Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Asuhan keperawatan dengan Evidence Based Practice Senam Aerobic Low Impact
pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di rsj dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang telah dikonsultasikan dan disetujui pada tanggal :
Menyetujui
Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,
( ) ( )
NIK. NIP.
Mengetahui
Kepala Ruangan,
( )
NIP.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penyusunan terapi aktivitas kelompok ini dapat terselesaikan.Terapi
aktivitas kelompokini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan program studi profesi NERS STIKES dr.
Soebandi Jember.
Selama proses penyusunanProposal ini penulis di bimbing dan dibantu oleh
berbagai pihak.Semoga amal kebaikan diterima Allah SWT.Dalam penyusunan ini penulis
menyadari rnasih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang untuk perbaikan dimasa mendatang.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia ( DEPKES RI, 2013) sehat jiiwa adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi serta
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur fisik, mental, dan sosial. Orang yang
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental (Yosep, 2014). Gangguan jiwa
menjadi masalah serius di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan dunia (World Health
Organitation) tahun 2013 menyatakan, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta
tangga setiap 1000 anggota rumah tangga terdapat 185 orang mengalami gangguan
jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga tahun 2013 mencapai 301.621 orang,
naik dari 159.029 orang pada tahun 2012. Secara keseluruhan jumlah penderita
gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1% dari jumlah penduduk. Jumlah
tersebut diatas angka nasional sebesar 11,6% (Kompas.com 10 April 2013). Data
yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Hal tersebut di lakukan untuk mengungkapkan perasaan marah atau kesel
yang tidak kontruktif. Marah merupakan suatu emosi yang merupakan ciri-ciri aktivitas
sistem saraf simpatis yang tinggi dan adanya perasaan jengkel atau tidak suka yang
amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan yang ditimbulkan sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai
Penyaluran energi pada perilaku kekerasan maupun yang masih risiko perilaku
kekerasan bisa dilakukan melalui terapi non farmakologis salah satunya dengan senam
aerobic. Senam aerobic merupakan salah satu aktivitas fisik yang bertujuan untuk
melatih otot jantung agar bisa bekerja dalam jangka waktu yang lama dan terus
menerus. Menurut bahasa senam aerobic adalah suatu aktivitas fisik yang tersusun
seseorang guna mencapai tujuan tertentu (Giriwijoyo, 2013). Manfaat lainnya dari
senam aerobic adalah untuk melawan agar tidak melakukan perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, dan jika kegiatan tersebut dilakukan
secara teratur dapat meningkatkan mood seseorang, tetapi aerobik juga dapat membuat
seseorang merasa senang dan menjadi tenang (Nelly, 2013). Senam aerobic dapat
Berbagai terapi dalam mengatasi gangguan jiwa telah banyak dikembangkan, salah
satunya adalah terapi senam. Tim terapis sudah menanyakan pada perawat diruangan
mengatakan belum pernah melakukan senam aerobic low impact sebagai terapi
terhadap pasien dengan resiko perilaku kekerasan maupun yang sudah melakukan
perilaku kekerasan. Oleh karena itulah tim terapis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang senam aerobic low impact terhadap pasien dengan resiko perilaku kekerasan
dan yang sudah melakukan perilaku kekerasan di RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
pada asuhan keperawatan pada Nn. S dengan perilaku kekerasan di RSJ dr.
2. Tujuan Khusus
perilaku kekerasan.
perilaku kekerasan.
kekerasan.
pada Ny. S dengan perilaku kekerasan sesudah diberikan terapi senam aerobic.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
2. Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat dalam upaya meningkatkan
khususnya perilaku kekerasan dalam pemberian terapi senam aerobic terhadap skor
agression self-control.
keperawatan khususnya jiwa pada perilaku kekerasan. Sebagai bahan masukan bagi
terhadap skor agression self-control asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
dan optimal.
4. Bagi Pendidikan
Hasil yang di dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi pendidikan
↑
Perilaku kekerasan GPS: Halusinasi
↑ ↑
Regimen terapeutik Harga diri rendah kronis Isolasi sosial : menarik
inefektif diri
↑ ↑
Koping keluarga tidak Berduka disfungsional
efektif
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Herman (2013) :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang menutup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain. Merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas lambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
f. Skor Agression Self-Control
Skor agression self-control adalah salah satu skala autcome kesehatan
psikosoaial yang terdapat di nursing outcomes clasification, skor agrssion self-
control digunakan untuk mengukur kemampuan kontrol diri terhadap adanya
kemungkinan tindakan untuk melakukan penyerangan, perlawanan, dan
perusakan secara fisik. Untuk menguji reabilitas pengamatan atau observasi
dilakukan dengan cara koefisien kesepakatan agar diperoleh observasi yang
sama melalui pengamatan. Agression self-control pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan yang dilakukan senam aerobic sebanyak dua kali dalam
seminggu
1.2 Konsep Dasar Senam Aerobik
a. Pengertian
Aerobik adalah suatu kegiatan fisik yang membutuhkan tambahan oksigen
untuk tubuh dengan membutuhkan waktu lama sedangkan senam aerobik
adalah suatu latihan tubuh/latihan jasmani yang melibatkan sejumlah unsur
oksigen dalam melaksanakan aktivitas tubuh yang gerakannya dipilih dan
diciptakan sesuai dengan kebutuhan, disusun secara sistematis dengan tujuan
membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis serta diharapkan
mempunyai aspek yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ-
organ tubuh (Ramadhan 2015 : 2).
Senam aerobik merupakan salah satu aktivitas fisik yang bertujuan untuk
melatih otot jantung agar bisa bekerja dalam jangka waktu yang lama dan terus
menerus. Menurut bahasa senam aerobik adalah suatu aktivitas fisik yang
tersusun secara sistematis yang membutuhkan oksigen untuk menunjang
f) Flick Back
Gerakan seperti Flick Front, tetapi posisi badan menghadap ke
belakang.
g) Poni
Gerakan kaki merapat meloncat ke samping kanan-kiri.
h) Knee Lift
Menggerakan salah satu kaki dengan mengangkat lutut sejajar air secara
bergantian (kanan, lalu kiri, sebaliknya)
i) Cross Front
Gerakan kaki mengangkat lalu kemudian disilangkan ke depan.
j) Cross Back
Gerakan mengangkat kaki kemudian disilangkan ke belakang.
k) Shuttle Step
Gerakan menghentakkan kaki yang disilangkan ke depan kanan dan
kiri.
l) Cha-cha-cha
Gerakan kaki seperti dansa salsa, gerakan kaki kanan ke kiri sebanyak
dua kali, silangkan kaki kanan ke depan kaki kiri sampai 900.
m) Twist
Gerakan pinggul digoyang memutar ke kiri dan ke kanan.
n) Klick
Gerakan kaki diawali kneelift, setelah diangkat posisi kaki seperti
menendang ke atas.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S (P)
Umur : 36 tahun
Alamat : Malang
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kel. : Perempuan
No CM : 122245
b. Data Sekunder
Perawat ruangan mengatakan pasien masuk rumah sakit jiwa ini karena
dibawa dinas sosial yang diambil dari pinggi jalan.
2. Konsep diri
Citra tubuh :
Pasien mengatakan pengen bertemu dengan anaknya. (tidak) pasien
mengatakan tidak puas akan keadaan yang dialami sekarang.
Identitas :
- Pasien mengatakan senang sebagai perempuan.
- Pasien mengatakan sekolah sampai SMK.
- Pasien tidak bekerja.
- Pasien engatakan mempunyai suami dan satu putri.
Peran :
- Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga tidak dapat tepenuhi.
- Sebagai anggota pengajian di rumahnya pasien tidak bisa memenuhi
untuk bisa hadir.
Ideal diri :
- Pasien mengatakan ingin pulang, Klien juga mengatakan pengen pulang
bersama keluarganya.
- Pasien saat ini kurang senang, karena masih belum diperbolehkan
pulang.
Harga diri :
- Pasien tidak pernah ngobrol-ngobol dengan teman-temennya satu
kamar. Pasien tampak senang sendiri.
Diagnosa keperawatan : Harga diri reandah
3. Hubungan sosial
Orang yang berati / terdekat
Pasien mengatakan orang yang paling disayang dan berarti adalah suami
dan anak perempuannya. Pasien
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan social
- Pasien mengatakan saat di rumah biasanya mengikuti pengajian.
- Pada saat di rumah sakit klien jarang berinteraksi sosial dengan teman
Sekamar.
- Pasien lebih sering menyendiri.
- Pasien tampak tidak mau berbicara jika tidak ditanya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
- Saat dirumah, pasien akti dalam kegiatan pengajian
- Saat di RSJ, pasien mengatakan malas mau berinteraksi dengan teman-
teman sekamar.
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Agama
Pasien jarang menunaikan amanahnya sebagai umat muslim
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien tidak menjawab
2. Kesadaran (GCS)
Compos metis E4 V5 M6
3. Tanda vital :
TD : 120/80 Mm/Hg
N : 88 x/menit
S : 350C
P : 20 x/menit
4. Ukur :
BB : 53 Kg
TB : 150 Cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan :
Tidak ada keluhan
Diagnosa keperawatan : -
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
b. Ilusi
Ada
Tidakada
Jelaskan :
Ds : - Pasien mengatakan mendengar bisikan,” ngajak ngobrol”. suara
tersebut terdengar saat malam hari dan saat sendirian, frekwensi
halusinasi tidak tentu.
- Pasien mengikuti perintah suara tersebut
Do :
- Pasien kadang tampak berbicara sendiri
- Pasien tampak seolah-olah ada lawan bicara
- Pasien tampak bingung
- Pembicaraan kadang tidak masuk akal
Dignosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
Koheren Inkoheren
Sirkumtansial Asosiasi longgar
Tangensial Flight of Idea
Blocking Perseverasi
Logorhoe Neologisme
Clang Association Main kata kata
Afasia Lain lain
Jelaskan : pasien sering membicarakan topik yang berbeda-beda dalam
waktu yang singkat.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir
b. Isi Pikir
Obsesi Fobia, sebutkan .........
Ekstasi Waham :
Fantasi Agama
Alienasi Somatik/hipokondria
Pikiran bunuh diri Keberasaran
Preokupasi Kejar / curiga
Pikiran isolasi sosial Nihilistik
Ide yang terkait Dosa
Pikiran rendah diri Sisi pikir
Pesimisme Siar pikir
Pikiran magis Kontrol pikir
Pikiran curiga Lain lain :
Jelaskan :
Pasien mudah marah, seing curiga sama lawan bicara bahkan sama
perawat juga pernah mengancam mau dipukul
c. Bentuk pikir :
Realistik
Non realistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan :
Pasien mengatakan seing mendengar suara mantanya yang menbuat dirinya
bahagia.
DO:
- Pasien sering mengulang kata pengen pulang
- Isi bicara klien tidak sesuai kenyataan
- Ekspresi wajah datar
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir
8. Kesadaran
Orientasi ( waktu, tempat, orang )
Jelaskan :
- Pasien mengatakan saat ini adalah sore hari
- Pasien mengatakan sekarang sedang berada dirumah sakit.
Meninggi
Menurun :
Kesadaran berubah
Hipnosa
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan :
Kesadaran pasien berubah, dibuktikan pasien mengalami gangguan relasi
dan limitasi
Do :
- Pasien tampak sering tertawa sendiri
- Pasien sering menyendiri
- Pasien jarang berinteraksi dengan temannya
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan )
Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan )
Gangguan daya ingat pendek ( kurun waktu 10 detik sampai 15 menit )
Jelaskan :
a. Pasien mampu mengingat kejadian lebih dari 2 hari ditandai dengan
(pasien mengatakan bahwa pada hari rabu ngobol-ngobrol dengan
mantannya).
b. Pasien mengatakan baru saja makan.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan poses pikir
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
1) Konsentrasi
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan : saat melakkan perbincangan pasien sering mengganti-ganti topik
saat ditanya dan sering bertanya kapan pulang.
2) Berhitung
Jelaskan :
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan menjawab saat perawat
menanyakan pekalian dari angka dua.
Diagnosa Keperawatan : -
11. Kemampuan Penilaian/ pengambilan keputusan
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
- Pasien dapat berpaling
- Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ditunjukkan dengan
tidak mampu mengambil keputusan dengan benar saat bisikan muncul.
Diagnosa Keperawatan :
12. Daya tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengerti tentang apa yang di maksud halusinansi.
Pasien terlihat cuek apa yang di deritanya sekarang, hanya pengen pulang.
Diagnosa Keperawatan : -
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Perawatan kesehatan
Transportasi
Tempat tinggal
Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan :
Klien mampu melakukan perawatan diri dan melakukan tepat dan teratur
dalam minum obat.
- Pasien belum mampu tanpa ada arahan dalam melakukan perawatan
diri.
- Pasien belum mampu meminum obat dan meminta secara mandiri
kepada perawat.
- Aktifitas minum obat masih dibimbing dan dipaksa.
2. Kegiatan Hidup Sehat hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mandi 2x sehari, namun ADL masih dibimbing.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan dilakukan secara mandiri
Jelaskan :
Pasien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan teman, pasien mengerti
cara berpakaian,
3) Makan
Jelaskan :
Pasien mampu makan sendiri tanpa bantuan, makan 3x sehari dilakukan
bersama-sama dalam satu meja dengan pasien yang lain.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Pasien mampu BAK dan BAB secara mandiri tanpa bantuan
Diagnosa Keperawatan : -
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan nasi, lauk dan sayur, terkadang
mendapat tambahan susu dan roti
Bagaimana berat badannya.
Berat badan pasien menurun (BB awal = kg, BB sekarang kg)
Diagnosa Keperwatan : -
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 jam s/d16.00
Tidur malam, lama : 20.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : jalan-jalan / mondar-mandir
Jelaskan
Pasien untuk tidur siang sulit jatuh tidur dan masih banyak mondar-mandirr
Diagnosa Keperawatan : -
2) Gangguan tidur
Insomnia
Hipersomnia
Parasomnia
Lain lain
Jelaskan
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan : -
4. Sistem pendukung Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan: pasien jarang berinteraksi dengan teman sekamanya dan hanya
mempunyai sistem pendukung yaitu terapis
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :
Pasien jika ada masalah selalu menyendiri didalam kamar tanpa menceritakan ke
orang lain. Perlu pertanyaan dari perawat sehingga pasien mau cerita. Koping yang
dipakai yaitu mal adaptif dengan menghindari dari orang lain
Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan koping
2. Terapi medis
halopeidol 50 mg = 2 x 1/5
Indikasi :
Trifluoperazine 2 mg = 2 x 1
Indikasi : gangguan mental atau mood dan skizofrenia
XIII. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 DS : Resiko perilaku
- Perawat mengatakan pasien masuk rumah sakit jiwa ini kekerasan
karena berkeliaan di pinggir jalan dan dibawak oleh dinas
sosial ke RSJ.
DO:
- Afek labil
- Pasien kadang tampak tenang, namun kadang-kadang volume
bicara pelan dan mudah tersinggung. Jika pasien mendapat
nasehat kadang tampak acuh dan sesekali memandang dengan
tatapan mata tajam.
- Jika pasien mendapat nasehat kadang tampak acuh dan
sesekali memandang dengan tatapan mata tajam.
- pasien terkadang mudah tersinggung ketika komunikasi
terjadi terlalu lama
- Ekspresi wajah datar
2 DS: Gangguan Persepsi
- Pasien mengatakan mendengar ada yang berbisik-bisik. suara sensori: halusinasi
tersebut terdengar saat malam hari dan saat sendirian,
frekwensi halusinasi tidak tentu
- Pasien terlihat menggumang dan terkadang ketawa sendiri-
sendiri
DO:
- Pasien kadang tampak berbicara sendiri
- Pasien tampak seolah-olah ada lawan bicara
- Pasien tampak bingung
- Pembicaraan kadang tidak masuk akal
3 DS : Aktifitas motoik/
- pasien mengatakan mengatakan jarang bicara dengan psikomotor. Isolasi
oang lain sosial
DO: - Pasien lebih sendiri, kontak mata tidak ada dan pasien
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
terlihat jarang ngobrong dengan orang lain.
4 DS : Ketidak mampuan
- Perawat mengatakan jalan-jalan dipinggir jalan koping keluarga
2. Tanda emosional :
perasaan marah,
jengkel, bicara kasar.
3. Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan
TUK 4 :
TUK 5 :
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny. S Ruang : Jalak No. RM :126699
NO Tanggal Implementasi Evaluasi
dan jam Keperawatan
19-02- S:
2018 a. Menyapa klien - Pasien mengatakan “nama silvi”
dengan ramah, - Pasien megatakan pernah mendengar
baik verbal suara-suara ditelinganya
Pengaruh Terapi Senam Aerobik Terhadapketerbukaan Diri Pada Pasien Isolasi Sosial
4.2 Metode
Terapis memberikan terapi senam aerobic low impact selama 3 hari berturut-turut,
sebelum dilakukan terapi senam aerobic low impact klien diukur menggunakan alat ukur
berupa kuesioner Skor Agression Self-Control diukur dengan 36 poin penilaian, total skor 36-
180 (IOWA Outcomes Project, 2003). Dengan kategori control diri adalah sebagai berikut :
36-65 : control diri sangat rendah
66-94 : control diri rendah
95-123 : control diri sedang
124-152 : control diri tinggi
153-180 : control diri sangat tinggi
4.3 Evidence Based
4.3.1 Hasil
No Nama Skor Agression Self- Nama Skor Agression Self-
Control Control
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Ny. S 70 98 Ny. T 44 44
(Kontrol (control (control (control
diri diri diri diri
rendah) sedang) sangat sangat
rendah) rendah)
Selain terapi senam aerobic low impact, klien juga mendapatkan terapi farmakologi.
Terapi senam aerobic low impact diberikan selama 3 hari berturut-turut. Sebelum dan
sesudah diberikan terapi tersebut klien diukur menggunakan Skor Agression Self-Control.
Sebelum diberikan terapi, Skor Agression Self-Control pada Ny. S sebesar 70 sedangkan
sesudah diberikan terapi Skor Agression Self-Control meningkat sebesar 98. Sebagai
perbandingan terapis juga mengukur klien Ny.T yang tidak mendapatkan terapi senam
aerobic low impact hanya mendapatkan terapi farmakologi saja. Skor Agression Self-Control
sebelum diberikan terapi senam aerobic low impct pada Ny. T sebesar 44 sedangkan
sesudah diberikan terapi tetap sebesar 44.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa pada klien yang mendapatkan terapi
farmakologi dan terapi senam aerobic low impact mengalami kenaikan pada skor Agression
Self-Control sebesar 28, dari 70 dengan kategori control diri rendah menjadi 98 dengan
kategori control diri sedang, sedangkan pada klien yang hanya mendapatkan terapi
farmakologi tidak mengalami perubahan pada Skor Agression Self-Control dari 40 dengan
kategori control diri sangat rendah.
4.3.2 Pembahasan
Pada asuhan keperawatan yang terapis berikan pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan didapatkan control diri pada klien masuk dalam kateg
ori kontrol diri rendah yang diukur menggunakan skor aggression self control 70 tetapi
setelah diberikan terapi senam aerobic low impact skor aggression self control meningkat
menjadi 98 yaitu control diri rendah. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yng pernah
dilakukan oleh Nadzla Kirana (2014), diperoleh nilai rata-rata skor aggression self control
pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan senam aerobic low impact adalah sebesar
21,65 dan pada kelompok kontrol sebesar 21,76. Setelah diberikan intervensi dengan senam
aerobic low impact dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu selama 2 minggu berturut-
turut, terjadi peningkatan rata-rata skor aggression self control pada kelompok eksperimen
menjadi 45,76, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi menjadi
21,94. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aggression self control yang
signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi dengan hasil uji statistik p
value= 0,000 (p<0,05) sehingga Ha diterima yang artinya senam aerobic low impact efektif
terhadap peningkatan aggression self control pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa aktivitas fisik yang menurun
dapat berdampak salah satunya pada sirkulasi darah yang tidak maksimal diedarkan
keseluruh tubuh. Hal ini diakibatkan karena pembuluh darah yang tidak elastis. Akibatnya
oksigen dan nutrisi yang dibawa keseluruh tubuh menurun, yang berdampak pada penurunan
metabolisme energi yang akan mempengaruhi fungsi organ tubuh (Rudolf, 2007 dalam
Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan, Suarnatha, & Ketut, 2013). Gangguan metabolisme
yang terjadi didalam otak akan mempengaruhi produksi neurotransmiter termasuk serotonin
dan norepinefrin di sistim limbik yang berkaitan dengan pengendalian emosi, perilaku
instinktif, motivasi serta perasaan (Dwivedi, 2009 dalam Purnamasari, Made, Sukawana,
Wayan, Suarnatha, & Ketut, 2013). Faktor biologis yang berpengaruh terhadap munculnya
perilaku kekerasan antara lain gangguan pada sistem limbik, lobus frontal, hipotalamus, dan
neurotransmitter (Nadzla, 2014).
Senam aerobic low impact memperlihatkan dapat mempertahankan aliran darah otak,
meningkatkan persediaan nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter yang dapat
menurunkan agresi serta dapat memicu perubahan aktivitas molekuler dan seluler yang
mendukung dan menjaga fungsi otak (Nadzla, 2014). Sirkulasi yang optimal ke otak akan
membantu aliran darah membawa banyak oksigen dan nutrisi ke otak, sehinga terjadi
peningkatan metabolisme yang menyebabkan peningkatan energi yang dihasilkan oleh
mitokondria sel saraf untuk mensintesis neurotransmiter terutama serotonin dan norepinefrin
didalam otak termasuk sistim limbik yang berkaitan dengan pengendalian emosi, perilaku
instinktif, motivasi serta perasaan (Nadzla, 2014).
Terapis berpendapat bahwa senam aerobik merupakan salah satu terapi yang efektif
untuk menyalurkan energi yang tertahan pada pasien jiwa. Senam aerobik ini tidak hanya
membantu merasa lebih baik, tetapi juga dapat membantu untuk tidur lebih nyaman,
menghilangkan stres dan memberikan saat yang menyenangkan selama melakukan latihan.
Olahraga aerobik dapat berhasil dalam mengatasi stress emosi kekhawatiran, depressi,
keletihan dan kebingungan yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perilaku
kekerasan pada pasien derngan gangguan jiwa. Senam aerobic dengan mengandalkan
penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang berimbang dapat meningkatkan endorphin
yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi risiko kekerasan secara efektif.
Kecemasan dan kemarahan terbukti dapat dikurangi secara efektif dengan melakukan gerakan
ritmik pada beat tertentu setelah melakukan olahraga aerobik. Salah satu kelompok risiko
kekerasan, yaitu pasien dengan penyalahgunaan obat dan alkohol terbukti dapat diperbaiki
kesehatan mentalnya untuk mengurangi kebiasaan dalam penyalahgunaan obat dan alkohol
tersebut dengan melakukan program senam aerobik yang cukup singkat (Nadzla, 2014).
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada asuhan keperawatan yang terapis berikan pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan didapatkan control diri pada klien masuk dalam kateg
ori kontrol diri rendah yang diukur menggunakan skor aggression self control 70 tetapi
setelah diberikan terapi senam aerobic low impact skor aggression self control meningkat
menjadi 98 yaitu control diri rendah.
5.2 Saran
5.2.1 Rumah Sakit
Diharapkan perawat dirumah sakit selalu mengajarkan terapi non farmakologi untuk
meringankan gejala atu manifestasi klinik yang timbul pada klien khususnya pada klien
denan resiko perilaku kekeasan dengan terapi senam aerobic low impact yang dapat
meningkakan control diri.
5.2.2 Mahasiswa
Diharapkan laporan ini sebagai acuan untuk pembelajaran dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan serta menjadi referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan.
\
DAFTAR PUSTAKA
Direja. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: EGC. Jakarta.
Herman Ade. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.penerbit : Muha Medika:
Yogjakarta
Kusumawati, F & Yudi Hartono, 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:
Jakarta.
Kirana,N. 2014. Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Aggression Self Control
Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Program Studi Ilmu Keperawatan ,
Universitas Riau
Purnamasari, M., Made, N., Sukawana, Wayan, I., Suarnatha, Ketut. (2013). Pengaruh senam
aerobik low impact terhadap penurunan tingkat depresi pada narapidana wanita di
Lembaga Pemasyarakatan Denpasar. Diperoleh tanggal 25 November 2013 dari
http://ojs.unud.ac.id/
B. Tahap Kerja.
1. Atur posisi berbaris klien senyaman mungkin
menyesuaikan gerakan senam dan snyaman
mungkin.
2. Berikan support dan semngat paa klien
3. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
4. Tanyakan pada klien kondisi fisik sebelum
melakukan senam
5. Intruksikan klien untuk mengikuti gerakan
pemandu senam yang ada di depan sebagai berikut :
I. LOW IMPACT
A. Gerakan Kaki
1. Marching
Gerakan jalan di tempat. Kaki kiri dan kanan
diangkat secara bergantian dengan tumpuan berada
di satu kaki.
2. Single Step
Badan tegap, kaki kanan melangkah ke kanan satu
kali diikuti oleh kaki kiri. Kemudian bergantian
dengan kaki kiri melangkah ke kiri diikuti kaki
kanan.
3. Double Step
Gerakannya sama seperti single step, tetapi
dilakukan sebanyak 2 kali.
4. “V” Step
Gerakan kaki melangkah ke depan secara melebar
menngikuti bentuk “V”, lalu kembali ke posisi
semula, dimulai dengan kaki kanan.
5. Single Diagonal Step
Gerakan melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri
secara bergantian dengan diselingi kembali ke
posisi semula secara diagonal satu langkah.
6. Double Diagonal Step
Melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri secara
bergantian masing-masing duan langkah secara
diagonal lalu kembali ke posisi semula.
7. Leg Curl
Gerakan menekukan kaki kanan dan kaki kiri
secara bergantian ke arah bokong.
8. Mambo
Gerakan kaki kanan melangkah satu kali ke depan
diikuti kaki kiri, lalu kaki kanan mundur satu kali
kedepan diikuti kaki kiri, lakukan hitungan 2x8.
9. Squatch
Gerakan membuka kaki selebarnya satu setengah
lebar bahu, kemudian menekuk kedua lutut dengan
posisi ujung lutut tidak melebihi ujung jari kaki.
10. Gripe Vine
Gerakan kaki seperti double step, melangkah dua
kali ke kanan atau ke kiri, tetapi ketika langkah
pertama, kaki yang digerakan terakhir di silang ke
belakang.
11. Step Touch
Gerakan melangkahkan kaki kanan ke samping
kanan diikuti dengan ujung kaki kiri berada tepat di
samping kaki kanan. Begitu pula dengan kaki kiri.
12. Touch Step
Gerakan menyentuhkan ujung kaki kana ke
samping kanan lalu kembali ke posisi semmula,
begitu pula dengan kaki kiri.
13. Heels Forward
Gerakan tumit kaki kanan sisentuhkan ke depan
lalu kembali ke titik awal, begitu pula dengan kaki
kiri.
B. Bentuk Tangan
1. Fist
Telapak tangan dikepalkan.
2. Blade.
Telapak tangan dibuka, jari-jari dirapatkan.
3. Jazz
Telapak tangan dibuka dengan jari-jari
direnggangkan antara satu dengan yang lain.
C. Gerakan Tangan
1. Ped-dech
Gerakan keduan tangann mengenggam ditekuk
siku-siku ke depan, lalu digerakkan masing-masing
ke samping kanan atau kiri sampai rata-rata air.
2. Butterly
Kedua tangan dirapatkan dan diangkat ke depan
wajah. Posisi tangan tegak lurus terhadap siku.
Gerakan tangan ke kiri dan ke kanan bersamaan
dan tutup kedua tangan seperti posisi awal.
3. Bised Curl
Gerakan kedua tangan menggengm, lengan atas
ditekuk hingga menempel lengan bawah di depan
dada.
4. Low Rowing
Gerakan kedua tangan seperti tolak pinggang
kemudian kedua tangan dikepal, lalu digerakkan
secara bersamaan.
5. Lateral Rise
Gerakan kedua tangan menggenggan lurus ke
bawah lalu digerakan ke samping masing-masing
ke kanan dan kiri sampai rata-rata air.
6. Front Rise
Gerakan kedua tangan menggenggam lurus ke
bawah lalu digerakan ke depan sampai rata-rata air.
7. Pull Down
Gerakan kedua tangan menggenggam rata air di
depan dada lalu digerakan ke bawah sejauh
mungkin.
8. Scoope
Gerakan kedua tangan menggenggam dengan
keadaan seperti orang yang sedang memegang
seko, lalu tangan diayun beriringan ka samping
kanan-kiri.
9. Punch
Telapak tangan mengepal kemudian dorong tangan
ke depan satu per satu agak dihentakkan,
menyerupai gerakan tinju.
10. Chriss Cross
Gerakan tangan membentuk blade kemudian
disilangkan ke depan dada.
11. “L”Arm
Gerakan tangan ke atas dan samping seperti
membentuk huruf “L”. Lakukan secara bergantian.
12. Diamond
Gerakan posisi tangan ke samping lalu digerakan
ke atas dan ke bawah.
13. Applause
Gerakan tepuk tangan
Lampiran 2