You are on page 1of 3

3.

Jelaskan perbedaan perbedaan antara imunisasi polio oral dan inactive polio vaccine (IPV)

1. Jadwal imunisasi

-Imunisasi IPV diberikan mulai usia 2 bulan

Untuk memenuhi jadwal imunisasi dasar lengkap, pemberian imunisasi IPV dilakukan sebanyak
empat kali di usia:

2 bulan.

4 bulan.

6 hingga 18 bulan.

4 hingga 6 tahun.

-Sementara, pemberian vaksin OPV dilakukan sebanyak 3 kali saat:

Baru lahir.

Usia 6 hingga 12 minggu

Pemberian kedua dilakukan 8 minggu setelah pemberian dosis pertama.

Usia 6 hingga 18 bulan.

2. Efek samping

-Pada penelitian yang terbit pada jurnal Pathogens and Global Health, efek samping yang kerap
dijumpai setelah mendapatkan vaksin OPV adalah:

Sakit kepala.

Sakit perut.

Demam.

Diare.

Lelah.

Meski jarang, efek samping serius dari vaksin ini adalah:

Kelumpuhan.

-Sementara itu, menurut penelitian yang terbit pada jurnal Morbidity and Mortality Weekly Report
CDC, pemberian vaksin IPV pada 2 tahun pertama menimbulkan efek samping berupa:

Demam.

Ruam di area yang disuntik.

Pembengkakan di area yang mendapatkan suntikan.

Rewel.
Meski jarang ditemukan, vaksin IPV ini juga menimbulkan efek samping, seperti:

Peradangan dan pendarahan di pembuluh darah kecil.

Penurunan trombosit akibat kekebalan tubuh keliru menyerang trombosit.

Alergi berat.

Efek samping yang umum biasanya akan hilang dalam waktu 3-4 hari. Meski demikian, kadang efek
tersebut berlangsung lebih lama.

3. Cara kerja vaksin

-Imunisasi IPV bekerja dengan cara menghasilkan antibodi di darah

IPV bekerja dengan cara menghasilkan antibodi di dalam darah untuk menangkal tiga jenis virus
polio. Tujuannya, untuk melindungi tubuh dari kondisi paralytic poliomyelitis.

Jika virus menjangkiti tubuh, antibodi tersebut mencegah virus menyebar ke sistem saraf pusat. Oleh
karena itu, tubuh pun terlindung dari kelumpuhan akibat polio.

-Sementara, OPV mengandung virus yang dilemahkan. Virus ini mampu berproses (bereplikasi) di
dalam usus. Namun, ukuran virus di dalam vaksin ini 10 ribu lebih sedikit daripada virus polio liar.

Karena jumlahnya yang sedikit, virus tidak mampu menjangkiti sistem saraf pusat. Oleh karena itu,
hal ini membuat kekebalan tubuh mampu menangkal virus polio. Vaksinasi ini pun digunakan untuk
memberantas virus polio yang ada di suatu daerah.

4. Keuntungan dan kelemahan vaksin IPV

Kelemahan imunisasi IPV adalah virus bisa menyebar lewat tinja

Dibandingkan vaksin OPV, vaksin suntik mampu meningkatkan kekebalan tubuh yang cukup baik
bagi sebagian besar orang. Terlebih, karena tidak mengandung virus yang dilemahkan, maka tidak
ada risiko berupa kelumpuhan akibat VAPP.

Meski demikian, IPV menghasilkan tingkat kekebalan yang sangat rendah di usus. Akibatnya, jika
seseorang yang diberi vaksin IPV terinfeksi virus polio liar, virus tersebut masih menginfeksi dan
berkembang biak di usus. Lalu, virus tersebut keluar melalui tinja. Hal ini meningkatkan risiko
penyebaran virus polio.

5. Harga Vaksin

Harga vaksin polio tetes lebih murah dibanding vaksin polio suntik. Vaksin polio tetes sudah lama
ada dan diproduksi secara langsung di Indonesia. Sementara vaksin polio suntik perlu diimpor,
sehingga harganya lebih mahal.
6. Rasa Vaksin

Karena digunakan secara oral, vaksin polio tetes mempunyai rasa manis. Itu sebabnya, vaksin polio
tetes lebih disukai anak-anak. Berbeda dengan vaksin polio suntik, anak-anak cenderung
menghindarinya. Maka itu, pemberian vaksin injeksi lebih sulit diberikan ke anak.

You might also like