menarik dengan visualisasi yang jelas merupakan

perpaduan antara teks, gambar dan suara yang dapat membangkitkan perhatian dan

daya ingat hadirin terhadap materi yang disampaikan pembicara. Fasilitas

presentasi dengan multimedia tersebut dimiliki oleh perangkat lunak yang kini

banyak dan makin popular digunakan dalam presentasi ilmiah yaitu power point.

b.) Persiapan dalam Diskusi ilmiah

Urutan diskusi :

1. Pendahuluan.

Pertama-tama, ketua mengumumkan pokok pembicaraan dan menjelaskan

berbagai istilah yang harus didefinisikan. Setelah itu, ketua memperkenalkan

para anggota panel dan mengemukakan tahap khusus pokok pembicaraan yang

akan diutarakan setiap anggota panel.

2. Pembicaraan prasaran oleh para anggota panel.

Setelah diperkenalkan, anggota panel secara bergiliran menyampaikan prasaran

mereka.

15
3. Diskusi bebas.

Setelah para anggota panel selesai mengemukakan prasaran, anggota panel

dipersilakan untuk memberikan komentar terhadap gagasan lain, menerangkan

berbagai hal yang memerlukan penyelesaian yang lebih rinci, dan

mempertahankan pernyataan yang ditentang.

4. Peran serta pendengar.

Kalau diskusi antarpanelis telah dianggap cukup, ketua/moderator

mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan

mereka kepada anggota panel.

5. Rangkuman.

Pada akhir diskusi, ketua merangkum hasil diskusi dengan jalan menyatakan

butir – butir yang sama-sama disepakati, yang masih menimbulkan perbedaan

pendapat, dan butir-butir yang tidak disepakati anggota panel dan pendengar.

C. Teknik dalam Presentasi dan Diskusi Ilmiah

Proses awal dalam pembuatan suatu presentasi ilmiah hampir sama dengan

proses pembuatan film. Seorang pembicara harus mampu menyatukan beberapa

elemen yang berbeda sehingga menjadi suatu cerita yang menarik, dan ini sama

dengan kegiatan seorang pembicara dalam mempersiapkan materi presentasinya

untuk menghasilkan presentasi yang efektif, komunikatif dan menarik. Perangkat

presentasi yang baik memungkinkan seorang pembicara untuk mengembangkan

fasilitas yang ada menjadi suatu gambar hidup yang merupakan perpaduan antara

teks, animasi, gambar diam maupun klip video dan suara.

16
Seorang pembicara harus memiliki kemampuan membuka dan menutup

pembicaraan saat melakukan presentasi. Jadi sebelum membawakan presentasi,

sebaiknya pembicara harus mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan

diucapkan saat memulai presentasi dan apa yang ingin dikatakan saat mengakhiri

presentasi. Beberapa ahli komunikasi menyarankan agar jangan menutup presentasi

ilmiah dengan kalimat “Apa ada pertanyaan?” Kondisi semacam ini akan

menyebabkan pembicara menunggu sampai ada tanggapan dan tentu saja ini akan

menyita waktu. Kalimat yang baik saat menutup presentasi adalah dengan

mengatakan, “Terima kasih atas perhatian anda. Saya akan senang bilamana ada

pertanyaan.” Pembicara tidak perlu menunggu tanggapan, tetapi segera

menyelesaikan presentasi untuk masuk dalam tahap diskusi

Suatu presentasi yang baik merupakan perpaduan antara isi, desain dan cara

menyampaikan materi. Cara menyampaikan materi akan sangat menarik dan efektif

bilamana dilakukan dengan mempertimbangkan suara, gerakan badan dan

penampilan saat menyajikan materi.

➢ Berikut adalah teknik presentasi :

1. Gali informasi tentang audiens dan rencana kegiatan presentasinya

2. Tetapkan tujuan presentasi anda

3. Kuasai dan susun materi dengan baik

4. Buat desain slide yang menarik

5. Siapkan peralatan presentasi

6. Menggunakan ilustrasi seperti gambar, video, table dan lainnya

7. Lakukan latihan sebelum presentasi

17
8. Siapkan mental dan fisik

Suatu presentasi ilmiah yang baik adalah persentasi yang terdiri dari isi,

desain dan cara menyampaikan materi presentasi. Isi adalah informasi actual yang

dipersiapkan untuk dipresentasikan, sedangkan desain merupakan susunan materi

presentasi yang actual berupa slide yang berisi teks, gambar atau grafik dan suara.

➢ Berikut teknik diskusi adalah:

Ada beberapa macam teknik diskusi yang dapat digunakan baik untuk diskusi

ilmiah maupun non lmiah;

1. Diskusi meja bundar

Jika jumlah diskusi tidak terlalu banyak (5-15 orang), diskusi meja bundar

dapat dilakukan. Seorang ketua ditunjuk untuk memimpin diskusi.

2. Diskusi berkelompok (buzz groups)

Jika peserta banyak dan yang didiskusikan bermacam-macam, diskusi dapat

dilaksanakan dalam kelompok – kelompok. Tiap kelompok dipimpin oleh

seorang ketua (kelompok). Demikian juga, diskusi antar kelompok dipimpin

oleh seorang ketua.

3. Diskusi panel

Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh

sekelompok orang di hadapan sekelompk pendengar mengenai suatu masalah

tertentu yang telah dipersiapkan sebelumnya. Diskusi dipimpin oleh seorang

moderator. Pada saat diskusi, para anggota panel duduk berjejer menghadap ke

arah para pendengar. Moderator duduk di tengah para anggota panel.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kesantunan berbahasa menjadi

bagian yang penting dalam membentuk karakter atau sikap seseorang.

2. Salah satu pengaplikasian kesantunan berbahasa dapat dilihat saat

presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi ilmiah yang disampaikan secara

lisan merupakan teknik yang efektif untuk mentransfer informasi kepada

pendengar agar informasi dapat diserap dengan baik dan mudah. Untuk

mencapai tujuan ini, maka di butuhkan kemampuan untuk mempersiapkan

materi yang akan dibawakan secara efektif agar mencapai sasaran.

3. Diskusi merupakan suatu cara penyampaian pendapat melalui sarana

pertukaran pikiran untuk memecahkan suatu masalah. Melalui diskusi kita

akan belajar mengemukakan pendapatnya dan saling bertukar pikiran.

Sehingga dapat menjadi pembelajaran yang aktif.

4. Kesantunan berbahasa sangat melatar belakangi dari keberhasilan

presentasi dan diskusi ilmiah.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca dan memahami materi makalah ini kita bisa

merealisasikan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa dalam presentasi dan

diskusi ilmiah, dan dapat mempersiapkan presentasi dan diskusi ilmiah dengan

19
baik, menarik, dan sekreatif mungkin. Tentunya dengan teknik-teknik dalam

presentasi dan diskusi ilmiah yang efektif. Sehingga, tercapai presentasi dan

diskusi ilmiah yang dinginkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2011). Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, L. (2010). Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Kejurusan Bahasa.


Jakarta: Diksi.

Suryanto, A., & Haryanto, A. (2007). Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis.

Cahya Ningrum, F., Andayani, & Setiawan, B. (2018). Kesantunan Berbahasa

Siswa dalam Berdiskusi. Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, 45-54.

Chaer, A. (2011). Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Dari Wulan, A., W Chandra Eka, D., & Sugiyanti, S. M. (2017). Analisis Kesantunan
Berbahasa Pada Kegiatan Pembelajaran Kelas VII E SMPN 2 Kota Bengkulu Tahun
Ajaran 2016/2017. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 10-
22.

Finoza, L. (2010). Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Kejurusan Bahasa.


Jakarta: Diksi.

Mailoa, E. (2008). Teknik Penyajian Presentasi Ilmiah yang Efektif dengan Menggunakan
Media Elektronik. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, 88-98.

Suryanto, A., & Haryanto, A. (2007). Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis.

https://serambimata.com/2014/09/02/teknik-dan-etika-diskusi-ilmiah-3/

You might also like