Professional Documents
Culture Documents
SO1Maret - 2022-4
SO1Maret - 2022-4
SERANGAN UMUM
1 MARET 1949
sebagai
HARI NASIONAL
PENEGAKAN KEDAULATAN NEGARA
Naskah Akademik
SERANGAN UMUM
1 MARET 1949
sebagai
HARI NASIONAL
PENEGAKAN KEDAULATAN NEGARA
Bab II
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris | 9
Bab III
Evaluasi dan Analisis Keputusan Presiden Terhadap
Peraturan Perundang-undangan Terkait | 77
Bab IV
Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis | 93
Bab V
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi
Muatan Keputusan Presiden | 115
Bab VI
Penutup | 117
Lampiran | 127
Pasukan TNI yang berlari mulai
memasuki kota Yogyakarta.
(1949-6-29/IPHHOS)
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran Soekarno tentang JASMERAH (Jangan Sekali-sekali Meninggalkan
Sejarah) selalu relevan sepanjang zaman sebagai ajakan reflektif atau
cermin kehidupan bagi perjalanan suatu bangsa untuk memperbaiki
kesalahan, membangun semangat, dan meneguhkan kembali tekad dalam
mengisi kemerdekaan dan mewujudkan cita-cita bangsa menuju masa
depan yang gemilang di bawah naungan NKRI. Peristiwa sejarah perlu terus
dimaknai ulang oleh setiap generasi, agar ia tidak mati sebagai masa lalu
semata tetapi dapat tetap hidup, menginspirasi, dan selalu relevan dengan
kebutuhan dan perubahan zaman
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah peristiwa
yang sangat penting maknanya bagi eksistensi dan penegakan kedaulatan
negara, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Keberhasilan para founding fathers di bawah kepemimpinan Soekarno
dan Mohammad Hatta, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, Syafruddin Prawiranegara, dan tokoh-tokoh penting
lainnya, berhasil mengajak seluruh komponen bangsa, dari TNI, Kepolisian,
laskar, ulama, santri hingga rakyat biasa telah bahu membahu merebut
kembali Ibu kota negara yang telah dikuasai oleh penjajah. Keberhasilan
2 Serangan Umum 1 Maret 1949
B. Identifikasi Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945 adalah negara yang merdeka dan berdaulat sehingga dapat
mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kedaulatan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, tetapi kemudian kedaulatan tersebut tidak diakui secara sepihak oleh
Belanda ditandai dengan adanya Agresi Militer Belanda I dan II, pelanggaran
Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville, yang selanjutnya menjadikan
kedaulatan Negara Indonesia, pada level internasional dan nasional menjadi
tidak diakui. Serangan Umum 1 Maret menjadi titik balik dimana Kedaulatan
Negara ditegakkan, pada level internasional dan nasional, melalui Penyerahan
Kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, sesuai hasil Konferensi
Meja Bundar (KMB).
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret sebagaimana yang telah diuraikan
di latar belakang menunjukkan bahwa ada banyak tokoh-tokoh yang terlibat,
seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX serta tokoh-tokoh penting lainnya dan masing-
masing memiliki peranan penting sampai akhirnya peristiwa Serangan Umum
1 Maret memberikan dampak yang besar dalam pengakuan kedaulatan
Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat. Peringatan
terkait peristiwa Serangan Umum 1 Maret dapat memperbaiki sejarah lama,
Pendahuluan 7
D. Metode
Naskah akademik ini dituliskan menggunakan metode sejarah kritis. Dimulai
dengan pengumpulan sumber-sumber primer berupa arsip, foto, kesaksian
tokoh dan sumber-sumber sekunder seperti buku-buku dan artikel yang
telah ditulis sebelumnya. Sumber-sumber itu diuji secara kritis kemudian
dimanfaatkan untuk penulisan naskah akademik.
Naskah akademik ini disusun atas lima bagian. Bagian pertama berupa
pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah,
tujuan dan metode penulisan naskah akademik Serangan Umum 1 Maret
1949. Bagian berikutnya adalah tentang kajian teoritis dan praktik empiris
dari peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Dimulai dengan tinjauan
historiografis berupa buku-buku yang telah ditulis oleh para sejarawan
8 Serangan Umum 1 Maret 1949
A. Kajian Teoretis
Serangan Umum oleh Tentara Nasional Republik Indonesia terhadap
kedudukan markas militer Belanda di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret
1949 dalam kajian akademis ini dianalisis berdasarkan teori Center of
Gravity (CoG), yaitu sebuah serangan militer yang massif untuk menikam
jantung kekuatan musuh. Pada saat serangan itu dilakukan Yogyakarta
menjadi Center of Gravity dimana seluruh kekuatan militer Belanda
dipusatkan. Serangan ini dimaksud untuk merebut kembali Kota Yogyakarta
yang merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia yang telah diambil
alih oleh Belanda melalui sebuah serangan militer yang dilancarkan pada
tanggal 19 Desember 1948. Serangan terhadap CoG musuh juga diadopsi
oleh militer pejuang Vietnam untuk merebut kota Saigon (Ho Chi Minh City)
yang saat itu menjadi CoG dari kekuatan militer Prancis yang mejajajah
Vietnam pada masa itu.
Bagi pihak Indonesia Kota Yogyakarta juga merupakan CoG karena
selain menjadi ibukota negara, ia juga menjadi pusat untuk mereposisi
kekuatan politik dan militer. Merebut kembali Kota Yogyakarta menjadi
kunci strategis untuk menunjukkan eksistensi Negara Republik Indonesia
yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 kepada dunia
internasional.
10 Serangan Umum 1 Maret 1949
G.Dwipayana
Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Jakarta PT. Citra Lamtoro
13 dan Ramadhan
Saya (1989) Gung Persada
K.H.
Ali Jakarta
16 Tonggak-tonggak di Perjalananku PT. Kinta
Sastroamidjojo (1974)
Sri Margana, Gelora di Tanah Raja: Yogyakarta pada Yogyakarta Dinas Kebudayaan
18
dkk Masa Revolusi 1945-1949 (2017) DIY
British Broadcasting
Colin Wild dan Gelora Api Revolusi; Sebuah Antologi Jakarta Corporation (BBC)
19
Peter Carey Sejarah (1986) Seksi Indonesia/
Gramedia
Jakarta
20 Rosihan Anwar Kisah – kisah Zaman Revolusi Sinar Harapan
(1975)
Yayasan
Jakarta
21 Manai Sophiaan Apa yang Masih Teringat Mencerdaskan
(1991)
Kehidupan Bangsa
Jakarta
22 Boedihardjo Siapa Sudi Saya Dongengi Sinar Harapan
(1996)
Badan Pimpinan
Harian Pusat (BPHP)
Album Perjuangan Kemerdekaan 1945-
Jakarta Korps Cacad Veteran
23 NN 1950, Dari Negara Kesatuan ke Negara
(1975) Republik Indonesia
Kesatuan
& Badan Penerbit
ALDA
Himawan Jenderal Spoor (Operatie Kraai) Versus Jakarta Gramedia Pustaka
24
Soetanto Jenderal Sudirman (Perintah Siasat No.1) (2006) Utama
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 13
Mohamad
Roem,
Mochtar Lubis, Tahta Untuk Rakyat: Celah-celah Jakarta Gramedia Pustaka
25
Kustiniyati Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX (2011) Utama
Mochtar dan
S.Maimoen
R.Eddy Yogyakarta
26 Yogyakarta Ibukota Perjuangan Penerbit Narasi
Soekamto (2005)
Haryadi
Baskoro Yogyakarta
27 Wasiat HB IX: Yogyakarta Kota Republik Galang Press
dan Sudomo (2011)
Sunaryo
Jakarta Pustaka Sinar
28 Anthony Reid Revolusi Nasional Indonesia
(1996) Harapan
Peranan Desa dalam Perjuangan
Proyek Inventarisasi
Kemerdekaan: Studi Keterlibatan Beberapa Yogyakarta
29 Tashadi, dkk. dan Dokumentasi
Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta (1992)
Sejarah Nasional
Periode 1945-1949
Laporan dari Banaran: Kisah Pengalaman
Jakarta Pustaka Sinar
30 T.B. Simtupang Seorang Prajurit Selama Perang
(1981) Harapan
Kemerdekaan
kecil yang berkaitan langsung dengan kondisi di Yogyakarta saat itu, salah
satunya tentang bayi calon Jenderal, Wiranto yang berhasil selamat saat
penyerangan-penyerangan yang terjadi di Yogyakarta karena orang tuanya
membawa ia memakai kereta kuda.
akan disampaikan oleh Van Royen dalam sidang PBB. Sayangnya niatan
tersebut sepertinya gagal karena tidak ada pembahasan lebih lanjut. Selain
itu penulis juga menjelaskan keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949
yang disampaikan oleh perwakilan RI dalam Sidang PBB 7 Maret 1949
berdasarkan siaran radio yang tersebar. Pada tanggal yang sama, Soekarno
dan Hatta dibebaskan dari penahanannya dan dikembalikan ke Yogyakarta
usai ditandatanganinya persetujuan Roem-Royen.
berbeda dengan apa yang dilaporkan Belanda kepada PBB. Dukungan pun
kemudian diberikan kepada Indonesia dari berbagai negara, baik Australia,
Amerika dan Asia. Buah dari serangan tersebut ialah hasil perjanjian Roem-
Roeyen 7 Mei 1949 yang sekaligus mengembalikan kedaulatan RI sebagai
Negara dan penyerahan kendali pemerintahan di Yogyakarta dari Soekarno
ke HB IX. Selain itu, perjanjian tersebut juga mendorong KMB.
Kesimpulan
Banyaknya tulisan yang membahas Serangan Umum 1 Maret 1949 secara tidak
langsung menggambarkan betapa penting dan menariknya peristiwa tersebut
untuk selalu dipelajari dan diingat dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Berbagai perspektif yang dihadirkan, mulai dari pembahasan militer, politik,
sosial budaya dan ekonomi lengkap dibahas dalam karya-karya yang telah ada.
Hal ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa peristiwa Serangan
Umum 1 Maret berdampak pada segala aspek kehidupan masyarakat. Sebuah
benang merah yang dapat ditarik dari seluruh karya-karya yang membahas
Serangan Umum 1 Maret 1949 ialah tentang fungsi Yogyakarta sebagai
wilayah kunci sekaligus benteng pertahanan atas adanya pemerintahan
Republik Indonesia yang kemudian menjadikannya sebagai pusat serangan
pasukan Belanda. Hal lain yang menjadi kesepakatan penting dari para penulis
dalam bukunya ialah bahwa peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak
hanya menjadi peristiwa yang mampu mengembalikan status politik Indonesia
secara penuh sebagai negara yang merdeka, namun juga mengajak seluruh
elemen masyarakat, baik sipil maupun militer untuk bersatu dalam mengisi
dan mempertahankan kemerdekaan RI.§
30 Serangan Umum 1 Maret 1949
Praktik Empiris dan pikiran, tetapi juga harta benda dan sumber
daya lainnya dipertaruhkan dalam revolusi.4
Revolusi, Perjuangan dan Agresi Berdasarkan teori perspektivme
Militer Belanda konflik politik menyebutkan bahwa dalam
revolusi Indonesia itu tidak boleh diabaikan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia referensi kepada struktur internasional dan
merupakan babak baru dan menentukan bagi perkembangan sejarah dunia. Dengan demikian
perjalanan Bangsa Indonesia. Proklamasi akan terjadi interaksi faktor-faktor internal dan
merupakan kata-kata magis yang mampu eksternal, keduanya terjalin erat dalam proses
menggerakkan seluruh bangsa Indonesia dialektika secara terus menerus. Sedangkan
untuk mewujudkan dan mempertahankannya. krisis politik yang membawa perasaan tidak
Manuel Kaisiepo mengemukakan bahwa periode aman dan kegelisahan timbul karena kontrol
mempertahankan kemerdekaan disebut sebagai penguasa militer Jepang mengundurkan
periode revolusi.1 Revolusi menurut Anthony diri bersamaan dengan datangnya ancaman
Reid adalah restrukturisasi fundamental kekuasaan kolonial Belanda. Kedatangan
dari suatu sistem politik dengan kekerasan Belanda merupakan ancaman yang serius bagi
pada waktu yang singkat. 2 Oleh karena itu, eksistensi Republik yang baru merdeka. Hal
revolusi sarat akan pergolakan-pergolakan ini memunculkan semakin banyak kelompok-
yang oleh Sartono Kartodirdjo diistilahkan kelompok perlawanan atau badan-badan
dengan jaman “gegeran”, yang ditandai dengan perjuangan yang berfungsi tidak hanya
“srobotan”, “gedoran, “pendaulatan” di samping sebaga sarana perjuangan, tapi juga sebagai
masa perjuangan. Sartono melihat revolusi pusat identitas kelompok serta wahana untuk
Indonesia sebagai proses politik yang penuh menjamin kelangsungan hidupnya (survival).
konflik antar golongan, pemberontakan massa Kalau pada satu pihak tujuan mempertahankan
terhadap tatanan yang ada dan hal ini hampir kemerdekaan mempersatukan kesatuan-
tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya.3 kesatuan perjuangan, pada pihak lain idiologi
Onghokham menambahkan bahwa revolusi politik masing-masing acap kali memisahkan
Indonesia merupakan proses yang penting dan menimbulkan pertentangan, sehingga situasi
dengan melibatkan seluruh komponen rakyat krisis menjadi lebih hebat dan berubah menjadi
secara total dalam politik. Tidak hanya tenaga situasi konflik.5 Dalam situasi konflik seperti
1) Manuel Kaisiepo, “Murba di tengah Persaingan: Tan itu, maka prasarana kekerasan memegang
Malaka dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia peranan penting, yang amat menarik di sini
1945-1949”, Prisma no. 9, September 1982, hlm. 72. adalah konversi idiologi ke pandangan dan sikap
2) Anthony Reid, Revolusi Nasional Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm 1.
3) Sartono Kartodirdjo, “Wajah Revolusi Indonesia 4) Onghokham, “Revolusi Indonesia: Mitos dan realitas”,
Dipandang dari Perspektivme Struktural”, Prisma no. Jakarta: Prisma no. 8 1985.
8 Agustus 1981, hlm. 3. 5) Sartono Kartodirdjo, op. cit., hlm.5-6.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 31
13) George M.C. Turnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi Perbedaan penafsiran ini menyebabkan pada
di Indonesia, terj. Ismail Bin Muhammad (Kuala 15 Juli 1947 Van Mook mengeluarkan ultimatum
Lumpur: Dewan Bahasa dan pustaka, 1980), hlm. 224.
agar pasukan Indonesia mundur sejauh 10 Km
14) Julianto Ibrahim, Dinamika Sosial dan Politik Masa
Revolusi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, dari garis Demarkasi. Pada tanggal 17 Juli 1947,
2014), hlm. 56 PM Amir Syarifuddin melalui RRI menolak
15) Soe Hok Gie, Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan:
Kisah Pemberontakan Madiun, September 1948, (Yogyakarta: Bentang, 1997), hlm.119
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 33
perang yang sangat terbatas. TNI udara Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.
merespos serangan Belanda dengan serangan Letjen Simon Hendrik Spoor sebagai panglima
balik terhadap pertahanan Belanda di Semarang, tertinggi tentara Belanda di Indonesia,
Ambarawa, dan Salatiga dengan menggunakan memberikan instruksi pada seluruh tentara
pesawat peninggalan Jepang.19 Pada 29 Juli Belanda yang berada di Jawa dan Sumatera
1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol untuk memulai penyerangan ke Yogyakarta.
Palang Merah di badan pesawat yang membawa Agresi ini disebut juga dengan Kraii Operatie
obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang atau Operasi Gagak yang merupakan operasi
Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan pamungkas yang dilakukan Belanda terhadap
mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Indonesia. Belanda mengerahkan pasukan
Mas Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda baret merah terbaiknya untuk diterjunkan
Udara dr. Abdurrahman Saleh dan Perwira Muda ke Maguwo.22 Tujuan agresi Belanda adalah
Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.20 menghancurkan kedaulatan Indonesia dengan
Setelah agresi militer Belanda I, PBB menyerang Yogyakarta sebagai Ibu Kota negara.
mengusulkan untuk membentuk Komisi Tiga Belanda sengaja membuat kondisi Yogyakarta
Negara (KTN) untuk menyelesaikan masalah tidak aman sehingga akhirnya diharapkan
Indonesia-Belanda. Atas prakarsa KTN, dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia
terselenggara perjanjian Renville yang berhasil menyerah dan bersedia menuruti ultimatum
ditandatangani pada tanggal 18 Januari 1948 yang diajukan oleh pihak belanda. Selain itu,
oleh delegasi Belanda yang dipimpin Abdulkadir Belanda juga ingin menunjukkan kepada dunia
Widjojoatmodjo dengan delegasi Indonesia yang bahwa RI dan TNI-nya secara defacto sudah
dipimpin PM Amir Syarifuddin. Hasil perjanjian tidak ada.23
Renville begitu mengecewakan banyak pihak Pada pukul 6:45, satu kompi pasukan
karena wilayah Indonesia hanya meliputi Jawa baret merah Belanda (Dutch Paratrooper)
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kondisi ini mulai melompat dari Dakota yang membawa
menyebabkan pergolakan politik yang begitu mereka. Dalam kurun waktu 25 menit, mereka
besar, sehingga kabinet Amir Syarifuddin jatuh berhasil melumpuhkan 150 tentara Indonesia
pada tanggal 23 Januari 1948. Konflik politik yang menjaga Pangkalan Udara Maguwo dan
berlanjut dan memuncak pada pemberontakan berhasil menewaskan 128 tentara Indonesia.
PKI di Madiun pada tanggal 18 September 1948.21
Kondisi politik dalam negeri Indonesia
22) Mengenang 68 Tahun Agresi Militer Belanda II di
yang tidak menentu tersebut dimanfaatkan Yogyakarta”, lihat: http://angkasa.grid.id/sejarah/
Belanda dengan melakukan agresi militer mengenang-68-tahun-agresi-militer-belanda-ii-di-
yogyakarta/
19) Suhartono, op. cit., hlm. 72 23) Sejarah Agresi Militer Belanda 1 dan 2 (Latar Belakang,
20) http://sejarahmula.blogspot.co.id/2017/02/sejarah- Peristiwa, & Tujuan) lihat: http://kakakpintar.com/
agresi-militer-belanda-i-dan-ii.html sejarah-agresi-militer-belanda-1-dan-2-latar-
21) Julianto Ibrahim, op. cit., hlm. 16. belakang-peristiwa-tujuan/
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 35
Foto 2.2. Sebagai konsekuensi dari Perjanjian rintangan berat oleh Divisi II Gunungjati. Brigade
Renville, pasukan TNI Divisi Siliwangi harus Tijger, terutama Korps Speciale Troepen (korps
dipindahkan dari Jawa Barat ke Jogakarta pasukan khusus militer Belanda) bergerak di sisi
(wilayah RI). Tampak tentara Pocket/Siliwangi tiba selatan rel kereta api dan menyusun serangan
di ibukota Yogyakarta dari Jawa Barat. (1948-02- dengan membagi tiga kolone. 24
12/ IPHHOS) Kira-kira pukul 15:00, pasukan yang
dikomandoi Van Beek tiba di depan Istana
Gedung Agung, sebelah selatan Malioboro. Di
Di titik yang sama, pesawat yang mengangkut sana hanya terdapat Kompi II Corps Polisi
pasukan baret hijau Belanda (dahulu dipimpin Militer (CPM) yang dipimpin Lettu Susetio. Tak
Kapten Raymond Westerling) dari Semarang juga
mendarat. Jumlah kedua pasukan tersebut sekitar
24) Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948:
432 personel dan dipimpin Letnan Kolonel van Jenderal Spoor (Operati Kraai) Versus Jenderal
Beek. Mereka berhasil menembus pertahanan Sudirman (Perintah Siasat 1), (Jakarta: Gramedia,
darat TNI di garis demarkasi yang dipasangi 2006)
36 Serangan Umum 1 Maret 1949
imbang kuantitas serta tanpa bala bantuan, Rosihan Anwar menyebutkan bahwa
kondisi pasukan Susetio makin terjepit dalam serangan di hari Minggu itu melicinkan militer
aksi tembak-menembak. Seorang anak buah Belanda menguasai kantor telepon pada pukul
Susetio, Letnan Dua Sukotjo Tjokroatmodjo, 11 siang. Satu jam kemudian mereka berhasil
mengusulkan kepadanya untuk segera merebut gedung Radio Republik Indonesia (RRI)
membawa pergi Presiden Soekarno dan jajaran dan pada pukul 15:30 seluruh kota telah berhasil
pejabat sipil lain keluar dari Istana, sementara dikuasai militer Belanda. 26 RRI Yogyakarta
itu Sukotjo bersama 30 personel CPM lainnya merupakan kantor radio penting yang dimiliki
akan bertempur melawan tentara Belanda. republik selain RRI yang berada di Surakarta,
Namun Soekarno malah memberi perintah Kediri, Blitar, Madiun, Magelang, Pati, Kebumen,
kepada Susetio untuk berhenti menembak, dan Wonosobo. Rupanya, beberapa hari sebelum
sambil menunggu kedatangan van Beek di depan clas Belanda II, desas-desus mengenai akan
Istana. Kala itu Soekarno didampingi Kepala adanya serangan telah beredar di masyarakat
Staf Angkatan Udara Soerjadi Soerjadarma, terutama kalangan para pekerja radio. Hal inilah
Sekretaris Negara Mohammad Ichsan, dan yang mendorong dipindahkannya beberapa
Menteri Luar Negeri Agus Salim. Letkol van alat pemancar radio dari Yogyakarta ke Playen
Beek pun menemui Soekarno. Setelah memberi Wonosari Gunungkidul. Pemancar radio di
hormat, van Beek berkata: Playen Gunungkidul ini berperan penting dalam
menyebarkan berita Serangan Umum 1 Maret
“Anda sekarang dalam 1949 ke seluruh penjuru dunia.27
Setelah Yogyakarta dikusai pasukan
tahanan rumah. Tuan Belanda, bersama Wakil Presiden Mohammad
Soekarno, saya mendesak Hatta beserta para pejabat tinggi lain di
kepada Tuan supaya Tuan Yogyakarta, Soekarno dibawa tentara Belanda
dan diasingkan ke Sumatera. Sementara
memerintahkan kepada Panglima Besar Soedirman dan sekelompok
pasukan-pasukan Tuan tentara beserta dokter pribadinya, lebih memilih
untuk melakukan perang gerilya di luar kota.28
agar menyerah. Jika tidak
melakukannya, saya
jamin kepada Tuan bahwa 26) Rosihan Anwar, Musim Berganti: Sekilas Sejarah
Indonesia 1925-1950 (Jakarta: Grafiti Press, 1985)
seluruh tentara Tuan akan 27) “Mengenang 71 tahun RRI” https://www.kompasiana.
dihancurkan dalam satu com/pantjewa/ 57d2e4f23793736377eef84b/
mengenang-71-tahun-rri?page=all
minggu.”25 28) Lihat: “Pemberitahuan PDRI, 19 Desember 1949”,
Inventaris Arsip Sekretariat Negara RI 1945-1949,
25) Ibid ANRI, no. 985.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 37
Sementara itu, Soedirman menempuh rute lain MBKD yang berisi pemberlakuan pemerintahan
dengan dibopong oleh pengawalnya. Untuk militer untuk seluruh Jawa.37 Pemberlakuan
mengelabui musuh, Soedirman menggunakan pemerintahan militer berarti lebih
nama samaran Pak Dhe. Keselamatannya memfungsikan dan mengefektifkan struktur
sangat ditentukan kepercayaannya terhadap organisasi militer yang sudah dibentuk sejak
penduduk setempat yang telah berbaik hati tanggal 28 Oktober 1948 berdasarkan surat
menyediakan rumah dan makanan serta keputusan Menteri Pertahanan no. A/582/48.
pemandu yang mampu menunjukkan jalan Surat keputusan tersebut menetapkan
yang aman dilalui. Selama tinggal di desa Pakis, pembentukan Markas Besar Komando Djawa
tempat ia mengkoordinasikan perang gerilya (MBKD) dengan panglimanya Kolonel Abdul
dengan pasukan di wilayah lain, Soedirman Haris Nasution. MBKD membawahi 4 divisi
sangat mempercayai kepala desa setempat dengan 3 daerah militer istimewa dan masing-
yang ia anggap merupakan yang paling loyal masing panglima Divisi merangkap sebagai
dari yang pernah ditemui. Anak kepala desa itu Gubernur militer, kecuali Divisi IV Siliwangi.
sendiri bahkan bekerja sebagai kurirnya. Pernah Daerah Militer Istimewa adalah sebagai berikut:
pula suatu ketika anak buahnya tertembak 1. Daerah Militer Istimewa I meliputi
kakinya, sedangkan musuh semakin dekat. Surabaya, Malang, dan Kediri. Panglima
Rakyat bergerak cepat dengan membantu Divisi I/ GM I adalah Kolonel Sungkono.
menyembunyikan tubuh tentara yang terluka 2. Daerah Militer Istimewa II, meliputi
dengan menutupinya menggunakan dedaunan.36 Solo, Semarang (bagian timur), Pati,
Keputusan Soedirman melakukan gerilya Bojonegoro, dan Madiun. Panglima Divisi
diikuti oleh pemimpin militer lainnya beserta II/ GM II adalah Kolonel Gatot Subroto.
seluruh pasukan TNI. TB Simatupang menyingkir 3. Daerah Militer Istimewa III, meliputi
ke luar kota dan Nasution yang saat itu berada Kedu, Banyumas, Pekalongan, Yogyakarta,
di Jawa Timur memutuskan segera kembali ke dan Semarang bagian barat. Panglima
Yogyakarta. Setelah menempuh perjalanan yang Divisi III/ GM III adalah Kolonel Bambang
mencekam, di bawah ancaman pesawat musuh, Sugeng.38
kereta api yang membawanya berhenti di stasiun Dalam melaksanakan perang gerilya,
Srowot-Prambanan tanpa pernah masuk ke kota
Lihat pula: S. Margana, dkk. Gelora di Tanah
yang situasinya sudah tidak aman. Nasution raja: Yogyakarta Pada Masa Revolusi 1945-1949
dan rombongan memilih menuju utara ke arah (Yogyakarta: Dinas Kebudayaan DIY, 2017), hlm. 120.
lereng Merapi dan memulai perang gerilya. 37) Yayasan 19 Desember 1948, Dokumen RIPRESS dalam
Pada tanggal 22 Desember 1948, Kolonel Perang Rakyat Semesta 1948-1949 (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994), hlm. 50
Nasution yang merupakan Panglima Tentara dan
38) “Instruksi Markas Besar Komando Djawa” Djogdja
Teritorium Jawa mengeluarkan maklumat No. 2/ Documenten, 1945-1949, ANRI no. 214; lihat pula:
Indriastuti, Pemerintahan Militer di Daerah Gerilya
36) Dinas Sejarah Angkatan Darat, 1985, hlm 123.; Gunung Sumbing Pada Tahun 1948-1949 (Semarang:
40 Serangan Umum 1 Maret 1949
Nasution menetapkan wilayah Kalibawang ditunjuk. Divisi III yang membawahi daerah
di Kulon Progo sebagai tempat Markas militer di Yogyakarta dan sekitarnya di bawah
Besar Komando Djawa (MBKD). Kalibawang komando dan tanggung jawab Kolonel Bambang
yang terletak di barat laut kota Yogyakarta Sugeng yang bermarkas di desa Kaliangkrik.
merupakan daerah perbukitan bagian dari Untuk memudahan koordinasi dalam melakukan
pegunungan Menoreh. Dua desa di Kalibawang gerilya, Kolonel Bambang Sugeng mengeluarkan
yang menjadi pusat aktivitas pemimpin- Perintah sebagai Panglima Divisi III No. 1/
pemimpin militer seperti Nasution dan HD/1948 tanggal 26 Desember 1948 tentang
Simatupang adalah Banjarsari dan Banjarharjo. pembentukan daerah gerilya atau wilayah
Kedua desa tersebut barangkali merupakan pertahanan yang disebut dengan Wehrkreise
tempat yang paling banyak disinggahi oleh (WK) dan Subwehrkreise (SWK). Dalam daerah
pemimpin republik selama gerilya. Selain militer Divisi III, pembagian Wehrkreise adalah
Simatupang dan Nasution, sejumlah petinggi sebagai berikut:
lain yang pernah tinggal atau singgah di kedua 1. Wehrkreise I dipimpin oleh Letnan
desa tersebut, antara lain: Bambang Sugeng, Kolonel M. Bachrun. Wilayahnya meliputi
Djatikoesoemo, M.T. Haryono, Ali Budiardjo, A.K. Karesidenan Pekalongan, Banyumas, dan
Gani, Mokoginto, Djojodiningrat, dan Kawilarang. Wonosobo dengan markas di desa Makam.
Di kedua desa tersebut, Nasution dikenal sebagai 2. Wehrkreise II dipimpin oleh Letnan
Pak Guru, sebagaimana saat awal bertemu Kolonel Sarbini. Wilayahnya meliputi
dengan masyarakt memperkenalkan dengan Kedu dan Kendal dengan markas di desa
profesi itu. Selama bergerilya, tentara membaur Bruno.
dengan rakyat. Sejumlah pelatihan militer 3. W e h r k r e i s e I I I d i p i m p i n L e t n a n
diselenggarakan untuk merekrut tenaga baru. Kolonel Soeharto membawahi wilayah
Di Kalibawang, diadakan pula pelatihan bahasa Yogyakarta dengan markas di desa
Inggris yang diampu oleh Mr. Budihardjo dan Mr. Segoroyoso Bantul.40
Sasto Pawiro,39
Wehrkreise berasal dari bahasa Jerman
Dalam struktur pemerintahan militer,
yang berarti lingkaran atau daerah pertahanan.
di bawah MBKD adalah divisi-divisi yang
Sistem ini dipakai untuk mempertahankan
membawahi daerah-daerah militer berdasarkan
setiap wilayah kepulauan maupun provinsi,
tanggungjawab dan kewenangan yang telah
dan dipimpin oleh seorang komandan. Masing-
masing komandan diberi kebebasan seluas-
Fak Sastra Undip Press, 1988), hlm. 40-41.
luasnya untuk menggelar dan mengembangkan
39) Tashadi, dkk., Peranan Desa dalam Perjuangan
Kemerdekaan: Studi Kasus keterlibatan Beberapa Desa
di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1945-1949 40) Batara R. Hutagalung, Serangan Umum 1 Maret
(Yogyakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi 1949: Dalam kaleidoskop Sejarah Perjuangan
Sejarah Nasional, 1992), hlm 125; Lihat Pula: S. M e m p e r ta h a n ka n Ke m e rd eka a n I n d o n es i a
Margana, op. cit., hlm. 121 (Yogyakarta: LP3ES, 2010), hlm. 408.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 41
perlawanan. Sistem Wehrkreise sama sekali Subwehrkreise, Soeharto yang sudah ditunjuk
meninggalkan sistem pertahanan linier. sebagai komandan Werkreise III segera
Yogyakarta merupakan bagian dari daerah membentuk Subwerkreise (SWK). Adapun
pertahanan atau wehrkreise III di bawah Subwerkrkreise (SWK) yang dibentuk adalah:
kepemimpinan Letkol. Soeharto. Sebelum 1. SWK 101 di daerah Bantul Timur dengan
ditunjuk sebagai komandan Wehrkreise III, Komandan Mayor Sekri Soenarto.
Soeharto merupakan komandan Brigade 10 2. SWK 102 di daerah Bantul Barat dengan
yang berkedudukan di Yogyakarta.41 Pada saat Komandan Mayor Sardjono.
terjadi agresi militer Belanda 19 Desember 3. SWK 103 di daerah Godean dengan
1948, Soeharto mendapat penjelasan dari Kol. Komandan Mayor Ventje HN. Sumual.
Zoelkifli Loebis bahwa Soekarno dan Hatta 4. SWK 104 di daerah Sleman dengan
masih berada di kota, tetapi Soedirman sudah Komandan Mayor Soekasno.
bergerak ke luar kota mengadakan gerilya. 5. SWK 105 di daerah Gunungkidul dengan
Sore harinya, Soeharto beserta pasukannya Komandan Mayor Soedjono.
memutuskan melakukan gerilya menuju Ngoto 6. SWK 106 di daerah Kulon Progo dengan
yang berada di sebelah selatan Yogyakarta. Komandan Letkol R. Soedarto44
Setelah lima hari melakukan perjalanan dan
Sejak terjadi pergeseran pasukan Sakri
konsolidasi di wilayah Yogyakarta, Soeharto
Soenarto ke Cangkringan, pada pertengahan
memutuskan memindahkan pasukannya dari
Januari 1949 terjadi pergeseran penomoran
Ngoto menuju dukuh Bibis desa Segoroyoso yang
SWK sekaligus komandan yang bertanggung
terletak di Bantul.42 Bantul merupakan tempat
jawab, yaitu:
yang tidak asing bagi Soeharto dan pasukannya.
1. SWK 101 di daerah dalam kota
Desa Segoroyoso sudah sejak lama terbangun
Yogyakarta dengan komandan Letnan
hubungan baik melalui pelatihan Laskar Rakyat,
Marsudi
Dalam waktu yang tidak begitu lama, Soeharto
2. SWK 102, di wilayah Yogyakarta
dapat mengkoordinasikan kembali kekuatan-
bagian selatan atau daerah Bantul
kekuatan gerilya. 43
yang mencakup Bantul timur dengan
Berdasarkan surat dari Panglima Divisi
Komandan Mayor Sardjono.
III Bambang Sugeng tanggal 26 Desember
3. SWK 103 di daerah Gamping dengan
1948 tentang pembentukan Wehrkreise dan
komandan Letkol Soehoed.
4. SWK 103A di daerah Godean dengan
41) Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Cuplikan Sejarah
Perjuangan TNI Angkatan Darat (Bandung: Disjarah,
1972), hlm. 80 44) Dinas Sejarah TNI AD, Cuplikan Sejarah Perjuangan
42) Seskoad, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta: TNI Angkatan Darat (Bandung: Disjarah & Fa
Latar Belakang dan Pengaruhnya (Jakarta: PT Mahyuma, 1972), hlm. 80; Lihat pula Oemar Sanusi,
Lamtoro Gung Persada, 1993), hlm 126. dkk., Api Segoroyoso (Yogyakarta: Dinas Sosial DIY,
43) S. Margana, op. ct., hlm. 120. 1981), hlm. 26.
42 Serangan Umum 1 Maret 1949
ini diajukan pada tanggal 29 Desember 1949. kedua di pos komando Segoroyoso dengan
Perintah penyerangannya adalah dilakukan pada mengeluarkan perintah siasat no. 09/S/Cop/49
waktu malam, menghancurkan kekuatan musuh yang ditujukan kepada seluruh komandan SWK.
dan merampas senjata sebanyak-banyaknya, Serangan kedua yang terlaksana pada tanggal 9
serta membumihanguskan tempat-tempat yang Januari 1949 ini menitikberatkan pada serangan
dianggap penting.48 ke dalam kota dengan melewati celah-celah pos
Pada tanggal 29 Desember 1948 mulai musuh serta menghancurkan pos-pos musuh
pukul 21.00 pasukan gerilya republik memasuki dari belakang. Kapten Erman yang berada di
kota Yogyakarta menyerang pos-pos Belanda di daerah SWK 101 menghancurkan kedudukan
sekitar Kantor pos dan Secodiningrat, Ngabean, musuh di Sentul dan Balapan. Mayor Sardjono
Patuk, Pakuningratan, Sentul, Pengok, dan yang berada di SWK 102 menghancurkan
Gondomanan. Pada tanggal 31 Desember 1948 kedudukan musuh di wilayah Kraton ke selatan
di sektor barat, SWK 103A yang dipimpin Mayor hingga jalan Parangtritis, Imogiri, dan Bantul.
Ventje Soemoeal melakukan penyerangan di Letkol Soehoed yang berada di wilayah SWK 103
pos-pos Belanda di wilayah Godean. Ventje menghancurkan kedudukan musuh di daerah
Soemoeal dibantu komandan-komandan Brigade Wirobrajan, Ngabean, dan Kraton ke barat. Letkol
XVI, seperti Kapten Willy Sumantri, Kapten Rapper dengan pasukan yang berada di wilayah
Runtunuwu, Mayor Gustav Kamagie, Letnan SWK 103A menghancurkan musuh di Gandekan,
Kailola. Serta dibantu jagoan-jagoan tempur dari Stasiun kereta api sampai ke jalan Magelang.
Tim Khusus Combat Brigade XVI seperti Latnan Lettu Hardjosoedirdjo yang berada di SWK 104
Kandou, Letnan Woimbon, Letnan Sigar, dan menghancurkan musuh antara Yogyakarta-
lain-lain. Di sektor utara, pada tanggal 1 Januari Tempel. Kolonel Djatikoesoemo dengan pasukan
1949 Batalyon 151 pimpinan Kapten Hariyadi yang berada di SWK 105A menghancurkan jalan
melakukan serangan terhadap kedudukan dan kedudukan musuh di antara Yogyakarta
pasukan Belanda di Kaliurang. Pasukan ini – Kaliurang. Mayor Soedjono dengan pasukan
berhasil menduduki Pakem dan memutus jalur yang berada di SWK 105 menghancurkan posisi
komunikasi yang menghubungkan Yogyakarta Belanda di antara Yogyakarta-Prambanan dan
dengan Kaliurang. Pada pertempuran tanggal 5 bangunan-bangunan di Maguwo yang dikuasai
Januari di desa Tunggul yang terletak di Barat Belanda.50
Kaliurang, Komandan Batalyon 151 Kapten Pada serangan kedua yang dilaksanakan
Hariyadi meninggal dunia yang kemudian pada tanggal 9 Januari 1949, beberapa pasukan
posisinya digantikan Lettu Hardjosoedirjo.49 republik dengan berani memasuki kota
Pada tanggal 7 Januari 1949, komandan Yogyakarta dan menyerang Hotel Merdeka yang
Wehrkreise III mempersiapkan serangan pada waktu itu dihuni pejabat-pejabat penting
Belanda. Kahin yang pada waktu itu berada di
48) Nasution, op. cit., hlm. 77
49) Seskoad, op. cit., hlm. 140-142 50) Oemar Sanoesi, op. cit., hlm. 32
44 Serangan Umum 1 Maret 1949
Yogyakarta, menyaksikan sendiri serangan itu 1949 berdasarkan perintah siasat no. 10/S/
yang digambarkannya sebagai serangan yang Cop/49 tertanggal 11 Januari 1949. Surat
sangat gencar dan sengit. 51 Dalam serangan tersebut memerintahkan masing-masing SWK
bersama tersebut, kadet Lily Rochli gugur mengadakan serangan, penghancuran dan
sewaktu menyerang markas militer Belanda penghadangan di sektornya masing-masing
di Gondomanan. Pada tanggal 11 Januari 1949 berdasarkan surat perintah sebelumnya.
terjadi pertempuran antara pasukan belanda Apabila 2 serangan umum sebelumnya dilakukan
dengan TNI di daerah Cepet yang menewaskan pada malam hari, serangan ke tiga ini dilakukan
2 orang pejuang, yaitu Letda Kasijan dan Agen sore hari, yaitu pukul 06.00 sore.53
Polisi Soekarjo. Serangan pasukan gerilya yang Serangan ini juga mencoba menghambat
dipimpin Sudiro dan Munawar terhadap pos- gerak maju pasukan Belanda yang mulai
pos Belanda di dusun Gondang Legi Donoharjo menyerang dan menguasai wilayah Bantul.
pada tanggal 13 Januari 1949 mengakibatkan Pada tanggal 19 Januari 1949, 2 kompi pasukan
pasukan Belanda meninggalkan pos-pos Belanda berhasil menduduki Imogiri, kemudian
pertahanannya. Untuk merebutnya kembali, menyerang Barongan yang terdapat pabrik
Belanda menggunakan bantuan udara yang gula. Pasukan Belanda terus bergerak maju ke
mengakibatkan 7 pejuang gugur.52 kota Bantul, kemudian menyerang Plered, dan
Serangan kedua ini dilaksanakan pada Padokan. Kesatuan SWK terutama SWK 102
malam hari dan mewajibkan pasukan yang berusaha menghambat laju pasukan Belanda
melakukan serangan mengenakan janur kuning dengan bersama-sama rakyat menggali lubang-
atau dengan kata sandi “Mataram-Menang”. lubang di jalan dan menebangi pohon-pohon
Serangan tersebut menimbulkan korban agar kendaraan Belanda tidak bisa lewat. Pada
luka dan meninggal dunia di kedua belah tanggal 28 Januari 1949, pasukan Belanda
pihak. Keesokan harinya, Belanda melakukan menyerang dari Bantul kemudian Selarong, Bibis,
pembersihan di daerah Imogiri yang oleh Bangunjiwo, dan berhenti di Gunung Kanigoro.
Belanda dianggap sebagai basis kedudukan Sementara itu, pasukan gerilya dan penduduk
pasukan gerilya republik. dari desa Kalimanjung yang terdesak patroli
Beberapa hari setelah melakukan Belanda melarikan diri ke Gunung Kanigoro.
serangan kedua, pasukan TNI SW III melakukan Pasukan Belanda yang berada di Gunung
serangan ketiga pada tanggal 16 Januari Kanigoro menembaki pejuang dan penduduk
yang melarikan diri itu, sehingga jatuh korban
51) Pramoedya Ananta Tour, dkk., Kronik Revolusi sebanyak 41 orang.54
Indonesia, Jilid V (1949), (Jakarta: Kepustakaan Dengan semakin sengitnya pertempuran,
Populer Gramedia, 2014), hlm. 9.
52) Team Penulis Djogjakarta 1945, “Perlawanan terhadap
Belanda di tahun 1948-1949”, http://djokja1945. 53) Seskoad, op. cit., hlm. 145
blogspot.com/2014/11/ perlawanan-terhadap- 54) Team Penulis Djogjakarta 1945, “Perlawanan terhadap
belanda-di-tahun.html Belanda di tahun 1948-1949”, http://djokja1945.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 45
pasukan yang tergebaung dalam Wehrkreise km dari kota Yogyakarta ini ditempati lebih
III segera melakukan serangan ke empat yang dari tiga ratus tentara dan empat puluh orang
dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 1949. sakit. Pada malam hari jumlahnya semakin
Pada serangan ke empat ini, koordinasi antara bertambah. Satu rumah penduduk rata-rata
SWK dengan pihak pemerintahan sipil yang dihuni 20-orang.55
dipimpin Sri Sultan Hamengku Buwono IX Ibu-ibu menyiapkan kayu bakar, minyak
semakin mantap. Serangan keempat ini yang tanah, menyalakan perapian, memasak nasi
membuka jalan dilakukan serangan umum yang dan lauk pauk dan meletakannya di daun-
jauh lebih besar terhadap kedudukan Belanda di daun pengganti piring. Jadwal disusun untuk
Yogyakarta dan dilakukan pada siang hari, yang memudahkan koordinasi dan kelancaran
kemudian dikenal sebagai serangan umum 1 penyediaan makanan. Empat orang perempuan,
Maret 1949. satu pon, dan satu tentara tiap hari bertanggung
jawab menyediakan sekitar enam puluh sampai
Ide dan Pemantapan Serangan seratus kilogram beras, sayur-sayuran seperti
lodeh, urap, dan melinjo muda, terong dan labu
Serangan umum 1 Maret 1949 merupakan siam, serta lauk pauk berupa tempe, daging
serangan yang terpadu dari berbagai macam ayam, kambing, dan sapi.56
kekuatan dari berbagai macam latar belakang Dana didapat dari berbagai macam
dengan tujuan utama mempertahankan sumber, seperti kas desa atau iuran berupa
Kemerdekaan yang telah diproklamasikan tgl barang maupun uang dari penduduk yang
17 Agustus 1945. Sejak agresi militer Belanda dianggap mampu. Dana didapat pula dari
II yang menempatkan Yogyakarta daerah pemberian Letkol Soeharto sebagai pimpinan
pendudukan Belanda, TNI melalui Wehrkreise gerilya uang sebesar 4.000 rupiah per hari
III telah melakukan serangan secara serentak maupun sumbangan dari para pedagang
sebanyak 4 (empat) kali. Keberadaan pasukan perempuan di pasar Beringharjo pasar-pasar di
gerilya dengan operasi penyerangan tersebut Segoroyoso yang dikumpulkan oleh para pon.57
mendapat bantuan dari berbagai macam pihak, Pon merupakan profesi baru yang muncul
baik masyarakat, ibu-ibu yang mendirikan dapur sebagai akibat dari tuntutan dan kebutuhan
umum, bahkan penguasa Yogyakarta yaitu perjuangan selama revolusi. Pon merupakan
Sultan Hamengku Buwono IX. perempuan-perempuan yang memiliki tugas
Dapur umum memegang peranan khusus mengatur distribusi atau lalu lintas
yang sangat penting dalam menyediakan dan
memenuhi logistik para gerilya terutama di 55) Sri Margana, dkk., Gelora di tanah Raja: Yogyakarta
markas utama SW III yaitu Segoroyoso. Desa Pada Masa Revolusi, 1945-1949, (Yogyakarta: Dinas
yang terletak di Kabupaten Bantul berjarak 15 Kebudayaan DIY, 2017), hlm. 184
56) Ibid.
blogspot.com/2014/11/ perlawanan-terhadap- 57) Oemar Sanoesi, op. cit., hlm. 20; Lihat pula Sri Margana,
belanda-di-tahun.html dkk., op. cit., hlm. 184-185
46 Serangan Umum 1 Maret 1949
barang di wilayah ibu kota, memastikan logistik dipergunakan oleh anggota PMI tidak selamanya
dapur umum terpenuhi, dan mendistribusikan berasal dari organisasi PMI, seringkali justru
nuk (nasi bungkus) untuk prajurit di front. Para didapat dari dokter atau jawatan kesehatan.
pon atau sering disebut si pon ini, setiap hari Mengingat posisinya yang terlindungi dari status
menghadang para pedagang yang berjualan tenaga medis atau anggota PMI, tidak jarang
di pasar.58 Agar tidak diketahui musuh atau para anggota PMI merangkap sebagai mata-mata
pihak Belanda atau mata-mata Belanda, lokasi atau pengantar pesan penting untuk perjuangan.
“penghadangan” atau tempat meminta barang Djoewariyah mengemukakan bahwa selain
dagangan dengan berpindah-pindah. Barang sebagai anggota PMI, dirinya ditunjuk sebagai
dagangan yang diminta adalah sayuran, lauk- kurir yang bertugas untuk bertukar informasi
pauk, dan buah-buahan. Selain itu, si pon juga dengan gerilyawan lainnya di Warung sate
melakukan penyelundupan obat-obatan untuk Puas di Desa Gamelan. Perintah-perintah
prajurit yang terluka atau sedang sakit.59 serangan yang dilakukan oleh pasukan gerilya
Dalam merawat orang sakit, peranan dapat dilakukan secara bersama-sama berkat
yang tidak dapat diabaikan adalah keterlibatan pertukaran informasi tersebut.60 Demikian juga
Palang Merah Indonesia. PMI membantu keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949
evakuasi penduduk, mengawal dalam perjalanan, tidak bisa dilepaskan dari peranan para kurir
dan memberikan bantuan obat-obatan bagi yang menyampaikan informasi ke berbagai fihak.
yang terluka atau sakit. Sebagaimana yang Kurir merupakan seorang intelejen
dituturkan oleh ibu Djoewariyah bahwa PMI yang berperan penting dalam menyampaikan
bertugas menjaga para pengungsi. Mereka tidak informasi-informasi rahasia di kalangan
hanya menjadi anggota PMI, tetapi juga menjadi pejuang. Tidak sembarang orang atau pejuang
bagian dari pasukan TNI, seperti Djoewariyah bisa menjadi atau ditunjuk menjadi kurir. Dalam
yang tergabung dalam pasukan Komaruddin peraturan mengenai kurir yang dituangkan
yang bermarkas di Jejeran, Wonokromo, Bantul. dalam “Rencana Peraturan Dinas Kurir” oleh
Apabila ada pengungsi yang sakit atau terluka Komandan Batalyon I PHB wilayah III Kapten
akan ditangani di tempat, tetapi bila sakitnya Semidjono tertanggal 18 November 1948
parah atau terdapat peluru yang bersarang menyebutkan bahwa seorang kurir harus
di tubuh, maka akan dibawa ke rumah sakit. mempunyai kualifikasi atau kemampuan khusus.
Demikian juga bila ada yang meninggal dunia, Kurir harus mengetahui tempat kedudukan
maka akan dikubur di tempat di mana pengungsi kesatuan-kesatuan pejuang; mengetahui tentang
itu berada. Obat-obatan yang diterima atau radio, telegram, dan pos merpati; mengetahui
bahasa isyarat; mengetahui para komandan
58) Ibid., hlm. 182-183
59) Mahtisa Iswari, “Perempuan, Pasar, dan Revolusi: 60) Balai Kajian Sejarah, “Video Kesaksian Djoewariah
Beringharjo Pada Masa Revolusi Fisik (1945-1949)”, Sebagai Anggota PMI”, Yogyakarta, Balai Kajian
Skripsi S1, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sejarah, 2017
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 47
dalam kesatuan-kesatuan pejuang; bisa bicara bisa menjawab berarti orang itu kurir
mengendari motor atau berkuda; bila tertangkap atau utusan dari kesatuan untuk menerima
musuh harus mengutamakan dokumen yang informasi, akan tetapi bila tidak bisa menjawab,
dibawa agar tidak jatuh atau diketahui musuh, maka dipastikan itu bukan kurir dan informasi
dengan cara di robek-robek, dibakar, dan lain- tidak boleh diberikan.62
lain.61 Dalam melakukan perjalanan, setiap kurir
Setiap kurir menjalankan tugasnya dilarang melalui atau melewati jalan besar atau
membawa informasi dengan jadwal 2 hari jalan raya. Jalur-jalur yang digunakan harus
sekali. Akan tetapi apabila ada berita penting merupakan jalur yang jarang diketahui orang
dan mendesak dapat melakukan perjalanan umum atau bahkan musuh. Dalam Divisi III
pada saat itu juga. Agar lebih teratur, para kurir jalur yang digunakan adalah Ropoh, Kaliwuluh,
dalam Divisi III dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, Randusari, Munggangsari, Jumbeng, Cacaban,
yaitu Sub A bertugas pada hari Senin, Rabu, dan Karangtengah, Asinan (Markas Batalyon III),
Jumat; Sub B bertugas pada hari Selasa, Kamis, Simpang dua Kalirejo, simpang dua Samigaluh
dan Sabtu; sedangkan Sub C bertugas pada (Markas Brigade III), Puguh, Nogosari,
hari Minggu, Selasa, dan Kamis. Setiap kurir Watumurah, Griyak, Wonorejo, Gejagan, Butuh,
harus punya nama samaran, seperti misalnya Lendahgalur, Pos Bugel, Pleret, Cubung Pancasan,
kurir dari Batalyon PHB mempunyai nama Glagah, Joyoboyo, Ketawang, Keburuhan, Merit,
samaran Seno; kurir dari Brigade 8 mempunyai Ambal, Prajuritan, Munggu, Pos Petanahan,
nama samaran Gatotkaca; kurir dari Brigade 9 Puring, Pusyan, Manyumudal, Ijo, Kreteg,
nama samarannya Ontorejo; kurir dari brigade Sempor, Kenteng, Pagebangan, kaligending,
10 mempunyai nama samaran Anoman; Alihan, Bimbing, Pejagan (Markas batalyon II),
sedangkan kurir dari Peleton PHB mempunyai Kolopacung, Kaliglagah, Semayu, Sawangan,
nama samaran Wisanggeni. Setiap kurir harus maron, kembali ke Asinan. Dari simpang dua
mempunyai bahasa kode yang sama agar Kalirejo, jalur juga melewati Kalirejo, simpang
informasi tidak jatuh di tangan yang salah atau dua Puguh, Lempuyang, Dekso, Watukarang,
bahkan ke pihak musuh. Apabila kurir bertemu, Beran, Depok, Puyungan, Simpang dua Terang,
salah satu kurir bisa memberi pertanyaan dan Playan, Imogiri, Canden, Sawahan, Pakejo,
harus bisa dijawab dengan kode jawaban yang Panggang, simpang dua Lendah, hingga sampai
tepat. Pada saat gerilya, kode pertanyaan yang ke Galur.63
dipakai adalah “pahlawan”, pertanyaan itu harus Salah satu tokoh sipil nasional yang
dijawab dengan kode jawaban “Indonesia”. Atau banyak menggunakan jasa kurir adalah
kode lain yaitu “Kusuma” dan harus dijawab
dengan “Bangsa”. Apabila orang yang diajak
62) “Rentjana Peraturan Dinas Kurier” Djogdja
Documenten 1945-1949, ANRI no. 270.
61) “Rentjana Peraturan Dinas Kurier” Djogdja 63) “Route Perdjalanan Kurier” Djogdja Documenten 1945-
Documenten 1945-1949, ANRI no. 270. 1949, ANRI no. 270.
48 Serangan Umum 1 Maret 1949
Sultan Hamengku Buwono IX. Seringkali wilayah Yogyakarta, datang ke kraton menemui
kontak-kontak Sultan dengan pihak militer Sultan. Van Langen dan pejabat Belanda
yang sedang bergerilya maupun pemimpin- Westerhof menunjukkan peta Yogyakarta yang
pemimpin Indonesia lainnya dilakukan telah diberi tanda-tanda oleh mereka. Kepada
dengan menggunakan jasa kurir. Sultan Sultan Hamengku Buwono IX dikatakan bahwa
HB IX merupakan tokoh yang berpengaruh Sultan boleh bergerak leluasa, tetapi dalam
sangat besar terwujudnya serangan umum 1 batas-batas yang telah diberi warna merah.
Maret 1949. Sultan berada di Gedung Negara Batas-batas itu memberi ruang gerak Sultan
saat Belanda memulai agresinya menyerang hanya pada lingkungan kraton saja. Dengan
Lapangan terbang Maguwo dan berupaya kata lain, Sultan telah dikonsinyir atau sedang
memasuki kota Yogyakarta. Setelah suara menjalani tahanan rumah.65
bom terdengar di Benteng Vredeburg yang Atas perilaku Belanda yang melakukan
dijatuhkan Belanda, Presiden Soekarno aksi-aksi kekerasan dalam upaya merebut
meminta Sultan untuk meenjemput Hatta yang kembali kedaulatan RI, Sultan Hamengku
sedang melakukan pembicaraan dengan KTN di Buwono IX mengeluarkan pernyataan tanggal
Kaliurang. Sebagai Perdana Menteri, kehadiran 12 Januari 1949 yang mengecam dan tidak
Hatta mutlak diperlukan dalam sidang kabinet menyetujui aksi Belanda dan tidak bisa
yang harus segera dilaksanakan menyikapi menjamin keamanan terhadap penduduk
agresi Belanda ke Yogyakarta. Sultan bersama Yogyakarta yang terkena hantaman perilaku
dengan Syahrir segera menuju Kaliurang untuk brutal Belanda. Pernyataan Sultan itu kemudian
menjemput Hatta. Belum sampai kaliurang, diikuti selebaran berbahasa Jawa yang beredar
Sultan berpapasan dengan Hatta yang sedang di masyarakat tanggal 17 Januari 1949 yang
menuju kota Yogyakarta. Mobil yang ditumpangi berisi sikap Sultan yang tidak setuju tindakan
Sultan dan Syahrir segera berbalik menuju Belanda dan tidak bersedia bekerja sama
Yogyakarta, tetapi terlambat sampai Gedung dengan Belanda.66 Sikap dan pernyataan Sultan
Negara dan tidak mengikuti rapat kabinet. Hal tersebut merupakan pukulan telak bagi Belanda,
itu disebabkan, saat berbalik itu ada pesawat karena merupakan wujud penolakan secara
Belanda yang sedang melakukan pengeboman, terang-terangan atas proyek negara federal.
sehingga perjalanan balik ke Yogyakarta melalui Bahkan Monfries dan Kahin menyebutkan
desa-desa untuk menghindari pesawat Belanda.64 bahwa kegagalan Belanda mempertahankan
Pada sore harinya pukul 17.00, Kolonel Yogyakarta dan mengajak Sultan dalam proyek
Van Langen, komandan Tijgerbrigade Belanda negara federal merupakan tonggak penting
yang berfungsi sebagai penguasa militer untuk tanda berakhirnya usaha Belanda menjajah
64) Atmakusumah, peny., Tahta Untuk Rakyat: Celah-Celah 65) Ibid., hlm. 72
Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX (Jakarta: 66) “Siaran Republik 17-1-1949 tentang Sikap Sultan HB
Gramedia, 1982), hlm. 71 IX” Djogdja Documenten 1945-1949, ANRI, no. 217.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 49
Sultan tersebut bukan tanpa alasan. Sultan Indonesia semakin besar. Pada tanggal 24 Januari
menyadari bahwa diplomasi Indonesia di 1949, Konferensi Asia yang diselenggarakan di
luar negeri tidak bisa berbuat apa-apa tanpa New Delhi India mengirimkan resolusi kepada
adanya dukungan kekuatan militer dan aksi- PBB agar segera dilakukan pemulihan pemerintah
aksi militer yang bisa ditunjukkan kepada RI ke Yogyakarta dan penarikan seluruh pasukan
dunia internasional. Kenyataannya, sampai Belanda dari Indonesia.74 Pada tanggal 28 Januari
awal bulan Februari serangan-serangan 1949, PBB mengeluarkan resolusi yang mendesak
serentak yang dilakukan para pejuang dalam Belanda supaya menghentikan agresinya dan
koordinasi Wehrkreise III terhadap posisi memulihkan pemerintah RI dalam kedudukan
Belanda belum berdampak besar. Sementara dan kekuasaannya seperti sedia kala.75 Dukungan
itu, Belanda selalu mengkampanyekan di dari dunia internasional akan bisa dimanfaatkan
dunia internasional bahwa Republik Indonesia dan punya pengaruh yang efektif apabila memang
sudah tidak ada. Pada tanggal 10 Januari 1949, RI bisa menunjukkan dan membuktikan bahwa
Belanda memberitahukan kepada Muhammad negara Indonesia itu masih ada.
Rum bahwa pemerintah Belanda sudah tidak Setelah mendapatkan ide dari pemberitaan
mengakui lagi Pemerintah Republik yang radio tersebut, Sultan mengirimkan kurir untuk
dianggapnya sudah bubar sebagai negara menghubungi Panglima Besar Jenderal Soedirman
dan tidak punya daerah kekuasaannya lagi.72 dipersembunyiaan. Melalui surat yang dibawa
Pernyataan ini disampaikan juga oleh Mr. kurir tersebut, Sultan menyampaikan gagasan
Brouwer sebagai utusan pribadi Wakil Tinggi mengenai serangan umum terhadap kedudukan
Mahkota Belanda Dr. Beel kepada Hatta di Belanda di kota Yogyakarta yang dilakukan pada
Bangka pada tanggal 14 Januari 1949 bahwa siang hari. Hal itu seperti apa yang dikatakan oleh
Pemerintah Belanda menganggap Pemerintah Sultan:
RI sudah tidak ada dan sudah tidak mempunyai
wilayah dan pemerintahan sendiri. Oleh karena “... Pada permulaan Februari
itu, Brouwer menekankan bahwa ia berbicara saya menirim surat kepada
dengan Hatta tidak sebagai pemimpin RI, tetapi
sebagai tokoh masyarakat Indonesia.73 Pak Dirman, minta ijin agar
Di sisi lain, tekanan-tekanan dunia supaya diadakan suatu
internasional terhadap penyelesaian masalah serangan umum, akan tetapi
72) Kerukunan Anggota Detasemen II Be 17, Pertempuran
pada siang hari, sudah
Empat Hari di Solo dan Sekitarnya: Bunga Rampai
Cuplikan-Cuplikan Sejarah (Jakarta: Kerukunan 74) Talsya, TA., Sekali Republiken Tetap Republiken:
Anggota Detasemen II Be 17, 1993), hlm. 3; Lihat Perjuangan kemerdekaan di Aceh, 1949, (Medan:
pula: Pramoedya Ananta Toer, op. cit., hlm. 10. Lembaga Srjarah Aceh, 1990), hlm 25.
73) Ali sastroamidjojo, Tonggak-Tonggak di Perjalananku, 75) Muhammad Hatta, Kumpulan Pidato dari Tahun 1942-
(Jakarta: PT. Kinta, 1974), hlm 248. 1949 (Jakarta: Yayasan Idayu, 1981), hlm. 282.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 51
barang tentu dengan segala dengan baju adat Jawa berupa blangkon, surjan,
lurik, dan kain panjang yang sudah disiapkan
resiko yang ada pada suatu oleh Hendro Bujono. Dari Taman Sari, Soeharto
serangan. Ini disetujui langsung menuju rumah kediaman Pangeran
oleh Pak Dirman dan Prabuningrat yang terletak di sebelah timur
dinyatakan agar supaya Ngejaman yang merupakan tempat pertemuan.
Pertemuan berlangsung selama 1 jam antara
saya berhubungan langsung pukul 23.00-24.00 yang berarti sudah memasuki
dengan komandan yang tanggal 14 Februari 1945. Agar tidak diketahui
bersangkutan, yaitu Suharto, pihak-pihak yang tidak berkepentingan apalagi
mata-mata musuh, tidak boleh satu orang pun
sekarang Presiden kita.”76 masuk dalam ruangan pertemuan dan lampu
Setelah mendapatkan ijin dari ruangan dimatikan, sehingga pembicaraan dalam
Soedirman, kontak-kontak antara Sultan keadaan gelap gulita. Pada pertemuan tersebut,
dengan Soeharto selaku komandan Sultan menanyakan kesanggupan Soeharto
Wehrkreise III segera dilakukan. Marshudi melakukan serangan umum dan mengadakan
selaku komandan Subwehrkreise 101 persiapan dalam 2 minggu. Pertemuan
bertindak sebagai penghubung antara Sri tersebut juga membicarakan mengenai sirine
Sultan Hamengku Buwono IX dengan Letkol jam 06.00 pagi sebagai tanda dimulainnya
Soeharto. Pada tanggal 13 Februari 1949, serangan dan tanda pengenal pejuangan dengan
Lettu Marshudi mengatur pertemuan kedua menggunakan janur kuning yang diletakkan di
tokoh tersebut dan mengantarkan Soeharto bahu sebelah kiri.77 Pada awalnya, pembicaraan
memasuki Kraton. Agar tidak diketahui oleh itu memutuskan pelaksanaan serangan umum
mata-mata musuh, kedatangan Soeharto ke pada tanggal 28 Februari 1949. Akan tetapi
kraton sangat dirahasiakan dengan pakaian karena sudah muncul desas-desus mengenai
dan rute perjalanan yang telah diatur. Pada serangan itu di masyarakat, maka pelaksanaan
saat memasuki kota Yogyakarta, Soeharto serangan diundur pada tanggal 1 Maret 1949.78
menggunakan pakaian gerilya dengan rute Untuk selanjutnya kontak-kontak antara Sultan
perjalanan melewati Pojok Beteng sebelah dengan Soeharto dilakukan melalui kurir.79
barat, menyusuri kampung di dalam Beteng,
dan melewati sebelah timur Taman Sari. Saat
77) Atmakusumah, op. cit., hlm. 80; Lihat pula: Pramoedya
sampai di Taman Sari Soeharto berganti pakaian
Ananta Toer, op. cit., 37-38; Lihat pula: Center for
information analysis, Kontroversi Serangan Umum 1
76) Colin Wild dan Peter Carey, Gelora Api Revolusi: Sebuah Maret: Polemik tentang Pemrakarsa dan Pelaksana
Antologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 189- Serangan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2000)
190; Lihat pula: Pramoedya Ananta Toer, op. cit., hlm. 78) Pramoedya Ananta Toer, op. cit., hlm. 38
27 79) Atmakusumah, loc. cit.
52 Serangan Umum 1 Maret 1949
dipimpin oleh Mayor Vaessens dengan harus mempunyai 1 senjata api untuk 1 prajurit,
markas komandonya di Tanjungtirto. sedangkan pasukan kewilayahan bisa 1 senjata
Pasukan dari 2 Yonif itu tersebar di api untuk 3 sampai 5 prajurit. Dari peraturan itu
bebera daerah di sekitar Yogyakarta, saja sudah memperlihatkan bahwa tidak semua
seperti Kotagede, Bantul, Barongan, prajurit memiliki senjata. Oleh karena itu, dalam
Pabrik gula Gesikan, pabrik gula Padokan, penyerangan ini prajurit yang tidak memegang
Plered, Karangsemut yang berada di senjata api menggunakan berbagai macam
sebelah selatan. Di sebelah utara terdapat senjata yang dipunyai seperti senjata tajam
pasukan Belanda di daerah Medari, Beran, maupun bambu runcing. Beberapa senjata api
Cebongan, Tempel, Kaliurang, dan Pakem. yang digunakan dalam serangan umum adalah.
Sebelah barat kota Yogyakarta terdapat • Senjata genggam, seperti pistol lantak
pasukan belanda di Pedes, Gamping, dan pistol Mauser
Bantar, dan Klangon. Sebelah timur • Senjata pendek, berupa Pistol Mitraliur
terdapat pasukan Belanda di daerah (PM)-RI dengan tembakan tunggal, Pistol
Kalasan, Prambanan, Pangkalan Udara Mitraliur Lanchester dengan tembakan
Maguwo, Pabrik Gula Tanjungtirta, pabrik otomatis, dan pistol mitraliur dalam
gula Berbah, Piyungan, dan Patuk.82 bentuk modifikasi.
• Senjata laras panjang berupa senapan
Mengingat pasukan Belanda merupakan
Lantak RI dalam berbagai bentuk
pasukan terlatih dan memiliki senjata yang
• Senjata otomatis, yaitu Senapan Mesin
lebih canggih, maka penyerangan harus
Ringan (SMR) modifikasi
seefektif mungkin dan dilakukan dengan
• Senjata lintas lengkung yaitu mortir yang
cepat. Persenjataan merupakan faktor penting
jumlahnya terbatas yang merupakan
yang harus dipikirkan, walaupun kondisi
buatan pabrik senjata darurat di Medari
persenjataan yang dipunyai pasukan TNI
• Granat gombyok buatan Demakijo, ranjau
sudah usang dan jumlahnya tidak mencukupi.
darat/trekbom yang dimodifikasi ir.
Kebanyakan senjata yang digunakan pasukan
Yohannes di bengkel Karang Barepan,
gerilya berasal dari senjata hasil rampasan dari
Kalasan.
Jepang. Terdapat senjata hasil buatan sendiri
• Senjata-senjata hasil rampasan dari
yang merupakan modifikasi dari senjata yang
Jepang dan sekutu, antara lain Senapan
telah rusak dengan bahan-bahan pengganti
Lee Enfield (LE) MK III (Belanda),
seperti pipa ledeng, tiang listrik dan lain-lain.
Karaben Ariska (Jepang), Barnasent
Berdasarkan peraturan dari Panglima Angkatan
(Belanda), Simonov (Rusia), Thesmij
Bersenjata yang dituangkan dalam peraturan
(Belanda), Springfield (USA), dan senapan
Siasat No. 1, setiap pasukan batalyon mobil
2 laras.83
82) Oemar Sanoesi, op. cit., hlm 56 83) Sigit Wroehantoro, dkk., Sejarah Perjuangan Pada Kles
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 57
Sebagaimana senjata api, amunisi pos yang lain yang rata-rata berjarak 4 km.
yang digunakan oleh pasukan Wehrkreise III Tempat-tempat yang biasa dilakukan kurir
kebanyakan merupakan hasil rampasan dari dalam bertukar informasi adalah warung
pasukan Jepang maupun Sekutu. Amunisi yang makan, seperti Warung Sate “Puas” di desa
dimiliki cukup memadai untuk melakukan Gamelan, pasar-pasar tradisional, seperti pasar
penyerangan, bahkan untuk latihan. Hanya saja Beringharjo, maupun tempat-tempat tertentu
kebanyakan amunisi itu sudah berumur tua yang yang telah disepakati bersama.85
seharusnya sudah dimusnahkan. Sementara itu, Alat komunikasi lain yang sering dan
granat tangan, ranjau darat dan bahan peledak penting digunakan adalah pesawat radio. Untuk
juga dipunyai pasukan di WR III dengan jumlah memonitor berita-berita penting dari luar negeri,
yang terbatas.84 pesawat radio sangat efektif menghantarkan
Salah satu sarana yang penting untuk informasi, seperti pesawat radio milik Sulta dan
dipersiapkan adalah alat komunikasi dan radio komando WK III. Pesawat pemancar radio
transportasi. Selama ini, alat komunikasi milik RRI ditempatkan di desa Balong Gunung
yang masih sering digunakan dan masih Lawu Surakarta. AURI mempunyai pesawat
bisa dipercaya adalah tenaga manusia yaitu pemancar radio jarak jauh yang semula berada
penggunaan kurir. Kurir memegang peranan di Terban Yogyakarta, kemudian dipindah ke
penting dalam proses mempertahankan rumah Mardjono di Playen, Wonosari sejak
kemerdekaan. Sultan Hamengku Buwono agresi Belanda 19 Desember 1948. Di dalam
IX seringkali menggunakan kurir untuk AURI terdapat Jawatan perhubungan yang
berhubungan dengan pemimpin-pemimpin dipimpin Kapten Budihardjo yang bertanggung
republik lainnya. Sejak pemindahan ibu kota, jawab mengelola dan mengoperasikan pemancar
ijin melakukan serangan umum tergadap Pak radio jarak jauh tersebut. Melalui Balong dan
Dirman, hingga koordinasi dengan Soeharto Wonosari, berita dapat dikirim ke stasiun
dalam membicarakan masalah serangan penerima pemerintah PDRI di Sumatera.
umum, jasa kurir selalu dilakukan oleh Sultan. Kapten Budihardjo nantinya berperan penting
Kurir-kurir tersebut berperan penting dalam mengabarkan berita Serangan Umum ke
menyebarkan perintah-perintah serangan pemerintah PDRI yang kemudian dilanjutkan
termasuk rencana serangan umum yang ke luar negeri.86
akan dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949. Alat transportasi yang digunakan dalam
Perhubungan antar SWK dilakukan oleh para persiapan Serangan Umum adalah tenaga
kurir dengan cara beranting dari pos satu ke manusia dan hewan. Pengangkutan oleh
85) Balai Kajian Sejarah, “Video Kesaksian Djoewariah
II di Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman (Sleman: Sebagai Anggota PMI”, Yogyakarta, Balai Kajian
PEMDA Sleman, nt), hlm. 21.; Lihat pula: Seskoad, op. Sejarah, 2017
cit., hlm. 189-190. 86) Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, “Munumen
84) Ibid., hlm. 190. Radio PHB AURI PC-2 Dalam Lintasan Sejarah”, Balai
58 Serangan Umum 1 Maret 1949
manusia dilakukan dengan cara digendong, memakai ikat kepala warna merah putih, ada
dipikul ataupun dijinjing, tergantung berat dan yang memakai ikat kepala tradisional, tetapi
banyaknya barang yang diangkut. Angkutan banyak pula yang tidak memakai ikat kepala
dengan manusia dipandang lebih efektif selama maupun tutup kepala. Demikian juga sepatu,
gerilya karena dapat menyelinap dengan cepat ada pejuang yang menggunakan sepatu yang
dan tidak memerlukan jalan yang khusus. sebagian besar hasil rampasan, tapi tidak kalah
Sementara itu, penggunaan hewan seperti sapi banyaknya pejuang yang tidak memakai alas
dan kuda biasanya digunakan untuk mengangkut kaki apapun.88
barang yang banyak dan berat. Sapi dan kuda Dalam penyerangan yang besar dan skala
dipergunakan untuk menari gerobak dan dokar yang luas, dibutuhkan kesiapan Soemiati dan Sri
yang bisa membawa muatan yang banyak, tetapi Redjeki yang berasal dari Rumah Sakit Petronela
harus melewati jalan terbuka dan relatif lebih (Sekarang Bethesda). Peralatan kesehatan dan
lambat. Untuk mengangkut pejuang-pejuang obat-obatan didapat dari rumah sakit milik misi
yang sakit lebih sering digunakan tandu oleh Katholik di Boro. Poliklinik lainnya terdapat di
tenaga medis, PMI, atau pejuang lainnya. 87 Kedung Pring, Kali Gesing, Kalasan, Karungan,
Dalam menyusun rencana serangan, Berbah, Jebukan, dan lain-lain. Sementara itu
penggunaan baju seragam juga diperhatikan. untuk pos-pos kesehatan terdapat di Piyungan,
Pakaian seragam yang digunakan TNI terutama Bojong, Selorejo, dan Klatak. Sementara itu
WK III menggunakan bahan kambar (kain kasar untuk bekal makanan atau nuk (nasi bungkus)
sejenis blacu) warna hitam, hijau, dan putih dipercayakan kepada SWK 101 yang berada
kekung-kuningan (krem). Kancing dibuat dari di dalam kota. Pusat-pusat dapur umum
tempurung kelapa atau tanduk. Pada saat sedang ditentukan di Kampung Ngadiwinatan dan
menyamar atau berbaur dengan penduduk, Purwodiningratan dengan pimpinan Ibu Darmo
pasukan TNI lebih sering menggunakan baju Wisastro dan Ibu sastro Oetomo. Dapur umum
seadanya atau baju yang sama dengan penduduk, lainnya terletak di Kampung Pajeksan dipimpin
bahkan banyak yang bertelanjang dada. Pada oleh Ibu Soewartinah, Kampung Sosrowijayan
saat itu terkenal istilah tokji biji (kathok siji, dipimpin Ibu Soeripto, dan Kampung Kemetiran
klambi siji yang artinya celana satu dan baju Kidul yang dipimpin Ibu Soemardjo. Selain itu,
satu). Tanda pangkat hanya digunakan pada makanan-makanan banyak didapat pula dari
saat upacara atau parade saja. Pemakaian penduduk yang bersimpati pada perjuangan TNI.
tutup kepala tanpa aturan yang jelas, ada
yang memakai topi baja bekas tentara Jepang, 2. Pelaksanaan Serangan
Sekutu, dan Belanda, ataupun menggunakan Pada tanggal 28 Februari 1949, sehari sebelum
tutup kepala yang lain. Beberapa anggota TNI rencana Serangan Umum dilaksanakan, pada
pukul 06.00 pagi setelah tanda sirine berbunyi
Pelestarian Cagar Budaya DIY, 2014.
87) Seskoad, op. cit., hlm. 190 88) Ibid., hlm. 191
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 59
terdengan suara tembakan dari arah Kantor Pos tanggal 28 Februari dianggap sudah masuk
besar sebelah utara alun-alun utara. Tembakan tanggal 1 Maret.90
berasal dari peleton Komaroedin yang salah Sebagaimana yang disampaikan Soeharto
memperhitungkan tanggal serangan. Serangan dalam biografinya, serangan-serangan salah
yang begitu gencar dari pasukan Komaroedin tanggal tersebut sempat membuatnya cemas dan
memaksa Belanda mengeluarkan Tank dan khawatir akan menggagalkan rencana serangan.
Panser untuk menghadapinya. Letnan Soegijono Akan tetapi, kenyataannya justru membuat
yang berada dekat dengan posisi peleton Belanda lengah dan tidak mempersiapkan
Komaroedin menjelaskan kepada Komaroedin diri menghadapi hal-hal yang akan terjadi.91
bahwa hari itu masih tanggal 28 Februari hari Hal itu sangat dimungkinkan bahwa Belanda
senin dan meminta peleton Komaroedin untuk sudah mendengar isu akan terjadi serangan
segera menarik pasukan ke luar kota. Pasukan yang akan dilakukan pada tanggal 28 Februari
Komaroedin mengundurkan diri dengan cara 1949 yang merupakan rencana semula dari
berpencar, ada yang menyusup ke Masjid pembicaraan Sultan dan Soeharto. Belanda
Kauman, ada yang ke Tamansari, ke arah timur menganggap bahwa serangan TNI hanya seperti
menuju Gondomanan, sebagian lagi bertahan di itu sebagaimana isu yang berkembang, sehingga
pojok tenggara alun-alun utara.89 Belanda tidak berpikir akan ada serangan lagi.
Kesalahan menentukan waktu serangan Bahkan dalam film “Janur Kuning”, Soedirman
terjadi pula di daerah Giwangan Yogyakarta. setelah memeluk Komarudin berkata, “Tidak
Pada tanggal 28 Februari 1949 pukul 18.00 semua kesalahan berakibat buruk”.92
atau 06.00 sore, terdapat beberapa pasukan Setelah insiden penyerangan salah
di desa Giwangan memutus jaringan telepon tanggal berakhir, seluruh pasukan dalam WK
yang menghubungkan Yogyakarta dengan III bergerak menuju pinggiran kota Yogyakarta.
Kotagede. Aksi ini diketahui Belanda, sehingga Mengingat begitu banyaknya pasukan yang akan
terjadi tembak menembak. Akhirnya para mengadakan serangan dan dari posisi yang
gerilyawan mengundurkan diri berpencar berbeda-beda, maka ada pasukan yang siap di
ke segala arah. Rupanya, serangan itu terjadi posisi lebih awal, bahkan ada yang baru siap
akibat kesalahpahaman beberapa pasukan yang menjelang serangan pukul 06.00 pagi. Sambil
mengira bahwa waktu serangan adalah jam menunggu aba-aba penyerangan, pasukan-
06.00 sore, sebagaimana kebiasaan serangan pasukan yang sudah sampai di posisi tinggal
yang pernah dilakukan. Bagi orang Jawa,
setelah sholat ashar itu dianggap ikut pada hari tanggal serang-belanda.html; lihat pula: G. Dwipayana
dan Ramadhan KH, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan
berikutnya, yang artinya tanggal 06.00 sore Tindakan Saya, (Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung
Persada, 1989); lihat pula Seskoad, op. cit., hlm 221.
89) “Kisah Lucu Letnan Komarudin Salah Lihat Tanggal 90) Seskoad, op. cit., hlm. 221-222.
Serang Belanda” dalam https://www.merdeka.com/ 91) G. Dwipayana dan Ramadhan KH, log. cit.,
peristiwa/kisah-lucu-letnan-komarudin-salah-lihat- 92) Film Janur Kuning
60 Serangan Umum 1 Maret 1949
menuju Notoyudan, dan akhirnya memposisikan daerah tersebut. Tank dan panser Belanda
pasukannya di Pathuk.95 Hal ini seperti yang yang keluar dari Benteng Vredeburg menuju
dikatakan Soeharto: alun-alun utara tertahan tembakan dari para
pejuang dan terpaksa kembali ke Benteng.
“... Saya pimpin serangan Bahkan tiga buah tank rusak akibat terkena
ranjau darat yang dipasang para pejuang
itu dari sebelah barat malam sebelumnya. Kompi Widodo yang
masuk lewat kuncen terus merupakan bagian dari SWK 102 bergerak dari
ke Pathuk ...”96 Mangkuyudan menuju pasar Sentul, kemudian
belok ke arah barat yaitu Pakualaman dan
akhirnya menggempur kedudukan Belanda
Pada tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00
di Pabrik Watson dan Kotabaru. 98 Saat
yang ditandai suara sirine yang menandakan
menggempur Pabrik Watson, kompi Widodo
berakhirnya jam malam, seluruh pasukan
bertemu dengan Kompi Rakido yang bergerak
yang sejak malam dan pagi telah berada di
dari arah timur. Mendapat gempuran hebat
posisi bergerak menyerang sasaran yang telah
dari 2 kompi pasukan TNI, pasukan KNIL yang
ditentukan. Yogyakarta diserang dari 4 jurusan
menjaga pabrik tersebut justru berperang
yang melibatkan seluruh pasukan dalam SW III
setengah hati melihat kegigihan pejuang-
dengan tanggung jawab dari sebelah selatan
pejuang yang sebenarnya adalah bangsanya
SWK 102, sebelah barat swk 103A, sebelah utara
sendiri. Menurut beberapa kesaksian, para
SWK 104, dan sebelah timur SWK 105. SWK
KNIL itu terlihat pura-pura mempertahankan
101, SWK 103, SWK 106, Mobil Brigade, dan
pabrik dan dengan cepat menyerah terhadap
kesatuan pasukan lainnya membantu keempat
gempuran TNI.99 Penyerangan terhadap pabrik
SWK tersebut dalam menggempur posisi-posisi
Watson ini merupakan kemenangan yang besar
Belanda di Yogyakarta. Keseluruhan pasukan
karena berhasil merampas 5 ton amunisi yang
yang terlibat diperkirakan sebanyak 2000
tersimpan di pabrik tersebut. Sebagaimana
tentara.97
dilaporkan Pierre Heijboer dalam bukunya.
Pertempuran di sektor selatan dilakukan
oleh SWK 102 pimpinan Mayor Soedjono yang “... dan di bagian timur kelompok
dibatasi jalur jalan sepanjang Wirobrajan,
Kapten Rakido berhasil
Ngabean, Secodiningrat, dan Sayidan. Mayor
mengepung pabrik Watson
Sardjono memimpin dan mengendalikan
pasukannya dari Pagelaran dan Keben setelah di mana tersimpan sejumlah
berhasil menaklukkan pasukan Belanda di amunisi ...”100
Masih dari sektor selatan, Kompi Malioboro ke barat. Sasaran utama pasukan
Ali Affandi bergerak dari kedudukanya di SWK 103A adalah pos-pos Belanda di sepanjang
Wonokromo menyerang pasukan Belanda jalan Malioboro, Hotel Tugu, Hotel Merdeka,
yang berada di Kotagede. Kompi Ali Affandi dan benteng Vredeburg. Pasukan-pasukan
yang berhadapan dengan 1 kompi Belanda dari pendukung SWK 103A adalah Kompi Polisi MB.
Yonif 5-5RI tidak berhasil menguasai Kotagede, Ajatimin, Kompi Polisi MB Soebroto, Batalyon
tetapi berhasil mengikat pasukan Belanda untuk 151 pimpinan Harjo Soedirdjo, Kompi Yon Andi
tidak membantu pasukan-pasukan Belanda Matalatta, dan Kompi Yon Peloepessy. Kompi
lainnya. Kompi Soemarmo yang merupakan Polisi Ajatimin menyerang kedudukan Belanda
bagian dari SWK 102 bergerak dari Krapyak di Lempuyangan dan terjadi pertempuran hebat
menuju Kantor Pos dan Benteng Vredeburg dengan pasukan belanda dari arah Sosrowijayan.
berhadapan dengan pasukan Yonif 1-15 RI yang Kompi Polisi Soebroto yang terdiri 2 peleton
dibantu kesatuan Tank dan Panser. Sementara pasukan menyerang 1 regu pasukan Belanda
itu, Kompi Soedarmo melakukan serangan di Patuk. Sampai tengah hari, pasukan Belanda
terhadap pasukan Belanda di Bakulan, Barongan, berhasil dipukul mundur dan masuk ke Benteng
Bantul, dan Gesikan. Kompi Soedarmo juga Vredeburg. Batalyon 151 pinpinan Harjo
mengerahkan 1 peleton pasukan untuk merebut Soedirdjo menyerang pasukan Belanda yang
Pabrik Aniem yang berada di Wirobrajan. Kompi bermarkas di Hotel Tugu. Pertempuran di Hotel
Darsono dengan kekuatan 3 Peleton tempur dan Tugu tersebut dilaporkan sebagai pertempuran
1 peleton bantuan menyerang Yogyakarta dari yang paling hebat dan sengit, sehingga memakan
arah tenggara dengan sasaran pos-pos belanda banyak korban dari kedua belah pihak.102
di Alun-alun utara dan Wirogunan. Sampai Pertempuran di sektor Utara di bawah
tengah hari, pasukan Kompi Darsono berhasil kendali dan tanggung jawab SWK 104 pimpinan
menguasai alun-alun utara. Kompi polisi P3 Mayor Soekasno yang dibatasi oleh jalur jalan
pimpinan Djohan Soeparno menyerang pojok kereta api Stasiun Tugu, Stasiun Lempuyangan,
benteng timur. Pada akhirnya pasukan Djohan dan Bengkel Kereta Api Pengok. Mayor
tidak berhasil menguasai wilayah pojok Benteng Soekasno memberi mengendalikan dan memberi
timur dan terpaksa mengundurkan diri ke arah komando pertempuran di Mrican setelah
timur dan selatan.101 merebut kawasan itu dari Belanda. Pasukan
Pertempuran di sektor barat dipimpin SWK 104 terdiri dari Pasukan A, Pasukan B, dan
Mayor H.N. Soemoeal komandan SWK 103A Pasukan C. Peleton Vandrig Kadet Soedjanadi
yang dibatasi oleh jalur jalan sepanjang yang merupakan bagian dari Pasukan A bersama
pasukan SWK 105 bertugas mengikat pasukan
Belanda di Maguwo agar tidak masuk kota.
Memperebutkan Pending Zambrut Sepanjang
Katulistiwa, 1945-1949 (Jakarta: Gramedia, 1998),
hlm. 172 102) Ibid., hlm. 239-240; Lihat pula Pramoedya Ananta
101) Seskoad, op. cit., hlm. 235. Toer, loc. cit.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 63
Peleton Nawawi yang juga bagian dari Pasukan Tempel, sedangkan Peleton I yang dipimpin
A menyerang kedudukan Belanda di MBT Lettu Soedarsono mengikat pos Belanda di
yang terletak di Sagan. Oleh karena mendapat Beran. Seksi Polisi MB Soemardjan juga berhasil
perlawanan yang sengit, pada pukul 11.00 mengikat pasukan belanda di desa Bangirejo,
peleton Nawawi mengundurkan diri ke arah sehingga sampai pukul 11.00 tidak berhasil
timur dan utara. Pasukan A lainnya bertugas membantu kedudukan pasukan belanda di kota
menggempur pasukan belanda di MBT dan Yogyakarta.105
kedudukan Belanda di daerah Gondokusuman. Medan tempur sektor timur di bawah
Pasukan belanda di MBT dan Gondokusuman tanggung jawab SWK 105 yang dipimpin
melakukan perlawanan yang gigih, sehingga Mayor Soedjono dengan jalur jalan sepanjang
Pasukan A bergerak ke Klitren dan berhasil malioboro ke timur. Tugas utama SWK 105
menguasai Klitren hingga sore bersama pasukan adalah mencegah bantuan Belanda agar tidak
Wiyogo.103 bisa masuk ke Kota Yogyakarta. Pos komando
Pasukan B dengan komandannya Mayor Mayor Sardjono di Srimartani, sebelah utara
Sakri Soenarto mendapat tugas menyerang Berbah. Sasaran utama pasukan SWK 105
kedudukan Belanda di Hotel Tugu dan Hotel adalah Lapangan Udara Maguwo, Tanjungtirto,
Merdeka. Pasukan Mayor Sakri Soenarto yang Kalasan, dan Prambanan. Pasukan SWK 105
terdiri 2 Peleton menyerang pasukan Belanda berhasil mengikat pasukan Belanda yang
di Jembatan Kewek, kemudian menyerang berada di lapangan Udara Maguwo, Tanjungtirto,
Hotel Merdeka. Pertempuran di Hotel Merdeka Kalasan, dan Prambanan agar tidak bisa
berlangsung sangat sengit. Pasukan B tertahan membantu pasukan induknya yang berada di
Brencarrier Belanda, sehingga Mayor Sakri kota Yogyakarta. Bahkan pasukan SWK 105
Soenarto memutuskan untuk mundur ke arah berhasil memukul mundur pasukan belanda
Lempuyangan. 104 yang berada di Maguwo, sehingga mundur ke
Pasukan C yang terdiri dari 3 peleton wilayah Wonocatur.106
organik berugas menyerang pasukan Belanda SWK 101/Kota Yogyakarta pimpinan
yang berkedudukan di Pingit, Jetis, dan Lettu Marsoedi, SWK 103/Gamping yang
Gondolayu. Pasukan C dengan cepat dapat dipimpin Letkol Soehoed, dan SWK 106/
menguasai Pingit dan jetis, tetapi mendapat Kulon Progo yang dipimpin Letkol Soedarto
perlawanan hebat dari Belanda di Gondolayu. bertugas mengikat pasukan Belanda di wilayah
Setelah mendapat bantuan dari pasukan masing-masing, membantu menggempur
B, Pasukan C berhasil menduduki daerah pos-pos Belanda bersama SWK lain, dan
Gondolayu. Sementara itu, Kompi TP Martono membantu menyediakan logistik, amunisi,
berhasil mengikat pos Belanda di Medari dan bagi SWK lain yang sedang bertempur. SWK
101 dalam kota pimpinan Lettu Marsoedi memaksa pasukan Belanda tidak bisa ke luar
membantu pasukan lain dengan menyediakan dari markasnya, sehingga tidak bisa membantu
informasi, mempersiapkan penunjuk jalan, pasukan induk yang berada di Yogyakarta.
dan mengkoordinasikan bantuan administrasi Dengan kegigihan pasukan TNI
termasuk logistik. SWK 101 mengerahkan menyerang kedudukan Belanda di kota
ibu-ibu dan para wanita menyediakan nug Yogyakarta dan kedisiplinan pasukan di luar
(nasi bungkus) dan minuman yang dibagikan Yogyakarta yang mengikat pasukan Belanda,
kepada para pejuang yang bertempur. Banyak maka pada waktu singkat kota Yogyakarta
penduduk dan bangsawan-bangsawan kraton berhasil dikuasai TNI. Jalan sepanjang Malioboro
yang wilayahnya jadi ajang pertempuran dari Kantor Pos hingga tugu dipenuhi pasukan
menyediakan makanan, minuman dan tempat gerilya. Beberapa rakyat sipil memberanikan diri
perlindungan bagi para pejuang. Beberapa keluar rumah berbaur dengan pasukan gerilya.
pasukan di bawah SWK 101 seperti Satuan Serangan umum ini benar-benar mengejutkan
Samber gelap yang bermarkas di Keparakan Belanda, sebagaimana yang ditulis Pierre
Lor dan Hantu Maut pimpinan Basuki Widodo Heijboer dalam bukunya:
mampu mencegah tentara Belanda dari pos
Plered dan Kotagede memasuki kota Yogyakarta.
Pasukan Hantu Maut yang berkedudukan
di Pujokusuman menghadang konvoi tank yang sudah berdiri sejak awal proklamasi. Senjata-
Belanda di Pakel. Mengingat kalah senjata dan senjata dari pasukan Samber Gelap yang kemudian
perlengkapan, Pasukan Hantu Maut menyingkir juga Pasukan Hantu Maut didapat dari rampasan
ke arah kuburan di Nitikan.107 dari pihak Jepang pada saat serangan ke Kotabaru
7 Oktober 1945. Pasukan Hantu Maut terdiri dari
SWK 106 pimpinan Letkol Soedarto pemuda-pemuda dari Kampung Brontokusuman,
yang berkedudukan di Kulon Progo, bertugas Prawirotaman, dan Karangkajen dengan seragam
mengikat pasukan Belanda yang berada di kaos oblong berwarna hijau dengan celana berwarna
daerah itu. Kekuatan pasukan Belanda yang putih. Pada tanggal 29 Juni 1949, Pasukan Hantu
Maut mendapat tugas untuk menjaga keamanan dan
paling besar berada di Jembatan Bantar, karena ketertiban di sebelah utara rel kereta api (stasiun
dilengkapi persenjataan brencarrier. Letkol Tugu) samapai batas kota sebelah utara. Setelah
Soedarto mengerahkan Seksi Staf Pengawal pemerintahan kembali pada pemerintahan sipil,
menyerang pasukan Belanda dari arah barat dan maka pasukan Hantu Maut yang dulunya yang telah
dimiliterisasi diberi kesempatan untuk kembali ke
Seksi Noer Moenir dari arah timur. Serangan ini instansi, sekolah atau bagi yang meneruskan ke
pendidikan militer dan sudah lulus tes maka akan
107) Pasukan Hantu Maut bermarkas di Dalem ditempatkan di Batalion yang sudah ditentukan dan
P u j o ku s u m a n ya n g d i d i r i ka n o l e h G B P H bagi yang tidak lolos tes akan dikembalikan kepada
Pudjokusumo yang merupakan putra Sultan masyarakat dengan surat penghargaan. Lihat:
Hamengku Buwono VIII. Pasukan Hantu Maut “Pasukan Hantu Maut” dalam https://gudeg.net/
didirikan pada tanggal 9 Januari 1949 yang direktori/ 1145/pasukan-hantu-maut.html; Lihat
merupakan pecahan dari Pasukan Samber Gelap pula. Seskoad, op. cit., hlm. 246.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 65
gorong-gorong dan selokan air yang tembus dari Pejabat kepala Staf Angkatan Perang RI,
ke Kali Winongo. Pada akhirnya, pasukan SWK Kolonel TB Simatupang dari kedudukannya
103A berhasil sampai di Godean. di Kulonprogo, barat Yogyakarta. Teks berita
Pasukan SWK 104 yang dipimpin Mayor ini dikirimkan ke markas PDRI di Sumatera
Soekasno kembali ke markas tidak secara barat dengan terlebih dahulu diterima oleh
serempak. Saat sebagian besar pasukan SWK Sersan Mayor Udara Umar Said Noor. Umar
104 sudah sampai di Rejodani, pasukan TP Said, kemudian melaporkan penerimaan
Arief Soeratno dan pasukan SSKODM pimpinan berita itu kepada Kapten Penerbang Dick
Zidmi Noeri terlibat tembak menembak Tamimi, dan Bersama-sama menghadap Pjs.
dengan pasukan Belanda di Gondangluntung. Presiden Pemerintah Darurat RI, Syafruddin
Akhirnya pada pukul 17.00, pasukan TP dan Prawiranegara. Oleh Pjs Presiden disuruh
SSKODM berhasil sampai di markas Rejodani. meneruskan ke pos pemancar di Takengon, Aceh
Pasukan SWK 105 pimpinan Mayor Soedjono agar dikirimkan ke radio di Burma (Myanmar),
sampai pukul 12.00 bertahan di Maguwo dan yang kemudian diterima oleh AII India Radio
Tanjungtirto, kemudian mengundurkan diri New Delhi, dan kemudian menyebar ke seluruh
ke markasnya di Srimartani. Pasukan SWK dunia.110
106, pada pukul 12.00 mulai mengendurkan Serangan umum yang begitu mendadak
serangan ke Bantar dan mulai mengundurkan tentu saja mengagetkan dan mengejutkan
diri ke Kulon Progo. Komandan SW III yang pasukan Belanda. Mengenai serangan itu, pihak
juga pimpinan Serangan Umum 1 Maret Letkol Belanda mengumumkan.
Soeharto mengundurkan diri ke arah barat
Sampai di Klaci (sebelah timur Godean) bertemu “Hari Selasa pagi tanggal 1
dengan Batalyon 151 Harjo Soedirdjo dan sore Maret lebih kurang pukul
harinya baru menuju ke Sangonan.
Serangan umum 1 Maret 1949 04.00 pos-pos Belanda
merupakan serangan serentak yang dilakukan yang berada di perbatasan
TNI dalam wilayah pertahanan WK III yang kota Yogya telah ditembaki.
memperlihatkan dunia internasional bahwa
TNI dan negara Indonesia masih ada. Dalam
Tepat pukul 06.00 pelbagai
Serangan Umum ini, pihak TNI kehilangan 353 tempat di dalam kota telah
tentara yang meninggal dunia, sedangkan pihak terjadi penembakan secara
Belanda kehilangan 150 tentara yang meninggal gencar. Dua serangan telah
dunia. Berita mengenai Serangan umum ini
disebarkan melalui pemancar radio jarak jauh dilakukan oleh gerombolan-
milik AURI di Playen Wonosari Gunungkidul.
110) ”SO 1 Maret diprakarsai Sri Sultan HB IX: Kesaksian
Kapten Boediardjo mengirim berita lewat morse, Boedihardjo dan sabar Wiyonomukti”, BERNAS, edisi
dengan menggunakan teks berita yang diterima 2 Maret 1999.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 67
a. Kejelasan tujuan;
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret memiliki tujuan menulis kembali
fakta-fakta sejarah yang selama ini belum menunjukkan kondisi yang
sebenarnya khususnya terkait keterlibatan tokoh-tokoh penting
Soekarno, Mohammad Hatta, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX serta tokoh-tokoh penting lainnya.
Peringatan Peristiwa Serangan Umum 1 Maret juga dapat
mengingatkan kembali masyarakat Indonesia, untuk selalu menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pihak-pihak yang
ingin memecah belah persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
d. Dapat dilaksanakan;
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret yang selanjutnya diperingati sebagai
Hari Besar Nasional dapat dilaksanakan/ diperingati secara nasional
untuk menjadi momentum peringatan bersejarah.
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 71
g. Keterbukaan.
Materi muatan/ subtansi dalam Keputusan Presiden tentang Hari
Kedaulatan Negara berisikan keterbukan informasi bagi publik/
masyarakat dalam memahami peristiwa sejarah Serangan Umum 1
Maret.
Gusti Asnan, M.A. (UNAND); Dr. Suryadi Mapangara, M.Hum (UNHAS); Dr.
Abdul Syukur, M.A. (UNJ); Dr. Hilmar Farid (Ketua Masyarakat Sejarawan
Indonesia Pusat); Prof. Dr. Mahfud MD (Menkopolhukam); Prof. Dr. Dadan
Wildan (Staf Ahli Sekneg) merekomendasikan agar agar Peristiwa Serangan
Umum 1 Maret 1949 dijadikan sebagai Hari Nasional.
Dan sebagai hasil dari sosialisasi pengusulan ini telah didapatkan
banyak dukungan dari berbagai komponen masyarakat dan Lembaga
negara antara lain:
1. Rekapitulasi Perolehan Dukungan Tertulis dan Rekaman Video
adalah Total dukungan tertulis dan rekaman video: 244 dukungan.
a) Dukungan dari Kementerian dan lembaga berjumlah 9
dukungan, dengan Kementerian Dalam Negeri yang bertindak
selaku Kementerian Pemrakarsa:
1. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
Keamanan;
2. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Kementerian Pertahanan;
4. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi;
5. Kementerian Sekretariat Negara;
6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
7. Kementerian Sosial;
8. Badan Informasi Geospasial;
9. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
b) Dukungan dari instansi pemerintah di Daerah Istimewa
Yogyakarta berjumlah 107 dukungan.
c) Dukungan dari instansi pemerintah di luar Daerah Istimewa
Yogyakarta berjumlah 32 dukungan.
d) Dukungan dari organisasi nonpemerintah di Daerah Istimewa
Yogyakarta berjumlah 48 dukungan
e) Dukungan dari organisasi nonpemerintah di luar Daerah
Istimewa Yogyakarta berjumlah 40 dukungan.
f) Dukungan dari pihak swasta berjumlah 12 dukungan.
10. Dukungan Twibbon Masyarakat umum dapat mengakses twibbon
ini melalui tautan twb.nz/1maretharibesar per 12 November 2021
mencapai 10.530 pengguna.
11. Dukungan Piagam Otomatis Masyarakat umum dapat mengakses
Kajian Teoretis dan Praktik Empiris 75
Berbagai peristiwa sejarah yang terjadi 5. 1 Juli 1946 sebagai Hari Jadi Kepolisian
selama periode setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dengan Keputusan
17 Agustus 1945 hingga pengakuan kedaulatan Presiden Nomor 52 Tahun 1969
Republik Indonesia pada tahun 1949, memiliki 6. 19 Desember 1948 Pembentukan
makna sejarah yang penting dan telah diperingati PDRI sebagai Hari Bela Negara dengan
sebagai Hari Nasional, antara lain: Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun
1. 17 Agustus 1945 sebagai Hari Proklamasi 2006
Kemerdekaan
2. 18 Agustus 1945 sebagai Hari Konstitusi Sementara itu, peristiwa Serangan
dengan Keputusan Presiden Nomor 18 Umum 1 Maret 1949 memiliki makna yang
Tahun 2018 sangat penting bagi penegakan kedaulatan
3. 5 Oktober 1945 sebagai Hari Jadi TNI negara belum ditetapkan sebagai Hari Nasional.
dengan Keputusan Presiden Nomor 163 Peristiwa ini, sebenarnya adalah rangkaian
Tahun 1999 yang tidak terpisahkan dari peristiwa-peristiwa
4. 10 November 1945 sebagai Hari sejarah sejak proklamasi hingga pengakuan
Pahlawan dengan Keputusan Presiden kedaulatan. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat
Nomor 316 Tahun 1959 dilihat pada timeline di bawah ini.
Pembentukan TKR
1945
10 November Pertempuran Surabaya (Hari Pahlawan)
Pembentukan PDRI
LANDASAN FILOSOFIS,
SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal
17 Agustus 1945 adalah negara yang merdeka dan berdaulat sehingga dapat
mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
B. Landasan Sosiologis
Serangan Umum 1 Maret (selanjutnya disebut SO1) di Yogyakarta pada
penghujung revolusi fisik tidak hanya menghadirkan dampak signifikan
bagi Daerah Istimewa Yogyakarta melainkan bagi Republik Indonesia dalam
upaya dekolonisasi dan membuktikan eksistensinya di dunia. Seperti halnya
perang dan pertempuran lain, SO1 tidak dilakukan dengan tujuan semata-
mata menciptakan aksi kekerasan massal dan menghabisi nyawa prajurit
94 Serangan Umum 1 Maret 1949
1) Lihat Pramoedya Ananta Toer, et. al., Kronik Revolusi Indonesia Jilid V. (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), hlm. 47-48.
2) Lihat Carl Von Clausewitz, On War. (Princeton: Princeton University Press, 1967), hlm. 75.
3) Juti, Arti Proklamasi dan K.M.B., (Jakarta: Penerbit Logika, 1949), Hlm. 23.
Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis 95
4) F. X. Murti Hadi Wijayanto, Soegija In Frames, (Yogyakarta: Puskat Pictures, 2012), hlm.
138; Ayu Utami, Soegija 100% Indonesia, (Yogyakarta: Puskat Pictures, 2012), hlm. 180.
5) Suranta Abd. Rahman, “Diplomasi RI di Mesir dan Negara-Negara Arab pada Tahun 1947”,
Wacana. Vol. 9, No. 2, Oktober 2007, hlm. 154.
6) Andrik Purwasito & Kundharo Saddhono, Imajeri India: Studi Tanda dalam Wacana,
(Jakarta: Pustaka Cakra, 2002), hlm. 245; Departemen Penerangan, Lukisan Revolusi,
1945-1950: Dari Negara Kesatuan ke Negara Kesatuan, (Jakarta: Departemen
Penerangan, 1954), hlm. 412.
7) J. B. Soedarmanta, Politik Bermartabat: Biografi I.J. Kasimo, (Jakarta: Kompas, 2011), hlm.
320.
96 Serangan Umum 1 Maret 1949
15) Sekolah Staf dan Komando TNI AD, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta: Latar
Belakang dan Pengaruhnya, (Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, 1991), hlm. 270-
271.
16) Ibid., hlm. 271.
17) Sekolah Staf dan Komando TNI AD, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta: Latar
Belakang dan Pengaruhnya, ibid., hlm. 275.
100 Serangan Umum 1 Maret 1949
kepada militer Kerajaan Belanda. Prasyarat kepada RI dilakukan tanpa syarat masih harus
ini akhirnya dijalankan oleh pemimpin militer menghormati kerangka yang telah disiapkan
seperti Nasution dengan berat hati dan diiringi oleh Belanda kala itu; negara-negara federal
oleh upaya membesarkan hati para komandan di yang tergabung dalam BFO. Hal ini dibuktikan
kantong-kantong gerilya dengan memerintahkan dengan pernyataan Van Royen bahwa Belanda
mereka untuk tetap berjaga Bersama pasukan setuju menjadikan Republik Indonesia sebagai
mereka di tempat masing-masing. satu bagian dari Republik Indonesia Serikat.20
Dalam pidatonya, Muhammad Roem Setelah ditandatangani pada 7 Mei 1949,
menekankan bahwa perintah penghentian perjanjian ini dikenal dengan persetujuan Roem
perang gerilya akan dikeluarkan oleh para Royen atau Roem Van Royen Statement.21
pemimpin Republik Indonesia. Keputusan untuk Persetujuan Roem-Royen sebagai
mengakomodasi keinginan Belanda tersebut pertemuan diplomatik pertama pasca agresi
diseimbangkan oleh tuntutan enam tuntutan militer telah membawa Republik Indonesia
yaitu; dikembalikannya pemerintah Republik setengah jalan menuju pengakuan kedaulatan
Indonesia ke Yogyakarta, angkatan perang yang kelak akan ditentukan pada akhir tahun
kerajaan Belanda tidak boleh melakukan operasi 1949. Sikap delegasi Belanda yang sangat
militer dan harus membebaskan tahanan politik, akomodatif dan cenderung banyak menoleransi
Belanda menyerahkan kedaulatan RI tanpa sikap delegasi RI menimbulkan krisis luar biasa
syarat, Belanda menghargai Indonesia sebagai di dalam tubuh perwakilan-perwakilan Belanda.
kekuasaan yang berdaulat dengan memberikan Seperti telah disebutkan di atas, Dr. Beel
hak dan kewajibannya dalam menegakkan mengundurkan diri pada 8 Mei 1949. Jenderal
perdamaian di kemudian hari, Belanda hadir Simon H. Spoor sebagai arsitek dari serangan-
dalam Konferensi Meja Bundar sebagai itikad serangan militer Belanda ke kantong-kantong
baik dalam proses peralihan kekuasaan.19 Republik untuk menekuk perjuangan Republik
Van Royen di sisi lain menjawab meninggal dunia secara mendadak. Berita resmi
pidato Muhammad Roem melalui empat butir yang beredar menyebutkan bahwa Jenderal
pernyataan; Pemerintah Belanda menyetujui Spoor meninggal karena sakit; namun tak sedikit
kembalinya para pemimpin Republik Indonesia perwira tinggi Belanda dan KNIL yang percaya
ke Yogyakarta, Tentara Kerajaan Belanda bahwa Simon meninggal akibat bunuh diri atau
tidak akan melakukan operasi militer dan diracun.22
akan membebaskan tahanan politik, dan
setelah seluruh pemimpin Republik berada 20) Batara R. Hutagalung, Serangan Umum 1 Maret
1949: Dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan
di Yogyakarta, Konferensi Meja Bundar akan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia,
segera diadakan di Den Haag. Namun, tuntutan (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2010), hlm. 482-483.
Muhammad Roem agar penyerahan kedaulatan 21) Purnawan Tjondronegoro, Merdeka Tanahku Merdeka
Negeriku, (Jakarta: CV Nugraha, 1981), hlm. 544.
19) Iin Nur Isnawati, Muhammad Roem: Karir Politik dan 22) T. B. Simatupang, Pelopor dalam Perang, Pelopor Dalam
Perjuangannya, ibid., hlm. 80. Damai, (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), hlm. 165-166,
102 Serangan Umum 1 Maret 1949
Moral TNI yang sedang sangat tinggi diputuskan hal-hal teknis dan simbolis seperti
justru membuat pelaksanaan butir-butir hasil nama negara yang kala itu adalah Republik
persetujuan Roem-Royen menjadi kompleks. Indonesia Serikat (R.I.S) yang didirikan
Jenderal Soedirman yang kala itu menjabat berdasarkan demokrasi dan perserikatan.
sebagai Panglima Angkatan Bersenjata sangat Selanjutnya, komisi tehnik akan dibentuk untuk
tersinggung dengan anggapan Mohammad membahas perihal operasionalisasi sistem dan
Roem bahwa TNI tidak lain adalah semata-mata kedaulatan tersebut dengan lebih terperinci.
“pengikut-pengikut Republik Indonesia yang Butir yang lain adalah penentuan bahwa
bersenjata”. Suatu istilah yang menempatkan kepala R.I.S. adalah seorang Presiden yang
TNI sebagai angkatan perang yang liar dan tidak dibantu oleh menteri-menteri. Disebabkan oleh
berkomando. Muhammad Roem kelak merevisi R.I.S yang merupakan sebuah negara federal,
redaksional pernyataannya dan meminta pemimpin-pemimpin BFO-lah yang akan memilih
bantuan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono presiden R.I.S. dengan teknis yang juga akan
IX untuk membujuk Jenderal Soedirman agar dibicarakan di kemudian hari. Perihal yang
dapat bekerjasama dengan pemimpin republik berkenaan dengan isu legislatif, konferensi ini
yang lain dalam menaati persetujuan Roem- menghasilkan kesepakatan bahwa R.I.S akan
Royen. Soedirman sangat sulit dibujuk bukan memiliki Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.
hanya disebabkan oleh rasa ketersinggungannya Selain tiga butir persetujuan di atas, Konferensi
melainkan oleh krisis kepercayaan beberapa Inter-Indonesia juga membicarakan mengenai
perwiranya terhadap proses diplomasi yang isu kewarganegaraan dan proses naturalisasi,
berjalan. Pada awal Juli 1949, Soedirman baru Bendera, dan wakil-wakil tiap delegasi yang
memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta atas berhak atas satu suara dalam segala bentuk
bujukan Kolonel Gatot Subroto.23 pemilihan dan proses persidangan di hari
Semangat pihak Republik Indonesia untuk depan.24
memperjuangkan kedaulatannya yang telah Puncak keberhasilan diplomatik Republik
dihidupkan kembali oleh SO1 berlanjut ke sidang Indonesia yang didorong oleh SO1 adalah
internal yang diadakan antara Pemerintahan terselenggaranya Konferensi Meja Bundar di
Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan Den Haag pada 23 Agustus sampai 2 November
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta serta 1949.25 Hanya berselang lima bulan setelah SO1,
sejumlah Menteri. Pada pertemuan yang dikenal Republik Indonesia telah kembali menjadi entitas
dengan nama Konferensi Inter-Indonesia ini, politik yang berdaulat dan siap menghadapi
mantan penjajahnya di meja persidangan. Selain
Purnawan Tjondronegoro. Merdeka Tanahku Merdeka
Negeriku, ibid., hlm. 544. & J. A. De Moor, Jenderal
Spoor; Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara 24) Batara R. Hutagalung, ibid., hlm. 503-504.
Belanda Terakhir di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 25) Rosihan Anwar, Napak Tilas Ke Belanda: 60 Tahun
2015), hlm.1-3. Perjalanan Wartawan KMB 1949, (Jakarta: Kompas,
23) Batara R. Hutagalung, ibid., hlm. 499. 2010), hlm. 4.
Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis 103
Foto 3.4. Persetujuan Roem-Royen yang Belanda, BFO yang dipimpin oleh Anak Agung
diadakan pada 14 April 1949 adalah pertemuan Gde Agung juga hadir dalam KMB.
diplomatik pertama pasca-SO1. SO1 berperan Konferensi Meja Bundar secara umum
dalam membuktikan bahwa Republik Indonesia membahas; ketatanegaraan dan hukum negara,
adalah negara berdaulat yang masih mampu keuangan dan perekonomian, kemiliteran,
berunding. kebudayaan dan sosial. Lima isu pertama
mendapat sorotan paling serius dan berbuah
persidangan yang berjalan dengan beberapa
hambatan. Pada persoalan ketatanegaraan dan
hukum negara, sebagai contoh, terganjal pada
pembahasan mengenai Irian Barat. Utusan
BFO dan RI menuntut agar Irian Barat secara
otomatis dimasukkan ke dalam wilayah Republik
Indonesia. Sementara Belanda, jelas menolak
putusan tesebut. Kondisi ini bertahan hingga
akhir konferensi tanpa membuahkan hasil. Oleh
104 Serangan Umum 1 Maret 1949
sebab itu, keadaan Irian Barat dikembalikan menghasilkan keputusan besar yaitu persiapan
kepada status quo (di bawah administrasi pengakuan kedaulatan Republik Indonesia
Belanda) yang bermakna kemenangan di pihak Serikat yang sesuai perjanjian harus dilakukan
Belanda.26 sebelum 30 Desember 1949. Keputusan Belanda
Dalam bidang keuangan, Belanda untuk mempersiapkan pengakuan kedaulatan
juga mendapatkan kemenangan di dalam memang mengundang sentimen positif dan
persidangan disebabkan oleh dikabulkannya negatif. Sentimen negatif yang hadir disebabkan
permintaan mereka untuk mengganti hutang oleh terlalu besarnya toleransi delegasi Republik
perang pemerintah Hindia-Belanda sejak tahun Indonesia terhadap tuntutan Belanda dalam hal
1932 yang di dalamnya termasuk periode 1949- ketatanegaraan, keuangan, dan militer.
1949. Pada periode itu, Belanda yang turut Bagaimanapun, Konferensi Meja Bundar
terangkat oleh angin kemenangan AS di Perang telah mempertegas pesan yang sejak SO1
Dunia ke-II memutuskan untuk kembali ke ex- telah berusaha disampaikan oleh Republik
jajahannya. Dalam bidang kemiliteran, Belanda Indonesia kepada dunia; eksistensi. Dampak
juga mendapat keuntungan dari Konferensi yang ditimbulkan oleh SO1 dalam ranah strategis
Meja Bundar sebab dapat mendorong agenda dan taktis hanya menimbulkan gaung sementara
perekrutan perwira ex-KNIL ke dalam Angkatan yang tak akan berarti jika tidak ditanggapi oleh
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). tindakan diplomatis yang cekatan dan tepat
Keputusan ini tidak hanya menambah beban sasaran sebagaimana yang telah ditempuh oleh
pembiayaan dan perluasan organisasi melainkan pemimpin Republik Indonesia sejak persetujuan
juga memiliki risiko intelijen-keamanan. Roem Royen hingga Konferensi Meja Bundar.
Konferensi Inter-Indonesia yang Lebih dari penekanan atas eksistensi,
dilaksanakan di antara persetujuan Roem-Royen Konferensi Meja Bundar telah menerjemahkan
dan Konferensi Meja Bundar juga dilanjutkan “kawat diplomatik para gerilyawan” menjadi
di Scheveningen, Belanda untuk merumuskan langkah nyata dalam peneguhan kedaulatan.
konstitusi Republik Indonesia Serikat. Sebagai Pada pasal 1 ayat 1 hasil Konferensi Meja Bundar
hasil, utusan-utusan negara anggota BFO yang disebutkan bahwa:
di dalamnya termasuk Republik Indonesia
menandatangani Piagam Persaturan Republik “Kerajaan Belanda
Indonesia Serikat pada tanggal 29 Oktober
1949.27
menyerahkan kedaulatan
Sementara Konferensi Meja Bundar atas Indonesia yang
yang berakhir pada bulan November 1949 sepenuhnya kepada
26) Baskara T. Wardaya, Indonesia Melawan Amerika
Republik Indonesia Serikat
Konflik Perang Dingin, 1953-1963, ibid., hlm. 89. dengan tidak bersyarat
27) Pramoedya Ananta Toer, et. al., ibid., hlm. 288-289.
Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis 105
lagi dengan tidak dapat Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem
Drees, Menteri Seberang Lautan yang baru Mr.
dicabut, dan karena A.M.J.A. Sassen dan Muhammad Hatta selaku
itu mengakui Republik ketua delegasi RIS. Di dalam pertemuan itu
ditandatangani piagam penyerahan kedaulatan
Indonesia Serikat sebagai dari Kerajaan Belanda kepada RIS.31 Sementara
negara yang merdeka dan di Jakarta, A.H.J. Lovink menandatangani naskah
berdaulat”28 penyerahan kedaulatan Bersama dengan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX didampingi oleh
Kelanjutan dari Konferensi Meja Bundar Kolonel T.B. Simatupang dan Letnan Kolonel
adalah pembentukan Uni Indonesia-Belanda Daan Jahja.32
yang ditujukan untuk mengawal proses transisi Penandatanganan nota penyerahan
kekuasaan meskipun dengan batu ganjalan kedaulatan tersebut menandai akhir dari
besar berupa persoalan Irian Barat. Ganjalan perjuangan mempertahankan kemerdekaan
berupa isu Irian Barat ini tidak terselesaikan yang telah secara mandiri diproklamasikan oleh
hingga akhirnya Republik Indonesia kembali Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. 27
menggunakan kekuatan militer dalam merebut Desember 1949 adalah puncak gunung es dari
wilayah tersebut pada awal tahun 1960an.29 perjuangan yang telah dilakukan sejak tahun
Bagaimanapun, proses penyerahan 1945 meskipun masih menyisakan persoalan
kedaulatan tetap dilaksanakan sesuai amanat berupa status Irian Barat. Berbagai perlawanan
(sebelum 30 Desember 1949) dan terlaksana militer dan diplomasi telah berkontribusi bagi
pada tanggal 27 Desember 1949. Proses terlaksananya pengambilalihan kedaulatan
penyerahan kedaulatan diawali dengan upacara secara penuh dari tangan Belanda.
simbolik penurunan bendera triwarna (bendera Serangan Umum 1 adalah merupakan
Belanda) dan dikibarkannya Sang Saka Merah sebuah batu pijakan yang berperan melesatkan
Putih sebagai tanda berakhirnya kekuasaan posisi Republik Indonesia dari negara yang telah
Belanda di Indonesia. Peristiwa ini juga baru dianggap musnah menjadi negara utuh yang
pertama kali terjadi setelah ratusan tahun berdaulat dan sanggup memperjuangkan dirinya
bendera Belanda berkibar di penjuru Jawa dan di meja perundingan internasional. Lebih dari
Sumatera.30 pertempuran di tingkat lokal, Serangan Umum
Di Belanda, terjadi pertemuan antara 1 Maret menunjukkan kecemerlangan strategis
dan taktis pihak Republik. Kecemerlangan
28) Batara R. Hutagalung, Serangan Umum 1 Maret ini dibuktikan oleh gaung serangan tersebut
1949 dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, ibid., hlm. pada tingkat divisi yang berhasil mendorong
521.
29) Ibid. 31) Batara R. Hutagalung, op.cit., hlm. 522.
30) Pramoedya Ananta Toer, et.al., ibid., hlm. 588. 32) Pramoedya Ananta Toer, ibid., hlm. 589.
106 Serangan Umum 1 Maret 1949
kelanjutan penentuan nasib negara pada lapisan Republik Indonesia sebagai unit politik yang
tertinggi. masih teguh berdiri dan berdaulat. Kalkulasi
ekonomisnya nampak pada pembatasan durasi
Pelajaran Strategi dari Si Lemah: serangan yang hanya berlangsung selama enam
Dampak Serangan Umum 1 Maret jam dengan disusul penarikan pasukan untuk
kepentingan taktis (tactical retreat) setelah
pada Aspek Strategi Militer Belanda mengerahkan pasukan lapis baja dari
Penggunaan strategi perang gerilya secara Magelang dan Gombong.35
tersurat menunjukkan bahwa terjadi Aplikasi strategi yang berdurasi
ketidakseimbangan pada aspek teknis pendek namun memiliki hasil maksimal
(persenjataan, jumlah personil, dan teknologi) bertolakbelakang dengan strategi anti-gerilya
di antara kedua belah pihak. Pihak Republik Belanda yang seringkali berujung pada
secara jelas mengakui ketidakseimbangan ini penggunaan kekerasan yang eksesif dan tak
dan kecilnya kemungkinan mengalahkan lawan terarah seperti yang terjadi di Rawagede dan
jika menempuh jalan perang konvensional.33 peristiwa pembantaian yang dipimpin oleh
Berbeda dengan perang simetris/konvensional, Kapten Raymond Westerling yang memakan
perang gerilya menggunakan prinsip “ekonomis” 40.000 jiwa dalam satu operasi di Sulawesi
dimana penggunaan energi (dalam hal ini Selatan.36 Kapten Westerling yang kemudian
adalah sumberdaya) sekecil mungkin harus dipecat oleh Jenderal Spoor pasca-pembantaian
menimbulkan efek maksimal dengan capaian tersebut membuktikan bahwa pemimpin tentara
ideal berupa strategic paralysis (kelumpuhan Belanda tidak merasakan adanya manfaat
strategis). 34 Efek maksimal juga dapat politik dari 40.000 jiwa yang hilang tersebut.
didefinisikan sebagai akumulasi dari efek-efek Sebaliknya, Jenderal Spoor justru merasakan
jangka menengah (medium effects). adanya kerugian bagi pihaknya sendiri.37
Serangan Umum 1 Maret yang Di dalam strategi perang gerilya yang
menekankan aspek kejutan strategis (strategic meleburkan sekat antara kombatan dan
surprise) adalah satu contoh aplikasi kalkulasi non-kombatan, penganut strategi perang
ekonomis dari perang asimetris seperti konvensional seperti Belanda pada konteks
dituliskan di atas. Sebagaimana pertempuran Revolusi Indonesia dapat dengan mudah
pada umumnya, SO1 memiliki pencapaian
politik yang jelas (dan kelak terbukti berhasil 35) Purnawan Tjondronegoro, Merdeka Tanahku Merdeka
tersampaikan) yaitu menegaskan eksistensi Negeriku, ibid., hlm. 494.
36) Her Suganda, Rengasdengklok: Revolusi dan Peristiwa
16 Agustus 1945, (Jakarta: Kompas, 2009), hlm.
33) A. H. Nasution, Pokok-Pokok Gerilya dan Pertahanan
128; Maulwi Saelan, Kesaksian Wakil Komandan
Republik Indonesia di Masa Lalu dan Masa yang Akan
Tjakrabirawa dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66,
Datang, (Jakarta: Buku Seru, 2013), hlm. 10.
(Jakarta: Visi Media Pustaka, 2008), hlm. 77.
34) Che Guevara, Guerilla Warfare, (Lincoln: University of
37) Julius Pour, Doorstot Naar Djokja: Pertikaian
Nebraska Press, 1998), hlm. 18-19.
Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis 107
Foto 3.5. Konferensi Meja Bundar diadakan di mencapai titik frustrasi untuk menemukan
Den Haag pada tanggal 23 Agustus hingga 2 dan menghancurkan gerilyawan tanpa melukai
November 1949. Konferensi ini adalah pertemuan warga sipil.38
puncak antara Republik Indonesia, Belanda, dan Meski memiliki pengalaman ratusan
BFO dalam membahas kedaulatan RI. tahun dalam memadamkan resistensi-resistensi
lokal, Belanda tak mampu menduplikasi
pengalaman tersebut dalam menghadapi perang
kemerdekaan yang dijalankan oleh Republik.
Ketidakmampuan negara ex-kolonial dalam
menghadapi perjuangan kemerdekaan oleh
serangan umum 1 Maret. Salah satu bentuk ditampakkan oleh pihak Republik.
paling terkenal dari upaya penjagaan rahasia Sebagaimana negara besar pada
tersebut dilakukan dengan penggunaan umumnya, Belanda mengalami sindrom
janur kuning di bahu kiri tentara Republik. superioritas yang mendorong sikap
Meskipun identik dengan SO1, janur kuning merendahkan (underestimation) terhadap
telah dikenakan sebelumnya pada tahun 1948 ke ku a t a n d a n s t ra te g i l awa n . 4 4 S i ka p
oleh sub-wehrkreise III.41 Selain janur kuning, merendahkan ini yang secara umum mampu
pihak Republik juga menggunakan sandi menghalangi kewaspadaan terhadap rencana-
mengacungkan kepal tangan kiri ke udara sambil rencana lawan untuk melancarkan serangan
memekikkan kata “Mataram” yang harus dijawab kejutan seperti yang terjadi pada konteks SO1.
dengan kata “Menang!”. Jika pihak Republik Bahkan dengan kesalahan yang dilakukan oleh
tidak mengenakan janur kuning atau tidak hafal Komarudin, pihak Belanda tetap tak berhasil
sandi yang telah ditentukan, pihak WK III tidak mendapatkan gambaran besar dari rencana yang
bertanggungjawab jika terjadi kontak tembak sedang disiapkan Republik.
antar pejuang (friendly-fire).42 Selain isu kerahasiaan informasi terkait
Dengan upaya menjaga rahasia yang operasi, pihak Republik juga berhasil dengan
cukup rapih, celah bagi kebocoran informasi cekatan memperbesar gema SO1 ke penjuru
masih tak terelakkan seperti ditunjukkan oleh dunia melalui fasilitas radio yang secara
Letnan Komarudin. Letnan Komarudin yang kualitas dan kuantitas cenderung terbatas.
lupa bahwa tahun 1949 adalah tahun kabisat Radio-radio sebagai sarana komunikasi yang
melancarkan serangan lebih cepat daripada dimiliki oleh Republik kala itu adalah milik
perintah yang diberikan. 43 Kelalaian Letnan AURI dan RRI. Dalam kategori radio penerima
Komarudin dapat menunjukkan sisi lain dari (radio receiver) terdapat radio milik Sri Sultan
isu kerahasiaan operasi. Jika sisi pertama Hamengku Buwono IX dan radio komando WK
dari kerahasiaan operasi adalah kemampuan III. Pesawat pemancar RRI terletak di Gunung
pihak A (dalam hal ini adalah Republik) Lawu Surakarta sementara radio milik jawatan
menjaga informasinya, maka sisi kedua adalah perhubungan AURI terletak di Wonosari. Unit
ketidakmampuan pihak B (dalam konteks ini radio milik AURI yang semula berlokasi di
adalah Belanda) dalam menggali atau memahami Terban adalah pemancar jarak jauh yang dapat
secara menyeluruh petunjuk-petunjuk mengirim berita ke Pemerintahan Darurat
yang secara sengaja maupun tidak sengaja Republik Indonesia di Sumatera untuk kemudian
diteruskan ke dunia internasional dalam
41) Center for Information Analysis. Kontroversi Serangan konteks ini adalah India dan Birma (sekarang
Umum 1 Maret 1949: Polemik tentang Pemrakarsa dan
Pelaksana Serangan, ibid., hlm. 48.
42) Ibid., hlm. 48. 44) Sekolah Staf dan Komando TNI-AD. Serangan Umum
43) Pramoedya Ananta Toer, et.al., Kronik Revolusi 1 Maret 1949 di Yogyakarta: Latar Belakang dan
Indonesia, ibid., hlm. 49. Pengaruhnya, hlm. 280.
110 Serangan Umum 1 Maret 1949
Myanmar).45
Penyiaran berita mengani SO1 bukanlah
semata-mata respon unit perhubungan/
komunikasi atas serangan umum melainkan
sesuatu yang telah disiapkan oleh pihak Republik
sebagai sebuah metoda peperangan informasi.
Kolonel T.B. Simatupang sendiri yang membawa
naskah berita berbahasa Inggris ke Playen untuk
menyiarkan berita berkenaan dengan serangan
umum. Sebagaimana yang telah ditulis pada
bagian sebelumnya, berita yang ditransmiskan
oleh radio-radio di Playen diterima oleh radio
di Sumatera (terutama Sumatera Barat dan
Aceh) kemudian diteruskan kepada radio-
radio di India.46 Segera setelah mencapai India,
berita tersebut disebarkan ke belahan dunia
lain termasuk New York, Amerika Serikat.
Penerimaan berita tersebut oleh perwakilan
Republik Indonesia di PBB ditanggapi dengan
diadakannya rapat terkait nasib Republik
Indonesia setelah SO1.47 Foto 3.7. Poster film Janur Kuning: film ilustrasi
Menghadapi keunggulan pihak Republik sejarah yang menceritakan tentang serangan
dalam perang informasi, Belanda melancarkan umum 1 maret 1949 dan digunakannya Janur
dua bentuk serangan balasan. Serangan balasan Kuning sebagai sandi antara pasukan republik
pertama dilakukan dalam bentuk pesan kontra
(counter message) oleh Menteri Daerah Seberang
Lautan Belanda, Mr. J.H. Van Maarseveen dan
Wakil Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia
Dr. L.J.M. Beel yang ditujukan kepada Van
Royen sebagai perwakilan Belanda di PBB.
Secara umum, pesan kontra tersebut ditujukan
untuk menandingi pesan dari Republik yang
dirumuskan oleh L.N. Palar bersumber dari
48) Ibid.
49) Countervalue adalah bentuk serangan udara yang
bertujuan untuk merebut, melumpuhkan, atau
menghacurkan aset non-militer / non-senjata milik
lawan yang memiliki value (peran) dalam mendukung
atau bahkan memenangkan peperangan. Aset ini
dapat berupa alat komunikasi yang digunakan untuk
merebut simpati seperti radio dan mesin propaganda
lainnya. Lihat George Herman Quester. Counterforce,
Countervalue: The Early History of a Distinction in Air
Strategy, 1900-1945. Tahun penerbitan 1965, Hlm.
13. Donald Arthur Wells. An Encyclopedia of War and
Ethics. (Greenwood Press, 1996), hlm. 109-111.
112 Serangan Umum 1 Maret 1949
52) Kustiniyati Mochtar. “Pak Sultan dari Masa ke Masa” dalam Atmakusumah (ed.), Tahta
Untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX. (Jakarta: Gramedia,
1982), hlm. 79-80.
114 Serangan Umum 1 Maret 1949
C. Landasan Yuridis
Upaya untuk menanamkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai
sejarah perjuangan bangsa guna memperkuat kepribadian dan harga diri
bangsa, memperkuat sikap pantang menyerah, patriotisme, rela berkorban,
wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme, serta memperkokoh persatuan
dan kesatuan nasional dapat terakomodir. Selain itu keberadaan dasar
yuridis dapat memperkuat dan mengingatkan kembali peran Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Soekarno dan
Mohammad Hatta segenap komponen bangsa Indonesia lainnya, dalam
menegakkan kembali eksistensi dan kedaulatan Negara Indonesia di dunia
internasional.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, agar Keputusan Presiden
tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maka perlu dilakukan harmonisasi. Dalam
penyusunan Keputusan Presiden tentang Hari Penegakan Kedaulatan
Negara ada beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait yang
perlu di harmonisasi yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan
5. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter
6. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional
Revolusi Mental.
PENUTUP
Saran
1. Hari Penegakan Kedaulatan Negara (HPKN) dirumuskan tanpa
penokohan terhadap figur tertentu yang dianggap memainkan peran
sentral dimaksudkan untuk memberikan kejernihan berfikir bahwa
upaya menegakkan kedaulatan negara bukanlah upaya individual
tetapi sebuah upaya yang dilaksanakan secara kolektif seluruh
komponen bangsan.
2. Diperlukan pemakluman yang dalam berdasarkan landasan historis
yang kuat bahwa aspirasi-aspirasi yang di luar kesepakatan nasional
tidak bisa diterima.
3. Makna dan harapan dari peringatan hari besar nasional ini adalah
bahwa tata nilai yang terkandung dalam instrumen-instrumen
kesepakatan nasional itu (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal
Ika, Merah Putih dan NKRI) itu mampu menjadi referensi pokok dari
pola pikir kebangsaan yang selanjutnya tercermin dalam perilaku
berbangsa dan bernegara.
4. Hari besar nasional yang dilandaskan pada makna penegakan
kedaulatan negara ini hendaknya dapat menjadi dasar membangun
karakter dan mengembangkan identitas kebangsaan.
5. Kegiatan Pokok Peringatan Hari Penegakan kedaulatan Negara
a) Melaksanakan upacara bendera setiap 1 Maret, untuk
menghormati jasa para pahlawan dan mengingatkan kembali
nilai kesatuan dan nasionalisme untuk menegakkan kedaulatan
negara.
b) Dapat pula membunyikan sirene atau semacamnya pada pukul
6 pagi selama 1 menit setiap 1 Maret sebagai tanda mengenang
dimulainya Serangan Umum 1 maret 1949.
c) Melakukan aktivitas nyata dalam pemeliharaan tempat
bersejarah seperti tugu, monumen, tetenger dan situs.
d) Melakukan identifikasi, analisis, dan dokumentasi peristiwa
sejarah di tingkat lokal, regional dan nasional agar sejarah
lestari dan pendokumentasiannya dapat meningkatkan literasi
masyarakat.
e) Menyelenggarakan berbagai aktivitas terkait peristiwa Serangan
Umum 1 Maret 1949 dan/atau peristiwa sejarah lainnya.
120 Serangan Umum 1 Maret 1949
Korps Cacad Veteran R.I. & Badan Penerbit Alda c.v;. 1975.
Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY. Munumen Radio PHB AURI PC-2 Dalam
Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY.
2014.
Baskara T. Wardaya. Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin,
1953-1963. Jakarta: Galang Press. 2008.
Batara R. Hutagalung. Serangan Umum 1 Maret 1949 Dalam Kaleidoskop
Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Yogyakarta: LKiS. 2010.
Center for information analysis. Kontroversi Serangan Umum 1 Maret:
Polemik tentang Pemrakarsa dan Pelaksana Serangan. Yogyakarta:
Media Pressindo. 2000.
Chaliand, Gérard. “Introduction” in Gérard Chaliand (Ed.). Guerilla
Strategies; An Historical Anthology from the Long March to
Afghanistan. Berkeley: University of California Press. 1982.
Clausewitz, Carl Von. On War. Pricenton: Princeton University Press. 1967.
Clayton, Anthony. The Wars of French Decolonization. New York: Routledge.
1994.
De Moor, J.A.. Jenderal Spoor; Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara
Belanda Terakhir di Indonesia. Kompas: Jakarta. 2015.
Departemen Penerangan. Lukisan Revolusi, 1945-1950: Dari Negara
Kesatuan ke Negara Kesatuan. Jakarta: Departemen Penerangan.
1954.
Dharmono Hardjowidjono, et. al. Replika Sejarah Perjuangan Rakyat
Yogyakarta (Buku Kedua). Yogyakarta: Proyek Pemeliharaan Tempat
Bersejarah Perjuangan Bangsa Di Daerah Istimewa Yogyakarta.
1984-1985.
Dinas Sejarah Militer TNI-AD. Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI Angkatan
Darat. Bandung: Disjarah. 1972.
F.X. Murti Hadi Wijayanto. Soegija In Frames. Yogyakarta: Puskat Pictures.
2012.
G. Dwipayana dan Ramadhan KH. Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya. Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada. 1989.
Guevara, Che. Guerilla Warfare. Lincoln: University of Nebraska Press. 1998.
Haryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo. Wasiat HB IX: Yogyakarta Kota
Republik. Yogyakarta: Galang Press. 2011.
Daftar Pustaka 123
BERNAS, edisi 2 Maret 1999. ”SO 1 Maret diprakarsai Sri Sultan HB IX:
Kesaksian Boedihardjo dan sabar Wiyonomukti”,
BERNAS, edisi 7 Maret 1999. “Ide Sultan, Pak Dirman Acc, Pak Harto
Lapangan”, Wawancara Adaby Darban.
Soerabaijasch Handelsblad. 30 Januari 1942.
Arsip
Djogdja Documenten 1945-1949, ANRI, no. 214
Djogdja Documenten 1945-1949, ANRI, no. 215
Djogdja Documenten 1945-1949, ANRI, no. 217
Djogdja Documenten 1945-1949, ANRI, no. 270
Website
http://angkasa.grid.id/sejarah/mengenang-68-tahun-agresi-militer-
belanda-ii-di-yogyakarta/
http://djokja1945.blogspot.com/2014/11/ perlawanan-terhadap-belanda-
di-tahun.html
http://kakakpintar.com/sejarah-agresi-militer-belanda-1-dan-2-latar-
belakang-peristiwa-tujuan/
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-lucu-letnan-komarudin-salah-
lihat-tanggal serang belanda.html
http://sejarahmula.blogspot.co.id/2017/02/sejarah-agresi-militer-
belanda-i-dan-ii.html
http://www.artikelsiana.com/2015/11/sejarah-agresi-militer-belanda-i.
html
https://tirto.id/mengapa-bung-karno-tak-ikut-gerilya-bersama-soedirman-
b9ZJ
https://www.kompasiana.com/pantjewa/57d2e4f23793736377eef84b/
mengenang-71-tahunrri?page=all
Lampiran
RANCANGAN
KEPUTUSAN PRESIDEN
128 Serangan Umum 1 Maret 1949
Lampiran 129
130 Serangan Umum 1 Maret 1949
Dinas Kebudayaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
2022