You are on page 1of 2

“PERGERAKAN MAHASISWA PASCAREFORMASI”

Perjalanan panjang Gerakan mahasiswa mencapai puncaknya pada Mei 1998 yang
disebut dengan era reformasi atau pembaruan, pada masa itu mahasiswa Indonesia  sangat
berperan penting. Mahasiswa berjuang menghadapi peluru panas dan gas air mata yang di
keluarkan oleh ribuan aparat, tetapi mahasiswa tidak pernah mengenal putus asa dan tidak
akan menyerah walaupun pada saat itu sangat banyak nyawa yang di korban kan demi
kebaikan Indonesia sampai akhirnya mereka  bisa menduduki kantor MPR dan menguasai
Semangi dan akhirnya mahasiswa pun berhasil menurunkan Soeharto yang haus akan
kekuasaan yang sudah 32 tahun menjabat sebagai presiden Republik Indonesia.  
Mahasiswa Indonesia yang berperan sebagai pengusung reformasi, merubah strategi
perjuangan melalui pergerakan dengan keseluruhan latar belakang masalah sosial, ekonomi,
dan lain-lain, dengan tidak lagi terpatok kepada satu tujuan tertentu saja. Pada masa awal
reformasi mahasiswa mengagendakan sejumlah tuntutan yang didasari oleh masalah sosial,
ekonomi seperti ; pemberantasan KKN, pembentukan Otonomi Daerah dan
sebagainya. Memang, secara realita, mahasiswa memiliki suatu kelebihan yaitu, berani
bersuara dan melantangkan masalah sosial dibawah ancaman pemerintah. Gerakan reformasi
mahasiswa memang tidak mempersoalkan siapa yang akan mengganti kebijakan pemerintah
melainkan, lebih kepada proses yang demokratis dengan latar belakang reformasi
tersebut. Namun sepertinya Gerakan mahasiswa saat ini tidak lagi bergema seperti era
reformasi, tetapi  yang tertulis tidaklah hampir sesuai dengan kenyataan yang ada. Gerakan
mahasiswa setelah munculnya era reformasi suaranya sudah hampir tidak terdengar lagi.
Mereka kini hanya berfokus pada daerahnya masing-masing saja dan tidak terpusat
contohnya seperti gerakan ’98. Semakin berkembangnya kemajuan zaman yang sudah
semakin modern seperti sekarang sepertinya mahasiswa sibuk dengan urusannya sendiri. Dan
dilihat dari segi jumlah massanya pun gerakan mahasiswa saat ini telah mengalami
penurunan, seperti halnya dapat kita buktikan pada aksi-aksi yang di lakukan oleh KM
Universitas Sriwijaya massa yang berpartisipasi sangatlah sedikit terkadang lebih bayak
aparat dari pada massanya, mereka semua pada sibuk pada kepentingan pribadi masing-
masing. Mungkin hal ini dapat terjadi karena, trauma mahasiswa angkatan pasca reformasi
setelah menyimak sejarah pergerakan mahasiswa angkatan ’98 di berbagai media informasi.
“Mereka berbuat dan berkorban demi memperbaharui negeri ini dari segala ketidak
adilan  dan penyimpangan, tetapi semua itu harus dibayar dengan jatuhnya korban jiwa
karena gerakan ’98 bergerak sendiri tanpa adanya perlindungan dari angkatan bersenjata”.

1
Akhirnya dampaknya pun dapat terasa, kebanyakan mahasiswa saat ini lebih memilih diam
sama sekali atau berperilaku apatis dari pada harus kehilangan nyawa mereka sia-sia jiakalau
kesimpangan terjadi. Intinya, gerakan mahasiswa pasca reformasi telah mengalami
penurunan dan seolah tak bertaring lagi. Gerakan yang selama ini diarahkan ke konstalasi
politik nasional harus mulai diorientasikan untuk masyarakat.Mahasiswa harus lebih dekat
dengan rakyat. Dan yang juga cukup penting adalah pembangunan kualitas intelektual bagi
mahasiswa adalah sebuah harga mati yang tak bisa di tawar lagi.Yang lebih penting,
perjuangan kedepan adalah bagaimana membangun kekuatan bersama masyarakat (rakyat).
Sudah saatnya mahasiswa dan rakyat bersatu untuk menjadi tumpuan bagi pembangunan
bangsa dan Negara.

You might also like