You are on page 1of 24

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN
“Masalah, Topik, dan Kajian Teori dalam Penelitian”

OLEH:
TESSA DESTIA PUTRI LISA
NIM. 21175021
PENDIDIKAN FISIKA

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Desnita, M.Si.
Dr. Ahmad Fauzi, M.Si.

JURUSAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasa ingin tahu manusia menjadikan manusia selalu melakukan pencarian tentang apa
saja yang belum ia ketahui. Masalah merupakan cerminan ketidaktahuan manusia sedangkan
penelitian merupakan upaya sistematis manusia untuk memecahkan persoalan
ketdaktahuannya itu sehingga permasalahan tersebut dapat diubah menjadi pengetahuan.
Pengetahuan yang sudah didapat melalui aktivitas penelitian akan mengurangi
ketidaktahuan manusia karena sudah menjadi pengetahuan.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das
sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein). Masalah yang dapat diselidiki sebenarnya tak
terbatas jumlahnya, namun seringkali calon peneliti mengalami kesulitan untuk menemukan
masalah yang cocok baginya (Hasnunidah, 2017:13). Maka dari itu, pentingnya bagi calon
peneliti untuk mampu mengidentifikasi masalah dengan tepat.
Identifikasi masalah adalah suatu cara mengklasifikasikan informasi yang
mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita, bila ada hasil-hasil yang
bertentangan, bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.
Proses identifikasi masalah ini dapat dijelaskan melalui latar belakang penelitian, dimulai
dari menjelaskan kesenjangan antara harapan dan kenyataan hingga menjelaskan solusi yang
dipilih untuk memecahkan masalah tersebut.
Masalah yang sudah dipilih atau ditentukan tersebut perlu dirumuskan secara jelas dan
kongkrit. Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Sifat operasional dari
rumusan masalah akan dapat memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel yang ada
dalam penelitian dan bagaimana mengukurnya (Hasnunidah, 2017:17).
Oleh karena itu, sangat penting bagi calon peneliti untuk memiliki kemampuan dalam
mengidentifikasi masalah dan mengetahui cara yang benar dalam merumuskan masalah
serta variable penelitian. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai masalah, topik, dan
kajian teori dalam penelitian.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jabarkan di atas, maka dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana merumuskan masalah dan topik penelitian?


2. Bagaimana kajian teori dalam penelitian?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menguraikan perumusan masalah dan topik penelitian.
2. Untuk mendeskripsikan kajian teori dalam penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah dan Topik Penelitian


1. Judul Penelitian
Penelitian beraal dari adanya masalah yang dapat digali dari fakta-fakta empiris dan
teori-teori ilmiah. Penggalia masalah ini merupakan suatu aktivitas penelitian
pedahuluan, biasa dikenal dengan identifikasi masalah. Masalah awal yang ditemukan
diformulasikan dala sebuah rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Juliandi,
2014:7). Masalah timbul akibat adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan.
Setelah merumuskan masalah, barulah dapat ditentukan judul dari penelitian tersebut.
Judul penelitian merupakan pernyataan yang ditulis dalam bentuk kalimat lengkap
dan benar (bukan dalam kalimat tanya). Penulisan dengan menggunakan aturan tata
Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Judul dirumuskan dengan kalimat yang jelas,
singkat, komunikatif dan menggambarkan upaya atau tindakan yang penting untuk
perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran (Robandi, 2008:4). Berikut beberapa
kriteria judul penelitan yang benar.
 Judul harus menunjukkan variabel penelitian.
 Judul harus menggambarkan metode penelitian
 Judul harus menggambarkan subjek penelitian, terutama pada penelitian
Tindakan kelas harus dicantumkan nama subjeknya karna hasil dari penelitian
Tindakan kelas tidak bisa digeneralisasi.

2. Latar Belakang
Dalam latar belakang permasalahan uraikan lebih rinci lagi urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan melalui PTK. Untuk itu, harus lengkapi lagi dengan data
atau fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan saudara yang
juga guru selama ini maupun dari kajian pustaka terkini yang lebih banyak lagi.
Usahakan adanya dukungan hasil-hasil penelitian terdahulu yang lebih banyak
sehingga lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi
permasalahan yang ditangani melalui PTK (Herijanto, 2011). Berikut ini beberapa
langkah menulis latar belakang penelitian.
a. Memaparkan permasalahan umum yang menjadi landasan fokus masalah yang
akan diteliti.
b. Memaparkan faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut muncul:
1) Faktor yang melatarbelakangi permasalahan digambarkan dengan
kenyataan yang ada, misalnya kemampuan guru fisika dalam penggunaan
metode CTL rendah. Paparkan fakta yang mendukung, seperti hasil
pengamatan kita saat melakukan supervisi.
2) Berilah argumentasi mengapa kemampuan tersebut rendah, misalnya guru
kurang berminat untuk mencoba, sulit mengaplikasikan meteri dengan
metode, tugas-tugas tidak mendorong aktivitas siswa. Dalam memberi
argumentasi ini dilakukan analisis yang didasari suatu bukti nyata
berdasarkan pengalaman sendiri saat melakukan observasi guru mengajar
di kelas.
3) Berilah argumentasi perkiraan pemecahan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah, misalnya bila masalah yang dominan adalah teknik
pelatihan, maka pilihlah teknik pelatihan yang dianggap dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar fisika dengan metode
CTL. Contoh, teknik problem solving sebagai upaya peningkatan
kemampuan guru menerapkan metode CTL dalam mengajar fisika di SMA.
4) Berilah argumentasi kelebihan dari teknik Problem Solving, sehingga
penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut, atau dengan
kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan
itu.
c. Mengerucutkan permasalahan menjadi lebih fokus pada variabel penelitian.

3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan kelengkapan data yang dipaparkan pada latar belakang hendaknya
kesenjangan antara kenyataan (kondisi awal) dan harapan (kondisi akhir) menjadi
lebih tajam; sehingga masalah penelitian benar-benar di angkat dari masalah
keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK
(Herijanto, 2011).
Mengidentifikasi masalah penelitian dilakukan untuk memilih masalah mana yang
harus mendesak ditemukan penyelesainnya. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
bisa dilaksanakan melalui pengelompokkan dan pemetaan msalah tersebut dengan
sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Dalam mengidentifikasi masalah
harus mempertimbangkan berbagai hal berikut.
a. Esensial, masalah yang akan diidentifikasi merupakan masalah yang menjadi
prioritas utama dibadingkan masalah-masalah lain.
b. Urgen: masalah yang dimaksud merupakan masalah yang harus segera
dipecahkan.
c. Kemanfaatan: masalah yang dipilih akan menghasilkan kemanfaatan jika
dipecahkan.
Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah.
a. Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada
tersedia dan cukup banyak, peneliti dapat mengidentifikasi, memilih, dan
merumuskannya.
b. Dalam mengidentifikasi peneliti melakukan pendataan semua permasalahan
yang diduga mempengaruhi variabel utama atau masalah yang ada.
c. Identifikasi masalah dilakukan dengan menyusun sejumlah pertanyaan yang
terkait dengan fokus masalah.

4. Fokus dan Pembatasan Masalah


Agar penelitian terfokus pad inti masalah dan tidak melebar dari pembaasan yang
diinginkan, serta tidak terjai kesalahpahaman yang besar, maka penliti harus
membatasi masalah penelitiannya. Pembatasan masalah memberikan penegasan
tentang apa saja yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan dalam penelitian.
Berikut ini beberapa langkah dalam membuat batasan masalah.
a. Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah
tersebut layak dan sesuai untuk diteliti.
b. Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian
diketemukan lebih dari satu masalah.
c. Dari masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut perlu dipilih salah satu,
yaitu mana yang paling menjadi masalah utama dan menjadi faktor yang sangat
mempergaruhi dan sesuai untuk diteliti.
d. Pilihlah salah satu permasalahan yang sekiranya sesuai.
e. Jika yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga
harus dipertimbangkan kelayakan serta kesesuaiannya untuk diteliti.
5. Rumusan Masalah
Perumusan masalah menggambarkan dengan jelas masalah yang terkandung di
dalam penelitian dan merupakan pangkal dari seluruh aspek penelitian sekaligus
memberikan pentujuk dalam pengumpulan data. Berikut beberapa hal yang harus
dipertimmbangkan dalam merumuskan masalah.
a. Singkat, padat, dan jelas, serta tidak ambigu.
b. Rumusan maslah sebaiknya dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Rumusan masalah memberikan arah kemungkinan pengumpulan data untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut.
d. Masalah mesi mengungkapkan suatu hubungan antardua variable atau lebih.
e. Rumusan masalah harus menjadi landasan hipotesis jika penelitiannya
kuantitatif.
f. Rumusan maslah harus menjadi landasan penarikan kesimpulan penelitian.
g. Rumusan masalah harus memuat unsur data yang mendukung pemecahan
masalah penelitian.
h. Rumusan masalah harus merepresentasikan judul penelitian.
Perumusan masalah adalah pertanyaan besar dan inti dari suatu penelitian yang
mengandung unsur kesenjangan. Pertanyaan ini ditarik dari penjelasan yang ada di
latar belakang masalah. Kalimat tanya yang diajukan mengacu ke variabel pada
masalah pokok (Y) dan variabel pada masalah lain yang diteliti (X).
Rumusan masalah disusun sesuai substansi bentuk rumusan PTK; disamping
adanya permasalahan yang akan diatasi, ada alternatif tindakan yang akan diambil dan
hasil positif yang diantisipasi. Rumusan masalah sebaiknya 2 atau lebih (Herijanto,
2011). Dalam perumusan masalah sering terdapat kesalahan antara lain:
a. Masalah terlalu luas, misalnya praktik mengajar, pengajaran bahasa Inggris,
Pendidikan Moral, Ekonomi Indonesia, Bimbingan dan Penyuluhan, dsb. Topik
ini terlampau luas karena masing-masing meliputi bahan suatu bidang studi.
b. Masalah terlampau sempit, sehingga kurang layak menjadi pokok penelitian
bagi suatu skripsi, tesis, atau disertasi. Tentu ada kesukaran untuk menentukan
batas yang tegas antara topik yang terlalu luas atau terlalu sempit.
Mempersempit atau memperluas suatu topik merupakan suatu masalah yang
harus diputuskan dengan dosen pembimbing.
c. Masalah mengandung emosi, prasangka, atau unsur-unsur yang tak ilmiah.
Skripsi adalah penelitian ilmiah yang mencari kebenaran berdasarkan data yang
obyektif, bebas dari prasangka atau keinginan peneliti tentang hasilnya.

6. Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian.
Rumusannya sejajar dengan rumusan masalah. Dirumuskan secara singkat dan jelas
tentang apa yang ingin diatasi atau dicapai berdasarkan permasalahan dan cara
pemecahan masalah yang dikemukakan.
Tujuan suatu penelitian hendaknya diformulasikan secara spesifik dan jelas.
Apabila tujuan itu belum spesifik dan jelas, maka sesungguhnya penelitian itu belum
dapat dijalankan. Dengan menentukan tujuan penelitian secara spesifik dan jelas
peneliti juga dapat menjaring data apa saja yang benar-benar diperlukan.
Kegunaan/manfaat diuraikan secara jelas dan sistematis baik; Kemukakan
manfaat bagi peserta didik, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah, baik bagi
pengembangan ilmu maupun bagi kepentingan praktek. Adanya uraian ini
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah yang dipilih memang layak diteliti.

B. Kajian Teori dalam Penelitian


Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi pengetahuan yang
diperoleh dari penelitian dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada, perlu tinjauan
terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan dengan topik masalah yang diangkat. Tanpa
tinjauan pustaka, akan sulit membuat sebuah pokok dari ilmu pengetahuan yang diterima
dari sebuah topik kependidikan.
Tinjauan pustaka adalah landasan rasional tentang mengapa penelitian tersebut perlu
dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Tinjauan pustaka biasanya
berupa ringkasan atau rangkuman dari sumber kepustakaan yang relevan dengan masalah
penelitian serta kritik terhadap status pengetahuan dalam topik kependidikan yang
ditentukan secara hati-hati. Tujuan utama dari tinjauan pustaka adalah untuk membuat
landasan pengetahuan bagi penelitian yang sedang dilakukan sehingga dapat mencerminkan
pemahaman peneliti tentang teori yang diujikan.
Tinjauan pustaka merupakan landasan rasional tentang mengapa penelitian tersebut
perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Tinjauan pustaka biasanya
berupa ringkasan atau rangkuman dari sumber kepustakaan yang relevan dengan masalah
penelitian serta kritik terhadap status pengetahuan dalam topik kependidikan yang
ditentukan secara hati-hati.
Tinjauan pustaka, apabila dilakukan secara hati-hati dan dipresentasikan dengan baik,
akan menambah pengertian terhadap masalah yang dipilih dan membantu menempatkan
hasil dari sebuah studi dalam sudut pandang historis. Tujuan utama dari tinjauan pustaka
adalah untuk membuat landasan pengetahuan bagi penelitian yang sedang dilakukan
sehingga dapat mencerminkan pemahaman peneliti tentang teori yang diujikan.

1. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek pengamatan, fenomena atau gejala yang diteliti. Variabel
melekat pada unit yang diamati (juga disebut obyek pengamatan atau subyek). Unit
adalah satuan yang memungkinkan observasi dapat dilakukan. Dalam penelitian
pendidikan, unit yang banyak digunakan adalah manusia. Contoh variabel yang dapat
diobservasi dari unit manusia adalah umur, tinggi badan, kemampuan membaca, jenis
kelamin, indeks prestasi, IQ dan lain sebagainya.
Variabel sangat diperlukan dalam rangka mendapatkan jawaban dari permasalahan,
sehingga peneliti perlu mengidentifikasi variabel apa saja yang akan dilibatkan dalam
penelitiannya. Identifikasi variabel harus didasarkan pada permasalahan dan landasan
teoritis. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan serta teori yang
melandasinya, peneliti dapat menentukan variabel apa saja yang perlu diidentifikasi.
Dengan demikian, jumlah variabel yang menjadi obyek pengamatan tergantung pada
tingkat sofistifikasi masalah penelitian.
Banyaknya variabel di dalam suatu penelitian tergantung kepada sederhana atau
komleksnya sifat penelitian. Rancangan penelitian yang sederhana, akan melibatkan
variabel yang sedikit. Sedangkan Rancangan penelitian yang luas, akan melibatkan
variabel yang banyak. Di dalam penelitian dianjurkan menimal melibatkan dua buah
variabel, agar deskripsi terhadap objek penelitian lebih jelas. Jenis-jenis variabel
didasarkan atas sudut pandang tertentu.
Menurut fungsinya, variabel penelitian dibedakan atas enam jenis, yaitu: (1) variabel
tergantung, (2) variabel bebas, (3) variabel intervening, (4) variabel moderator, (5)
variabel kendali, dan (6) variabel rambang.
1) Variabel tergantung (dependent variabel), sering pula disebut variabel akibat,
terikat, atau konskwen. Variabel tergantung adalah karakteristik atau ciri-ciri
tertentu yang merupakan akibat dan umumnya pada urutan tata waktu timbulnya
kemudian. Dengan demikian menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh
variabel lain.
2) Variabel bebas (independent variabel), sering pula disebut variabel anteseden.
Variabel bebas adalah karakteristik atau ciri-ciri tertentu yang merupakan sebab
dan umumnya dalam urutan tata waktu munculnya lebih dahulu. Dari segi
fungsinya, variabel ini sering disebut variabel pengaruh, karena berfungsi
mempengaruhi variabel lain (konskwen). Contoh variabel bebas dan variabel
terikat, Hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar Fisika
Konstelasinya, sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat


Motivasi Berprestasi Hasil Belajar Fisika

3) Variabel intervening, sering pula disebut variabel antara, yaitu variabel yang
berfungsi untuk menghubungkan variabel satu dengan variabel lainnya. Kedudukan
logis dari variabel intervening merupakan suatu variabel yang dipandang sebagai
akibat dari pada variabel independen dan faktor utama menimbulkan variabel
dependen. Contoh: Pengaruh pola asuhan dalam keluarga terhadap hubungan sosial
anak di sekolah. Dalam hal ini pola kepribadian anak dapat dipandang sebagai
variabel intervening, bila digambarkan adalah seperti berikut.
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Pola Asuh Pola Kepribadian Hubungan Sosial
4) Variabel moderator, merupakan modifikasi variabel yang dikenakan pada
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Modifikasi
tersebut bisa menurut derajatnya maupun kategorinya; secara hakikat variabel ini
sebenarnya juga merupakan variabel bebas (independen).
Contoh: Hubungan antara inteligensi dengan prestasi belajar. Dalam hal ini
kebiasaan belajar dan jenis kelamin dapat digunakan sebagai variabel moderator.
Konstelasi variabelnya adalah seperti berikut.
5) Variabel kendali, sering pula disebut variabel kontrol berfungsi menetralisasi
variasi dalam variabel independen. Contohnya, Diteliti hubungan antara metode
mengajar dengan prestasi belajar. Di samping metode mengajar inteligensi juga
berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena itu untuk mengetahui kemurnian
pengaruh metode yang digunakan; IQ siswa perlu dikontrol terlebih dahulu.
Konstelasi hubungan variabel tersebut diilustrasikan sebagai berikut.

6) Variabel Rambang, sering juga disebut variabel ekstraneous; yaitu variabel yang
berada di luar variabel penelitian. Dalam penelitian pengaruh atau fungsi variabel
ini diabaikan atau tidak diperhitungkan baik terhadap variabel bebas maupun
variabel terikat (Dwija, 2020:20–23).

3. Penelitian yang Relevan


Peneliti mendeskripsikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan
relevan dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya peneliti menjelaskan posisi
penelitiannya dengan cara mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penelitian yang
dilakukannya dengan penelitian-penelitian relevan yang disajikan. Mengutip hasil-hasil
penelitian yang relevan ini adalah pendekatan induktif (khusus ke umum).
Lengkapi referensi hasil penelitian yang berasal dari jurnal dan atau laporan
penelitian yang relevan dengan permasalahan dan variabel yang saudara teliti. Kajian
ini menjadi dasar ulasan hasil penelitian saudara kelak. Tonjolkan peran saudara dalam
mengembangkan teori sesuai manfaat teoritis yang akan saudara cari datanya.
Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk membuat ulasan, tetapi
juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual.

4. Teknik Penulisan Rujukan


Pada dasarnya tinjauan pustaka dalam penelitian harus didasarkan pada sumber asli
yang ditulis oleh peneliti atau penemu teori itu sendiri secara langsung. Namun
demikian, karya-karya yang dibuat oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan
penelitian atau membuat teori juga dapat disajikan sebagai sumber informasi yang
sangat berharga. Secara garis besar, sumber pengetahuan yang dapat dijadikan acuan
dalam tinjauan pustaka dibedakan menjadi sumber primer, sumer sekunder, dan sumber
preliminer.
1) Sumber primer adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya penelitian
atau teori yang orisinil. Sumber primer mengandung teks utuh dari laporan
penelitian atau teori sehingga lebih detail dan teknis. Contoh sumber sekunder
adalah studi empiris yang diterbitkan pada jurnal atau ditempatkan pada data
base, laporan penelitian, risalah sekolah, dan tesis atau disertasi.
2) Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipulikasikan oleh
penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi
dalam kenyataan yang ia deskripsikan atau bukan penemu teori. Sumber
sekunder hanya memberikan ulasan sekilas tentang bidang pengetahuan yang
sifatnya masih umum, bukan teknis, tentang apa yang telah dilakukan mengenai
topik tersebut. Contoh sumber sekunder adalah buku bacaan, buku teks, dan
ensiklopedia.
3) Sumber preliminer adalah bahan-bahan daftar rujukan yang membantu
seseorang mengidentifikasi dan menemukan sumber primer dan sekunder.
Sumber preliminer berisi informasi tentang dimana artikel-artikel, buku,
laporan-laporan, dan dokumen-dokumen lain tentang suatu subyek tertentu
dapat ditemukan dalam sumber primer atau sekunder. Sumber preliminer dapat
berupa indeks dan abstrak. Indeks biasanya hanya berisi informasi kunci tentang
bahan pustaka primer atau sekunder, misalnya: penulis, judul, dan tempat
penerbitan (nama jurnal/majalah, volume, nomor, dan halaman).

a. Format Citasi dalam Daftar Pustaka


Sama dengan sitasi di dalam teks, di dalam daftar pustaka, masing-masing model
memberikan berbagai format sitasi di dalam daftar pustaka. Seperti juga format di dalam
teks, disini dicontohkan format sitasi di dalam daftar pustaka, sesuai model APA
(American Psycological Association).
1) Buku; Nama pengarang. (tahun). Judul buku. Tempat Terbit: Nama Penerbit.
a) Buku dengan satu orang pengarang/penulis.
Wursanti, I. (1992). Manajemen kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.
b) Buku dengan dua atau lebih pengarang. Fakih, A.R., & Wijayanto, I. (2005).
Kepemimpinan Islam. Yogyakarta: UII Press.
c) Buku yang tidak diketahui Pengarangnya.
Judul buku. (Tahun). Tempat terbit: Nama Penerbit
The Alternative medicine handbook. (1994). New York: Crescent Books.

2) Terbitan Berkala (Jurnal/majalah)


a) Pengabjadan didasarkan pada nama akhir (last name), diikuti inisial. Jika
tidak dijumpai nama pengarang, maka judul artikel dituliskan di bagian awal.
b) Tanggal jurnal, tuliskan (Tahun, Bulan). Judul Artikel, ditulis dengan huruf
capital pada kata pertama dan subjudul. Judul jurnal, ditulis dengan huruf
capital pada tiap kata, kecuali kata depan.
c) Format penulisan sebagai berikut:
 Nama pengarang. (Tahun). Judul artikel. Judul Jurnal/Majalah, volume
(nomor), nomor halaman
Contoh:
Alam, S. (2007). Kompetensi pustakawan mengajar. Media Pustakawan,
14 (3), 5-11.
 Dua sampai tujuh penulis.
Anwar, A., & Arikunti, S. (2010). Perpustakaan dan budaya masyarakat.
Berkala Perpustakaan Indonesia, 2 (3), 11-22.
 Delapan atau lebih penulis.
Maka penulis satu sampai dengan enam ditulis, kemudian diikuti tanda
titik 3 kemudian ditulis penulis ke delapan.
 Jurnal/artikel dengan DOI (Digital Object Identifier)
Gerry, R. (2000). Tempo training for freestyle, Journal of Swimming
Technique, 34 (10), 40-43. doi:10.1022/0202-9822.77.4.444
 Artikel dari website.
Getweed, R., (2007). Information literacy for distance students. Journal
of Library Administration, 34, (2), 40-45. Retrieved from
http://www.jla.org/
 Artikel dari Database.
Jeanning, B. (1993). Lessons Learned in trenches. Leadership, 4(3), 9-19.
Retrived from JSTOR database.
3) Disertasi, Tesis dan skripsi
Dari database institusi:
Istiana, P. (2012). Evaluasi situs web Perpustakaan Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada. (Tesis Master, Universitas Gadjah Mada). Diakses
dari Diakses dari http://etd.ugm.ac.id/

b. Model Penulisan Sumber Citasi


1) Footnote (Catatan Kaki)
Footnote (Catatan Kaki) merupakan catatan yang menyebutkan sumber dari suatu
kutipan. Footnote atau catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian
bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan
untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai
pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.
a) Fungsi Catatan Kaki (Footnote)
 Untuk menunjukkan atau menguatkan evidensi (pembuktian) semua
pernyataan dan keterangan tentang sesuatu yang harus dikuatkan
penjelasannya. Keterangan pada footnoteadalah menunjukkan tempat dimana
evidensi tersebut didapatkan.
 Untuk menunjukkan adanya peminjaman atau pengambilan dari bahan yang
digunakan. (Untuk fakta-fakta yang bersifat umum tidak perlu diberi
footnote).
 Untuk memperluas diskusi suatu masalah tertentu di luar konteks dan teks.
 Untuk memberi keterangan atau petunjuk. Misalnya untuk menunjukkan
bahan dalam lampiran, atau persoalan-persoalan yang sudah di bahas dalam
halaman, sub-bab, atau bab dalam karya ilmiah yang bersangkutan.
b) Unsur-unsur Catatan Kaki (Footnote)
 Nama penulis/pengarang, penterjemah, dan editor ditulis lengkap tanpa gelar
kesarjanaan. Untuk penulis yang bukan penulis asli tetap dicantumkan seperti
penulis asli, dengan tambahan keterangan di belakang nama tersebut, seperti
penyusun, penyadur, penterjemah, dan editor.
 Judul buku/tulisan ditulis selengkap-lengkapnya, huruf pertama judul dengan
besar kecuali kata sambung dan kata depan.
 Tahun penerbitan, tahun berapa sumber kutipan atau referensi diterbitkan
atau dipublikasikan.
 Nomor halaman, dalam footnote– nomor halaman disingkat “hal” kemudian
diikuti dengan nomor halaman yang dikutip dengan sela satu ketukan.
c) Ketentuan Kutipan pada Catatan Kaki (Footnote)
 Setiap kutipan baik kutipan langsung maupun kutipan yang tidak langsung
harus diberi nomor pada akhir kutipan dengan angka arab yang diketik
setengah spasi di atas garis ketikan teks naskah. Nomor kutipan harus berurut
sampai akhir bab. Kutipan atas pendapat yang bersumber pada tulisan orang
lain yang dirujuk dalam naskah essay harus disebutkan sumbernya dengan
menggunakan catatan kaki (footnote). Catatan kaki ini menunjukkan dan
menginformasikan sumber kutipan. Catatan kaki dapat digunakan pula untuk
memberikan komentar mengenai sesuatu yang dikemukakan di dalam teks.
 Penulisan catatan kaki dilakukan dengan mencantumkan nama, tahun terbit,
judul buku, nama penerbit, kota, dan halamannya. Jika nama pengarang
terdiri dari 2 (dua) orang, maka keduanya harus dicantumkan dalam catatan
kaki. Jika nama pengarang terdiri dari 3 (tiga) orang atau lebih, maka cukup
nama akhir dari pengarang pertama yang ditulis dan di belakangnya ditulis
“et all” (artinya dengan orang lain) bagi tulisan dan penulis dari luar
Indonesia atau menggunakan “” (dan kawan-kawan) jika tulisan atau penulis
dari Indonesia, tetapi dalam daftar pustaka harus dicantumkan semua nama
pengarangnya. Judul buku dalam catatan kaki harus diketik dengan cetak
miring. Penulisan halaman disingkat dengan “hlm”.
 Penulisan catatan kaki dapat dilakukan pula dengan menggunakan singkatan
ibid, op.cit., dan loc. cit.
- Ibid merupakan singkatan dari ibidem yang artinya dalam halaman yang
sama. Ibid digunakan dalam catatan kaki apabila kutipan diambil dari
sumber yang sama dan belum disela oleh sumber lain.
- Op.cit. merupakan singkatan dari opera citato yang artinya dalam
keterangan yang telah disebut. Op.cit digunakan dalam catatan kaki
untuk menunjuk kepada sumber yang sudah disebut sebelumnya secara
lengkap, tetapi telah disela dengan sumber lain dan halamannya berbeda.
- Loc.cit. merupakan singkatan dari loco citato yang artinya pada tempat
yang sama telah disebut. Loc.cit. digunakan dalam catatan kaki apabila
hendak menunjukkan kepada halaman yang sama dari sumber yang sama
yang sudah disebut terakhir, tetapi telah disela oleh sumber lain.
 Penggunaan ibid tidak perlu menuliskan nama pengarangnya karena
penggunaan ibid tersebut hanya dilakukan ketika sumber yang telah dikutip
belum disela dengan sumber lainnya. Sebaliknya, penggunaan cit. dan loc.cit.
tetap harus menuliskan nama pengarangnya yang diikuti dengan tulisan
op.cit. atau loc.cit.
d) Contoh Penulisan Catatan Kaki
 Footnote
- Sumber Buku
Budi Martono, Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital dalam
manajemen Kearsipan (Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1994), hlm. 16.
- Sumber artikel dalam terbitan berkala (majalah ilmiah, jurnal)
Gemala Rabi’ah Hatta, “Rekam Medis dan Kesehatan (Medical Records)
dalam Kedudukannya sebagai Penunjang Kesehatan Nasional”, dalam
Berita Arsip Nasional, No. 26, Juni 1988 (Jakarta: ANRI, 1988), hlm. 8.
- Sumber artikel dalam sebuah buku (kumpulan karangan)
David Roberts, “Managing Records in Special Formats”, dalam Judith
Ellis (ed.), Keeping Archives (Victoria: D.W. Thorpe, 1993), hlm. 387.
- Sumber Makalah Seminar
Machmoed Effendhie, “Arsip Sebagai Sumber Informasi dalam
Pengambilan Keputusan”, Makalah seminar Apresiasi Kearsipan Pejabat
Eselon III dan IV Kabupaten Sleman, 11 September 2001, hlm. 14.
- Sumber Terbitan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip,
pasal 6.
- Sumber Terbitan Organisasi
1
Developing and Oprating a Records retention Programme, ARMA,
1986, hlm. 52.
- Sumber Lisan
Wawancara dengan Mudjono NA, tanggal 13 Oktober 2003 di Kantor
Kepatihan Yogyakarta.
- Sumber Karya Ilmiah Tidak diterbitkan (LTA, Skripsi, Tesis, Disertasi,
dll.)
Erna Handayani dkk., “Perubahan Pengelolaan Arsip Aktif dari
Sentralisasi ke desentralisasi di P.T. Sari Husada”, LTA D-III Kearsipan
Fakultas Ilmu Budaya, UGM, 2000, hlm. 28.
 Running Notes
Running notes (catatan berjalan) adalah penyebutan referensi di dalam teks
utama. Istilah lainnya adalah innotes (catatan di tubuh teks utama).
- Running notes atau innotes dapat ditulis dengan dua model format:
Model 1: (nama keluarga atau nama belakang pengarang tahun)
ditulis di dalam kurung sesudah rujukan. Contoh: Partai yang perolehan
suaranya kurang dari satu persen disebut partai desimal (Haris 2006).
Model 2: nama lengkap pengarang (tahun) ditulis sebelum rujukan.
Contoh: Syamsudin Haris (2001) memberi terminologi “partai desimal”
untuk partai yang perolehan suaranya kurang dari satu persen.
- Jika referensi dikarang oleh dua orang atau lebih, pengarang dipisahkan
dengan tanda koma (,).
Contoh: Masalah militer dan politik di Indonesia banyak dibahas oleh
para ilmuwan politik asing (Crouch 1979, Jenkins 1986, Singh 1988,
Sundhausen 1990), dengan pokok bahasan dipetakan dalam berbagai
perspektif hubungan sipil-militer di negara berkembang.
- Jika referensi dua buku, beda tahun, sama pengarang, maka tahun ditulis
di dalam kurung dipisahkan dengan tanda koma (,).
Contoh: Menurut Harold Crouch (1979, 1988), keterlibatan militer
dalam politik disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
- Jika referensi dua buku, beda tahun, sama pengarang, plus buku lain beda
pengarang, maka pengarang dipisahkan dengan tanda titik koma (;).
Contoh: Masalah militer dan politik di Indonesia banyak dibahas oleh
para ilmuwan politik asing (Crouch 1979, 1988; Jenkins 1986; Singh
1988; Sundhausen 1990), dengan pokok bahasan dipetakan dalam
berbagai perspektif hubungan sipil-militer di negara berkembang.
- Jika referensi berupa alamat website atau URL (Universal Resource
Locator) pendek, maka URL pendek itu ditulis di dalam kurung tanpa
hyperlink, disertai tanggal diakses.
Contoh: Menurut Pemkab Kutai Timur, Gerdabangagri adalah program
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, perbaikan ekonomi, dan
pertanian (www.kutaitimur.co.id, diakses 06 Juni 2007).
URL di atas tidak mengandung hyperlink (warna biru dan garis bawah
hilang), tidak dapat diklik/diakses langsung jika tidak dikopi paste di
browser dahulu.
- Running notes dapat muncul di dalam footnotes jika di dalam footnotes
juga terdapat referensi (lihat footnotes).
 End Note
Endnote atau catatan akhir adalah catatan referensi yang diletakkan di akhir
suatu karya tulis ilmiah, sebelum Daftar Pustaka. Pada dasarnya, teknik penulisan
endnote persis sama dengan footnote. Demikian pula, ketentuan-ketentuan yang
berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan untuk
penulisan Daftar Pustaka (Rusdiana, 2020:12–17).

4. Kerangka Konseptual
Kerangka pikir adalah bagaimana peneliti menjelaskan dalam bentuk
gambar/diagram hubungan antara konsep/variabel yang telah dikemukakan. Buat
kerangka pemikiran yang menjelaskan keandalan tindakan untuk mengatasi masalah.
Pertajamlah naskah dalam proposal saudara sehingga peubah/variabel dicantumkan
sebatas yang diteliti dan dapat dikutip lebih dari tiga karya tulis/bacaan sebelumnya.
Tekankan bahwa kerangka teori yang saudara paparkan memang menggunakan acuan
yang berhubungan dengan permasalahan yang saudara teliti dan pustaka-acuan yang
berupa hasil penelitian terdahulu (3 tahun terakhir).
Semakin banyak sumber bacaan/acuan, semakin baik. susunan model teori yang
merupakan kerangka pemikiran saudara dalam penelitian yang sedang dilakukan. Dari
kerangka teori dalam sebuah skema, jabarkan hal-hal yang perlu untuk memberikan
batasan-batasan, beserta asumsi-asumsinya.
5. Hipotesis
Hipotesis merupakan pemecahan sementara atas masalah penelitian. Ia merupakan
prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis belum tentu benar.
Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung hasil pengujian dari data empiris.
Hipotesis juga merupakan hasil pemikiran atau perenungan dari data-data empiris yang
belum lengkap. Fungsi hipotesis yang utama adalah membuka kemungkinan untuk
menguji kebenaran teori.
Dalam suatu penelitian, hipotesa tidak harus selalu ada, tetapi apabila oleh peneliti
dirasakan perlu ada (jenis eksplanatif), maka hipotesis ini tidak lain adalah jawaban
teoritis, dugaan dengan berdasar teori dan atau pemikiran-pemikiran tertentu sehubungan
dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian terutama masalah yang telah dirumuskan.
Sudah pasti hipotesa ini nantinya akan diadu/diuji dengan data empirik yang merupakan
bukti temuan lapangan.
Tidak menjadi persoalan apakah hipotesa ini diterima (diperkuat dengan bukti/data
lapangan) ataukah ditolak (tidak memperoleh penguatan/bukti data lapangan), yang lebih
dipentingkan dalam hubungan ini adalah kejelasan tentang tingkat signifikasi dari
penerimaan/penolakan tersebut serta keterangan atau catatan peneliti walau agak bersifat
spekulatif tentang alasan kenapa hipotesa tersebut diterima atau ditolak.
Selanjutnya dari suatu hipotesis dapat berkembang suatu teori. Ini akan terjadi bila
menurut si peneliti, suatu hipotesis mempunyai potensi yang benar untuk menjelaskan
banyak peristiwa atau gejala dan mempunyai daya prediksi/ramalan yang tinggi.
Akhirnya hipotesis ini memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas tentang gejala
yang berkenaan dengan hipotesis itu sendiri setiap kali kita mengujinya secara empiris.
Bahkan bila ternyata hipotesis itu tidak terbukti kebenarannya, masih ada faedah
usaha memperluas pngetahuan. Manusia banyak belajar dari kegagalan-kegagalan dalam
percobaan-percobaan untuk mentes hipotesis tertentu. Lebih lanjut, hipotesis mempunyai
beberapa fungsi, yaitu sebagai:
a. Alat untuk menyajikan penjelasan
Hipotesis menjelaskan kenyataan, mungkin memberikan elemen-elemen
konseptual yang dapat melengkapi data yang telah diketahui. Melalui ini, hipoesis
memungkinkan untuk mengenali elemen-elemen dan hubungan yang secara
langsung tidak dapat diamati, sehingga peneliti dapat memahami apa yang ada
dibalik data yang diketahuinya dan kemungkinan untuk menyusun pemecahan
masalah.
b. Pegangan dalam menentukan fakta-fakta yang relevan
Hipotesis juga berfungsi sebagai dasar organisasi yang memungkinkan
pemilahan fakta-fakta yang relevan. Tanpa hipotesis, penelitian tidak mempunyai
fokus, tidak teratur, dan serba kebetulan.
c. Pegangan dalam menentukan desain penelitian
Hipotesis penelitian membantu peneliti untuk menentukan metode serta
prosedur peneltian.
d. Kerangka kerja kesimpulan
Hipotesis yang berupa pernyataan dan generalisasi sementara terhadap suatu
fenomena tertentu membantu peneliti dalam menyajikan kesimpulannya.
e. Sumber untuk memformulasikan hipotesis baru
Hipotesis dianggap tidak berakhir pada dirinya sendiri tetapi sebagai dasar
memahami fenomena lebih lanjut, karena menawarkan prinsipprinsip umum yang
berguna untuk lebih memahami fenomena yang sedang dipelajari. Ia dapat
dijadikan pijakan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut melalui implikasinya
yang menimbulkan pertanyaan baru yang memerlukan penjelasan.

Berikut ini terdapat beberapa jenis hipotesis kelompok yang dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Berdasarkan kategori rumusnya
1) Hipotesis nol, biasa disingkat dengan Ho.
Hipotesis nol adalah pernyataan bahwa tidak ada hubungan antarvariabel
yang diteliti atau tidak ada perbedaan akibat dari perlakuan yang berbeda.
Contoh hipotesis nol: tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah saudara
dan kematangan sosial siswa kelas 5 SD. Hipotesis nol disebut juga hipotesis
statistik, karena digunakan untuk tujuan analisis statistik, umumnya
dimaksudkan untuk mengukur kemungkinan bahwa hubungan atau perbedaan
tersebut benar-benar lebih besar dari nol dengan probablitias tertentu.
2) Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
antarvariabel yang diteliti atau tidak ada perbedaan akibat dari perlakuan yang
berbeda. Hipotesis kerja lebih mencerminkan harapan yang telah peneliti
kembangkan disamping hipotesis statistik. Contoh hipotesis kerja: ada
hubungan yang sinifikan antara jumlah saudara dan kematangan sosial siswa
kelas 5 SD.
b. Berdasarkan ruang lingkup variabel
1) Hipotesis mayor
Hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan subyek penelitian.
Contohnya: Ada hubungan antara keadaan sosial orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMP.
2) Hipotesis minor
Hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor.
Misalnya: 1) ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMP; 2) ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SMP; 3) ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SMP.

Perbedaan setiap aspek antara penelitian pengembangan, eksperimen, Tindakan, dan


meta analisis dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Perbedaan antara penelitian pengembangan, eksperimen, tindakan, dan meta
analisis
Jenis Penelitian
No Aspek
Pengembangan Eksperimen Tindakan Meta Analisis
1 Latar Didahului Diliputi oleh Memuat alasan Memuat alasan
Belakang dengan data- sikap skeptis yang terkait yang jelas
data produk peneliti dengan terkait perlunya
yang telah ada. terhadap kegelisahan dan dilakukan studi
Contoh: eksistensi kepedulian meta analisis
Data kumpulan model, teori, peneliti terhadap terkait topik
bahan ajar atau proposisi peningkatan yang akan
berbasis baru yang mutu proses dianalisis.
discovery diklaim sebagai pembelajaran
learning se- yang paling yang sedang
Sumatera Barat. efektif. dilakukannya di
kelas.
2 Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi
Masalah masalah diikuti masalah diikuti masalah diikuti masalah diikuti
dengan fokus dengan batasan dengan subjek dengan batasan
masalah masalah masalah masalah
3 Tujuan Memperkuat Menguji Memecahkan Mengombinasik
Penelitian dasar-dasar hubungan masalah- an dan
empirik untuk sebab-akibat masalah praktis: menganalisis
mengkreasi program, hasil-hasil
produk, alat organisasi, penelitian
pembelajaran komunitas sejenis dan
maupun non- mengujinya
pembelajaran, untuk
dan model- memperoleh
model baru generalisasi
yang lebih baik.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das
sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein). Identifikasi masalah adalah suatu cara
mengklasifikasikan informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam
pengetahuan kita. Masalah yang sudah dipilih atau ditentukan tersebut perlu dirumuskan
secara jelas dan kongkrit. Rumusan masalah memungkinkan peneliti memahami variabel-
variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana cara mengukurnya.

Tinjauan pustaka adalah landasan rasional tentang mengapa penelitian tersebut perlu
dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Tinjauan pustaka berupa
ringkasan atau rangkuman dari sumber kepustakaan yang relevan dengan masalah
penelitian. Tujuan utama dari tinjauan pustaka adalah untuk membuat landasan pengetahuan
bagi penelitian yang sedang dilakukan sehingga dapat mencerminkan pemahaman peneliti
tentang teori yang diujikan.
DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. (2010). Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung: UPI.
Ainin, Moh. (2013). Penelitian Pengembangan dalam Pembelajaran Bahasa Arab. OKARA,
II: Malang.
Anwar, R. (2005). Meta Analisis. Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Dan
Ginekologi RSHS/FKUP, 1–20.
Chandra, Edi. (2011). Efektivitas Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Biologi (Meta
Analisis Terhadap Penelitian Eksperimen dalam Pembelajaran Biologi). Holistik.
Jakarta.
Dwija, I. W. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. In Semarang: Citra Prima
Nusantara. Yayasan Gandhi Puri.
Hasnunidah, N. (2017). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Media Akademi.
Kurniawan, Asep. (2018). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Robandi, B. (2008). Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Diktat Nasional
Penelitian Tindakan Kelas, 13.
Rusdiana, A. (2020). Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Citasi, Rujukan, Penentuan
Masalah, dan Bibliografi). UIN Sunan Gunung Djati.
Slameto. (2016). Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Scholaria Vol.6 (1).
Salatiga

You might also like