You are on page 1of 17

NAMA : Sharhan Asad Almawarid

NIM : 1203041123
KELAS : ILHA.A-1
PRODI : ILMU HADITS
FAKULTAS : USHULUDDIN
DOSEN : : Prof. Dr. H. Ilyas Husti. MPM, M.A

UAS TARIKH HADITS


1. Jelaskan dan tuliskan oleh saudara tentang :
a. Pengertian Kodifikasi
b. Sejarah perkembangan kodifikasi hadis
c. Tokoh-tokoh hadis pada masa ke-2 hijriyah

Jawab :

a. Pengertian Kodifikasi Hadis

Kata kodifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu codifikation yang secara etimologi
berarti penyusunan.Dalam bahasa Arab berarti alTadwin (taf`il) yang berarti mencatat,
menulis dan menyusun. Jadi kata kodifikasi atau tadwin memiliki makna atau mencatat,
menulis dan menyusun.

Secara terminologi, kodifikasi hadis adalah penulisan hadis berdasarkan perintah


kepala negara yang dilakukan secara resmi dengan melibatkan beberapa personel yang ahli
dalam bidangnya.

b. Sejarah Perkembangan Kodifikasi Hadis

Mayoritas ulama ahli hadits membagi periodisasi yang telah dilalui oleh hadits Rasul
sebagai sumber tasyri’ kedalam tujuh periode. Ketujuh periode tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Periode pertama, yaitu masa turunnya wahyu dan pembentukan hukum Islam. Periode ini
dimulai sejak nabi Muhammad diangkat menjadi rasul hingga beliau wafat (13 SH.-11
H).

b. Periode kedua, yaitu masa Khulafa al-Rasyidin yang ditandai dengan adanya pembatasan
dalam penerimaan riwayat hadits (12 H.-40 H ).
c. Periode ketiga, yaitu masa berkembangnya periwayatan hadits dan masa diberlakukannya
Rihlah li al-Thalib alHadits (perjalanan mencari hadits) yang dilakukan oleh shahabat
kecil dan tabi’in besar.

d. Periode keempat, yaitu masa pembukuan hadits (‘Ashr alTadwin) (awal abad kedua
sampai akhir abad kedua).

e. Periode kelima, yaitu masa pentashhihan hadits (awal abad ketiga sampai akhir abad
ketiga).

f. Periode keenam, yaitu masa penyusunan kitab-kitab jami’ (dari awal abad keempat
sampai jatuhnya kota Baghdad tahun 656 H).

g. Periode ketujuh, yaitu masa pembuatan syarah, pembuatan kitab-kitab takhrij, membuat
kitab hadits-hadits hukum, membuat kitab-kitab jami’ yang umum serta membahas
hadits-hadits Zawaid (656- sekarang)

Periode pertama, yaitu, Ashr al-Wahy Wa al-Tadwin (Masa Turunnya Wahyu dan
Pembentukan Hukum Serta DasarDasarnya). Hal ini dimulai semenjak kerasulan dari 13
sebelum hijrah sampai 1 Hijrah. Pada masa ini Rasulullah SAW. Memerintahkan para
sahabat untuk menulis wahyu yang turun. Di masa ini terdapat larangan menulis hadis. Di
samping itu terdapat kelonggaran yang diberikan Rasul SAW. Kepada sahabat tertentu untuk
menulisnya. Mengenai larangan dan perizinan untuk menulisnya hadis, Musthafa al-Siba`iy
telah memberikan komentar sebagai berikut: “Tidak ada pertentangan antara hadis yang
melarang dengan yang mengizinkan. Larangan ini merupakan pencacatan resmi sebagaimana
halnya al-Quran, sedangkan izin maka itu merupakan kelonggaran untuk mencatat sunnah
untuk keadaan dan keperluan khusus. Atau untuk kelonggaran untuk sahabat yang menulis
sunnah untuk menulis sendiri. Renungan untuk menulis larangan mengukuhkan pandangan
itu , sebab hadis itu bersipat umum yang dirujukan kepada seluruh sahabat. Tidak bisa
dikatakan bahwa hadis itu mengabaikan hukum atas adanya Pelarangan yang berlaku selama
selagi ada kelonggaran Rasulullah SAW untuk Abd `Amr ibn al-`Ash untuk menulis
lembaran-lembarannya. Dan meneruskan kegiatan mencatat itu samapi beliau wafat. Hal itu
merupakan suatu bukti bahwa pencatatan itu dapat diperkenankan dalam penglihatan
Rasulullah SAW, karena tidak merupakan pencatatn alQuran." Tetapi sekiranya Nabi SAW
tidak pernah melarang sahabat untuk menulis hadis, niscaya juga masih tidak mungkin
seluruh hadis dapat ditulis pada zaman Nabi SAW karena;
(a) terjadi hadis tidak selalu duhadapan sahabat Nabi yang pandai menulis hadis,

(b). perhatian Nabi sendiri dan para sahabat lebih banyak tertuju kepada pemeliharaan al-
Qur'an,

(c). walaupun Nabi memiliki beberapa orang sekretaris itu hanya diberi tugas untuk menulis
wahyu yang turun dan surat-surat Nabi, dan

(d). sangat sulit seluruh pernyataan, perbuatan, taqrir dan hal ihwal seorang yang masih hidup
dapat langsung dicatat oleh orang lain, apalagi dengan peralatan yang masih terbatas dan
sederhana. Jadi bagai manapun, periwayatan hadis lebih banyak berlansung secara lisan
daripada tulisan. Para sahabat menerimnya dengan mengadakan kekuatan hapalan.

Periode kedua, yaitu Periode al-Tasbbut Wa al-Iqbal Min alRiwayah (Periode


Membatasi Hadis Menyedikit Riwayat). Yaitu pada masa Khulafa al-Rasyiddin (Abu
Bakar Umar ibnu al-Khatab, Usman ibn Affan, dan Ali bin Abi Thalib) . pada masa ini
keadaan masih belum banyak berubah. Sikap khulafah al-Rasyiddin yang memperketat
periwayatan hadis dan menjauhi penulisan adalah perpanjangan pendapat sahabat lain dimasa
Rasulullah SAW Abu Bakar, misalnya yang sempat menghimpun hadis dan membakarnya,
Umar bin Khatab terus menunerus mempertimbangkan penulisan sunnah, padahal sebelumya
ia berniat untuk mencatatnya.Ketidak senangan para sahabat menulis hadis pada masa awal
Islam adalah karena tidak ingin al-Qur'an ditandingi kitab-kitab lain, atau khawatir mereka
disibukkan oleh kitab lain sehingga melalaikan al-Qur'an.

Periode ketiga, Zaman Intisayar al-Riwayah Ila al-Amsar (Periode Penyebaran


Riwayat-riwayat Ke Kota-Kota). Berlansung pada sahabat dan tabiin besar. Periode ini
ditandai dengan aktifnya tabiin mencari dan menyerap hadis –hadis dari generasi sahabat
yang masih hidup. Pada masa ini terkenallah sahabat-sahabat yang dijuliki sebagai
endaharawan hadis, yaitu mereka yang meriwayatkan lebih dari 1000. diantara mereka ialah :

1. Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadis.

2. Abdullah ibn Umar ibn Khattab meriwayatkan 2.630 Hadis.

3. Anas ibn Malik meriwayatkan hadis 2.226 hadis.

4. `Aisyah meriwayatkan 2.210 hadis.

5. Abdullah ibn Abbas, meriwayatkan 1660 hadis.


6. Jabir ibn Abdullah, meriwayatkan 1540 hadis.

7. Abu Sa`id ibn al-Khudri, meriwayatkan 1.170 hadis

Periode Keempat, yaitu al-Asyr al-Kitabah Wa al-Tadwin (Periode Penulisan


dan Kodifikasi Resmi), berlangsung dari masa khalifah Umar ibn Abd al-`Aziz (99-102 H)
H. sampai akhir masa abad kedua hijrah. Khalifah umar mengambil langkah-langkah dan
kebijaksanaan terhadap hadis yang belum pernah dilakukan oleh semua khalifah seelumnya.
Ia memerintahkan gubernur Madinah Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amru ibn Hazm (wafar
177H), supaya membukukan hadis Nabi SAW, yang terdapat pada wanita terkenal murid
`Aisyah, Amrah binti Abd al-Rahman ibn Sa`ad ibn Zurarah ibn Ades, serta hadis-hadis yang
ada pada Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar al-Shiddiq, seorang pemuka tabiin dan salah
seorang dari tujuh ahli Fiqih Madinah. Umar ibn al-`Aziz juga menerima megirim surat
kepada semua gubernur dalam kekuasaannya untuk wilayah kekuasaannya untuk mengambil
langkah serupa pada penghafal dan ulama hadis ditempat mereka masing-masing.
Kebijaksanaan khalifah ini oleh sejarawan dicatat sebagai kodifikasi pertama secara resmi.
Sebenarnya ketika `Umar ibn al`Aziz menjabat sebagai gubernur di Madinah (86-93 H).
keinginan membukukan hadis telah muncul.tetapi tampaknya ia belum mampu mengatasi
perbedaan pendapat ulama tentang kebolehan seseorang menulis hadis. Di samping itujuga
belum mampu menjangkauseluruh ulama yang terbesar di bergai seluruh wilayah slam.
Ternyata setelah ia menjadi khalifah dan mengeluarkan surat perintah penulisan hadis,
peredaan pendapat itusedikit demi sedikit mulai reda dan akhirnya seperti telah terlupakan.
Di antara ciri-ciri hadis yang di dewankan pada abad ini adalah eeka tidak menghiraukan atau
tidak sempat menyeleksi apakah yang mereka dewankan hadis-hadis Nabi semata-mata,
ataukah didalamnya termasuk fatwa-fatwa sahabat tabiin. Bahkan lebih jaun dari itu, mereka
belum membuat pengelompokan kandungan-kandungan nash atau teks hadis menurut
kelompoknya. Dengan demikian karya ulama pada zaman ini masih bercampur antara hadis-
hadis Nabi dan fatwa – fatwa sahabta dan tabiin. Oleh sebab itu dalam kitab hadis karya ulam
belum dipisahkan antara hadis marfu` (yang disandarkan kepada Nabi), mauquf (yang
disandarkan kepada sahabat), maqtu` (yang disandarkan kepada tabiin) serta hadis shaheh,
hasan dan dhai`f. Dalam periode keempat sejumlah hadis berhasil dihimpun dalam buku-
buku yang dinamakan al-Jami`, al-Mushannaf, al-Musnad, dan lain-lain, seperti al-Musnad
Imam al-Syafi`iy, al-Mushannaf karya alAuja`iy dan al-Muwatha` karya imam Malik, yang
disusun atas permintaan khalifah Abu Ja`far al- Mansur (w. 144 H)
Periode kelima, yaitu al-AsyraAl Tajrid Wa al-Tashhih Wa alTankih (Periode
Pemurnian, Penyehatan dan Penyempurnaan), mulai dari awal abad Ketiga Hijriyyah
sampai Akhir Abad Ketiga Hijrah. Periode ini menanggung dan mencarikan pemecahan
terhadap masalah masalah hadis yang muncul dan belum diselesaikan pada periode
sebelumnya. Di samping itu kegiatan lainnya pada periode ini adalah : 1. Mengadakan
lawatan (rihlah) ke daerah-daerah yang semangkin jauh, guna menghimpun hadis-hadis dari
pada perawi. 2. Membuat klasifikasi hadis yang marfu`, mauquf, dan maqtu`. 3. Menghimpun
kritik-kritik yang diarahkan baik kepada rawi maupun matan hadis, dan memberikan jawaban
atas kritik terseut Di masa ini lahirlah ulama hadis yang telah menyusun hadishadis yang
berkualitas menurut kriteria penulisannya, misalnya Imam al-Bukhari (wafat 256 H).
karyanya yang terkenal adalah al-Jami` alShaheh (Shaheh al-Bukhari) dan Imam Muslim
(wafat 261 H) al-Jami` al-Shaheh (Shaheh Muslim).

Periode keenam, yaitu asyr al-Tahzib wa al-Tartib al -Istidrak wa al-Jami`


( priode pemeliharaan, penertiban penambahan dan penghimpunan), mulai abad
Keempat Hijrah sampai jatuhnya kota Baqdad (656 H). pada periode ini tumbuh asumsu
untuk merasa cukup dengan hadis-hadis yan telah dihimpunoleh ulama mutaqaddimin. Oleh
karena itu dirasa tidak perlu lagi melakukan lawatan ke berbagai negeri untuk mencari hadis.
Semangat dimasa ini adalah semangat pemeliharaan apa yang telah dikerjakan oleh para
pendahulu mereka. Para ulama pada periode ini berusaha untuk memperbaiki susunan kitab,
mengumpulkan hadis serta mengumpulan hadis disusun dalan bagian-bagian yang telah
sistematis. Di masa ini pula bermuncula kitab-kitab syarah, yaitu kitab-kitab yang
mengomentari kitab-kitab hadis tertentu, yang lebih banyak dibuat dari masa sebelumnya.

Periode ketujuh, Ahd al-Syarh wa al-Jamu` wa Takhrij (Periode pensyarahan,


penghimpunan pentakhrijan dan pembahasan), mulai sejak jatuhnya kota Baghdad abad
Keempat Hijriyyah sampai sekarang. Pada periode ini masih meneruskan kegiatan masa
sebelumnya, di samping kegiatan lain. Kegiatan yang umum pada masa ini ialah
mempelajarai kitab-kitab yang telah ada dan mengembangkannya, membuat pembahasan-
pembahasannya atau juga membuat ringkasan-ringkasan terhadap kitab hadis yang telah ada.

c. Tokoh-Tokoh Hadis Pada Masa Ke-2 Hijriyah

1. Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang mengintruksikan kegiatan pembukuan hadits.

2. Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hashim (Gubernur Madinah), yang menerima intruksi
untuk melakukan kodifikasi hadits
3. Amrah binti Abdurrahman al Ansari. Seorang ahli fiqh, murid ‘Aishah ra., yang memegang
kumpulan-kumpulan hadits untuk kemudian dibukukan

4. al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar ash- Sidiq, yang memegang kumpulan-kumpulan hadits
untuk kemudian dibukukan

5. Muhammad bin Shihab az Zuhri, seorang imam dan ulama besar di Hijaz dan Syam. Beliau
mengumpulkan hadith-hadith dan kemudian ditulisnya dalam lembaran-lembaran dan dikirimkan
kepada masing-masing penguasa di tiap-tiap wilayah satu lembar. Itulah sebabnya para ahli tarikh
dan ulama menganggapbahwa Ibnu Shihab-lah orang yang mula-mula mendewankan hadith secara
resmi atas perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz.

6. Abu Bakar Ibn Hazm, juga seorang ulama yang menghimpun hadits pada masa itu seperti
Muhammad bin Shihab az Zuhri

7. Di antara para ulama setelah az Zuhri, ada ulama ahli hadith yang berhasil menyusun kitab tadwin,
yang bisa diwariskan kepada generasi sekarang yaitu :

a. Malik bin Anas (93 – 179 H) di Madinah, dengan kitab hasil karyanya bernama al Muwatta’.
Kitab tersebut selesai disusun pada tahun 143 H dan para ulama menilainya sebagai kitab
tadwin yang pertama.

b. Imam Shafi’i dengan karyanya Musnad as Shafi’i dan Mukhtalif al hadith (204 H)

c. Muhammad Ibn Ishaq (150 H) dengan karyanya Al-Maghazy wal Siyar

Para pentadwin selain Malik bin Anas, Imam Shafi’i dan Muhammad Ibn Ishaq diantaranya
adalah Ibnu Juraij (80 – 150 H) di Makkah, Ibn Abi Dzi’bin (80 – 158 H) di Madinah, Ar Rabi’
bin Sahih (w. 160 H) di Bashrah, Hammad bin Salamah (w. 176 H) di Bashrah, Sofyan ath Thauri
(97 – 161 H), di Kuffah, al Auza’i (88 – 157 H) di Syam, Ma’mar bin Rashid (93 – 153 H) di
Yaman, Ibn al Mubarak (118 – 181 H) di Khurasan, Abdullah bin Wahab (125 – 197 H) di Mesir,
dan Jarir Ibn Abdul H{amid (110 – 188 H).
2. Sebutkan dan jelaskan pengertian-pengertian dibawah ini
a. Sahabat
b. Tabi’in

Jawab :

1. Pengertian Sahabat

Kata sahabat menurut lughah jamak dari sahib artinya yang menyertai. Menurut para
ulama yang disebut "sahabat" adalah orang yang bertemu dengan Nabi SAW dalam keadaan
beriman dan meninggal dunia sebagai pemeluk Islam. Maka, orang yang bertemu dengan
Nabi sedang dia belum memeluk agama Islam, maka tidaklah dipandang sahabat. Orang yang
menemui masa Nabi dan beriman kepadanya tetapi tidak menjumpainya, seperti Najasi, atau
menjumpai Nabi setelah Nabi wafat, seperti Abu Dzu'aib, yang pergi dari rumahnya setelah
ia beriman untuk menjumpai Nabi di Madinah. Setiba di Madinah, Nabi telah wafat. Maka,
baik Najasi dan Abu Dzu'aib, mereka berdua termasuk sahabat Nabi.

Ditandaskan oleh al-Hafidl, bahwa pendapat yang paling shahih yang telah
diketemukannya bahwa arti sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi dalam keadaan
dia beriman dan meninggal dalam islam, baik lama ia bergaul dengan Nabi atau tidak, baik
dia turut berperang bersama Nabi atau tidak, baik dia dapat melihat Nabi meskipun tidak
dalam satu majelis dengan Nabi, atau dia tidak dapat melihat Nabi karena buta.

Menurut Usman ibnu Shalih, yang dikatakan sahabat adalah orang yang menemui
masa Nabi, walaupun dia tidak dapat melihat Nabi dan ia memeluk Islam semasa Nabi masih
hidup.

Sebagian 'ulama Ushul berpendapat bahwa yang dimaksud sahabat adalah orang yang
berjumpa dengan Rasul dan lama pula persahabatannya dengan beliau walaupun tidak
meriwayatkan hadits dari beliau.

Menurut al-Khudlari menerangkan dalam Ushul Fiqhnya: "tidak dipandang seseorang,


menjadi sahabat, melainkan orang yang berkediaman bersama Nabi satu tahun atau dua
tahun". Tetapi an-Nawawi membantah faham ini dengan alasan kalau yang dmaksud sahabi
yaitu orang yang menyertai Nabi satu atau dua tahun, tentulah tidak boleh kita katakan Jarir
al-Bajali seorang sahabat.
Menurut bahasa, sahabat (jama’ dari shahib) berarti yang menyertai atau yang
menemani Sedangkan menurut istilah, ulama’ berbeda pendapat.

1. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa sahabat ialah :

‫من لقي رسول هللا ص م مال قة عرفية في حل الحياة حل كونه مسلما ومؤمنا به‬
“Orang yang bertemu Rasulullah saw dengan pertemuan yang wajar sewaktu Rasulullah
saw masih hidup, dalam keadaan Islam dan beriman.”

2. Ibnu Hajar dalam kitab Al Ishabah jilid 1 : 4-5 menerangkan bahwa sahabat ialah orang
Islam yang bertemu dengan Nabi saw dan mati dalam memeluk Islam.

3. Al Jahidl berpendapat bahwa sahabat ialah orang Islam yang berjumpa dengan Nabi,
lama persahabatannya dengan Nabi dan meriwayatkan hadis dari beliau.

Adapun pengertian sahabat secara umum yang telah didefinisikan oleh para ulama’, yaitu :

“Sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya dan
meninggal dalam keadaan Islam”.

2. Pengertian Tabi’in

Tabi’in menurut bahasa adalah jama’ dari kata tabi’ yang artinya pengikut. Menurut
istilah, tabi’in adalah orang yang pernah bertemu dengan sahabat, iman kepada Nabi saw dan
meninggal dalam keadaan Islam. Tentang hal ini al-Khatib al-Baghdadi mensyaratkan adanya
persahabatan dengan sahabat, jadi bukan hanya bertemu.

Menurut Ibnu Katsir, yang dinamakan tabi’in tidak cukup hanya pernah melihat
sahabat, sebagaimana yang dinamakan sahabat cukup pernah melihat Nabi saw saja. Yang
membedakan adalah keagungan dan kebesaran dari melihat Nabi saw. Namun menurut
kebanyakan ahli hadis, yang dinamakan tabi’in ialah orang yang pernah bertemu sahabat
dalam keadaan beriman dan meninggal dunia dalam keadaan beriman meskipun tidak pernah
bersahabat dengan sahabat dan tidak pula pernah meriwayatkan hadits dari sahabat.

3. Sebutkan ulama-ulama hadis beserta tahun kelahiran dan wafatnya


a. Ulama hadis sunni dan buku-bukunya
b. Ulama hadis syi’i dan buku-bukunya

Jawab :
a. Ulama Hadis Sunni Dan Buku-Bukunya
1. Imam Malik (93 H-179 H)
Nama lengkapnya adalam Malik bin Anas Abi Amir al Ashbahi, dengan julukan Abu
Abdillah. Ia lahir pada tahun 93 H, Ia menyusun kitab al Muwaththa, dan dalam
penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada
70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan al
Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya
berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah
riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.
2. Imam Syafi'i (150 H-204 H)
Di kampung miskin di kota Ghazzah (orang Barat menyebutnya Gaza ) di bumi
Palestina, pada th. 150 H (bertepatan dengan th. 694 M) lahirlah seorang bayi lelaki dari
pasangan suami istri yang berbahagia, Idris bin Abbas Asy-Syafi`ie dengan seorang wanita
dari suku Azad. Bayi lelaki keturunan Quraisy ini akhirnya dinamai Muhammad bin Idris
Asy-Syafi`ie . Demikian nama lengkapnya sang bayi itu. Namun kebahagiaan keluarga
miskin ini dengan kelahiran bayi tersebut tidaklah berlangsung lama. Karena beberapa saat
setelah kelahiran itu, terjadilah peristiwa menyedihkan, yaitu ayah sang bayi meninggal dunia
dalam usia yang masih muda. Bayi lelaki yang rupawan itu pun akhirnya hidup sebagai anak
yatim. Karya beliau adalah Musnad As-Syafi`ie , berupa kumpulan hadits Nabi shallallahu
`alaihi wa alihi wasallam yang diriwayatkan oleh beliau
3. Imam Ahmad (164 H-241 H)
Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal
bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang komandan pasukan di Khurasan di
bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani
Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da’i yang kritis.
Beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriyah.
Beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang ibunya, karena bapaknya meninggal
dunia saat beliau masih berumur belia, tiga tahun. Meski beliau anak yatim, namun ibunya
dengan sabar dan ulet memperhatian pendidikannya hingga beliau menjadi anak yang sangat
cinta kepada ilmu dan ulama karena itulah beliau kerap menghadiri majlis ilmu di kota
kelahirannya. karya beliau dalam bidang ilmu hadits adalah Kitab Al Musnad, karya yang
paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
4. Imam Bukhari (194 H-256 H)
Nama sebenarnya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim dijuluki dengan Abu
Abdillah. Ia lahir di Bukhara pada tahun 194 H. Semua Ulama, baik dari gurunya maupun
dari sahabatnya memuji dan mengakui ketinggian ilmunya, Ia seorang Imam yang tidak
tercela hapalan haditsnya dan kecermatannya. Ia mulai menghapal hadits ketika umurnya
belum mencapai 10 tahun, ia mencatat dari seribu guru lebih, ia hapal 100.000 hadits shahih
dan 200.000 hadits tidak shahih. Dia mengarang kitab besar Al-Jami’ ash Shahih yang
merupakan kitab paling shahih sesudah Al-Quran, hadits yang ia dengar sendiri dari gurunya
lebih dari 70.000 buah
5. Imam Muslim (204 H-271 H)
Nama Lengkapnya adalah Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi
(Bani Qusyair adalah sebuah kabilah Arab yang cukup dikenal) an-Naisaburi. Seorang imam
besar dan penghapal hadits yang ternama. Ia lahir di Naisabur pada tahun 204 H. Para ulama
sepakat atas keimamannya dalam hadits dan kedalaman pengetahuan nya tentang periwayatan
hadits. Karyanya Kitab Sahih Muslim
6. Imam Ibnu Majah (209 H-273 H)
Nama sebenarnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-
Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir tahun 209 dan wafat tahun 273. Beliau adalah
muhaddits ulung, mufassir dan seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya
adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.
7. Imam At-Tirmidzi (209 H-279 H)
Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah
bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan
pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz. Karyanya Kitab
Sunan At-Tirmidzi
8. Imam Abu Dawud (202 H-275 H)
Beliau lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul
serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan beliau terlihat ketika
mengkritik sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan
bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud. Al-Imam al-Muhaddist
Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah. Sepanjang
sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali makna hadist dalam berbagai
sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya
yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya guna
memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.
9. Imam An-Nasa'i (215-303 H)
Nama lengkap Imam al-Nasa’i adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib
bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215 H.
Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H. Beliau
dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (al-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran
seorang ahli hadis kaliber dunia. Beliau berhasil menyusun sebuah kitab monumental dalam
kajian hadis, yakni al-Mujtaba’ yang di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan al-
Nasa’i.
10. Imam Daruquthni (306 H-385 H)
Nama sebenarnya adalah Ali bin Umar bin Ahmad bin Maddy, seorang hafidh besar
dan seorang amirul mukminin fii hadits. Beliau banyak mendengar hadits dan banyak
mengarang kitab dalam bidang hadits, beliau terkenal sebagai imam di masanya dalam jarah
dan ta’dil, ia mempunya sebuah kitab yang bernama Al-Ilzamat yang merupakan kitab al-
Istidrak bagi Shahih al-Bukhary dan Shahih Muslim. Juga ia mempunya kitab yang bernama
as Sunan yang telah dicetak bersama sama Ta’liqat, juga ia mempunyai kitab bernama
al-‘Illal. Abu Jauzy berkata,” Adh Daraquthny menguasai ilmu hadits, Qiraat, Nahwoo, Fiqh
dan Siar, dan beliau orang yang Tsiqah”. Ia wafat pada tahun 385 H

b. Ulama Hadis Syi’i Dan Buku-Bukunya


1. Muhammad bin Ali bin Husein bin Musa bin Babawaih Qommi, karyanya Kitab Man La
Yahduruhu al-Faqih

2. Ibnu Syahr Asyub (488 H-588 H ), Manaqib Al Abi Thalib adalah karya Ibnu Syahr
Asyub yang paling terkenal

3. Muhammad ibn Makki (734 H-786 H), Buku “Dzikra al-Syiah fi Ahkam al-Syari 'ah”
merupakan salah satu karyanya tentang hukum bersuci dan shalat yang diterbitkan di Iran
pada tahun 1271 H. Karya lain dari ulama besar ini adalah “al-Durus al-Syar'iyah fi Fiqh al-
Imamiyah” yang memuat banyak tema-tema yurisprudensi. Sayangnya, ia gugur syahid
sebelum menyelesaikan penulisan buku penting ini.

4. Abu Jakfar Muhammad bin Hasan bin Ali bin Hasan al-Thusi (hidup pada abad kelima
Hijriyah.), Ia adalah murid kebanggaan dari Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha, dan pasca
gurunya wafat, ia menjadi guru besar ilmu kalam di dunia Islam. Syeikh Thusi adalah penulis
dua kitab dari empat kitab induk hadis Syiah (Kutub al-Arba'ah) dan pendiri Hauzah Ilmiah
Najaf. Syeikh Thusi memiliki banyak karya di berbagai bidang ilmu keislaman dan
mewariskan sekitar 50 buku. Saat ini karya-karya Syeikh Thusi sudah diterbitkan dalam
bentuk ensiklopedia. Tahdzib al-Ahkam dan al-Istibshar, dua kitab dari Kutub al-Arba’ah
ditulis oleh Syeikh Thusi dan setiap faqih atau mujtahid yang ingin mengeluarkan fatwa
hukum, tidak punya jalan lain kecuali merujuk kepada kitab tersebut.

5. Allamah Sayid Haidar Amoli Amuli (720 H-792 H), adalah seorang arif besar Syiah,
mufasir al-Quran, pakar hadis, dan faqih terkenal yang hidup pada abad kedelapan Hijriyah.
Karyanya Kitab Jami’ al-Asrar

6. Syeikh Jamaluddin Hasan bin Yusuf bin Mutahhar al-Hili ( 648 H-726 H), yang dikenal
dengan Allamah Hilli adalah seorang ahli hukum (faqih) dan teolog Syiah pada abad
kedelapan Hijriyah. Ia telah menulis lebih dari 120 buku di berbagai bidang ilmu agama dan
beberapa karyanya menjadi buku diktat hauzah ilmiah.
7. Khajeh Nashiruddin Thusi yang merupakan salah satu ulama Syiah terbesar pada abad
ketujuh Hijriyah. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan pakar di berbagai
bidang.

8. Sayid Radhiyuddin Ali bin Musa bin Jakfar bin Thawus (589 H-664 H), yang masyhur
dengan Sayid Ibnu Thawus adalah seorang ulama besar Syiah, faqih, serta guru akhlak dan
irfan. Ia adalah penulis buku al-Luhuf tentang perjuangan Imam Husein as di Karbala. Karya
Ibnu Thawus yang paling terkenal adalah kitab, al-Luhuf 'ala Qatla al-Thufuf yang terkenal
dengan sebutan al-Luhuf. Buku ini berkisah tentang peristiwa sejarah, berbeda dengan karya-
karya lain Ibnu Thawus yang berbicara tentang doa dan ziarah. Ia ingin menyusun sebuah
buku yang ringkas dan mudah yang akan menemani para peziarah Imam Husein as di Hari
Asyura dan selama berziarah, dan tanpa perlu lagi mempelajari berbagai sumber sejarah
tentang peristiwa Asyura. Dengan tujuan menjelaskan Peristiwa Karbala secara ringkas,
penulis menyusun hadis-hadis yang ada sehingga membentuk sebuah kisah yang teratur.
Dalam kitab ini penulis tidak memuat hadis-hadis yang sama dan hadis-hadis yang tidak
saling berkaitan. Sehingga para pembaca senantiasa digiring untuk selalu berada pada alur
sejarah, bukan terpaku pada penukilan hadis.

4. Jelaskan Hadis Pada Masa Abad Ke 8 Hijriyah

Jawab :

Hadits pada abad 8 H dapat dikategorikan kedalam periode ketujuh, Ahd al-Syarh wa
al-Jamu` wa Takhrij (Periode pensyarahan, penghimpunan pentakhrijan dan
pembahasan) yang mana usaha ulama ahli hadits pada masa ini diantaranya :

a. Mengklasifikasikan hadith dengan menghimpun hadith hadith yang sejenis kandungannya


atau sejenis sifatsifat isinya dal-am suatu kitab hadith.Oleh karena itu lahirlah kitab-kitab
hukum

b. Mensharahkan dan mengikhtisarkan kitab-kitab hadith yang telah disusun oleh ulama yang
mendahuluinya

c. Penyusunan ensiklopedi hadis yang telah dirintis beberapa tahun yang lal-u oleh
Universitas Al-Azhar di Mesir. Ensiklopedi hadis ini tediri atas 100 jilid lebih pembahasan
mengenai hadis
d. Metode yang ditempuh oleh ulama-ulama dal-am masa yang ketujuh ini, ial-ah:
menerbitkan isi kitab-kitab hadits, menyaring dan menyusun kitab-kitab takhrij, serta
membuat kitab-kitab Jami’ yang umum, kitab-kitab yang mengumpulkan hadits hukum,
mentakhrijkan hadits-hadits yang terdapat dal-ambeberapa kitab, mentakhrijkan hadits-
hadits yang terkenal- dal-am masyarakat dan menyusun kitab Athraf. Diantara kitab-kitab
yang disusun dal-am periode ini, ial-ah:

1. Kitab-kitab Zawaid

Dalam periode ini bangkit dengan mengumpulkan hadits-hadits yang tidak terdapat dal-am
kiabkitab sebelumnya. Hadits-hadits tersebut mereka kumpulkan dal-am sebuah kitab yang
mereka namai dengan kitab Zawaid. Diantara kitab zawaid yang terkenal- adal-ah sebagai
berikut:

a. Kitab Zawaid Ibnu Majah, uaitu kitab yang mengumpulkan hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang tidak terdapat kitab-kitab lain.

b. Kitab ‘Ithhafu al-Maharah bi Zawaid al-Masanid al- ‘Asyrah.

c. Kitab Zawaid al-Sunan al-Kubra, yaitu kitab yang mengumpulkan hadits-hadits yang tidak
terdapat dal-am kutub al-sit.t.ah Ketiga kitab di atas disusun oleh al-Bushiry (840 H.) d.
Kitab al-Mathal-ibu al-‘al-iyah fi zawaid al-masanid al-tsamaniyah, susunan al-Hafizh
Ibnu Hajar (853 H.) e. Majmu al-Jawaid karya al-Hafizh Nuruddin Abu al-Husain al-
Haitsmy (807 H.) Disamping kitab zawaid di atas masih banyak kitab-kitab zawaid yang
lain .

2. Kitab-kitab Jawami’

Yang bersifat umum Selain membuat kitab-kitab zawaid para ulama pada periode ini, juga
mengumpulkan hadisthadits yang terdapat dalam beberapa kitab, dikumpulkan kedal-am satu
kitab yang disebut dengan kitab Jawami’. Diantara kitab jawami tersebut adal-ah sebagai
berikut:

a. Kitab jami’ al-Masanid wa al-sunan al-hadi li aqwami sanan karya al-Hafidz Ibnu Katsir
(774 H.). Dalam kitab ini dikumpulkan hadits-hadits Bukhari Muslim, Sunan al-Nasa,I, al-
Turmdzy, Ibnu Majah, Musnad Ahmad, al-Bajjar, Abu ya’la dan al-Mu’jam al-kabir
susunan al-Thabrany.
b. Kitab jami’ al-jawami, karya al-Hafizh al-Suyuthy (911 H.) Dal-am kitab ini dikumpulkan
hadits-hadits yang terdapat dal-am kutub al-sit.t.ah dan jaditshadits dal-am kitab-kitab lain.
Dalam kitab ini banyak dimuat hadits dha’if bahkan hadits maudhu’. Kemudian kitab
tersebut diringkas oleh al- Suyuthy dengan nama kitab al-Jami al-Shaghir fi hadits al-
bashiry al-Nadhiry 3. Kitab yang mengumpulkan hadits-hadits hukum Diantara kitab-kitab
yang mengumpulkan hadits-hadits hukum yang disusun dal-am periode ini adalah:

c. Kitab al-Imam fi ahadits al-Ahkam karya ibn al-Daqiqi al-Id (702 H.). Kitab ini kemudian
disyarahi oleh kitab yang dinamai dengan al-imam.

d. Kitab Taqrib al-Asanid wa tartib al-masanid, karya Zainuddin al-‘Iraqy (806 H.). Dalam
kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits hukum yang diriwayatkan oleh
imamimam yang terkenal- dengan julukan Ashah al-Asanid.kemudian kitab ini disyatahi
oleh futranya yaitu Abu Zur’ah dengan kitab yang berjudul Tharhu al-Tatsrib fi syarh al-
Taqrib.

e. Kitab bulughul Maram min ahadits al-Ahkam karya al-hafizh Ibnu Hajar al-Ashqal-ani.
Kitab inimemuat 1400 hadits yang telah disyarahi oleh berbagai ulama. Diantaranya oleh
al-Qadli al-Husain Muhammad bin Isma’il al-Shan’any (1182 H.) dengan kitabnya yang
bernama Subul al-Sal-am dan oleh Shiddiq Hasan Khan denga kitabnya yang bernama
Fath al-‘Al-lam

4. Kitab-kitab Takhrij

Banyak kitab dal-amberbagai ilmu yang mengandung hadits-hadits yang tidak disebut
siapakah perawinya dan siapa pentakhrijnya dan tidak pula diteramgkan nilainya. Maka
sebagian ulama berusaha menerangkan tempattempat pengambilan hadtshadits itu dan
nilainilainya dal-am sebuah kitab tertentu. Diantara kitab-kitab takhrij ini, adal-ah sebagai
berikut:

a. Takhrij Ahadits Tafsir al-Kasyasyaf, karangan al-Zal-la’y (762 H.) Akan tetapi kitab ini
tidak mentakhrijkan seluruh hadits yang disebutkan pengarang al-Kasysyaf secara isyarat

b. Al-Kafisy Syafi’i Takhriji ahadits Kasysyaf oleh Ibnu Hajar al-Ashqal-any. Dal-am kitab
ini ditakhrijkan hadits-hadits yang lupa dtakrijkan oleh al-Zail’y.

c. Takhrij al-Ahadits al-Baidlawy, oleh Abdurrauf al-Manawy.


d. Tuhfat al-RawiFi Takhrij al-ahadits al-Baidlawy, oleh Muhammad bin Hammad bin Zadah
(1175 H.)

e. Takhrij ahadits al-Syaahma’ani al-atsar karangan al-Thahawy. Kitab ini dinamai dengan
Hawy.

f. Takhrij ahadits al-adzkar, oleh Ibnu Hajar al-Ashqal-any.

g. Takhrij ahadits al-mashabih wa al-misykah yang dinamai Hijayat al-ruwat ila Takhri
ahaditsi al-mashabih wa al-misykah.

h. Manahil al-Safa fi takhrij ahaditsi al-syifa oleh al-Suyuthy. i. Takhrij ahadits minhaj al-
ushul oleh al-Sudqy dan oleh Ibnu Mulaqin dan Muhammad ibn Abd al-Hadi (704 H.).

j. Takhrij ahadits Mukhtashar, karya Ibn al-Hajib, oleh Ibnu hajar, Ibnu al-Mulaqin dan
Muhammad bin Abd al-Hadi (704 H.)

k. Takhrij ahadits al-Hidayah fi fqh al-Hanafiyah oleh Jamal-uddin al-Jailay yang dinamai
Nashbu al-Raya li ahadits al-Hidayah.

l. Al-Dirayah fi muntakhaby takhriji ahadit al-hidayah, oleh Ibnu Hajar Takhrij ahadits al-
ihya oleh Zainuddin al-‘Iraqi

5. Kitab-Kitab Takhrij

Hadits yang terkenal dikalangan masyarakat Banyak sekali hadits yang terkenal-
dimasyarakat yang nilainya berbedabeda oleh karena itu para ulama ahl hadits mencba
mengumpulkan hadits-hadits yang terkenal- dikal-angan masyarakat tersebut dal-am satu
kitab dengan tujuan menjelaskan nilainilai hadits tersebut. Diantara kitab-kitab yang
mentakhrij yang terkenal di masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Al-Maqashid al-Hasanah, oleh al-Sakhawy., kitab itu kemudian diikhtisar oleh


muridmuridnya seperti Abdurrahman ibn al-Daiba al-Syaibany yang dinamai dengan kitab
Tamyiz al-thayyibi min al-khabaits.

b. Kitab Tal-hits al-subul ila kasyfi al-libas, oleh Izuddin Muhammad ibn Ahmad al-Khal-ili.

c. Kitab Kasyfu al-Khafa wa mujil al-al-bas, oleh Hafizh al-ajal-uny (1162 H.)

6. Kitab-kitab ‘Athraf
Sebagaimana terjadi dal-am peiode keenam pada periode ini uncul juga kitab-kitab ‘athraf,
diantaranya:

a. Ithaf al-Maharaf bi athrah al-‘asyarah karya Ibnu Hajar al-ashqal-any

b. ‘Athraf al-Musnad al-mu’tal-if bi athraf al-musnad al-Hambal-i, karya Ibnu Hajar al-
Ashqal-any

c. ‘Athraf al-Ahadits al-Mukhtarah, karya Ibnu hajar al-Ashqal-any

d. ‘Athraf al-Musnad al-Firdaus, karya Ibnu Hajar al-Ashqal-any

e. ‘Athraf al-Shahih Ibn Hibban, karya al-‘Iraqi

f. ‘Athraf al-Masanid al-‘asyrah, oleh Syihabuddin al-Busyiri Pada periode ketujuh ini
muncul juga beberapa kitab syarah hadits yang sangat besar, seperti Fath al-Bary, ‘Umdah al-
Qary, Issyad al-Syari dan lainlain.

Tokohtokoh Ahli Hadits pada Periode Ketujuh Diantara tokohtokoh yang terkenal-
pada periode ketujuh ini adal-ah sebagai berikut:

1. Al-Dzahaby (748 H.)

2. Ibnu Syayyidi al-Nas (734 H.)

3. Ibn Daqiqi al-Ied

4. Mughlathai (862 H.)

5. al-Ashqal-any (852 H.)

6. Al-Dimyaty (705 H.)

7. Al-‘Ainy (855 H.)

8. Al-Suyuthy (911 H.)

9. Al-Zarkasy (794 H.)

10. Al-Mizzy (742 H.)

11. Al-‘Al-aiy (761 H.)

12. Ibnu Katsir (774 H.)

13. al-Zal-iy (762 H.)


14. Ibnu Rajab (795 H.)

15. Ibnu Mulaqin (804 H.)

16. Al-Bulkainy (805 H.)

17. Al-‘Iraqy (806 H.)

18. Al-Haitsamy (807 H.)

19. Abu Zur’ah (826).

Kitab kitab Hadits yang Disusun Pada Abad ke7 Hijriyyah

1. Al-Targhib, karya al-Hafidh Ibn ‘adhim ibn Abd al-Qawy ibn Abdullah Al-Mundziry (656
H). Kitab ini merupakan kitab yang dianggap pal-ing baik dal-am menerangkan derajat hadit.

2. Al-Jami’ baina Shahihain, karya Ahmad ibn Muhammad al-Qurthuby, yang terkenal-
dengan nama Ibn Hujjah (642 H).

3. Muthaqa al-Akhbar fi al-Ahkam, karya Majdudun Abu al-Barakat Abd al-Sal-am ibn
Abdillah ibn Abd al-Qasim al-Harrany (652)

4. Al-Mukhtarah, karya Muhammad ibn abd al-Wahid al-Maqdisy (643 H.). Dal-am kitab ini
beliau melakukan pentashihan terhadap hadits-hadits yang belum ditashhih oleh ulamaulama
sebelumnya.

5. Riyadh al-Shal-ihin, karya Al-Imam al-Nawawi.Kitab ini di syarahi oleh Ibnu Ruslan Ash
Shiddiqy dengan kitab yang berjudul Dal-il al-Fal-ihin.

6. Al-Arba’in karya Imam Nawawi.

Kitab-kitab yang Disusun Pada Abad ke8 Hijriyyah

1. Jami’ al-Masanid wa al-Sunan al-Hadi ila Aqwamisanan, susunan al-Hafizh Ibnu Katsir
(774 H.)

2. Al-Imam fi Ahadits al-Ahkam, susunan al-Imam Ibn Daqiqi al- al-Ied (702 H.) Kitab ini
telah disyarahkan olrh pengarangnya dal-am kitabnya al-Imam.

You might also like