You are on page 1of 57

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN EVIDENCE BASED PRACTICE


SENAM AEROBIC LOW IMPACT
PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RSJ dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun Oleh :

1. Daniar Septianing F. (17020012)


2. Agustin Ratna P.D. (17020003)
3. Dwi Riris W (17020023)
4. Risky Gandhi S (17020077)
5. Sofyan Dimas RM (17020047)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan dengan Evidence Based Practice Senam Aerobic Low Impact
pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di rsj dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang telah dikonsultasikan dan disetujui pada tanggal :

Lawang, Februari 2018

Menyetujui
Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,

( ) ( )
NIK. NIP.

Mengetahui
Kepala Ruangan,

( )
NIP.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penyusunan terapi aktivitas kelompok ini dapat terselesaikan.Terapi
aktivitas kelompokini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan program studi profesi NERS STIKES dr.
Soebandi Jember.
Selama proses penyusunanProposal ini penulis di bimbing dan dibantu oleh
berbagai pihak.Semoga amal kebaikan diterima Allah SWT.Dalam penyusunan ini penulis
menyadari rnasih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang untuk perbaikan dimasa mendatang.

Lawang, 20 Februari 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat jiwa menurut WHO adalah berbagai karakteristik positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

kedewasaan pribadinya ( Ade, 2013), sedangkan menurut Departemen Kesehatan

Indonesia ( DEPKES RI, 2013) sehat jiiwa adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi serta

sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur fisik, mental, dan sosial. Orang yang

tidak menunjukkan karakteristik tersebut akan beresiko terjadinya gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik

yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental (Yosep, 2014). Gangguan jiwa

menjadi masalah serius di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan dunia (World Health

Organitation) tahun 2013 menyatakan, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta

orang terganggu jiwanya di Indonesia berdasarkan survey kesehatan mental rumah

tangga setiap 1000 anggota rumah tangga terdapat 185 orang mengalami gangguan

terkait masalah kejiwaan.

Menurut kepala kesehatan dinas di Jakarta Dien Emawati menyatakan bahwa

jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga tahun 2013 mencapai 301.621 orang,

naik dari 159.029 orang pada tahun 2012. Secara keseluruhan jumlah penderita

gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1% dari jumlah penduduk. Jumlah

tersebut diatas angka nasional sebesar 11,6% (Kompas.com 10 April 2013). Data

tersebut menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa semakin meningkat , sebagian


penderita gangguan jiwa terjadi karena perilaku kekerasan baik dalam rumah tangga

ataupun yang lainnya.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun

lingkungan. Hal tersebut di lakukan untuk mengungkapkan perasaan marah atau kesel

yang tidak kontruktif. Marah merupakan suatu emosi yang merupakan ciri-ciri aktivitas

sistem saraf simpatis yang tinggi dan adanya perasaan jengkel atau tidak suka yang

amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan yang ditimbulkan sebagai respon

terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai

ancaman (Yosep, 2014).

Penyaluran energi pada perilaku kekerasan maupun yang masih risiko perilaku

kekerasan bisa dilakukan melalui terapi non farmakologis salah satunya dengan senam

aerobic. Senam aerobic merupakan salah satu aktivitas fisik yang bertujuan untuk

melatih otot jantung agar bisa bekerja dalam jangka waktu yang lama dan terus

menerus. Menurut bahasa senam aerobic adalah suatu aktivitas fisik yang tersusun

secara sistematis yang membutuhkan oksigen untuk menunjang aktivitas tubuh

seseorang guna mencapai tujuan tertentu (Giriwijoyo, 2013). Manfaat lainnya dari

senam aerobic adalah untuk melawan agar tidak melakukan perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, dan jika kegiatan tersebut dilakukan

secara teratur dapat meningkatkan mood seseorang, tetapi aerobik juga dapat membuat

seseorang merasa senang dan menjadi tenang (Nelly, 2013). Senam aerobic dapat

meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi

resiko kekerasan secara efektif (Yulistanti, 2013).

Berbagai terapi dalam mengatasi gangguan jiwa telah banyak dikembangkan, salah

satunya adalah terapi senam. Tim terapis sudah menanyakan pada perawat diruangan
mengatakan belum pernah melakukan senam aerobic low impact sebagai terapi

terhadap pasien dengan resiko perilaku kekerasan maupun yang sudah melakukan

perilaku kekerasan. Oleh karena itulah tim terapis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang senam aerobic low impact terhadap pasien dengan resiko perilaku kekerasan

dan yang sudah melakukan perilaku kekerasan di RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat

Lawang.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaporkan pemberian terapi senam aerobic terhadap skor agression self-control

pada asuhan keperawatan pada Nn. S dengan perilaku kekerasan di RSJ dr.

Radjiman Wediodiningrat Lawang.

2. Tujuan Khusus

a. Terapis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan perilaku kekerasan.

b. Terapis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan

perilaku kekerasan.

c. Terapis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

perilaku kekerasan.

d. Terapis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan perilaku

kekerasan.

e. Terapis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan perilaku kekerasan.

f. Terapis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan senam aerobic kondisi

pada Ny. S dengan perilaku kekerasan sesudah diberikan terapi senam aerobic.
1.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan

jiwa. Meningkatkan keterampilan dalam memberi asuhan keperawatan jiwa dalam

pemberian terapi senam aerobic terhadap skor agression self-control.

2. Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat dalam upaya meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan jiwa pada pasien perilaku kekerasan, menambah

pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa.

Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa

khususnya perilaku kekerasan dalam pemberian terapi senam aerobic terhadap skor

agression self-control.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan

keperawatan khususnya jiwa pada perilaku kekerasan. Sebagai bahan masukan bagi

tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan pemberian terapi senam aerobic

terhadap skor agression self-control asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan

perilaku kekerasan, sehingga pasien mendapatkanpenanganan yang tepat, cepat,

dan optimal.

4. Bagi Pendidikan

Hasil yang di dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi pendidikan

profesi ners keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di masa

yang akan datang.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


a. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati
dan Hartono, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik (Herman, 2013).
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai perilaku kekerasan penulis
menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan, dimana perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal maupun fisik.
b. Faktor Predisposisi
1. Faktor psikologis
a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan.
c) Rasa frustasi.
d) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.
e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipeljari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-respons yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari emlalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat emmbantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (sistem limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi indera penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respons agresif.
b) Pengaruh biokimia berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan geentik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana).
d) Gangguan otak, sindrom otak organikberhubungan dengan gangguan
serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma
otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kriminal (Direja, 2013).
c. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2013) secara umum seseorang akan marah jika dirinya
merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan: panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2015), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:
1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3. Ketidakpastian seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
4. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan.
d. Pohon Masalah


Perilaku kekerasan GPS: Halusinasi
↑ ↑
Regimen terapeutik Harga diri rendah kronis Isolasi sosial : menarik
inefektif diri
↑ ↑
Koping keluarga tidak Berduka disfungsional
efektif

e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Herman (2013) :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang menutup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain. Merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas lambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
f. Skor Agression Self-Control
Skor agression self-control adalah salah satu skala autcome kesehatan
psikosoaial yang terdapat di nursing outcomes clasification, skor agrssion self-
control digunakan untuk mengukur kemampuan kontrol diri terhadap adanya
kemungkinan tindakan untuk melakukan penyerangan, perlawanan, dan
perusakan secara fisik. Untuk menguji reabilitas pengamatan atau observasi
dilakukan dengan cara koefisien kesepakatan agar diperoleh observasi yang
sama melalui pengamatan. Agression self-control pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan yang dilakukan senam aerobic sebanyak dua kali dalam
seminggu
1.2 Konsep Dasar Senam Aerobik
a. Pengertian
Aerobik adalah suatu kegiatan fisik yang membutuhkan tambahan oksigen
untuk tubuh dengan membutuhkan waktu lama sedangkan senam aerobik
adalah suatu latihan tubuh/latihan jasmani yang melibatkan sejumlah unsur
oksigen dalam melaksanakan aktivitas tubuh yang gerakannya dipilih dan
diciptakan sesuai dengan kebutuhan, disusun secara sistematis dengan tujuan
membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis serta diharapkan
mempunyai aspek yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ-
organ tubuh (Ramadhan 2015 : 2).
Senam aerobik merupakan salah satu aktivitas fisik yang bertujuan untuk
melatih otot jantung agar bisa bekerja dalam jangka waktu yang lama dan terus
menerus. Menurut bahasa senam aerobik adalah suatu aktivitas fisik yang
tersusun secara sistematis yang membutuhkan oksigen untuk menunjang

aktivitas tubuh seseorang guna mencapai tujuan tertentu. ( Giriwijoyo,


2013 : 399).
b. Manfaat Senam Aerobik
Olahraga aerobik yang dilakukan secara benar dan dengan takaran yang
tepat, dapat memberikan manfaat (Giriwijoyo, 2013) :
1. Dapat meningkatkan kemampuan kontrol emosi, pelepasan ketegangan,
meningkatnya kreativitas, serta peningkatan pengalaman estetis.
2. Dapat meningkatkan fungsi sistem tubuh, peningkatan kekuatan, daya
tahan otot dan kardiovaskuler, serta peningkatan fleksibilitas dan
komponen kebugaran lainnya.
3. Dapat meningkatkan keharmonisan fungsi saraf dan otot, melalui berbagai
latihan koordinasi di dalamnya.
4. Dalam meningkatkan kecerdasan, peserta senam pada suatu kelas senam
aerobik harus tetap mengikuti koreografi yang diberikan oleh instruktur.
5. Dapat meningkatkan kepekaan terhadap kondisi lingkungan sehingga
mampu beradaptasi dengan mudah, dan menjaga keharmonisan dalam
hidup bersama.
6. Dapat meningkatkan kemampuan menerima, membedakan,
menerjemahkan isyarat, karena dalam melakukan senam aerobik terutama
yang diiringi dengan musik seseorang harus tetap mengikuti musik
tersebut.
c. Pengaruh Latihan Senam Aerobik
Kualitas daya fisik diperoleh dengan peningkatan kondisi fisik, sedangkan
kualitas keterampilan gerak diperoleh dengan belajar gerak. Ada pula yang
dikenal sebagai pengaruh latihan sebagai perkembangan daya fisik akibat
latihan, Efek senam aerobik ( Giriwijoyo, 2013) adalah:
1. Alat-alat pernapasan bertambah kuat untuk memungkunkan aliran udara
yang cepat ke dalam dan ke luar paru-paru.
2. Kerja jantung bertambah kuat dan efisien untuk dapat pada tiap denyutan
memompakan lebih banyak darah yang mengandung oksigen.
3. Tegangan (tonus) otot-otot di seluruh tubuh ditingkatkan, sehingga menjadi
lebih kuat.
4. Turunnya jumlah denyut nadi maka dapat menjaga kesegaran jasmani
seseorang.
d. Materi Senam Aerobik Low Impact dan High Impact
1. Low Impact
a) Gerakan Kaki
1) Marching
Gerakan jalan di tempat. Kaki kiri dan kanan diangkat secara
bergantian dengan tumpuan berada di satu kaki.
2) Single Step
Badan tegap, kaki kanan melangkah ke kanan satu kali diikuti oleh
kaki kiri.
Kemudian bergantian dengan kaki kiri melangkah ke kiri diikuti kaki
kanan
3) Double Step
Gerakannya sama seperti single step, tetapi dilakukan sebanyak 2 kali.
4) “V” Step
Gerakan kaki melangkah ke depan secara melebar menngikuti bentuk
“V”, lalu kembali ke posisi semula, dimulai dengan kaki kanan.
5) Single Diagonal Step
Gerakan melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian
dengan diselingi kembali ke posisi semula secara diagonal satu
langkah.
6) Double Diagonal Step
Melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian masing-
masing dua langkah secara diagonal lalu kembali ke posisi semula.
7) Leg Curl
Gerakan menekukan kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian ke
arah bokong.
8) Mambo
Gerakan kaki kanan melangkah satu kali ke depan diikuti kaki kiri,
lalu kaki kanan mundur satu kali kedepan diikuti kaki kiri, lakukan
hitungan 2x8.
9) Squatch
Gerakan membuka kaki selebarnya satu setengah lebar bahu,
kemudian menekuk kedua lutut dengan posisi ujung lutut tidak
melebihi ujung jari kaki.
10) Gripe Vine
Gerakan kaki seperti double step, melangkah dua kali ke kanan atau
ke kiri,
tetapi ketika langkah pertama, kaki yang digerakan terakhir di silang
ke
belakang.
11) Step Touch
Gerakan melangkahkan kaki kanan ke samping kanan diikuti dengan
ujung kaki kiri berada tepat di samping kaki kanan. Begitu pula
dengan kaki kiri.
12) Touch Step
Gerakan menyentuhkan ujung kaki kana ke samping kanan lalu
kembali ke posisi semula, begitu pula dengan kaki kiri.
13) Heels Forward
Gerakan tumit kaki kanan disentuhkan ke depan lalu kembali ke titik
awal, begitu pula dengan kaki kiri.
b) Bentuk Tangan
1) Fist
Telapak tangan dikepalkan.
2) Blade
Telapak tangan dibuka, jari-jari dirapatkan.
3) Jazz
Telapak tangan dibuka dengan jari-jari direnggangkan antara satu
dengan yang lain.
c) Gerakan Tangan
1) Ped-dech
Gerakan kedua tangan mengenggam ditekuk siku-siku ke depan, lalu
digerakkan masing-masing ke samping kanan atau kiri sampai rata-
rata air.
2) Butterfly
Kedua tangan dirapatkan dan diangkat ke depan wajah. Posisi tangan
tegak lurus terhadap siku. Gerakan tangan ke kiri dan ke kanan
bersamaan dan tutup keduatangan seperti posisi awal.
3) Bised Curl
Gerakan kedua tangan menggenggam, lengan atas ditekuk hingga
menempel lengan bawah di depan dada.
4) Low Rowing
Gerakan kedua tangan seperti tolak pinggang kemudian kedua
tangan dikepal, lalu digerakkan secara bersamaan.
5) Lateral Rise
Gerakan kedua tangan menggenggan lurus ke bawah lalu digerakan
ke samping masing-masing ke kanan dan kiri sampai rata-rata air.
6) Front Rise
Gerakan kedua tangan menggenggam lurus ke bawah lalu digerakan
ke depan sampai rata-rata air.
7) Pull Down
Gerakan kedua tangan menggenggam rata air di depan dada lalu
digerakan ke bawah sejauh mungkin
8) Scoope
Gerakan kedua tangan menggenggam dengan keadaan seperti orang
yang sedang memegang seko, lalu tangan diayun beriringan ka
samping kanan-kiri.
9) Punch
Telapak tangan mengepal kemudian dorong tangan ke depan satu per
satu agak dihentakkan, menyerupai gerakan tinju.
10) Chriss Cross
Gerakan tangan membentuk blade kemudian disilangkan ke depan
dada.
11) “L”Arm
Gerakan tangan ke atas dan samping seperti membentuk huruf “L”.
Lakukan secara bergantian.
12) Diamond
Gerakan posisi tangan ke samping lalu digerakan ke atas dan ke
bawah.
13) Applause
Gerakan tepuk tangan
2. High Impact
a) Jogging
Gerakan lari di tempat dengan tempo yang tetap, dapat digerakkan ke
depan,
belakang, samping kanan-kiri.
b) Sky Jump
Gerakan melompat dengan posisi kaki agak merapat dengan tempo
yang tetap.
c) Jumping Jack
Gerakan buka tutup dalam posisi lompat-lompat.
d) Flick Front
Gerakan kaki seperti lompat-lompat yang digerakan dengan posisi
menendang sambil diayun.
e) Flick Side
Gerakan kaki seperti Flick Front, tetapi digerakan ke samping kanan
atau kiri.

f) Flick Back
Gerakan seperti Flick Front, tetapi posisi badan menghadap ke
belakang.
g) Poni
Gerakan kaki merapat meloncat ke samping kanan-kiri.
h) Knee Lift
Menggerakan salah satu kaki dengan mengangkat lutut sejajar air secara
bergantian (kanan, lalu kiri, sebaliknya)
i) Cross Front
Gerakan kaki mengangkat lalu kemudian disilangkan ke depan.
j) Cross Back
Gerakan mengangkat kaki kemudian disilangkan ke belakang.
k) Shuttle Step
Gerakan menghentakkan kaki yang disilangkan ke depan kanan dan
kiri.
l) Cha-cha-cha
Gerakan kaki seperti dansa salsa, gerakan kaki kanan ke kiri sebanyak
dua kali, silangkan kaki kanan ke depan kaki kiri sampai 900.
m) Twist
Gerakan pinggul digoyang memutar ke kiri dan ke kanan.
n) Klick
Gerakan kaki diawali kneelift, setelah diangkat posisi kaki seperti
menendang ke atas.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 01 februari 2018


Tanggal Dirawat di Ruangan : 13 februari 2018
Tanggal Pengakajian : 19 februari 2018
Ruang Rawat : Dahlia

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S (P)
Umur : 36 tahun
Alamat : Malang
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kel. : Perempuan
No CM : 122245

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien mengatakan tidak tau,” saya tidak tahu kenapa saya dibawa kesini. Saya
datang diantar oleh Dinas Sosial”

b. Data Sekunder
Perawat ruangan mengatakan pasien masuk rumah sakit jiwa ini karena
dibawa dinas sosial yang diambil dari pinggi jalan.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Pasien mengatakan mendengar suara-suara.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Sebelumnya Ny.S berada di trotoar pinggir jalan-jalan kemudian bertemu dengan
dinas sosial. Dibawalah Ny.S bersama dinas sosial ke rumah sakit jiwa lawang
pada tanggal 01 februari 2018 dan pada tanggal 13 februari 2018 Ny.S dipindah
ruangan Dahlia.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PRESDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
 Ya
 Tidak
Jika Iya, Jelaskan kapan, tanda gejala / keluhan

2. Faktor penyebab/ pendukung


a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban
Saksi
1. Aniaya fisik Tidak pernah mengalami
2. Aniaya seksual Tidak pernah mengalami
3. Penolakan Tidak pernah mengalami
4. Kekerasan dalam keluarga Tidak pernah mengalami
5. Tindakan criminal Tidak pernah mengalami
Jelaskan
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan : -
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan:
pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan)
Jika iya jelaskan :
- pasien mengatakan pernah menikah punya anak 1 dan bepisah dengan
keluaga.
Diagnosa Keperawatan : Sindrome pasca trauma
d. Pernah mangalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Iya
 Tidak
Jika iya Jelaskan : pasien tidak pernah mengalami penyakit fisik yang
parah.
Diagnosa Keperawatan : -
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan narkoba seperti
pil koplo.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan : pasien tidak menjaawab dan dari catatan medik tidak didapatkan
riwayat pengobatan.
Diagnosa Keperawatan : -
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Iya
 Tidak
Jika ada : tidak ada
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -
Diagnosa keperawatan : -

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL. (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :
Keterangan;
: Laki-laki = Sangat dekat
: perempuan = Pasien
: meninggal = garis keturuanan
: garis penikahan
: garis tinggal 1 rumah
Jelaskan :
Pasien datang dibawak dinas sosial yang diambil dari jalanan kemudian
diserahkan di rumah sakit. Saat dikaji pasien mengatakan mempunyai suami
dan memiliki satu putri.
Diagnosa keperawatan : ketidak efektifan koping keluarga

2. Konsep diri
 Citra tubuh :
Pasien mengatakan pengen bertemu dengan anaknya. (tidak) pasien
mengatakan tidak puas akan keadaan yang dialami sekarang.
 Identitas :
- Pasien mengatakan senang sebagai perempuan.
- Pasien mengatakan sekolah sampai SMK.
- Pasien tidak bekerja.
- Pasien engatakan mempunyai suami dan satu putri.

 Peran :
- Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga tidak dapat tepenuhi.
- Sebagai anggota pengajian di rumahnya pasien tidak bisa memenuhi
untuk bisa hadir.
 Ideal diri :
- Pasien mengatakan ingin pulang, Klien juga mengatakan pengen pulang
bersama keluarganya.
- Pasien saat ini kurang senang, karena masih belum diperbolehkan
pulang.

 Harga diri :
- Pasien tidak pernah ngobrol-ngobol dengan teman-temennya satu
kamar. Pasien tampak senang sendiri.
Diagnosa keperawatan : Harga diri reandah
3. Hubungan sosial
 Orang yang berati / terdekat
Pasien mengatakan orang yang paling disayang dan berarti adalah suami
dan anak perempuannya. Pasien
 Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan social
- Pasien mengatakan saat di rumah biasanya mengikuti pengajian.
- Pada saat di rumah sakit klien jarang berinteraksi sosial dengan teman
Sekamar.
- Pasien lebih sering menyendiri.
- Pasien tampak tidak mau berbicara jika tidak ditanya.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
- Saat dirumah, pasien akti dalam kegiatan pengajian
- Saat di RSJ, pasien mengatakan malas mau berinteraksi dengan teman-
teman sekamar.
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Agama
Pasien jarang menunaikan amanahnya sebagai umat muslim
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien tidak menjawab

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik.

2. Kesadaran (GCS)
Compos metis E4 V5 M6

3. Tanda vital :
TD : 120/80 Mm/Hg
N : 88 x/menit
S : 350C
P : 20 x/menit
4. Ukur :
BB : 53 Kg
TB : 150 Cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan :
Tidak ada keluhan
Diagnosa keperawatan : -

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penampilan usia, cara berpakain, kebersihan)
Jelaskan :
Penampilan pasien kurang rapi, pakaian pasien bersih, tubuh klien tegap, gaya
berjalan normal.
Diagnosa Keperawatan : -
2. Pembicaraan (Frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Jelaskan :
Pembicaraan pasien kadang tidak terarah, volume sedikit keras, nada bicara
masih jelas dan dapat dimengerti, terkadang pembicaraan klien tidak masuk
akal.
Diagnosa keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktifitas motorik /psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
 Lain-lain
Jelaskan : pasien tampak terlihat mondar-mandir, tanpa membatu
disekelilingnya.
Peningkatan : tidak terdapat peningkatan motorik
 Hiperkinesia Grimace
 Stereotipi Otomatisma
 Gaduh, gelisah katatonik Negativitsme
 Mannerism Reaksi konversi
 Katapleksi Tremor
 TIK Verbigerasi
 Ekhopraxia Berjalan kaku / rigid
 Command automatism Komplusif : sebutkan
Jelaskan : pasien mudah berperasangka negatif terhadap lawan bicara yang
baru dia kenal dan dibarengi pandangan tajam.
Diagnosa keperawatan : Defisit aktifitas
4. Mood dan Afek
a. Mood
 Depresi Khawatir
 Ketakutan Anhedonia
 Euphoria Kesepian
 Lain-lain
Jelaskan :
- Pasien mengatakan kehilngan keluraganya
b. Afek
 Sesuai Tidak sesuai
 Tumpul/dangkal/datar Labil
Jelaskan :
- Pasien terdapat perubahan dalam roman muka pada saat ada stimulus yang
merangsang
- Diagnosa Keperawatan:
5. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif Defensif
 Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan :
- pasien terkadang mudah tersinggung ketika komunikasi terjadi terlalu
lama
- tidak ada kontak mata
- Ekspresi wajah tegang

Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan

6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidakada
Jelaskan :
Ds : - Pasien mengatakan mendengar bisikan,” ngajak ngobrol”. suara
tersebut terdengar saat malam hari dan saat sendirian, frekwensi
halusinasi tidak tentu.
- Pasien mengikuti perintah suara tersebut
Do :
- Pasien kadang tampak berbicara sendiri
- Pasien tampak seolah-olah ada lawan bicara
- Pasien tampak bingung
- Pembicaraan kadang tidak masuk akal
Dignosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
 Koheren Inkoheren
 Sirkumtansial Asosiasi longgar
 Tangensial Flight of Idea
 Blocking Perseverasi
 Logorhoe Neologisme
 Clang Association Main kata kata
 Afasia Lain lain
Jelaskan : pasien sering membicarakan topik yang berbeda-beda dalam
waktu yang singkat.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir
b. Isi Pikir
 Obsesi Fobia, sebutkan .........
 Ekstasi Waham :
 Fantasi Agama
 Alienasi Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri Keberasaran
 Preokupasi Kejar / curiga
 Pikiran isolasi sosial Nihilistik
 Ide yang terkait Dosa
 Pikiran rendah diri Sisi pikir
 Pesimisme Siar pikir
 Pikiran magis Kontrol pikir
 Pikiran curiga Lain lain :
Jelaskan :
Pasien mudah marah, seing curiga sama lawan bicara bahkan sama
perawat juga pernah mengancam mau dipukul

c. Bentuk pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan :
Pasien mengatakan seing mendengar suara mantanya yang menbuat dirinya
bahagia.
DO:
- Pasien sering mengulang kata pengen pulang
- Isi bicara klien tidak sesuai kenyataan
- Ekspresi wajah datar
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

8. Kesadaran
 Orientasi ( waktu, tempat, orang )
Jelaskan :
- Pasien mengatakan saat ini adalah sore hari
- Pasien mengatakan sekarang sedang berada dirumah sakit.
 Meninggi
 Menurun :
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan :
Kesadaran pasien berubah, dibuktikan pasien mengalami gangguan relasi
dan limitasi
Do :
- Pasien tampak sering tertawa sendiri
- Pasien sering menyendiri
- Pasien jarang berinteraksi dengan temannya
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan )
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan )
 Gangguan daya ingat pendek ( kurun waktu 10 detik sampai 15 menit )
Jelaskan :
a. Pasien mampu mengingat kejadian lebih dari 2 hari ditandai dengan
(pasien mengatakan bahwa pada hari rabu ngobol-ngobrol dengan
mantannya).
b. Pasien mengatakan baru saja makan.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan poses pikir
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
1) Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan : saat melakkan perbincangan pasien sering mengganti-ganti topik
saat ditanya dan sering bertanya kapan pulang.
2) Berhitung
Jelaskan :
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan menjawab saat perawat
menanyakan pekalian dari angka dua.
Diagnosa Keperawatan : -
11. Kemampuan Penilaian/ pengambilan keputusan
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
- Pasien dapat berpaling
- Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ditunjukkan dengan
tidak mampu mengambil keputusan dengan benar saat bisikan muncul.
Diagnosa Keperawatan :
12. Daya tilik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengerti tentang apa yang di maksud halusinansi.
Pasien terlihat cuek apa yang di deritanya sekarang, hanya pengen pulang.
Diagnosa Keperawatan : -
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan :
Klien mampu melakukan perawatan diri dan melakukan tepat dan teratur
dalam minum obat.
- Pasien belum mampu tanpa ada arahan dalam melakukan perawatan
diri.
- Pasien belum mampu meminum obat dan meminta secara mandiri
kepada perawat.
- Aktifitas minum obat masih dibimbing dan dipaksa.
2. Kegiatan Hidup Sehat hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mandi 2x sehari, namun ADL masih dibimbing.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan dilakukan secara mandiri
Jelaskan :
Pasien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan teman, pasien mengerti
cara berpakaian,
3) Makan
Jelaskan :
Pasien mampu makan sendiri tanpa bantuan, makan 3x sehari dilakukan
bersama-sama dalam satu meja dengan pasien yang lain.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Pasien mampu BAK dan BAB secara mandiri tanpa bantuan
Diagnosa Keperawatan : -
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan nasi, lauk dan sayur, terkadang
mendapat tambahan susu dan roti
Bagaimana berat badannya.
Berat badan pasien menurun (BB awal = kg, BB sekarang kg)
Diagnosa Keperwatan : -

c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 jam s/d16.00
Tidur malam, lama : 20.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : jalan-jalan / mondar-mandir
Jelaskan
Pasien untuk tidur siang sulit jatuh tidur dan masih banyak mondar-mandirr
Diagnosa Keperawatan : -
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan : -
4. Sistem pendukung Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan: pasien jarang berinteraksi dengan teman sekamanya dan hanya
mempunyai sistem pendukung yaitu terapis
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :
Pasien jika ada masalah selalu menyendiri didalam kamar tanpa menceritakan ke
orang lain. Perlu pertanyaan dari perawat sehingga pasien mau cerita. Koping yang
dipakai yaitu mal adaptif dengan menghindari dari orang lain
Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan koping

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok spesifiknya
Jelaskan : pasien mengatakan tidak
 Masalah dengan lingkungan spesifiknya
Jelaskan : pasien tekadang mendengar suara-suara yang membisikinya mengajak
bekenalan
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan pekejaan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan perumahannya, spesifik
Jelaskan : tidak (tidak penah melakukan yang menyebabkan permusuhan anta
tetangga)
 Masalah dengan ekonomiya, spesifik
Jelaskan : pasien diambil dinas sosial saat dijalan menjadi gelandangan
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Jelaskan : pasien pernah melakukan tindakan mengancam perawat, saat mulai tidak
sesuai dengan apa yang dia inginkan
 Masalah dengan lainnya, spesifik
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan : ketidak efektifan koping keluarga

XI. ASPEK DAN PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien / keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaannya faktor yang memperberat masalah (presipitasi),
obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang
berkaitan degan spesifik masalah tersebut.
 Penyakit/gangguan jiwa Penatalaksanaan
 Sistem pendukung lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan :
Pasien mengatakan belum mengerti tentang penyakit gangguan jiwa, penyabab dan
tanda gejalanya
Diagnosa Keperawatan : Defisiensi pengetahuan

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosa medis :
Diagnosa multi axis
Axis I :
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V :

2. Terapi medis
halopeidol 50 mg = 2 x 1/5
Indikasi :
Trifluoperazine 2 mg = 2 x 1
Indikasi : gangguan mental atau mood dan skizofrenia
XIII. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 DS : Resiko perilaku
- Perawat mengatakan pasien masuk rumah sakit jiwa ini kekerasan
karena berkeliaan di pinggir jalan dan dibawak oleh dinas
sosial ke RSJ.
DO:
- Afek labil
- Pasien kadang tampak tenang, namun kadang-kadang volume
bicara pelan dan mudah tersinggung. Jika pasien mendapat
nasehat kadang tampak acuh dan sesekali memandang dengan
tatapan mata tajam.
- Jika pasien mendapat nasehat kadang tampak acuh dan
sesekali memandang dengan tatapan mata tajam.
- pasien terkadang mudah tersinggung ketika komunikasi
terjadi terlalu lama
- Ekspresi wajah datar
2 DS: Gangguan Persepsi
- Pasien mengatakan mendengar ada yang berbisik-bisik. suara sensori: halusinasi
tersebut terdengar saat malam hari dan saat sendirian,
frekwensi halusinasi tidak tentu
- Pasien terlihat menggumang dan terkadang ketawa sendiri-
sendiri
DO:
- Pasien kadang tampak berbicara sendiri
- Pasien tampak seolah-olah ada lawan bicara
- Pasien tampak bingung
- Pembicaraan kadang tidak masuk akal
3 DS : Aktifitas motoik/
- pasien mengatakan mengatakan jarang bicara dengan psikomotor. Isolasi
oang lain sosial
DO: - Pasien lebih sendiri, kontak mata tidak ada dan pasien
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
terlihat jarang ngobrong dengan orang lain.
4 DS : Ketidak mampuan
- Perawat mengatakan jalan-jalan dipinggir jalan koping keluarga

5 DS: Isolasi sosial


 Orang yang berati / terdekat
Pasien mengatakan Orang terdekat dulunya adalah suami dan
anak perempuanya.
 Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan
hubungan social
- Pasien mengatakan saat di rumah biasanya mengikuti
pengajian.
- Pada saat di rumah sakit klien tidak pernah berinteraksi
sosial dengan teman sekamar.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
- Pasien lebih memilih sendiri karena terkendala bahasa dan
bingung apa yang mau dibicarakan.
- Pasien hanya bisa menggunakan bahasa madura
DO:
- Pasien sering di dalam kamar
- Pasien lebih sering menyendiri
- Pasien tampak tidak mau berbicara jika tidak ditanya
6 DS: Gangguan proses
- Pasien yakin bahwa dirinya di santet oleh tetangganya yang pikir: waham
bernama Ny. R sehingga sampai sakit seperti saat ini.
Sebelumnya pasien memang pernah bertengkar dengan Ny. R
karena Ny.R menuduh pasien adalah tukang santet.
- Pasien mengatakan bahwa Ny. R yang membuatnya sampai
sakit dikarenakan santet terhadap dirinya. Pasien yakin
santetnya dimasukkan kedalam tubuhnya sehigga dirinya
tidak bisa mengontrolnya.
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DO:
- Arus pikir inkoheren
- pembicaraan mudah mengalihkan atau keluar dari tema
- Pasien sering mengulang kata santet
- Isi bicara klien tidak sesuai kenyataan
Ekspresi wajah tegang
7 DS : Ketidak efektifan
- Pasien mengatakan jika ada suara-suara itu biasanya pasien koping
mengigau dan terseyum sendiri
DO :
- Pasien jika ada masalah selalu menyendiri tanpa menceritakan
ke orang lain. Perlu pertanyaan dari perawat sehingga pasien
mau cerita. Koping yang dipakai yaitu mal adaptif dengan
menghindari dari orang lain.

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan Persepsi sensori: halusinasi
3. Sindrome pasca trauma
4. Ketidakmampuan koping keluarga
5. Isolasi sosial
6. Gangguan proses pikir: waham
7. Ketidakefektifan koping
XV. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan RPK

Gangguan Persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri


Waham Harga diri rendah
Koping individu inefektif
Sindrom paska trauma

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATA

1. Aktifitas motorik: Resiko perilaku kekerasan


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWAKLIEN DENGAN HALUSINASI
DI UNIT RAWAT INAP RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Ruang : Dahlia

TGL DIAGNOSA PERENCANAAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI
Resiko perilaku TUM:
kekerasan Klien tidak mencederai Setelah 5x pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya dengan
orang lain klien dapat menerima a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non
TUK 1 : kehadiran perawat. Klien verbal
Klien dapat membina dapat mengungkapkan b. Perkenalkan diri dengan sopan
hubungan saling perasaan dan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
percaya keberadaannya saat ini disukai klien
secara verbal d. Jelaskan tujuan pertemuan
1. Klien mampu e. Buat kontak interaksi yang jelas
berinteraksi secara f. Jujur dan menepati janji
lancar dengan g. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
perawat h. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
TUK 2: Setelah 5 x pertemuan 1. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
Klien dapat klien menceritakan a. Mengidentifikasi penyebab PK
mengidentifikasi penyebab perilaku b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
penyebab perilaku kekerasan yang c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
kekerasan yang dilakukannya: d. Mengidentifikasi akibat PK
dilakukannya 1. Menceritakan e. Menyebutkan cara mengontrol PK
penyebab perasaan f. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara
jengkel/kesal baik dari mengontrol fisik I
diri sendiri maupun g. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan
lingkungannya harian

TUK 3 : Setelah 5 x pertemuan 1. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku


Klien dapat klien menceritakan tanda- kekerasan yang dialaminya:
mengidentifikasi tanda saat terjadi perilaku
tanda-tanda perilaku 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
kekerasan.
kekerasan 2. Melatih pasien dalam mengontrol PK
1. Tanda fisik : mata
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
merah, tangan
kegiatan harian
mengepal, ekspresi
tegang, dan lain-lain.

2. Tanda emosional :
perasaan marah,
jengkel, bicara kasar.

3. Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan

TUK 4 :

TUK 5 :
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny. S Ruang : Jalak No. RM :126699
NO Tanggal Implementasi Evaluasi
dan jam Keperawatan
19-02- S:
2018 a. Menyapa klien - Pasien mengatakan “nama silvi”
dengan ramah, - Pasien megatakan pernah mendengar
baik verbal suara-suara ditelinganya

maupun non verbal


O:
b. Mempekenalkan
- Pasien terlihat gelisah
diri dengan sopan
- Pandangan pasien terlihat tajam
c. Menanyakan nama
- pasien dapat menjawab semua
lengkap klien dan
pertanyaan yang diberikan
nama panggilan
A:
yang disukai klien
- pasien mampu menyebut nama
d. Menjelaskan
- pasien belum bisa menceitakan
tujuan pertemuan
perasaannya
e. Membuat kontak
interaksi yang
P : lanjutkan interensi sp 1 (mengidentifikasi
jelas
PK)
f. Menunjukkan
sikap empati dan
menerima klien
apa adanya
g. Memberi perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny. S Ruang : Jalak No. RM :126699
NO Tanggal Implementasi Evaluasi
dan jam Keperawatan
21-02- S:
2018 1. - pasien mengatakan tidak kesal
Mengidentifikasi
penyebab PK O : - emosi pasien tampak labil
2. Mengidentifikasi - Afek klien marah
tanda dan gejala - Agitasi
PK - menjawab dengan singkat
3. Mengidentifika A:
si PK yang -Pasien mampu menyebutkan
dilakukan penyebap
4. Mengidentifika - Pasien belum mampu menyebutkan
si akibat PK akibat
P : lanjtukan intevensi sp 1 (Mengontrol
5. Menyebutkan
dengan cara fisik)
cara mengontrol
PK
6. Membantu
pasien
mempraktekkan
latihan cara
mengontrol fisik
I
7. Menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam kegiatan
harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Ny. S Ruang : Jalak No. RM :126699


NO Tanggal Implementasi Evaluasi
dan jam Keperawatan
22-02- S:
2018 1. Mengevaluasi - pasien mengatakan tidak mau
jadwal kegiatan
harian pasien O:
2. Melatih pasien - Afek klien marah
dalam mengontrol - Agitasi
- Menjawab dengan marah
PK
3. Menganjurkan
A:
pasien
- klien belum mampu mengontrol marah
memasukkan
dengan fisik
dalam jadwal
kegiatan harian
P : lanjutkan sp 2 (mengajarkan minum
obat)
BAB 4

ANALISA JURNAL DAN EVIDENCE BASED

4.1 Analisa Jurnal

Pengaruh Terapi Senam Aerobik Terhadapketerbukaan Diri Pada Pasien Isolasi Sosial

Di Rsjddr. Aminogondohutomo Semarang

Penelitian ini menggunakan pre eksperiment tanpa kelompok pembanding.


Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-post test one group design, yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh senam aerobik terhadap keterbukaan diri pada pasien isolasi
sosial di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pendekatan yang diberikan adalah
kualitatif.Dalam penelitian ini, suatu kelompok objek diukur sebelum dan sesudah diberikan
terapi senam aerobik. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan isolasi sosial yang
berada di ruang rawat inap RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarangsebanyak 60 pasien.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Penelitian dimulai tanggal
14 April – 26 April 2014.
Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai ρ value pre keterbukaan
diri sebelum senam aerobik 0,058, nilai ρ value post keterbukaan diri sesudah senam aerobik
0,080, karena kedua nilai ρ value > 0,05 maka distribusi data adalah normal. Berdasarkan
hasil Uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai ρ value 0,000 < α 0,05, dan nilai X2 = 2,204,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, yang berarti ada pengaruh keterbukaan diri
pasien isolasi sosial sebelum dan sesudah dilakukan terapi senam aerobik.

4.2 Metode
Terapis memberikan terapi senam aerobic low impact selama 3 hari berturut-turut,
sebelum dilakukan terapi senam aerobic low impact klien diukur menggunakan alat ukur
berupa kuesioner Skor Agression Self-Control diukur dengan 36 poin penilaian, total skor 36-
180 (IOWA Outcomes Project, 2003). Dengan kategori control diri adalah sebagai berikut :
36-65 : control diri sangat rendah
66-94 : control diri rendah
95-123 : control diri sedang
124-152 : control diri tinggi
153-180 : control diri sangat tinggi
4.3 Evidence Based
4.3.1 Hasil
No Nama Skor Agression Self- Nama Skor Agression Self-
Control Control
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Ny. S 70 98 Ny. T 44 44
(Kontrol (control (control (control
diri diri diri diri
rendah) sedang) sangat sangat
rendah) rendah)

Selain terapi senam aerobic low impact, klien juga mendapatkan terapi farmakologi.
Terapi senam aerobic low impact diberikan selama 3 hari berturut-turut. Sebelum dan
sesudah diberikan terapi tersebut klien diukur menggunakan Skor Agression Self-Control.
Sebelum diberikan terapi, Skor Agression Self-Control pada Ny. S sebesar 70 sedangkan
sesudah diberikan terapi Skor Agression Self-Control meningkat sebesar 98. Sebagai
perbandingan terapis juga mengukur klien Ny.T yang tidak mendapatkan terapi senam
aerobic low impact hanya mendapatkan terapi farmakologi saja. Skor Agression Self-Control
sebelum diberikan terapi senam aerobic low impct pada Ny. T sebesar 44 sedangkan
sesudah diberikan terapi tetap sebesar 44.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa pada klien yang mendapatkan terapi
farmakologi dan terapi senam aerobic low impact mengalami kenaikan pada skor Agression
Self-Control sebesar 28, dari 70 dengan kategori control diri rendah menjadi 98 dengan
kategori control diri sedang, sedangkan pada klien yang hanya mendapatkan terapi
farmakologi tidak mengalami perubahan pada Skor Agression Self-Control dari 40 dengan
kategori control diri sangat rendah.

4.3.2 Pembahasan
Pada asuhan keperawatan yang terapis berikan pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan didapatkan control diri pada klien masuk dalam kateg
ori kontrol diri rendah yang diukur menggunakan skor aggression self control 70 tetapi
setelah diberikan terapi senam aerobic low impact skor aggression self control meningkat
menjadi 98 yaitu control diri rendah. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yng pernah
dilakukan oleh Nadzla Kirana (2014), diperoleh nilai rata-rata skor aggression self control
pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan senam aerobic low impact adalah sebesar
21,65 dan pada kelompok kontrol sebesar 21,76. Setelah diberikan intervensi dengan senam
aerobic low impact dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu selama 2 minggu berturut-
turut, terjadi peningkatan rata-rata skor aggression self control pada kelompok eksperimen
menjadi 45,76, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi menjadi
21,94. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aggression self control yang
signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi dengan hasil uji statistik p
value= 0,000 (p<0,05) sehingga Ha diterima yang artinya senam aerobic low impact efektif
terhadap peningkatan aggression self control pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa aktivitas fisik yang menurun
dapat berdampak salah satunya pada sirkulasi darah yang tidak maksimal diedarkan
keseluruh tubuh. Hal ini diakibatkan karena pembuluh darah yang tidak elastis. Akibatnya
oksigen dan nutrisi yang dibawa keseluruh tubuh menurun, yang berdampak pada penurunan
metabolisme energi yang akan mempengaruhi fungsi organ tubuh (Rudolf, 2007 dalam
Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan, Suarnatha, & Ketut, 2013). Gangguan metabolisme
yang terjadi didalam otak akan mempengaruhi produksi neurotransmiter termasuk serotonin
dan norepinefrin di sistim limbik yang berkaitan dengan pengendalian emosi, perilaku
instinktif, motivasi serta perasaan (Dwivedi, 2009 dalam Purnamasari, Made, Sukawana,
Wayan, Suarnatha, & Ketut, 2013). Faktor biologis yang berpengaruh terhadap munculnya
perilaku kekerasan antara lain gangguan pada sistem limbik, lobus frontal, hipotalamus, dan
neurotransmitter (Nadzla, 2014).
Senam aerobic low impact memperlihatkan dapat mempertahankan aliran darah otak,
meningkatkan persediaan nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter yang dapat
menurunkan agresi serta dapat memicu perubahan aktivitas molekuler dan seluler yang
mendukung dan menjaga fungsi otak (Nadzla, 2014). Sirkulasi yang optimal ke otak akan
membantu aliran darah membawa banyak oksigen dan nutrisi ke otak, sehinga terjadi
peningkatan metabolisme yang menyebabkan peningkatan energi yang dihasilkan oleh
mitokondria sel saraf untuk mensintesis neurotransmiter terutama serotonin dan norepinefrin
didalam otak termasuk sistim limbik yang berkaitan dengan pengendalian emosi, perilaku
instinktif, motivasi serta perasaan (Nadzla, 2014).
Terapis berpendapat bahwa senam aerobik merupakan salah satu terapi yang efektif
untuk menyalurkan energi yang tertahan pada pasien jiwa. Senam aerobik ini tidak hanya
membantu merasa lebih baik, tetapi juga dapat membantu untuk tidur lebih nyaman,
menghilangkan stres dan memberikan saat yang menyenangkan selama melakukan latihan.
Olahraga aerobik dapat berhasil dalam mengatasi stress emosi kekhawatiran, depressi,
keletihan dan kebingungan yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perilaku
kekerasan pada pasien derngan gangguan jiwa. Senam aerobic dengan mengandalkan
penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang berimbang dapat meningkatkan endorphin
yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi risiko kekerasan secara efektif.
Kecemasan dan kemarahan terbukti dapat dikurangi secara efektif dengan melakukan gerakan
ritmik pada beat tertentu setelah melakukan olahraga aerobik. Salah satu kelompok risiko
kekerasan, yaitu pasien dengan penyalahgunaan obat dan alkohol terbukti dapat diperbaiki
kesehatan mentalnya untuk mengurangi kebiasaan dalam penyalahgunaan obat dan alkohol
tersebut dengan melakukan program senam aerobik yang cukup singkat (Nadzla, 2014).
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada asuhan keperawatan yang terapis berikan pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan didapatkan control diri pada klien masuk dalam kateg
ori kontrol diri rendah yang diukur menggunakan skor aggression self control 70 tetapi
setelah diberikan terapi senam aerobic low impact skor aggression self control meningkat
menjadi 98 yaitu control diri rendah.

5.2 Saran
5.2.1 Rumah Sakit
Diharapkan perawat dirumah sakit selalu mengajarkan terapi non farmakologi untuk
meringankan gejala atu manifestasi klinik yang timbul pada klien khususnya pada klien
denan resiko perilaku kekeasan dengan terapi senam aerobic low impact yang dapat
meningkakan control diri.
5.2.2 Mahasiswa
Diharapkan laporan ini sebagai acuan untuk pembelajaran dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan serta menjadi referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan.

\
DAFTAR PUSTAKA

Direja. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: EGC. Jakarta.

Giriwijoyo, S. & Sidik, Zafar. (2013). Ilmu Faal Olahraga (fisiologi


olahraga).Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Herman Ade. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.penerbit : Muha Medika:
Yogjakarta

Kusumawati, F & Yudi Hartono, 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:
Jakarta.

Kirana,N. 2014. Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Aggression Self Control
Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Program Studi Ilmu Keperawatan ,
Universitas Riau

Nita Fitria. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan


Keperawatan. Penerbit : Salemba Medika : JakartaPurbalingga. Jurnal Media
Ners, 1(2), 49-48.

Purnamasari, M., Made, N., Sukawana, Wayan, I., Suarnatha, Ketut. (2013). Pengaruh senam
aerobik low impact terhadap penurunan tingkat depresi pada narapidana wanita di
Lembaga Pemasyarakatan Denpasar. Diperoleh tanggal 25 November 2013 dari
http://ojs.unud.ac.id/

Syaputra, Ramadhan, R. (2015). Guna dan Manfaat Senam Aerobik. Diperoleh 20


Februari 2018 dari http://guna dan manfaat senam aerobik.
Lampiran 1
STANDAR OPERATING
PROSEDUR TERAPI SENAM
AEROBIK LOW IMPACT DAN
HIGH IMPACT
PENGERTIAN Bentuk intervensi dengan melakukan senam aerobik
untuk pasien resiko perilaku kekerasan maupun
perilaku kekerasan yang bertujuan untuk
mengontrol diri dengan efek rileks yang
ditimbulkan dari pergerakan senam tersebut
TUJUAN 1. Memberikan efek rileks.
2. Menurunkan pencetus resiko perilaku kekerasan
3. Mengalihkan emosi
INDIKASI Klien dengan gangguan jiwa resiko perilaku
kekerasan dan perilaku kekerasan
KONTRAINDIKASI 1. Pasien dengan gangguan ekstremitas
2.  Pasien dengan gangguan jantung berat dan asma
3.Pasien dengan terapi pengobatan intensif
PERSIAPAN
Menerangkan prosedur yang akan dilakukan serta
KLIEN tujuan.

PERSIAPAN ALAT 1. Sound system atau alat pengeras suara


2. Handpone
SETTING Terapis berdiri di depan memandu gerakan senam
dan pasien di belakang berbaris menyesuaikan
tempat serta mengikuti instruksi terapis
METODE
Memberikan terapi senam aerobik low impact dan
high impact

LANGKAH A. Tahap Orientasi


1. Salam terapeutik: sapa dan sebut nama klien.
KEGIATAN 2. Evaluasi validasi: tanyakan perasaan klien saat ini.
3. Kontrak :
a) Topik.
b) Tujuan.
c) Tempat.
d) Waktu.

B. Tahap Kerja.
1. Atur posisi berbaris klien senyaman mungkin
menyesuaikan gerakan senam dan snyaman
mungkin.
2. Berikan support dan semngat paa klien
3. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
4. Tanyakan pada klien kondisi fisik sebelum
melakukan senam
5. Intruksikan klien untuk mengikuti gerakan
pemandu senam yang ada di depan sebagai berikut :

I. LOW IMPACT
A. Gerakan Kaki
1. Marching
Gerakan jalan di tempat. Kaki kiri dan kanan
diangkat secara bergantian dengan tumpuan berada
di satu kaki.
2. Single Step
Badan tegap, kaki kanan melangkah ke kanan satu
kali diikuti oleh kaki kiri. Kemudian bergantian
dengan kaki kiri melangkah ke kiri diikuti kaki
kanan.
3. Double Step
Gerakannya sama seperti single step, tetapi
dilakukan sebanyak 2 kali.
4. “V” Step
Gerakan kaki melangkah ke depan secara melebar
menngikuti bentuk “V”, lalu kembali ke posisi
semula, dimulai dengan kaki kanan.
5. Single Diagonal Step
Gerakan melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri
secara bergantian dengan diselingi kembali ke
posisi semula secara diagonal satu langkah.
6. Double Diagonal Step
Melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri secara
bergantian masing-masing duan langkah secara
diagonal lalu kembali ke posisi semula.
7. Leg Curl
Gerakan menekukan kaki kanan dan kaki kiri
secara bergantian ke arah bokong.
8. Mambo
Gerakan kaki kanan melangkah satu kali ke depan
diikuti kaki kiri, lalu kaki kanan mundur satu kali
kedepan diikuti kaki kiri, lakukan hitungan 2x8.
9. Squatch
Gerakan membuka kaki selebarnya satu setengah
lebar bahu, kemudian menekuk kedua lutut dengan
posisi ujung lutut tidak melebihi ujung jari kaki.
10. Gripe Vine
Gerakan kaki seperti double step, melangkah dua
kali ke kanan atau ke kiri, tetapi ketika langkah
pertama, kaki yang digerakan terakhir di silang ke
belakang.
11. Step Touch
Gerakan melangkahkan kaki kanan ke samping
kanan diikuti dengan ujung kaki kiri berada tepat di
samping kaki kanan. Begitu pula dengan kaki kiri.
12. Touch Step
Gerakan menyentuhkan ujung kaki kana ke
samping kanan lalu kembali ke posisi semmula,
begitu pula dengan kaki kiri.
13. Heels Forward
Gerakan tumit kaki kanan sisentuhkan ke depan
lalu kembali ke titik awal, begitu pula dengan kaki
kiri.
B. Bentuk Tangan
1. Fist
Telapak tangan dikepalkan.
2. Blade.
Telapak tangan dibuka, jari-jari dirapatkan.
3. Jazz
Telapak tangan dibuka dengan jari-jari
direnggangkan antara satu dengan yang lain.
C. Gerakan Tangan
1. Ped-dech
Gerakan keduan tangann mengenggam ditekuk
siku-siku ke depan, lalu digerakkan masing-masing
ke samping kanan atau kiri sampai rata-rata air.
2. Butterly
Kedua tangan dirapatkan dan diangkat ke depan
wajah. Posisi tangan tegak lurus terhadap siku.
Gerakan tangan ke kiri dan ke kanan bersamaan
dan tutup kedua tangan seperti posisi awal.
3. Bised Curl
Gerakan kedua tangan menggengm, lengan atas
ditekuk hingga menempel lengan bawah di depan
dada.
4. Low Rowing
Gerakan kedua tangan seperti tolak pinggang
kemudian kedua tangan dikepal, lalu digerakkan
secara bersamaan.
5. Lateral Rise
Gerakan kedua tangan menggenggan lurus ke
bawah lalu digerakan ke samping masing-masing
ke kanan dan kiri sampai rata-rata air.
6. Front Rise
Gerakan kedua tangan menggenggam lurus ke
bawah lalu digerakan ke depan sampai rata-rata air.
7. Pull Down
Gerakan kedua tangan menggenggam rata air di
depan dada lalu digerakan ke bawah sejauh
mungkin.
8. Scoope
Gerakan kedua tangan menggenggam dengan
keadaan seperti orang yang sedang memegang
seko, lalu tangan diayun beriringan ka samping
kanan-kiri.
9. Punch
Telapak tangan mengepal kemudian dorong tangan
ke depan satu per satu agak dihentakkan,
menyerupai gerakan tinju.
10. Chriss Cross
Gerakan tangan membentuk blade kemudian
disilangkan ke depan dada.
11. “L”Arm
Gerakan tangan ke atas dan samping seperti
membentuk huruf “L”. Lakukan secara bergantian.
12. Diamond
Gerakan posisi tangan ke samping lalu digerakan
ke atas dan ke bawah.
13. Applause
Gerakan tepuk tangan

Lampiran 2

You might also like