You are on page 1of 12

PERSEPSI PEROKOK SURABAYA TERHADAP PESAN IKLAN

LAYANAN MASYARAKAT MENGENAI BAHAYA MEROKOK

SMOKER’S PERCEPTION TO MESSAGE PUBLIC SERVICE


ANNOUNCEMENTS ABOUT DANGER OF SMOKING

Novia Puspita Utami Putri


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Email : noviapuspitau@gmail.com

Abstract: The age of active smokers in Indonesia is getting younger. Riskesdas (2013) states
that the age of the first smoking population of Indonesia is the most aged 15-19 years, which
amounted to 55.4%. WHO (2011) states that this time in every year there are 6 million of
people dying from smoking habit. WHO predicts on 2030 there will be an increase in cases
to 8 million deaths due to smoking. To eliminating this problem, the Ministry of Health of the
Republic of Indonesia has launched a public service advertisement about the dangers of
smoking. Therefore, this study aims to analyze the perception of teenage smokers in
Surabaya against to public service advertisement based on the theory of Extended Parallel
Process Model.
This research uses descriptive qualitative method. Data collection was done by in-
depth interviews, with the help of interview guidelines. This research was conducted in
Surabaya city, with 8 informants. The results of the study indicate that all informants have
felt the fear and the severity element presented by the public service advertisement. But not
all informants have sensed the vulnerability, confidence, and beliefs of the responses
presented in the content of public service advertisement. In the element of belief response,
based on the results of research, it was found that not all informants feel motivated to quit
smoking after seeing the public service advertisement. Therefore, to increase the belief of
active adolescent smokers to quit smoking, the need for visualization development of public
service advertisements that has been made.

Keyword: smoking, adolescence, public service advertisement, Extended Parallel Process


Model (EPPM)

Abstrak: Usia perokok aktif di Indonesia semakin muda. Riskesdas (2013) menyatakan
bahwa usia pertamakali merokok penduduk Indonesia yang terbanyak adalah usia 15-19
tahun, yakni sebesar 55,4%. WHO (2011) menyatakan bahwa pada saat ini dalam setiap
tahunnya terdapat 6 juta kasus orang meninggal akibat kebiasaan merokok. WHO (2011)
memprediksikan bahwa pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan kasus menjadi 8 juta
kematian akibat kebiasaan merokok. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia telah meluncurkan iklan layanan masyarakat bertajuk bahaya merokok
untuk mempersuasif para perokok aktif agar berhenti merokok. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis persepsi para perokok remaja di Kota Surabaya terhadap
iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok berdasarkan teori Extended Parallel
Process Model.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, dengan bantuan pedoman
wawancara. Penelitian ini dilakukan di Kota Surabaya, dengan jumlah informan sebanyak 8
orang. Hasil penelitian menyatakan bahwa semua informan telah merasakan rasa takut, dan
unsur keparahan yang disajikan oleh pesan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya
merokok. Belum semua informan merasakan adanya unsur kerentanan, keyakinan diri, dan

205
206 Jurnal Promkes Vol. 5 No. 2 Desember 2017: 205 - 216

keyakinan respon yang disajikan dalam isi pesan iklan layanan masyarakat mengenai
bahaya merokok. Pada unsur keyakinan respon, didapatkan data bahwa tidak semua
informan merasa termotivasi untuk berhenti merokok setelah melihat iklan tersebut. Untuk
meningkatkan keyakinan perokok aktif remaja untuk berhenti merokok perlu adanya
pengembangan visualisasi dari iklan layanan masyarakat bahaya merokok yang selama ini
sudah dibuat.

Kata Kunci: merokok, remaja, iklan layanan masyarakat, Extended Parallel Process Model
(EPPM)

PENDAHULUAN triliun rupiah yang dibelanjakan oleh


remja Surabaya untuk membeli rokok.
Menurut WHO (2011), setiap tahun Kementerian Kesehatan Republik
terdapat 6 juta orang meninggal dunia Indonesia telah melakukan berbagai
karena kebiasaan merokok. Sejumlah upaya guna mengatasi masalah kebiasaan
600.000 orang perokok pasif meninggal merokok ini. Salah satu upaya yang telah
dunia akibat terpapar asap rokok. WHO dilakukan oleh Kementerian
memprediksikan pada tahun 2030 akan KesehatanRepublik Indonesia adalah
terjadi kematian yang lebih tinggi, yakni dengan menyiarkan Iklan Layanan
sebesar 8 juta orang akan meninggal Masyarakat (ILM) bertajuk bahaya
karena kebiasaan merokok. Kenaikan merokok. Undang Undang Republik
jumlah kematian ini dirasa cukup Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
membahayakan kondisi dunia, karena Penyiaran pada pasal 46 ayat 7 telah
nantinya sebesar 80% dari jumlah menjelaskan bahwa lembaga penyiaran
kematian tersebut terjadi di negara miskin diwajibkan untuk menyediakan waktu
dan negara berkembang. untuk siaran ILM. Penjelasan selanjutnya
Usia perokok aktif di Indonesia juga terdapat pada ayat 9 dengan penjelasan
semakin lama semakin muda. Proporsi bahwa paling sedikit lama penyiaran ILM
penduduk Indonesia dengan umur ≥ 10 tersebut sebesar 10% (sepuluh per seratus)
tahun, menurut usia pertamakali merokok dari siaran iklan niaga. ILM bahaya
terbanyak ada pada golongan usia 15-19 merokok yang ada di Indonesia ini dibuat
tahun, dengan prosentase sebesar 55,4% sedemikian rupa agar dapat mempersuasif
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan data para perokok aktif untuk berhenti
statistik remaja Provinsi Jawa Timur 2015 merokok. ILM bahaya merokok yang ada
yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik di Indonesia juga mulai menggunakan
(BPS 2015) Jawa Timur didapatkan data gambar-gambar yang menyeramkan
bahwa, Kota Surabaya sebagai ibu kota sebagai isi pesan ILM tersebut. Gambar
dari Provinsi Jawa Timur memiliki 9,28% seram yang ada di dalam ILM bahaya
remaja laki-laki kota yang merupakan merokok merupakan pesan persuasif,
seorang perokok aktif dan mengakui yang bertujuan untuk mengingatkan para
bahwa mereka merokok setiap hari. perokok tentang bahaya merokok. Pesan
Berdasarkan data BPS Susenas tahun persuasif ini dikenal dengan istilah fear
2015, sebesar 42,40% dari perokok appeal.
remaja di Surabaya menghabiskan 1-36 Fear appeal merupakan sebuah pesan
batang rokok dalam seminggu. Sebesar persuasif yang berbasis pada rasa takut.
15,83% dari perokok remaja di Surabaya Pesan ini sengaja dibuat sedemikian rupa
menghabiskan 37-60 batang rokok dalam dengan tujuan utamanya untuk menakut-
seminggu, dan sebesar 41,78% dari nakuti seseorang. Pesan akan menakuti
perokok remaja di Surabaya seseorang dengan menunjukkan hal-hal
menghabiskan >60 batang rokok dalam mengerikan yang akan dirasakan apabila
seminggu. Kondisi seperti ini akan sangat seorang tersebut tidak melakukan hal-hal
merugikan bagi Kota Surabaya. Jika harga yang disarankan oleh pesan (Perloff,
satu batang rokok bernilai 1000 rupiah, 1993). Menurut Rogers (1975), adanya
maka dalam satu tahun akan terdapat 1,42 iklan dengan daya tarik rasa takut atau
fear appeal, akan memiliki pengaruh yang
Novia Puspita Utami Putri, Persepsi Perokok Surabaya Terhadap... 207

lebih kuat terhadap pembentukan perilaku pesan. Semakin besar ancaman yang
seseorang. Fear appeal juga dikenal dirasakan oleh seseorang, maka akan
dalam teori Extended Parallel Process semakin besar rasa takut yang dirasakan.
Model (EPPM). Teori EPPM yang Risiko bahaya yang parah akan terjadi
dikembangkan oleh Witte (1992) apabila, seseorang merasakan adanya
menjelaskan tentang kapan dan kerentanan dan ancaman di dalam dirinya,
bagaimana fear appeal akan dapat kemudian muncul rmotivasi untuk
mempengaruhi, atau tidak akan mengatasi hal tersebut. Rasa rentan dan
mempengaruhi seseorang. Fear appeals keparahan tersebut dapat dijadikan
biasanya menggunakan bahasa yang jelas, sebagai motivasi untuk melakukan
bahasa yang pribadi, dengan disertai perubahan perilaku. Pada dasarnya, teori
rincian gambar atau gambar berdarah, EPPM ini bertujuan untuk menakut-nakuti
sebagai sebuah strategi. sasaran pesan hingga sasaran tersebut
EPPM yang dirumuskan oleh Witte bertindak sesuai dengan hal yang telah
ini terdiri atas lima komponen utama direkomendasikan oleh pesan. Oleh sebab
yaitu; (1) Kesan Menakutkan. Kesan itu, dengan pendekatan kualitatatif,
menakutkan merupakan sebuah pesan penelitian ini menggunakan teori
persuasif yang menimbulkan rasa takut Extended Parallel Process Model (EPPM)
pada diri seseorang dengan untuk menganalisis persepsi perokok
menggambarkan ancaman-ancaman yang remaja di Kota Surabaya terhadap ILM
serius, dan mungkin terjadi pada diri mengenai bahaya merokok yang
seorang tersebut. (2) Rasa Takut. Rasa menampilkan gambar-gambar seram
takut merupakan sebuah reaksi emosional sebagai fear appeal.
negatif dari seseorang terhadap sebuah
ancaman. Rasa takut dapat dinilai dari METODE
seberapa besar menyeramkan sebuah
ancaman, dan seberapa besar Penelitian ini merupakan jenis
kekhawatiran yang dirasakan oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan
seseorang karena adanya ancaman yang kualitatif. Penelitian ini lebih banyak
dirasakan. (3) Persepsi Ancaman. bersifat uraian dari hasil wawancara.
Ancaman disini berupa komponen pesan Sumber data pada penelitian ini berasal
yang menekankan seberapa seram gambar dari informan. Informan pada penelitian
yang disampaikan melalui pesan yang ini berjumlah delapan orang remaja
dipublikasikan. Persepsi terhadap Surabaya yang berusia 18 – 21 tahun,
anacaman ini terbagi menjadi dua, yaitu merokok, dan pernah melihat ILM tentang
persepsi terhadap keparahan, dan persepsi bahaya merokok yang ditayangkan di
terhadap kerentanan. (4) Persepsi televisi. Teknik yang digunakan untuk
Efficacy. Didefinisikan sebagai kesadaran pengambilan informan adalah
sasaran tentang efektifitas, kemungkinan, menggunakan teknik Accidental
dan kemudahan dari rekomendasi yang Sampling.
disampaikan pesan, agar sasaran pesan Pengumpulan data diperoleh melalui
tidak mengalami ancaman-ancaman yang kegiatan wawancara mendalam dengan
ada di dalam pesan. (5) Terakhir adalah informan. Wawancara mendalam dibantu
respon. Respon yang dimaksud di dalam dengan pedoman wawancara. Pedoman
teori EPPM merupakan respons yang wawancara berisikan pertanyaan utama
ditunjukkan oleh sasaran terhadap pesan yang digunakan untuk melakukan
yang dipublikasikan. Respon menurut wawancara mendalam. Pedoman
teori EPPM dibagi menjadi tiga jenis wawancara dibuat untuk menggali
respons. Pertama adalah respon kontrol informasi yang tidak terbatas dan
bahaya, kedua adalah respon kontrol rasa mendalam dari berbagai perspektif
takut, dan yang terakhir adalah tidak ada informan. Pengumpulan data juga
respon. dilakukan dengan menggunakan video.
Teori EPPM juga menjelaskan Video tersebut merupakan video ILM
bagaimana ancaman dapat memotivasi mengenai bahaya merokok yang
seseorang dalam pemrosesan sebuah menggunakan gambar seram pada konten
208 Jurnal Promkes Vol. 5 No. 2 Desember 2017: 205 - 216

pesannya, dan sudah pernah disiarkan di “Pertamakali ngerokok itu, kalo ndak
televise sejak tahun 2014 – 2016. Video salah itu pas SD. Kalo nggak salah
tersebut berfungsi sebagai media re-call antara kelas, kalo nggak kelas, antara
informan mengenai ILM bertajuk bahaya kelas 4 ya kelas 5 SD” (Informan 2, 20
merokok mana saja yang sudah pernah tahun)
informan lihat. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah “Dulu awal ngerokok sekitar pas umur
pengumpulan data, reduksi data, 15 tahun” (Informan 7, 20 tahun)
penafsiran data, analisis, dan penarikan
kesimpulan. “Sekitar umur limolasan tahun lah Mbak
kiro-kiro” (Informan 8, 19 tahun)
HASIL dan PEMBAHASAN
Terkait permasalahan usia
Tabel 1. Karakteristik Informan Remaja pertamakali merokok, hal ini sesuai
Perokok Kota Surabaya, April dengan data dari TCSC Indonesia yang
2017 menyebutkan bahwa jumlah remaja
perokok di Indonesia setiap tahunnya
Usia mengalami peningkatan. Pada tahun 2011
Jenis Pertama terdapat 69% remaja di Indonesia yang
Informan Usia merupakan seorang perokok aktif. Dari
Kelamin kali
merokok jumlah tersebut terdapat 230 ribu anak
Informan yang berusia di bawah usia 10 tahun, dan
Laki-laki 20 12 sudah menjadi seorang perokok aktif
1
Informan (TCSC - IAKMI 2011). Permasalahan ini
Laki-laki 20 10 juga sesuai dengan Riskesdas 2013. Data
2
Informan Riskesdas (2013), pada wilayah Jawa
Laki-laki 20 12 Timur menyatakan bahwa proporsi
3
Informan penduduk Jawa Timur dengan umur ≥ 10
Laki-laki 20 14 tahun menurut usia pertamakali mulai
4
Informan merokok terbanyak pada usia 15-19
Laki-laki 19 15 tahun, dengan prosentase sebesar 50,8%.
5
Informan Oleh karena itu, usia pertamakali
Laki-laki 19 14 merokok kedelapan informan dalam
6
Informan penelitian ini sudah sesuai, dan sudah
Laki-laki 20 15 termasuk kedalam data-data yang sudah
7
Informan ada sebelumnya.
Laki-laki 19 15 Alasan kedelapan informan pun
8
hampir sama semuanya terkait alasan
Berdasarkan hasil penelitian, pertamakali kedelapan informan mencoba
didapatkan informasi bahwa delapan untuk merokok. Berikut kutipan
informan dalam penelitian ini semuanya wawancara dari kedelapan informan
berjenis kelamin laki-laki. Terdapat lima terkait alasan informan pertamakali
orang informan berusia 20 tahun, dan mencoba untuk merokok:
terdapat tiga orang informan yang berusia
19 tahun. Berikut kutipan wawancara “Dulu awalnya ya klasik. Diajak temen
tentang usia pertamakali merokok para coba-coba rokok, ya sudah ikut aja.
informan di dalam penelitian ini: Kerasa enak, ya keterusan sampe
sekarang. Di rumah juga bapak saya
“Sudah lama Mbak, sudah dari kelas satu perokok berat Mbak. Bapak saya
SMP dulu. Awal-awal kelas 1 SMP ngerokok malahan sudah dari SD
malahan. Ya kira-kira sih pas saya umur ngerokoknya” (Informan 1, 20 tahun)
12 tahunan Mbak” (Informan 1, 20
tahun) “Ya awalnya ditawari temen-temen gitu.
Terus aku mau, coba-cobak gitu.
Awalnya emang aku batuk-batuk gitu.
Novia Puspita Utami Putri, Persepsi Perokok Surabaya Terhadap... 209

Terus ya waktu sudah masuk SMA sudah kegiatan merokok, dengan memiliki
terbiasa sama ngerokok” (Informan 5, 19 teman perokok.
tahun) Widiansyah (2014), menyatakan
bahwa remaja cenderung melihat orang
“Seingat saya dulu itu karena penasaran tua yang merokok , baik bapak, ibu
mungkin ya. Soalnya kan ayah ngerokok, maupun keluarga yang lain. Remaja yang
ibuk juga ngerokok. Jadi, penasaran aja melihat orang tua merokok akan
gimana rasanya ngerokok itu. Jadi dulu menyebabkan timbulnya rasa pada diri
itu saya nyobaknya itu sendirian, gak remaja untuk mencoba apa yang
bareng temen-temen gitu. Ngerokok dilakukan orang tua mereka. Teman
sendirian dideket sekolahan, gak berani dalam lingkungan sekolah, maupun
soalnya kalo di rumah” (Informan 6, 19 teman bermain juga sangat berpengaruh
tahun) dalam perilaku merokok seorang remaja.
Keakraban serta seringnya waktu para
Kedelapan informan di dalam remaja berkumpul, dan seringnya
penelitian ini hampir semua mengatakan berkomunikasi akan membuat teman
bahwa pada mulanya informan mulai yang merokok sangat mudah
mencoba untuk merokok adalah karena mempengaruhi teman yang tidak
adanya ajakan dari teman sekolah merokok menjadi seorang perokok.
informan. Lima orang informan Delapan informan dalam penelitian
mengakui bahwa awal mula mencoba ini juga memiliki alasan yang beragam
untuk merokok adalah karena adanya tentang kebiasaan merokok yang hingga
ajakan dari teman sekolah informan, saat ini masih mereka lakukan.
sedangkan 3 orang informan sisanya Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
mengakui bahwa awal mula informan informasi bahwa lima orang informan
merokok adalah karena rasa penasaran mengakui masih merokok hingga saat ini
yang besar sehingga muncul niat untuk karena sudah merasa ketergantungan,
mencoba menghisap rokok. Bahkan juga atau sudah merasa kecanduan. Berikut
terdapat dua orang di antara delapan kutipan wawancara hasil penelitian:
informan tersebut yang mengatakan
bahwa salah satu faktor yang membuat “Kalo orang bilang sih sudah kecanduan
informan penasaran dan ingin mencoba rokok atau gimanalah itu namanya. Ya
rokok adalah karena informan melihat gak enak aja kalo gak ngerokok.
orang tua informan yang merokok di Bawaannya kecut” (Informan 1, 20
rumah. tahun)
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Sarafino (1994), dalam penelitiannya “Kayaknya sih sudah keenakan, sudah
menyatakan bahwa Modelling atau kecanduan mungkin sama rokok. Jadi
kegiatan menirukan perilaku orang lain kalo pas banyak pikiran gitu, enak kalo
merupakan salah satu faktor dalam dibuat ngerokok. Jadi nggak setress juga,
memulai perilaku merokok. BlancoEt al., pikirannya jadi bisa tenang kalo pas lagi
(2012) dan Rafiee dkk (2010) di dalam stress terus ngerokok” (Informan 6, 19
hasil penelitiannya ditemukan bahwa tahun)
memiliki rekan perokok, atau orang tua
yang perokok merupakan faktor yang Sedangkan tiga orang informan
paling penting sebagai pendorong remaja lainnya memiliki alasan yang berbeda-
untuk menjadi seorang perokok juga. beda. Seorang informan mengatakan
Fujimoto dan Valente (2012) juga turut bahwa dirinya masih merokok karena
menegaskan di dalam penelitiannya yang belum menemukan alasan yang cocok
menyatakan bahwa teman merupakan untuk berhenti merokok. seorang
faktor terpenting di dalam hal informan lainnya beralasan masih
menginisiasi remaja untuk merokok. merokok hingga saat ini karena
Leatherdale Et al. (2005) dalam membutuhkan rokok untuk menjaga
penelitiannya juga turut mengungkapkan tubuhnya agar tetap bisa terjaga, sehingga
bahwa terdapat korelasi positif antara bisa mengerjakan tugas kuliah pada
210 Jurnal Promkes Vol. 5 No. 2 Desember 2017: 205 - 216

malam hari. Seorang lainnya beralasan merokok satu hari saja, maka akan terjadi
masih merokok hingga saat ini karena gejala putus nikotin. Gejala putus nikotin
faktor lingkungan di sekitarnya. Berikut ini diketahui dengan munculnya rasa
kutipan wawancara hasil penelitian: tidak nyaman, sulit berkonsentrasi,
mudah marah, dan lain sebagianya.
“Nah, sebenernya itu sudah ada seh Sehingga untuk mempertahankan rasa
kepinginan niatan untuk berhenti nyaman tersebut, timbul dorongan untuk
merokok. Cuman aku masih belum merokok kembali. Hal inilah yang disebut
meneumukan alasan yang tepat untuk aku kecanduan (Buletin Penyakit Tidak
berhenti merokok” (Informan 2, 20 Menular, Semester II, 2012).
tahun) Unsur rasa takut yang dimaksud di
dalam penelitian ini adalah rasa ketakutan
“Kan aku kan tugas itu kan bukan tipe yang dirasakan oleh informan terhadap
anak yang bisa ngerjakan di siang hari, hal mengerikan yang ada didalam pesan
atau pagi hari. Aku lebih suka ILM mengenai bahaya merokok. Delapan
mengerjakan tugas itu malem-malem, orang informan mempunyai jawaban
tengah malem. Nah, biar aku bisa terjaga yang hampir sama untuk unsur rasa takut.
itu, kadang aku kan pakek kopi. Cuman Hasil penelitian menyatakan bahwa
aku lebih sakit disini kalo pakek kopi kedelapan informan merasa takut
(sambil menunjuk perut) jadi, aku pakek terhadap isi pesan yang ada pada ILM
rokok. Soalnya lebih ampuh, dan juga mengenai bahaya merokok. Hal ini dapat
gak sakit di lambung” (Informan 3, 20 dilihat dari kutipan wawancara dari
tahun) jawaban informan.

Lima dari delapan informan dalam “Kalo aku sih lebih ke takut aja sih. Takut
penelitian ini mengakui bahwa hingga kalo sewaktu-sewaktu itu kenak ke aku
saat ini informan masih melakukan sendiri gitu. Yang paling mengerikan ya
kegiatan merokok dikarenakan mereka yang sampe meninggal itu. Alasannya ya
sudah merasakan efek ketergantungan, logis aja sih, kamu ngerokok terus diusia
dan kecanduan rokok. Rata-rata waktu yang masih muda kamu sakit parah,
yang telah dihabiskan oleh informan sampek akhirnya kamu meninggal diusia
dalam kegiatan merokok adalah enam muda cuma gara-gara ngerokok”
tahun. Remaja yang merokok juga merasa (Informan 3, 20 tahun)
bahwa masalah kesehatan terkait rokok
tidak akan menimpa mereka karena “Ya takut Mbak. Gambar-gambarnya,
mereka masih muda dan kuat (Doku dkk, terus dilihatkan langsung juga orang
2012). Seperti yang sudah diketahui yang tenggorokannya bolong. Terus ada
bahwa didalam satu batang rokok yang sampek mati cuman gara-gara
mengandung 4000 jenis senyawa kimia. rokok. Ya kan takut Mbak, ngeri. Ya
Dari 4000 jenis senyawa kimia tersebut, alasannya kan, cuman gara-gara sepele,
terdapat tiga senyawa kimia utama yang gara-gara rokok bisa sampek
dikandung oleh rokok. Tiga senyawa menyebabkan kematian gitu. Bisa sampek
kimia tersebut yaitu, Nikotin, Tar, dan meninggal. Siapa yang gak takut kalo
Karbon monoksida.Nikotin adalah zat sampek kayak gitu Mbak” (Informan 5, 19
berbahaya yang menyebabkan kecanduan tahun)
(adiktif). Tar adalah zat berbahaya yang
menyebabkan kanker. Karbon Monoksida Rasa takut yang dirasakan oleh
(CO), adalah salah satu gas beracun yang kedelapan informan ini sudah sesuai
menurunkan kandungan oksigen didalam dengan konsep rasa takut yang
darah. Zat nikotin yang terkandung di didefinisikan oleh Witte (1994) dalam
dalam satu batang rokok bekerja di otak teori EPPM. Penggambaran rasa takut
dengan cara merangsang pelepasan zat informan tergambar dari jawaban
dopamine yang memberi rasa nyaman, informan yang mengarah pada reaksi
dan menyebabkan rasa ketergantungan. emosional seperti perasaan “takut”,
Ketika seseorang perokok aktif tidak “serem”, “merinding”, dan “ngeri” ketika
Novia Puspita Utami Putri, Persepsi Perokok Surabaya Terhadap... 211

informan melihat ILM mengenai bahaya cukup sesuai. Penggunaan gambar seram
merokok yang disiarkan di televisi. akan memiliki dampak yang efektif
Respon pengendalian ketakutan dapat maupun tidak efektif dalam hal
terjadi jika ancaman yang dirasakan tinggi penyampaian suatu pesan persuasif
namun efikasi dirasakan rendah. Di dalam (Littlejohn dan Foss, 2009). Hasil tersebut
kondisi seperti ini, seseorang akan diperkuat oleh Perloff (2003) yang
percaya bahwa dia rentan terhadap risiko menyatakan bahwa fear appeal
dan percaya bahwa risikonya parah. Hal merupakan salah satu bentuk komunikasi
ini akan menyebabkan rasa takut pada persuasif dengan menakuti seseorang
individu, yang akan memotivasi dia untuk untuk merubah sikapnya. Menakuti
merespons via tingkat ketakutan yang dilakukan dengan cara meningkatkan
tinggi (Roberto, 2004). Kedelapan konsekuensi dampak negatif yang akan
informan didalam penelitian merasa terjadi pada sasaran pesan persuasif
bahwa bahaya merokok yang diangkat apabila sasaran pesan tidak memenuhi
sebagai isi pesan seperti memunculkan rekomendasi yang sudah dibuat oleh
gambar kanker mulut, memperlihatkan pembuat pesan tersebut.
orang dengan kanker tenggorokan, serta Pada unsur kerentanan, didapatkan
cerita hidup mantan perokok aktif yang jawaban yang realtif sama dari delapan
mengalami kematian merupakan sebuah orang informan mengaku bahwa mereka
hal yang menakutkan bagi kedelapan merasakan unsur kerentanan yang
informan. dihasilkan oleh isi pesan ILM bertajuk
Pemerintah Republik Indonesia telah bahaya merokok. Berikut kutipan
menerapkan kebijakan baru terkait wawancara penelitian ini:
penambahan peringatan bergambar pada
bungkus rokok pada tanggal 24 Juni 2014. “Ya, kalo dibiling kepikiran, kebayang
Kebijakan ini tercantum di dalam kedepannya besok gimana dan seperti
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 apa, ya jelas pasti lah. Dan, toh kita
tahun 2012. Didalam Peraturan sama-sama tahu bahwa sakitnya itu kan
Pemerintah (PP) ini, produsen rokok di nanti, gak tau kapan waktunya, dan ngga
wajibkan untuk menambahkan 40% langsung ujuk-ujuk sakit. Jadi ya, pasti
gambar seram dalam kemasan rokok yang setelah lihat iklan itu tadi ya kebayang-
dijual dimasyarakat. Pada tanggal 10 bayang juga besok kedepannya gimana
Oktober 2014, Pemerintah Indonesia nasib saya kalo terus menerus ngerokok”
mulai meluncurkan ILM bertajuk bahaya (Informan 2, 20 tahun)
merokok yang juga menggunakan gambar
seram sebagai isi pesannya. ILM bertajuk “Kalo masalah ini, ya sebenernya aku
bahaya merokok tersebut menggunakan juga kepikiran juga sih. Kedepannya
seorang penderita kanker tenggorokan kayaknya aku juga pasti kenak penyakit-
sebagai isi pesan ILM. Adanya visualisasi penyakit yang ada di iklan. Soalnya kan
gambar seram baik dalam bungkus rokok, aku sekarang ngerokok. Ya ndak bisa
maupun didalam isi pesan ILM nyatanya bohong juga lah ya, kita ngerokok, kita
cukup efektif dalam menimbulkan tau bahayanya apa aja, tapi sampe
ketakutan pada perokok remaja. Hal ini sekarang masih diteruskan ngerokoknya”
telah dibuktikan oleh Negoro (2015) (Informan 5, 19 tahun)
dalam penelitiannya yang menyatakan
bahwa, penggunaan gambar seram yang Keenam informan tersebut mengaku
terdapat didalam kemasan rokok dapat bahwa setelah mereka melihat isi pesan
mengganggu, serta menimbulkan yang ada di dalam ILM bertajuk bahaya
perasaan tertentu pada diri seorang merokok, timbul pemikiran bahwa bisa
perokok. Negoro (2015) juga menyatakan saja kedepannya nanti mereka juga akan
bahwa, seorang perokok merasakan terkena hal-hal berbahaya sama seperti
perasaan tertentu tersebut ketika perokok yang ada di dalam isi pesan ILM bertajuk
melihat gambar seram dan cenderung bahaya merokok. berikut kutipan
dirasa negatif bagi diri perokok. Apabila wawancara penelitiannya.
dikaitkan dengan teori EPPM hasilnya
212 Jurnal Promkes Vol. 5 No. 2 Desember 2017: 205 - 216

“Astagfirulloh hal adzhim. Yo nggak lah sudah takut sebenere. Kepikiran penyakit
mbak. Nggak kepikiran sampe kesana” yang aneh-aneh. Takut tambah parah,
(Informan 1, 20 tahun) kepikiran jangan-jangan kenak sakit apa
tah apa. Di iklan juga dijelaskan kan
“Yoo, yaapa ya? Kalo menurut saya, kalo sampe ada yang meninggal” (Informan 7,
dasarannya sudah punya penyakit pasti 20 tahun)
orangnya kepikiran. Cuman, kalo saya
pribadi ya biasa aja seh sama iklannya” “Yo jelas hahahahaha. Kan wes djelas sih
(Informan 6, 19 tahun) iku mau nang iklan. Onok sing sampek
mati barang, eh meninggal maksudku.
Berdasarkan kutipan wawancara Terus onok sing bolong tenggorokane.
diatas, ternyata juga didapatkan informasi Lek iso sampe koyok ngono iku yo wes
bahwa dua orang informan yang tidak jelas gangguan kesehatan sing serius toh”
merasa rentan pada dirinya, menganggap (Informan 8, 19 tahun)
isi pesan ILM bertajuk bahaya merokok
yang selama ini sudah pernah informan Jawaban dari informan ini telah sesuai
lihat tidak memunculkan rasa rentan pada dengan konsep keparahan yang diutarakan
diri mereka. Hampir semua informan oleh Witte (1994) dalam teori EPPM.
merasakan kerentanan pada dirinya Jawaban dari informan seluruhnya
setelah informan melihat ILM bertajuk mengarah kepada signifikansi dan besaran
bahaya merokok tersebut. ancaman yang ditunjukkan oleh isi pesan
Jawaban dari informan ini sudah ILM mengenai bahaya merokok tersebut.
sesuai dengan konsep persepsi kerentanan Jawaban informan yang mengandung
yang diutarakan oleh Witte (1994) dalam unsur kata “mengancam hidup”,
teori EPPM. Jawaban informan “membahayakan tubuh kita”, hingga
mencerminkan keyakinan atas resiko kalimat “meninggal dunia” merupakan
dirinya yang akan mengalami ancaman cara informan meyakini bahwa hal yang
yang sama seperti yang ada di dalam isi disampaikan dalam isi pesan ILM
pesan ILM bertajuk bahaya merokok yang mengenai bahaya merokok adalah
sudah informan lihat. Witte mengatakan masalah kesehatan yang parah, dan serius.
dalam Gharlipour (2015), bahwa apabila Sesuai dengan Sharifi-rad dkk. (2007)
seseorang tidak merasa berisiko terhadap dalam penelitiannya menyatakan bahwa
ancaman (kerentanan yang dirasakan rata-rata ancaman yang dirasakan oleh
rendah), atau tidak merasakan ancaman seseorang akan meningkat secara
menjadi signifikan (tingkat keparahan signifikan setelah seseorang tersebut
yang dirasakan juga rendah), maka mendapatkan intervensi pendidikan
seseorang tersebut hanya akan kesehatan. Selanjutnya, dipertegas oleh
mengabaikan informasi tentang ancaman Cho dan Witte (2005) dan Hong (2011)
yang disampaikan untuk dirinya. yang menyatakan bahwa ancaman yang
Sama seperti pada unsur kerentanan, dirasakan seseorang harus agak tinggi,
pada unsur keparahan didapatkan juga sehingga seseorang tersebut dapat
jawaban yang hampir sama. Kedelapan merasakan riskan dan merasakan
informan mengakui bahwa setelah melihat keseriusan ancaman yang ditujukan untuk
ILM bertajuk bahaya merokok mereka seseorang tersebut.
langsung berfikir bahwa hal-hal seram Sedangkan pada unsur keyakinan
yang ada didalam ILM tersebut adalah respon, didapatkan jawaban yang berbeda
suatu masalah kesehatan yang serius. mengenai unsur keyakinan respon yang
Berikut kutipan wawancara penelitiannya. dirasakan oleh kedelapan informan. Dari
delapan informan, terdapat dua orang
“Kalo menurut ku, sudah pasti lah itu informan merasa isi pesan ILM bahaya
masalah kesehatan. Sekarang orang ngga merokok yang telah informan lihat tidak
ngerokok kan bisa kenak flu, kenak efektif untuk memotivasi mereka dalam
demam, kenak sakit. Flu kalo gak segera mengurangi konsumsi rokoknya selama
disembuhkan juga bisa parah. Apalagi ini. Dua orang informan tersebut
yang perokok-perokok gini. Sesek dikit mengakui bahwa dengan gambar yang
Novia Puspita Utami Putri, Persepsi Perokok Surabaya Terhadap... 213

menyeramkan, dengan visual yang memotivasi seorang perokok biar


mengerikan, hanya akan membuat ngurangin konsumsi rokoknya” (Informan
perokok aktif ketakutan dalam waktu 5, 19 tahun)
yang singkat saja. Dua orang informan
tersebut hanya merasa ditakut-takuti, dan Sesuai dengan penelitian yang telah
tidak merasakan adanya motivasi dari dilakukan oleh Ladiasalman (2015) yang
pesan yang ada pada ILM mengenai menyatakan bahwa dari 45 mahasiswa
bahaya merokok. Berikut kutipan yang disurvey di dalam penelitiannya,
wawancaranya. sebesar 36% dari mahasiswa tersebut
merasa biasa saja terhadap gambar seram
“Kalo hanya sebatas iklan, pendekatan yang seharusnya menjadi ancaman bagi
gambar visual, dan lain sebagainya, kalo diri mahasiswa. Menurut Roberto dan
semua itu menurut ku gak cukup efektif Goodall (2009), jika ancaman dianggap
deh untuk memotivasi para perokok. rendah, maka penerima pesan tidak akan
Soalnya gini Mbak, waktu melihat merespon kampanye kesehatan yang
iklannya , sama gak nonton iklannya, itu dikampanyekan. Sama halnya dengan
lebih banyak nggak nonton iklannya kan” informan yang tidak termotivasi dirinya
(Informan 2, 20 tahun) untuk mengurangi konsumsi rokoknya
selama ini.
“Kalo aku sih malah nanggepinnya Pada unsur keyakinan diri didapatkan
iklannya itu menakut-nakuti ya, bukan jawaban yang berbeda dari kedelapan
memotivasi. Jadi nanti berhentinya bukan informan. Dari delapan informan, terdapat
karena kita pengen berehenti, dan efeknya empat informan yang mengikuti
bisa-bisa kita mbalek lagi” (Informan 3, keyakinan diri positif akan keyakinan diri
20 tahun) mereka untuk mampu mengurangi
konsumsi rokoknya. Berikut kutipan
Berbeda dengan dua informan diatas, wawancara penelitiannya.
enam orang informan lainnya justru
merasakan ILM bertajuk bahaya merokok “Kalo dari lihat iklannya, yakin. Secara
yang sudah informan lihat sangatlah iklannya itu kan menunjukan dari sisi
efektif untuk memotivasi mereka dalam medis. Jadi ya yakin. Tapi sebenernya sih,
hal mengurangi konsumsi rokok. Keenam belum terpuaskan kalo iklannya dari sisi
informan ini dapat merasakan medis aja” (Informan 2, 20 tahun)
keefektifitasan pesan ILM dalam
memotivasi mereka mengurangi konsumsi “Kalo aku secara pribadi sih iya Mbak.
rokoknya selama ini. Berikut kutipan ILM nya cukup membuat aku merasa
wawancara hasil penelitian. yakin bisa membuat aku mengurangi
konsumsi rokok yang aku konsumsi
“Kalo menurut ku ILM nya itu selama ini. Sebenernya sih kalo dari ILM
memotivasi aku banget buat berusaha tadi itu emang bener-bener bagi orang
mengurangi konsumsi rokok ku. Kan yang pingin sadar, ILM-ILM itu berfungsi
didalem ILMnya itu selalu diberi dan bermakna banget” (Informan 4, 20
informasi tentang bahaya-bahayanya dari tahun)
merokok, akibatnya, sama efek
negatifnya. Hal-hal seperti itu kan Sedangkan empat informan lainnya
memicu banget ke diri sendiri buat selalu yang ternyata memiliki keyakinan diri
ingat kalo ngerokok jangan banyak- yang negatif. Empat orang informan
banyak” (Informan 4, 20 tahun) tersebut menganggap isi pesan yang ada
pada ILM mengenai bahaya merokok
“Efektif sih Mbak kalo menurut ku. tidak bisa membuat mereka merasa yakin
Soalnya kan iklannya itu ngga cuman untuk mengurangi konsumsi rokok
ngomong doing gitu loh. Iklannya juga mereka selama ini. Berikut kutipan
ngasih tau apa aja dampaknya, ngasih tau wawancara penelitiannya.
contohnya langsung tiap bahaya merokok
itu apa aja. Jadi menurut ku efektif untuk
214 Jurnal Promkes Vol. 5 No. 2 Desember 2017: 205 - 216

“Kayake endak. Alasannya kenapa? Kalo merasakan adanya ancaman terhadap


emang rokok itu bahaya, kenapa masih dirinya dari aktifitas merokok yang
dikual belikan? Dan kenapa masih selama ini mereka lakukan. Dilihat dari
dipasarkan?” (Informan 6, 19 tahun) unsur keparahan, kedelapan informan
merasa setuju, dan mengakui bahwa
“Kalo dari aku sih ngga yakin ya Mbak. semua hal yang disampaikan oleh pesan
Itu kan cuman iklan, durasinya cuman ILM mengenai bahaya merokok
beberapa menit aja. Jadi ya kalo buat merupakan sebuah gangguan kesehatan
aku, dengan durasi yang cuman beberapa yang serius dan parah bagi tubuh manusia.
menit aja belum cukuplah untuk Dilihat dari unsur keyakinan diri, tidak
meyakinkan buat ngurangi rokok ku” semua informan merasa yakin bahwa diri
(Informan 7, 20 tahun) mereka mampu untuk mengurangi
konsumsi rokok selama ini. Pada unsur
Ancaman yang dianggap lebih serius, kerentanan, didapatkan hasil bahwa
dan lebih berbahaya, diyakini dapat terdapat dua orang informan yang tidak
membuat kemungkinan yang besar pada merasakan adanya unsur tersebut. Kedua
diri seseorang untuk menjadi hipersensitif, informan ini merupakan informan yang
sehingga seseorang itu akan mencoba tidak yakin pada dirinya untuk
melepaskan dirinya dari ancaman tersebut mengurangi konsumsi rokok mereka.
(Botta et al., 2008). Sesuai dengan Lalu, dilihat dari unsur keyakinan respon,
pernyataan diatas, maka dapat dituliskan tidak semua informan merasakan
bahwa, kemampuan informan untuk termotivasi untuk berhenti merokok
mengurangi konsumsi rokok dipengaruhi setelah melihat pesan ILM mengenai
oleh ancaman yang dirasakan oleh diri bahaya merokok. Terakhir, dilihat dari
mereka. Informan yang bisa merasakan unsur rasa takut didapatkan hasil
datangnya ancaman dari isi pesan ILM penelitian bahwa kedelapan informan
akan mempunyai keyakinan diri yang merasakan adanya rasa takut yang timbul
besar untuk bisa mengurangi konsumsi pada diri informan pada saat informan
rokok. Kegiatan mengurangi konsumsi menyaksikan ILM bertajuk bahaya
rokok tersebut dilakuakn oleh informan merokok. Kesan menakutkan di dalam
sebagai bentuk melepaskan diri dari pesan ILM yang dibuat untuk menakuti-
ancaman yang dirasakan. Informan yang nakuti para perokok aktif dapat
tidak meyakini dirinya mampu untuk tersalurkan dengan baik kepada kedelapan
mengurangi konsumsi rokoknya setelah informan.
melihat ILM merupakan informan yang
yidak merasakan adanya ancaman dari isi DAFTAR PUSTAKA
pesan ILM bahaya merokok tersebut.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset
SIMPULAN Kesehatan Dasar; Riskesdas. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Berdasarkan data hasil penelitian
mengenai persepsi para perokok aktif Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
remaja di Kota Surabaya terhadap pesan Timur. 2015. Statistik Remaja Jawa
ILM bertajuk bahaya merokok Timur 2015. Surabaya.
berdasarkan teori Extended Prallel
Process Model dapat disimpulkan bahwa, Blanco El, Bares C, and Delva J. 2012.
dari delapan orang informan rata-rata saat Correlates of Children adolescents’
ini telah berusia 20 tahun. Rata-rata usia negative attitudes toward cigarettes: The
pertamakali merokok kedelapan informan role of gender, peer, parental, and
adalah 15 tahun. Dilihat dari unsur environmental factors. Nicotine Tob Res
kerentanan pesan ILM bertajuk bahaya 2012;14:142-52.
merokok, belum semua informan
merasakan timbulnya ancaman setelah Botta, R. A., Dunker, K., Fenson-Hood,
melihat isi pesan ILM tersebut. Hal ini K., Maitarich, S., & McDonald, L. 2008.
menyebabkan tidak semua informan Using a relevant threat, EPPM and
Novia Puspita Utami Putri, Persepsi Perokok Surabaya Terhadap... 215

interpersonal communication to change Journal of Adolescent Health, 37, 330–


hand-washing behaviours on campus. 336.
Journal of Communication in Healthcare.
Littlejohn, S,W, and Foss, K,A,. 2009.
Cho H, Witte K. 2005. Managing fear in Encyclopedia of Communication Theory.
public health campaigns: A theory-based USA: Sage Publication.
formative evaluation process. Health
Promot Pract 2005;6:482-90. Negoro, S,H. 2015. Pengaruh
pengetahuan atas pesan dan persepsi
Direktorat PPTM, P2PL Kemenkes RI. resiko terhadap sikap merokok di
2012. Aliansi Bupati/Walikota Dalam kalangan perokok remaja Yogyakarta
Pengendalian Masalah Kesehatan Akibat dengan perilaku sebagai variabel
Tembakau dan Penyakit Tidak Menular, intervening. Skripsi. Semarang:
Buletin Penyakit Tidak Menular, ISSN Universitas Diponegoro Semarang.
2088-270X, Semester II 2012, Jakarta,
2012. Perloff, R. M. 1993. Third-person effect
research 1983-1992: A review and
Doku, D., Raisamo, S., & Wiium, N. synthesis. International Journal of Public
2012. The role of tobacco promoting and Opinion Research.
restraining factors in smoking intentions
among Ghanaian youth. BMC Public Presiden Republik Indonesia. 2012.
Health, 12(1), 662. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun
2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Fujimoto K, Valente TW. 2012. Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Decomposing the components of Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta:
friendship and friends’ influence on Sekretaris Nragara.
adolescent drinking and smoking. J
Adolesc Health 2012;51:136-43. Popova, L. 2012. The Extended Parallel
Process Model: Illuminanting the Gaps in
Gharlipour, Z., Hazavehei, S. M. M., Research. Sage Journals Volume 39
Moeini, B., Nazari, M., Beigi, A. M., No.4, 455-473.
Tavassoli, E., ... & Barkati, H. 2015. The
effect of preventive educational program Rafiee A, Haghighizadeh MH,
in cigarette smoking: Extended Parallel Pouryazdan M. 2010. Prevalence rate and
Process Model. Journal of education and individual, familial and social
health promotion, 4. characteristics associated. Jundishapur
Journal Health Sci 2010;1:16-21.
Hong H. 2011. An extension of the
extended parallel process model (EPPM) Rogers, E.M., 1975, Network Analysis of
in television health news: The influence The Diffusion of Innovation. Stanford
of health consciousness on individual University: Institute for Journal of
message processing and acceptance. Communication Research.
Health Communication 2011;26:343-53.
Roberto, A. J. 2004. Putting
Ladiasalman, Reddi. 2015. Persepsi communication theory into practice: The
Konsumen Roko Terhadap Fear Appeal extended parallel process model. Journal
yang Terdapat Pada Kemasan Rokok. of Communication Teacher, 18(2), 38–43.
Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Roberto, A. J., & Goodall, C. E. 2009.
Leatherdale, S.T., Brown, S., Cameron, Using the Extended Parallel Process
R., McDonald, P.W. (2005). Social Model to explain physicians’ decisions to
modeling in the school environment, test their patients for kidney disease.
student characteristics, and smoking Journal of Health Communication.
susceptibility: A multilevel analysis.
216 Jurnal Promkes Vol. 5 No. 2 Desember 2017: 205 - 216

Sarafino, F.P. 1994. Health Psychology


(2nd Edition). New York: John Wiley &
Sons.

Sharifi-rad GH, Hazavei MM,


Hasan-zadeh A, Danesh-amouz A. 2007.
The effect of health education based on
health belief model on preventive actions
of smoking in grade one, middle school
students. Arak Med Univ Journal
2007;10:79-86.

TCSC-IAKMI. 2011. Remaja Dominasi


Perokok Aktif di Indonesia – Diakses
melalui: http://www.tcsc-
indonesia.org/remaja-dominasi-perokok-
aktif-di-indonesia/

WHO. 2011. WHO Report On The Global


Tobacco Epidemic 2011: Warning About
the Dangers of Tobacco. Geneva: WHO
Press.

Widiansyah, M. 2014. Faktor–Faktor


Penyebab Perilaku Remaja Perokok di
Desa Sidorejo Kabupaten Penajam Paser
Utara. Journal Sosiologi, 2014, 2 (4): 1-
12.

Witte, K. 1992. Putting the fear back into


fear appeals: The extended parallel
process model. Communications
Monographs, 59(4), 329-349.

Witte, K. 1994. Fear control and danger


control: A test of the extended parallel
process model (EPPM). Communications
Monographs, 61(2), 113-134.

You might also like