Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Bahan Organik Pada Proses Kesuburan Tanah
Pengaruh Bahan Organik Pada Proses Kesuburan Tanah
TANAH
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh
bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah
dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian
berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya
bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan
buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur
karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam
bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan
pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam
bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam
proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi
dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja
sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan
organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah
selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang
disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari
bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini
tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba
tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau
susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya
jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan
sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian
padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau
dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%),
hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur
hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau
fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang
menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan
bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap
dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah
yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah
terdekomposisikan.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik
banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan
kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif.
Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan
bentuknya).
Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat, amorf,
bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah diubah atau dibentuk
oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali terhadap kerja bakteri. Mereka
tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan regim suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya
humus pada tanah sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah,
dalam hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah. Kemampuan humus menahan air dan
ion hara melebihi kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat
tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus yang
aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan
membantu meningkatkan produktivitas tanah.
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah,
faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak
ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik
semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di
lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar
bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N
bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif
meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan
kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan
organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang
baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi
aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah
berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga
mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang
rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri
(Hakim et al, 1986).
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik
bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis,
dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat
penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat
menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi
dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi
diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah
(porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar
3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari kapasitas
tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu
bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan
peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena
kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat
polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah
dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya.
Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer.
Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi
radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi
karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung
melalui mekanisme:
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah,
diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah
sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu
menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang
menyatukan agregat.
Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan
cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa
organik yang berbentuk rantai panjang.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan
bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan
bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah
Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar
kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas
tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30
sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan
organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang
mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa
pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah.
Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar
dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya
ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada periode hujan
terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut
dalam air sehingga dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak
seserius seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen
tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan.
Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi
oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi. Mineralisasi
merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi
anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur
hara menjadi tersedia bagi tanaman.
Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral
oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara
dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam
bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur
hara dari batuan mineral.
Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau
malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang
ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena
dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan
kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana
kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa
kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya
dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap
komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan
oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan
akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik
dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa
N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik
segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam
tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses
tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur
biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi
berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin
banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal
dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga
menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung
terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan
ciri tanah.
Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi tingkat pertumbuhan
tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien organik dan inorganik. Hal
ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan organik adalah untuk menyuplai
nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambahkan unsur
hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan
pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena
tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam
tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila pememukaan tanah dilindungi
dengan bahan organik.
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya
pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan. Sehubungan
dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat dikatakan
bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah.
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas
lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola penanaman yang
sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau
lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta
memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia.
Macam-Macam Bahan Organik
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk merupakan
bahan baik alami maupun buatan yang ditambahkan pada tanah supaya kesuburan tanah dapat
meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu dari sisa-sisa organisme
hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang mengandung unsur-unsur hara baik makro
maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur.
Pupuk organik terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-
bakteri tanah menjadi unsur-usur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah
dan air.
Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa saringan
dari pupuk padat. Pupuk cair ini dimaksudkan agar penggunannya lebih mudah, tidak
mengandung kotoran, dan sekaligus menjaga kelembaban tanah. Pupuk padat dapat berupa
pupuk hijau, pupuk serasah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya akan berpengaruh
positif terhadap tanah jika pemberiannya ke tanah setelah pupuk.
Pupuk Hijau
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah.
Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-
kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan
organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang
membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain :
mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
mencegah adanya erosi
dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma
jika ditanam pada waktu tanah bero
sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk
inorganik.
Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah
tidak terpakai. Misalnya jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lain-
lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara
langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini
diantaranya :
dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan terbawa
air
menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
menghambat pertumbuhan gulma
menjaga tekstur tanah tetap remah
menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah dan
sumber humus
Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti
jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau
dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi
mengenai kompos. Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang tidak tercmpur
logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi adanya timbunan sampah yang
menggunung serta megurangi polusi dan pencemaran di perkotaan.
Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk karena murah,
mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman. Penggunaan pupuk ini
merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan peternakan yang sekaligus merupakan
syarat mutlak bagi konsep pertanian organik.
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik lainnya
apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang
dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga
mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat
meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan tanah lebih banyak menahan
air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.
Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya
bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain.
Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu
pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi
tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah
dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain.
PUPUK CAIR
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik.
Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat
terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah
beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan
sebagai pupuk cair.
Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Keuntungan pupuk cair
antara lain :
pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga
kelembaban tanah
aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas
penggangu tanaman.
Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya
daun johar, gamal, dan lamtorogung (Harjono, 2000).
MULSA (PENUTUP TANAH)
Mulsa atau penutup tanah sangat penting dan berpengaruh positif terhadap tanah maupun
tanaman. Dalam peranannya untuk peningkatan kesuburan tanah, mulsa yang paling baik
adalah mulsa yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, seresah dan ilalang, tidak
dari plastik. Selain fungsinya untuk menjaga kelembaban tanah, setelah mulsa membusuk akan
berguna sebagai pupuk organik yang memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi bila erkena air hujan maupun
pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti diketahui bahwa erosi akan
memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi tanah yang pecah-pecah akan
berpengaruh buruk pada perakaran tanaman berupa putusnya akar.
Dengan adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap ke bawah sehingga tidak terjadi aliran
permukaan. Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air tanah tetap tersedia bagi tanaman.
Karena mulsa berguna untuk mengurangi penguapan, mencegah erosi, menjaga kelembaban
tanah, dan sebagai sumber penambah hara setelah menjadi pupuk hijau, lahan pertanaman
yang menggunakan mulsa akan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatlah bervariasi. Variasi ini
disebabkan oleh macam atau jenis hewan, umur dan keadaan individu hewan, jenis makanan,
bahan amparan dan cara pengelolaan dan penyimpanan pupuk kandang sebelum dipakai.
2. Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda yang dibenamkan
kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen
kedalam tanah.
Dari segi biokimia keuntungan dari pemakaian pupuk hijau dapat dikatakan bahwa dengan
pemakaian pupuk hijau berarti menambah persediaan bahan organik tanah. Disamping itu,
tanaman calon pupuk hijau yang tumbuh mempunyai pengaruh terhadap pengawetan hara
tanah karena mengabsorpsi hara, selain itu tanaman pupuk hijau berfungsi sebagai tanaman
penutup tanah (cover crop) contohnya Centrosema sp dan Peuraria javanica.
3. Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme
pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu
didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi
tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
4. Pupuk guano
Guano merupakan deposit atau sedimen yang terdiri dari kotoran binatang, terutama kotoran
burung laut dan kelelawar yang telah mengalami pengaruh alam dalam waktu relatif lama dan
telah mengalami perubahan-perubahan. Unsur hara yang terdapat didalamnya adalah N dan P
dan ada juga guano yang mengandung unsur kalium (K).
Asam humus merupakan senyawa kompleks bersifat koloid yang berasal dari bahan-bahan
organik yang tahan terhadap dekomposisi dan sel-sel mikroorganisme yang sudah terurai,
terbentuk pada akhir dekomposisi lanjut, berwarna coklat atau coklat kelam.
Asam humus mempunyai kemampuan mengabsorpsi air mencapai 80-90%, sedangkan lempung
silikat hanya 15-20%, selain itu dapat juga meningkatkan granulasi tanah dengan baik dan
didalamnya terdapat unsur hara baik makro maupun mikro serta trace mineral lainnya yang
dibutuhkan untuk perkembangan tumbuhan. Selain itu asam humus juga mempunyai
kemampuan untuk mengikat vitamin dan zat-zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tanah sehingga sangat bermanfaat untuk tumbuhan tingkat tinggi,
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), perbaikan struktur tanah, memacu perkembangan
berbagai kelompok mikroba yang menguntungkan dan lain-lain.
Bila reaksi dari penambahan bahan organik berjalan sempurna, akan didapatkan senyawa-
senyawa sederhana seperti air, udara, dan sebagainya. Bila bahan organik segar dimasukkan ke
dalam tanah, senyawa- senyawa yang terkandung dalam bahan organik tersebut dilapuk secara
simultan namun dengan laju yang berrbeda-beda.
Tiga reaksi umum yang terjadi bila jaringan organik dimasukan ke dalam tanah :
Limbah organik mengalami oksidasi enzimatik dengan CO2, air dan panas sebagai hasil
utama
Unsur-unsur fungsional, Nitrogen, Fosfor, dan belerang dibebaaskan dan atau digunakan
oleh serangkaian reaksi spesifik yang khas bagi tiap unsur
Senyawa yang tahan terhadap serangan jasad mikro akan dibentuk baik dari senyawa
yang berasal dari bahan organik semula atau hasil bentukan jasad mikro.
Peningkatan porositas tanah ditentukan oleh ukuran dan padatan tanah yang dapat
meningkatkan aerasi, kandungan air, dan menentukan perbandingan tata udara dan tata air
yang baik. Pori-pori akan membentuk jaringan dalam tanah dalam bentuk tiga dimensi. Udara
dalam ruang pori tanah umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan CO2. Hal ini penting
bagi pernafasan mikroorganisme tanah dan akar tanaman, dan mempengaruhi jumlah mikroba
aerobik dan anaerobik tanah.
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman seperti akar, batang, daun yang gugur, yang
dikembalikan ke tanah.
Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media pertumbuhan dan
perkembangan perakaran.
Menjaga kelembaban bahan organik terutama yang telah menjadi humus dengan rasio
C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat bobotnya. Karena kandungan air
tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air. Tanah yang mengandung
banyak bahan organik dapa menyimpan lebih banyak air sehingga kelembaban tanah akan
terjaga.
Menstabilkan temperatur bahan organik dapat menyerap panas yang tinggi namun dapat
menjadi isolator panas juga karena mempunyai daya hantar panas yang rendah.
Memperbaiki struktur tanah sifat humus dari bahan organik adalah gembur. Bobot yang
rendah, kelembaban tanah yang tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan
kegiatan jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan
struktur tanah yang gembur, remah dan mudah dioleh. Struktur tanah yang demikian merupakan
kondisi fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat,
pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan
organik.
Meningkatkan efisiensi pemupukan pemupukan dengan pupuk organik akan memberikan
tambahan jumlah hara dalam tanah dengan cepat.
Mengurangi erosi.
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan
belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di
dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan
sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti
(Doeswono, 1983).
Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi secara
alami atau buatan.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara
fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat
tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan
organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah,
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang
dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Fungsi
bahan organik adalah:
Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation
tanah menjadi tinggi).
Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi tanaman
yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik terhadap
pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari
tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman
peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta
peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman
yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik
mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan.
Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang
diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua, terdapat suatu
peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil tanaman yang lebih besar terutama
dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa – sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan
disini lebih banyak penutupan oleh tanaman selama musim pertumbuhan.
Immobilisasi adalah konversi yang sebaliknya. Sebagai contoh adalah pengambilan amonium atau nitrat
oleh tanaman atau mikroorganisme dan ditranformasikan ke dalam protein. Selanjutnya, demikian proses
bolak – balik tersebut berlangsung.
Apabila sisa-sisa tanaman segar ditambahkan ke dalam tanah, nitrogen di dalam tanaman itu dapat
terdekomposisi dan termineralisasi oleh mikroorganisme dan segera tersedia bagi tanaman, atau nitrogen
itu mungkin tidak termineralisasi dan tidak tersedia bagi tanaman. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.
Seandainya semua faktor yang mempengaruhi dekomposisi optimum (seperti oksigen, suhu dan
kelembaban),faktor pembatas di dalam proses itu tinggal nisbah karbon organik terhadap nitrogen total di
dalam tanaman tersebut.
Pembenaman bahan organik segar dengan nisbah C/N tinggi, seperti batang jagung (40) dan jerami (80),
yang kemudian segera diikuti dengan penanaman memerlukan nitrogen tambahan. Alternatif lain, waktu
tanam ditunda dulu agar dekomposisi berkesempatan berlangsung lebih lanjut dahulu beberapa hari. Bahan
organik segar dengan nisbah C/N kecil, seperti alfalfa dan kotoran manusia, bisa lebih baik dan tanahnya
dapat langsung ditanami.
Nisbah C/N kebanyakan tanah mendekati 10. Nisbah C/N humus sendiri adalah 10. Tanah –
tanah, terutama untuk pembibitan, yang nisbah C/N-nya tinggi selalu memerlukan pupuk
nitrogen yang cepat tersedia agar defisiensi nitrogen tidak terjadi.
FISIOLOGI: KEMAMPUAN TANAH MENGIKAT
AIR DAN GERAK KAPILARITAS AIR PADA
BEBERAPA TEKSTUR TANAH
Oleh Shara Aljogja Sandra Mei 19, 2017
sharaasandra@gmail.com
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tanah mengikat air dan
gerak kapilaritas air pada beberapa tekstur tanah. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metode eksperimen. Tanah yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tanah pasir, tanah
kebun dan tanah liat. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa gerak kapilaritas air paling cepat adalah
pada tanah pasir. Sedangkan kemampuan mengikat air paling tinggi adalah tanah liat.
PENDAHULUAN
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Menurut Majid (2011) bahwa air terdapat
dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena
keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-
gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Menurut Hardjowigeno (2003) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Untuk membedakan masing-masing
tekstur tanah dapat dilihat ciri–ciri dari ketiga tekstur tanah tersebut. Selain itu, setiap tekstur tanah
mempunyai karakteristiknya masing–masing. Karateristik tekstur pasir yaitu daya menahan air
rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori besar lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga
aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu
sama lain. Karakteristik tekstur debu yaitu pasir kecil, yang tanah keringnya menggumpal tetapi
mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan
kohesi yang cukup baik. Karateristik tekstur liat yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang
tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang
besar.
Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan permasalahan yaitu bagaimana kemampuan tanah
mengikat air dan gerak kapilaritas air pada beberapa tekstur tanah. Maka perlu dilakukan percobaan
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tanah mengikat air dan gerak kapilaritas air pada
beberapa tekstur tanah.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah semprong, gabus, karet, beaker
gelas, kain kasa/perban, air, tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat.
Cara kerja dalam percobaan gerak kapilaritas air sebagai berikut (1) Ketiga sampel tanah
dikeringkan sampai tidak mengandung air, (2) Salah satu ujung semprong disumbat dengan
menggunakan kain kasa/perban sebagai alas dan direkatkan dengan menggunakan karet, (3) Sampel
tanah dimasukkan ke dalam semprong hingga 2/3 bagian, (4) Semprong ditegakkan ke dalam beaker
gelas yang telah diisi air setinggi 1 cm, (5) Perambatan air dalam ketiga semprong diamati dari menit
ke menit dan semprong yang airnya paling cepat merambat diamati, (6) Kenaikan air tiap menit
diukur selama 30 menit. Kemudian data hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel.
Sedangkan cara kerja dalam percobaan kemampuan tanah mengikat air adalah sebagai berikut
(1) Ketiga sampel (tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat) dikeringkan sampai tidak mengandung
air, (2) Salah satu ujung pipa kaca lampu (semprong) ditutup dengan karet penyumbat yang telah
diberi saluran bungan air kasa, kemudian semprong tersebut ditimbang, (3) Sampel tanah yang telah
disiapkan dimasukkan kedalam semprong sampai ketinggian 5 cm dari dasar kaca, dan selanjutnya
ditimbang lagi berat totalnya, (4) Berat tanah dan volumenya kemudian dihitung, (5) Semprong yang
telah berisi sampel tanah tersebut ditegakkan dalam beaker gelas dengan menahannya dengan
gabus/sterofoam, (6) Air sebanyak 20 ml dituangkan melalui mulut semprong dan air dibiarkan
meresap ke dalam tanah, (7) Kecepatan tanah melalukan air diukur dengan mencatat waktu yang
dibutuhkan dari awal penuangan air sampai tetes pertama muncul, (8) Air dibiarkan terus lalu
sampai tidak ada lagi air yang menetes keluar. Keadaan air tanah itu disebut dalam keadaan
“kapasitas lapang” (field capacity), (9) Volume air yang dilalukan (tertampung dalam beaker) dicatat
dan air tertahan oleh partikel tanah (volume mula-mula – volume dilalukan) dihitung, (10) Data hasil
pengamatan kemampuan tanah mengikat air dimasukkan ke dalam tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gerak kapilaritas air pada tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat berdasarkan hasil percobaan
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Grafik 1 berikut ini.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa gerak kapilaritas air lebih cepat pada tanah pasir
dibanding tanah kebun dan gerak kapilaritas air pada tanah kebun lebih cepat dibanding air pada
tanah liat. Pada 5 menit pertama, pada tanah pasir gerak kapilaritas air mencapai 5,5 cm, pada tanah
kebun gerak kapilaritas air mencapai 4,3 cm, sedangkan pada tanah liat gerak kapilaritas air
mencapai 3,3 cm. Berdasarkan Grafik 1, secara berurutan, kecepatan gerak kapilaritas dari yang
paling tinggi ke rendah yaitu pada tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat. Hal tersebut disebabkan
karena pada tanah pasir memiliki pori makro sehingga menyebabkan air semakin cepat merambat
pada tanah tersebut. Berbeda dengan tanah pasir, pada tanah kebun kecepatan air merambat lebih
lambat. Sedangkan tanah liat memiliki pori mikro sehingga kecepatan air untuk merambat lebih
lambat dibanding dengan kecepatan rambat air pada tanah kebun dan tanah pasir. Dilihat dari
kecepatan rambat air pada masing-masing jenis tanah tersebut, dapat dikaitkan dengan peluang
ketersediaan air bagi tanaman untuk digunakan sebagai media tanam. Tanah pasir tidak cocok
digunakan sebagai media tanam karena tanah pasir cepat menyerap air namun tidak dapat menahan
air lebih banyak sehingga akan menyebabkan tanaman kekurangan air. Selain itu, Kohnke (1989)
menyatakan bahwa, tanah bertekstur kasar (pasir) mempunyai kandungan bahan organik sangat
rendah. Sedangkan tanah liat lebih lambat menyerap air dan dapat menahan air lebih banyak,
karena mempunyai daya ikat air yang besar maka pertukaran udara tidak lancar dan akan
berpengaruh terhadap dekomposisi bahan organik, sehingga juga tidak cocok dijadikan sebagai
media tanam. Tanah kebun lebih baik untuk dijadikan sebagai media tanam dibanding tanah pasir
dan tanah liat karena kecepatan penyerapan air dan kemampuan tanah menahan air yang sedang.
Selain itu, tanah kebun juga memiliki unsur hara yang cukup untuk tanaman.
Kemampuan tanah mengikat air
Kadar air tanah pada kapasitas lapangan pada tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat dapat
dilihat pada tabel 2 berikut ini
Tabel 2. Kadar air tanah (g) pada kapasitas lapang pada tiga jenis tanah
Berdasarkan Tabel 2 tersebut, dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk tetes pertama
pada masing-masing tanah berbeda. Pada tanah pasir dibutuhkan waktu 70 detik, pada tanah kebun
dibutuhkan waktu 8 detik dan pada tanah liat dibutuhkan waktu 6 detik. Secara berurutan tetes
pertama dimulai dari tanah liat, tanah kebun dan kemudian tanah pasir.
Sesuai dengan sifatnya, tanah dapat menahan air. Sehingga saat air yang dituangkan sebanyak
20 ml ke masing-masing tanah, terdapat beberapa volume yang tertahan oleh tanah. Berdasarkan
Tabel 2 volume air yang tertahan pada masing-masing tanah berbeda. Pada tanah liat paling banyak
menahan air dibanding 2 jenis tanah lainnya yaitu sebanyak 19,9 ml, pada tanah kebun menahan air
sebanyak 19,4 ml dan pada tanah pasir menahan air sebanyak 16 ml. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tanah liat lebih banyak menahan air.
Hal ini disebabkan oleh karena tanah liat terdiri dari partikel sangat kecil berkuran koloid
dengan banyak permukaan hidrofilik. Jadi air yang kadarnya lebih rendah daripada kapasitas lapang
sebagian besar di tahan oleh daya tarik antara molekul air dan permukaan partikel tanah liat. Tanah
liat mampu menahan lebih banyak air yang tersedia bagi tumbuhan. Tanah yang kaya akan tanah liat
dan humus (atau tanah bertekstur sedang) mampu menahan air paling banyak, (Frank, 1995).
Sedangkan pada tanah pasir menahan air paling rendah. Menurut Hakim et al (1986) bahwa
tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi debu
akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan banyak mempunyai pori-
pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan
mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin
dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah.
Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan
udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan sebaliknya, makin
tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk
bersirkulasi. Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua
kondisi ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang
optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah
bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
KESIMPULAN
Kemampuan tanah mengikat air yang dari tinggi ke rendah secara berurut adalah tanah liat,
tanah kebun dan tanah pasir. Sedangkan gerak kapilaritas air yang dari tinggi ke rendah secara
berurutan adalah tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul, M.A.Diha, G.B.Hong, N.H.Balley.,
1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung.
Kadar Air Tanah merupakan Faktor penting untuk
pertumbuhan
Posted on April 15, 2016 by Admin
Sifat-sifat tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik
tanah ,mentukan penetrasi akar didalam tanah, air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Oleh karena itu erat
kaitannya jika seseorang berhadapan dengan tanah ia harus sampai berapa jauh sifat sifat tersebut dapat
diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai
bahan structural dalam pembangunan jalan raya, bendungan dan fondasi untuk gedung.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organic
tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Akan tetapi jika air terlalu banyak
tersedia, hara hara dapat tercuci dari daerah daerah, perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam garam terlalu
mungkin terangkat kelapisan tanah atas. (Menurut Hanafiah ,2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman.
Dua fungsi yang saling berkaitan dengan penyediaan air bagi tanaman yaitu, memperoleh air dalam tanah dan
pengaliran air yang disimpan kedalam akar akar tanaman. Jumlah air yang dipeoleh tanah sebagian tergantung
pada kemampuan tanah yang tergantung pad kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air
yang diterima dipermukaan tanah kebawah, akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh factor factor luar seperti
jumlah curah hujan pertahun dan sebaran hujan sepanjang tahun.
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut.
Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut dalam tanah.
Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, karena air
higroskopik dan air kapiler (Hardjowigeno, 2003).
Kadar air merupakan komponen utama tanaman hijau yang merupakan 70% – 90% dari berat segar.
Kebanyakan sepsis tanaman tak berkayu, sebagian besar air kandungan dalam isi sel (85% – 90%) yang
merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia. Tetapi air mempunyai beberapa peranan lain dalam
fisiologi
tanaman dan keadaannya unik yang cocok dengan sifat kimia dan fisikanya yang diperankan (Fitter-Hay, 1991).
Air merupakan dua sifat yang penting pada kelakuan air di dalam tanah, yaitu massa dan polaritas. Oleh karena
massanya, air senantiasa ditarik ke bawah oleh gaya gravitas polaritas disebabkan oleh susunan molekul air
(Pairunan, 1997).
Kadar air tanah Alfisol merupakan perubahan regim kelembaban manusia atau bahkan frekuensi yang tidak
begitu sering akan mendorong periode jenuh yang silih berganti mendekati desikasi sedemikian rupa sehingga
bahan-bahan yang dapat larut dalam air bergerak ke daerah jenuh dan mengendap di bagian yang kering yang
tergantung pada tekstur solumnya. Air merupakan unsur utama dalam proses-proses kimia dalam hubungannya
dalam jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan duhu dalam hidrasi atau (dehidrasi)
dalam karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti sebagai hasil disolusi mineral, keragaman produk ion
tidak hanya mengambarkan komposisi spesis ion yang terlarut (Lopulisa, 2004).
Menurut indranada 1994, factor factor yang mempengaruhi kadar air tanah terdiri dari:
1. Kadar Bahan Organik
Kadar bahan organic tanah mempunyai pori pori yang jauh lebih banyak dari pada partikel mineral tanah yang
berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin
tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
2. Kedalaman Solum
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka ketersediaan
kadar air juga akan semakin banyak.
3. Iklim dan Tumbuhan
Iklim dan tumbuhan pempunyai pengaruh yang penting bagi ketersediaan air yang dapat yang dapat diabsorbsi
dengan efisiensi tumbuhan dalam tanah. Temperature dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan
berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan
adalah factor pertumbuhan yang berarti.
4. Senyawa Kimiawi
Senyawa kimiawi garam garam dan senyawa pupuk baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya
asmotic yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju meningkat.
5. Tekstur Tanah
Tekstur tanah berpengaruh bahwa dengan adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat
kemampuan tanah untuk mengikat air.
6. Strukrur Tanah, Permeabilitas, Serta Pori Tanah
Strukrur Tanah, permeabilitas tanah serta pori tanah merupakan hal yang penting bagi factor factor yang
mempengaruhi kadar air didalam tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori yang lebih banyak akan mampu
menyimpan air lebih banyak. Tanah yang lebih baik untuk proses pertumbuhan tanaman adalah jenis tanah jenis
inseptisol, karena jenis tanah inseptisol cukup subur karena mempunyai bahan organic yang cukup tinggi.
Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume ruang pori,
kapasitas menahan air karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur. Tanah-tanah dengan tekstur halus
mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan maksimum, pada
tanah dengan tekstur sedang. Penelitian menunjukkan bahwa air tersedia
pada beberapa tanah berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir yang
sangat halus (Foth, 1995).
Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak pada seluruh selang energi dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar. Hal ini dimungkinkan karena tanah bertekstur halus mempunyai bahan koloidal, ruang pori dan
permukaan adsortif yang lebih banyak (Nurhayati,1986). Hardjowigeno (1993) menambahkan bahwa tanah yang
bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena
itu tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur
lempung atau liat.
Selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorsikan
tumbuhan tanah, faktor-faktor tumbuhan antara lain, bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat
dan stadia pertumbuhan. Faktor iklim antara lain, temperatur, kelembaban dan kecepatan angin. Diantara sifat-
sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan osmotik),
kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Nurhayati, 1986).
Adapun pengaruhnya bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman
adalah sebagai emulgator (memperbaiki struktur tanah), sumber hara N, P, S, menambah kemampuan tanah
untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energi bagi
mikroorganisme (Hardjowigeno, 1993).
Bila semua faktor sama, tanah bersolum dalam mempunyai air tersedia lebih banyak dibandingkan dengan tanah
dangkal. Hal ini penting untuk tumbuhan berakar dalam. Pelapisan tanah berpengaruh terhadap jumlah air
tersedia dan pergerakannya dalam tanah. Lapisan keras tidak tembus air memperlambat pergerakan air dan
mempengaruhi daya tembus dan perkembangan akar, yang secara erfektif mengecilkan kedalaman tanah dari
mana air diperoleh. Lapisan berpasir juga menghalangi pergerakan air dari lapisan yang bertekstur halus
(Nurhayati, 1986).
Hardjowigeno (1993) menyimpulkan bahwa kadar air dalam tanah tergantung pada banyaknya curah hujan,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik dan tingginya muka air
tanah.
Nah, disini adalah pembahasan yang paling terpenting bagi saya adalah Titik layu permanen terjadi dimana
kandungan lengas tanah yang menyebabkan tanaman yang tumbuh di atasnya mengalami layu tetap (tidak bisa
segar kembali meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman
ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air) Karena plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah
lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman akan tetap
mati. Pada tingkat kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air
yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan nilai penting tanah pertanian
maupun kehutanan(Nurhayati, 1986).
Bilamana tanaman ditanam pada keadaan air yang cukup maka tanaman itu akan mengambil air kapiler dari
dalam tanah tersebut. Bila sampai batas maksimum, air kapiler dapat diambil dan mendekati habis maka
tanaman akan menjadi layu. Meskipun pada titik layu ini tanah menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata
tetapi tetap tidak mampu menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata tetapi tetap tidak mampu
menunjukkan suatu kemampuan tanaman tersebut terhadap absorbsi airnya. Kehilangan turgescensi ini pada
tanaman-tanaman yang lemah terjadi pada daun-daun yang telah tua kemudian diikuti oleh daun-daun muda
(Nurhayati, 1986).