Professional Documents
Culture Documents
Laporan TA Struktur Asistensi
Laporan TA Struktur Asistensi
1
yang besar kepada pengusaha menengah dan pengusaha besar. Oleh karenanya,
UMKM memiliki potensi yang lebih besar dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat.. Keberhasilan suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh masalah
permodalan. Oleh karena itu peran pemerintah dan swasta dalam memenuhi kebutuhan
modal sangat diperlukan. Peran tersebut pada umumnya diberikan dalam bentuk
pemberian kredit yang dilakukan oleh BANK PERKREDITAN RAKYAT.
Menurut Rudjito (2003) Mengemukakan bahwa pengertian Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) adalah usaha yang punya peranan penting dalam
perekonomian Negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta
maupun dari sisi jumlah usahanya. Berdasarkan definisi Bab I pasal 1 UU No 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) maka dapat
disimpulkan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah suatu
bentuk usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh orang perseorangan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1286-1295).
Demi mewujudkan pengembangan UMKM di kota Semarang yang akan
mampu menunjang perekonomian kota Semarang. Penciptaan/pertumbuhan
kesempatan kerja, atau sumber pendapatan bagi masyarakat/RT miskin dengan
semakin banyaknya UMKM. Demikian, perlu adanya sarana fasilitas permodalan
dan sistem pendukung usaha yang memadai mengingat masih kurangnya fasilitas
pemodalan dan sistem pendukung usaha mikro di kota Semarang. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan dan pembangunan gedung Perkantoran BPR ARTOMORO
SEMARANG dengan memperhatikan segi kenyamanan, kelengkapan fasilitas, dan
pemenuhan standar sebuah kantor, sehingga kantor tersebut menjadi yang
representative di tengah-tengah kota semarang sehingga meningkatkan minat para
pelaku usaha mikro di Kota Semarang.
Dalam laporan ini penyusun menguraikan tentang sedikit struktur bawah dan
struktur atas. Tetapi penyusun tetap mendapat intisari bangunan, seperti konstruksi
struktur beton dan pondasi.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan yang akan diteliti pada
penulisan Tugas Akhir ini adalah:
3
1.4 . LINGKUP PEKERJAAN PERENCANAAN
Penentuan pondasi
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan mengenai Judul Tugas Akhir, Bidang Ilmu,
Latar Belakang, Perumusan dan Batasan Masalah, Maksud, Tujuan dan
Manfaat Perencanaan, Lokasi Perencanaan Proyek, serta Sistematika
Penyusunan.
4
Perancangan Analisa Pembebanan Struktur yang merupakan landasan teori
yang digunakan, sehingga dapat dijadikan dasar teoritis untuk analisis
selanjutnya.
Pada bab ini berisi Simpulan dan Saran yang bisa diberikan dari
hasil Perencanaan Gedung Perkantoran Lima Lantai BPR Artomoro
Semarang.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Merencanakan sebuah bangunan tinggi dibutuhkan analisa yang cermat dan teliti
supaya didapat output berupa dimensi dan spesifikasi tertentu sesuai kebutuhan bangunan
yang direncanakan sebelum konstruksi dilaksanakan. Analisa perencanaan meliputi:
struktur bagian bawah atau pondasi bangunan dan struktur bagian atas yang bentuk
fisiknya terlihat. Dalam melakukan perencanaan ini, dibutuhkan data-data pendukung yang
lengkap sebagai bahan input pada proses analisa perencanaan.
6
Harga merupakan kriteria yang sangat penting dalam pemilihan struktur.
Struktur harus didesain secara ekonomis dan mudah dalam pelaksanaannya serta
memenuhi kekuatan konstruksi.
2.6 Estetika
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2019.
2. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-
2002.
3. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung SNI 03-
1726-2012. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(PPPURG 1987).
4. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987).
7
Pada perencanaan struktur bangunan, kestabilan lateral adalah hal
terpenting karena gaya lateral yang terjadi mempengaruhi desain struktur
baik Vertikan dan Horizontal. Mekanisme dasar untuk menjamin
kesetabilan lateral diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku untuk
memperoleh bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral.
Beban lateral yang dominan berpengaruh terhadap kestabilan struktur
adalah beban gempa dimana efek dinamisnya menjadikan analisisnya
lebik kompleks. Tinjauan ini dilakukan untuk mendesain elemen struktur
agar konstruksi bangunan tersebut kuat menahan gaya gempa.
b. Analisa Struktur terhadap Gempa
(W)
(F1)
8
Daya dukung (Bearing Capacity) adalah kemampuan tanah untuk mendukung
beban gedung dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya tanpa terjadi
keruntuhan geser.
Daya dukung batas (Ultimate Bearing Capacity) adalah daya dukung terbesar dari
tanah, biasanya diberi simbol qult. Besarnya daya dukung yang diijinkan sama dengan
daya dukung dibagi dengan angka keamanan (Wesley L.D. 1997. Mekanika Tanah.
Badan Penerbit PU. Jakarta), rumusnya adalah :
qult
q a=
FK
dimana :
Tegangan kontak yang bekerja di bawah pondasi akibat beban struktur di atasnya
(upper structure) diberi nama tegangan kontak (contact pressure).
Menghitung tegangan kontak memakai persamaan sebagai berikut :
Q Mx . x My . y
σ= ± ± ……………… (1)
A Iy Ix
Dari persamaan (1) apabila yang bekerja adalah beban aksial saja dan tepat pada
titik beratnya maka persamaan (1) menjadi persamaan (2), yaitu:
Q
σ= ……………(2)
A
dimana:
9
Q : beban aksial total (ton)
Mx, My : momen total sejajar perspektif terhadap sumbu x dan sumbu y (tm)
Pengertian tegangan kontak ini akan sangat berguna terutama didalam penentuan
faktor keamanan (S.F / Safety Factor).
Secara umum faktor keamanan didefinisikan sebagai berikut :
10
Pemindahan tiang pancang didasarkan pada pengangkatan :
a. Pemindahan lurus
q ×(L−2 a)² qa ²
M 2= −
8 2
M 1=M 2
2 2
4 a +4 a . L−L =0 → L=10
−b ± √ b2−4 ac
a 12=
2a
−4 L ± √ 16 L −4 .4 .(−L) ²
2
a 1,2=
2. 4
−4 L ± √ 32 L ²
a 1,2=
8
−4 L ± 4 L √ 2
a 1,2=
8
1
a 1,2= ¿
2
11
a 1=0,207 L
a 1=1,207 L
(L2−2 al )
a=
2 .( L−a)
−b ± √ b ²−4 a
a 1,2=
2a
−4 L± √−1 L ²−4 .2 L ²
a 1,2=
2.2
−4 L± √−1 L ²−8 L ²
a 1,2=
4
−4 L± 2 L √ 6
a 1,2=
4
1
a 1,2=L(−1± . √6)
2
12
a 1=2,929. L
a 2=17,071. L
Mu
M n=
8
Mn
K=
b.d .R λ
F=1− √1−2 k
F. R λ
ρ=
2400
A s=ρ . b . d
2.9 Rencana Struktur
Konstruksi atap berbentuk limasan digunakan profil ganda dengan alat sambung las
dan baut. Analisis beban atap diperhitungkan terhadap beban mati, beban hidup, dan
beban angin. Beban mati meliputi berat sendiri, rangka dan penutup atap, sedangkan
beban hidup terdiri dari orang yang bekerja dan alat kerja. Beban angin ditinjau dari
kanan-kiri, yakni tegak lurus terhadap bidang atap. Analisis pembebanan berdasarkan
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Gedung. Sedangkan analisis gaya batang
kuda-kuda dengan analisis tak tentu menggunakan program SAP2000.
1. Gording
Gording dianggap sebagai gelagar yang menumpu bebas di atas dua tumpuan.
a. Mendimensi gording
13
Gambar 2.4. Gording
1 2
Mx= × p cos ∝×l
4
- angin tekan
1
Mx= ×w × l ×(0,02 ∝−0,04)
8
angin hisap
1 2
My = ×w × l ×(0,04)
8
14
Mu ≤ . Mn
Keterangan :
4 3
5 qx l px l
fx= +
384. E . ly 48. E .ly
4 3
5 qy l py l
fy= +
384. E .lx 48. E .lx
1
f =√ ( f x +f y ) < f ijin=
2 2
500 xl
q : beban merata
l : bentang gording
2. Batang kuda-kuda
15
Desain kuda-kuda didesain dengan memperhatikan batasan-batasan sebagai
berikut dan untuk menghindari tekuk pada tahap pelaksanaan maupun akibat gaya
yang bekerja, kelangsingan maksimum batang harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
- Angka kelangsingan konstruksi utama tidak boleh lebih dari 150.
Pelat lantai merupakan suatu konstruksi yang menumpu langsung pada balok
dan atau dinding geser. Pelat lantai dirancang dapat menahan beban mati dan beban
hidup secara bersamaan sesuai kombinasi pembebanan yang bekerja diatasnya.
16
sehingga harus dicari terlebih dahulu momen inersia balok (Ib ) dan momen
Sesuai Pasal 15.2.4 SNI 2847-2019 bahwa suatu balok meliputi juga bagian
dari pelat pada setiap sisi balok sebesar proyeksi balok yang berada di atas atau di
bawah pelat, sebagaimana ditunjukkan Gambar 2.7.
Merujuk pada Pasal 10.10.2 SNI 2847-2019 bahwa lebar efektif sayap (Be)
dari masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi delapan kali tebal pelat,
maka:
Mencari titik berat balok T terhadap tepi atas:
I b= ( 13 × Bw × 12 Ht) + ( 121 × Be × H t ) +( Be × Ht × ( y− 12 Ht )² )
3 3
+ ( 1
3 (
1
× Bw × Hw− Ht− y ³
2 ))
Momen inersia pelat (Ip ):
1
Ip = × H t3 × L
12
Pasal 15.3.6:
Ec I
α= b
Ec I p
17
Di mana:
Ln
L
h m=
20
- Tumpuan jepit dengan satu ujung menerus
L
h m=
24
18
L
h m=
28
- Tumpuan kantilever
L
h m=
10
( )
'
f
λ n 0,8+
1
h=
36 +5 β(∝m −0,2)
- lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari:
( )
'
f
λn 0,8+
1
h=
36+9 β
19
3. Menentukan pembebanan pelat
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL
DL =beban mati
4. Menghitung Momen
x = Koefisien momen
5. Menentukan momen nominal (Mn) dan momen batas (Mu)
2
M n=ρ . f y . b . d . ¿
( ( ) ( ))
'
0,8 . f c 6
ρb = β . tulangan seimbang (balance)
fy 6+ f y
1,4
ρm = tulangan karang
fy
As
ρ=
bd
ρ = 0,3 ρb s/d 0,5 ρb
ρ = tulangan direncanakan atau didesain
Perlu diperhatikan pelat tipis tulangan banyak defleksi atau lentur besar-besar maka
tebal pelat diambil maksimal.
20
'
0,8 f
ρ= ¿
f
ρm < ρ< ρm ρ< ρ b (runtuh tarik/lentur)
ρ m < ρ b< ρ m ρ=ρb (runtuh tarik/lentur)
ρm < ρb< ρm ρ> ρ m (runtuh tekan/geser/mendadak)
smax =2h
smax = 250 mm
21
Analisa gaya yang bekerja pada tangga dengan menggunakan program SAP2000
sedangkan desain struktur sama dengan desain pelat dan balok sekunder.
1. Perhitungan Balok
qx = 1 . qU pelat. l x
2
qx = 1 . qU pelat . l x
2
22
Gambar 2.8. Penulangan Pada Balok
Sumber : dokumentasi pribadi
dimana :
c : selimut beton
23
h = tinggi balok (mm)
d = tinggi efektif balok (mm)
p = tebal selimut beton (mm)
Ø = diameter tulangan (mm)
1) Rasio penulangan
Mu
2 tabel rasio penulangan
b.d
(tabel 5.1.h mutu beton f’c30 1) SNI 6814-2019.)
1,4
ρ min=
fy
'
0,85 . β 1 . f c 600
ρ b= ×
fy 600+ fy
ρ max=0,75 ρ b
3) Perhitungan momen :
= * fy * (d – d’)
= Mn -
As1 = ρ * b * d
As = As1 + As2
24
5) Mencari tulangan tumpuan
1 .π .ϕ 2
4
As
δ= =0,5 jumlah tulangan tekan (As' ) = 0,5. As
As '
- Jumlah tulangan yang dipasang
As
1 2 dipasang "n" tulangan dengan φ sebesar "A".
.π .∅
4
25
Gambar 2.10. Bidang Momen Dan Bidang Lintang Akibat Gaya Geser
Sumber : dokumentasi pribadi
- Gaya geser
Vu = 1 .qu .l KN
2
- Tegangan geser
Vu. 1
vu= 2 N/mm MPa
2
b.d
- Tegangan geser beton yang diijinkan sesuai mutu beton (fc’)
1
vc=0,6 . . √ f c MPa
'
6
Jika tegangan geser yang terjadi akibat beban (vu) lebih kecil dari tegangan
geser yang diijinkan (vc) vu < vc, maka perlu dipasang tulangan
Jika tegangan geser yang terjadi akibat beban (vu) lebih besar dari tegangan
geser yang diijinkan ( vc) vu > vc, maka tidak perlu dipasang tulangan
- Tegangan geser yang dapat dipikul oleh beton dengan tulangan geser.
2
v smaks =0,6. . √ fc ' MPa
3
26
vs =vu - vc MPa
- Pendimensian balok.
jika vs< vsmaks dimensi balok rencana tidak perlu diperbesar jika
vs> vsmaksdimensi balok rencana perlu diperbesar
- Gaya geser yang dapat dipikul oleh beton.
Vc =vc.b.d KN
Vc (KN) Vu
y Vc (KN)
1/2 L
dipakai tulangan
Gaya geser pada balok, sebagian dipikul oleh kuat geser beton (Vc) dan sisanya
dipikul dipikul oleh tulangan geser (sengkang).
- Penentuan tulangan geser pada balok
Tulangan geser pada balok perlu dipasang sepanjang “y” dari tumpuan.
1
L− y
2
1
L
Vc 1
( 1
)
= Vu . L− y = L. Vc
Vu 2 2
2
Rx
Vu (KN) y Vc (KN)
Tulangan geser:
27
Rv
Av= mm2
φ . fy
dimana : adalah faktor reduksi kekuatan untuk perhitungan geser ( =
0,6)
b. y
Av min= mm
3 . fy
100
jarak tulangan geser/sengkang = s = cm
n
ϕ √ f ' c Ac p 2
Tc= ×
12 Pcp
28
(pengaruh puntir dapat diabaikan)
(Penampang Memenuhi)
29
Dimana :
Tu
Tn=
ϕ
Dimana Ø: 0,85
At Tn
=
s 2 . A o . f yv . cotθ
Syarat :
Kolom adalah suatu elemen tekan dan merupakan struktur utama dari bangunan
yang berfungsi untuk memikul beban vertikal yang diterimanya. Pada umumnya kolom
tidak mengalami lentur secara langsung.
30
Gambar 2.12. Jenis Kolom Beton Bertulang
Kolom beton bertulang secara garis besar dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
2. Kolom pendek
Berdasarkan tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, kuat
tekan rencana dari komponen struktur tekan tidak boleh diambil lebih besar dari ketentuan
berikut:
Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan spiral atau komponen
struktural tekan komposit.
Kolom panjang atau langsing merupakan salah satu elemen yang perlu
diperhatikan. Proses perhitungannya didasari oleh konsep perbesaran momen.
Momen dihitung dengan analisis rangka biasa dan dikalikan oleh faktor perbesaran
momen yang berfungsi sebagai beban tekuk kritis pada kolom. Parameter yang
berpengaruh dalam perencanaan kolom beton bertulang panjang adalah :
31
a. Panjang bebas (Lu) dari sebuah elemen tekan harus diambil sama dengan jarak
bersih antara pelat lantai, balok, atau komponen lain yang mampu memberikan
tahanan lateral dalam arah yang ditinjau. Bila terdapat kepala kolom atau
perbesaran balok, maka panjang bebas harus diukur terhadap posisi terbawah
dari kepala kolom atau perbesaran balok dalam bidang yang ditinjau.
b. Panjang efektif (Le) adalah jarak antara momen-momen nol dalam kolom.
Prosedur perhitungan yang digunakan untuk menentukan panjang efektif dapat
menggunakan kurva alinyemen. Untuk menggunakan kurva alinyemen dalam
kolom, faktor Ψ dihitung pada setiap ujung kolom.
Selain itu, nilai k untuk portal bergoyang juga dapat dihitung melalui
persamaan :
32
dimana :
Pu = Beban Vertikal
Ec = ,
0,043 ` (MPa)
`
Untuk wc antara 1500 dan 2500 kg/m3 atau 4700 untuk beban normal.
33
dimana:
Terkadang titik momen maksimum dalam kolom langsing dengan beban aksial tinggi
akan berada di ujung–ujungnya, sehingga momen maksimum akan terjadi pada suatu titik
di antara ujung kolom dan akan melampaui momen ujung maksimum lebih dari 5%. Hal
ini terjadi bila :
Lu 35
>
√
r Pu
'
f c . Ag
Mc = δns ( ns + δs s)
Selain itu, portal bergoyang mungkin saja menjadi tidak stabil akibat adanya beban
gravitasi, sehingga harus dilakukan kontrol terhadap ketidakstabilan beban gravitasi. Portal
menjadi tidak stabil akibat gravitasi apabila δs > 2,5 sehingga portal harus diperkaku.
Elemen kolom menerima beban lentur dan beban aksial, menurut SNI 03-1728-2019 untuk
perencanaan kolom yang menerima beban lentur dan beban aksial ditetapkan koefisien
reduksi bahan 0,65 sedangkan pembagian tulangan pada kolom (penampang segiempat)
dapat dilakukan dengan:
a) Tulangan dipasang simetris pada dua sisi kolom (two faces)
34
Pada perencanaan gedung perkantoran ini digunakan perencanaan kolom dengan
menggunakan tulangan pada empat sisi kolom (four faces).
Perhitungan gaya-gaya dalam berupa momen, gaya geser, gaya normal maupun
torsi pada kolom. Dari hasil output gaya-gaya dalam tersebut kemudian digunakan untuk
menghitung kebutuhan tulangan pada kolom.
Penulangan dalam kolom juga merupakan salah satu faktor yang ikut membantu
komponen beton dalam mendukung beban yang diterima. Penulangan pada kolom dibagi
menjadi tiga jenis, diantaranya adalah :
1. Tulangan Utama Kolom
As min=
√ fc ' b d < As min= 1,4 b d
2f y fy
dimana:
b. Jaring kawat baja las dengan kawat – kawat yang dipasang tegak lurus terhadap
sumbu aksial komponen struktur
35
c. Spiral, sengkang ikat bundar atau persegi
Ø Vn ≥ Vu
Vn = Vc+ Vs
keterangan :
36
dimana :
Ø = faktor reduksi
f’c = kuat tekan beton (MPa)
b = lebar penampang kolom (mm)
d = tinggi efektif penampang kolom (mm)
Nu = gaya aksial yang terjadi (N)
Agr = luas penampang kolom (mm2)
Jika :
Jika tidak dibutuhkan tulangan geser, maka digunakan tulangan geser minimum
(Av) permeter. Luas tulangan geser minimum untuk komponen struktur non pra tegang
dihitung dengan :
7 √ f c . bs
'
1 bs
Av min= < Av=
1 fy 3 fy
dengan demikian diambil Av terbesar, jarak sengkang dibatasi sebesar.
Kapasitas dan jumlah lift akan disesuaikan dengan perkiraan jumlah pemakai lift,
mengingat dari segi manfaat dan efisiensi biaya, serta dilihat dari kelayakan dan
besarnya bangunan.
2. Perencanaan konstruksi
a. Mekanikal
37
Secara mekanikal perencanaan konstruksi lift tidak direncanakan di
sini karena sudah direncanakan di pabrik dengan spesifikasi tertentu,
sebagai dasar perencanaan konstruksi dimana lift tersebut akan diletakkan
(seperti gambar 2.16).
b. Konstruksi ruang dan tempat lift
38
Gambar 2.15. Potongan Lift
Sumber : dokumentasi pribadi
jadi : R = A + B + C + D + E
Jelas bahwa semakin besar R, semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang
timbul oleh sambaran petir, berarti semakin besar pula kebutuhan bangunan tersebut akan
adanya sistem penangkal petir.
Pada tabel-tabel tersebut diperoleh:
39
2.9.2 Struktur Bawah (Sub Stucture)
qult
q a=
FK
dimana :
Tegangan kontak yang bekerja di bawah pondasi akibat beban struktur di atasnya
(upper structure) diberi nama tegangan kontak (contact pressure).
Menghitung tegangan kontak memakai persamaan sebagai berikut :
Q Mx . x My . y
σ= ± ± ……………… (1)
A Iy Ix
40
Dari persamaan (1) apabila yang bekerja adalah beban aksial saja dan tepat pada
titik beratnya maka persamaan (1) menjadi persamaan (2), yaitu:
Q
σ= ……………(2)
A
dimana:
Mx, My : momen total sejajar perspektif terhadap sumbu x dan sumbu y (tm)
Pengertian tegangan kontak ini akan sangat berguna terutama didalam penentuan
faktor keamanan (S.F / Safety Factor).
Secara umum faktor keamanan didefinisikan sebagai berikut :
41
Hubungan antara keduanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan dimana :
- S.F = 1, artinya tegangan kontak sama dengan kapasitas daya dukung (bearing
capacity).
- S.F > 1, artinya tegangan kontak lebih dari mobilisasi kapasitas daya dukung.
Lapis tanah dapat menerma beban.
- S.F < 1, artinya tegangan kontak lebih besar dari mobilisasi kapasitas daya
dukung.lapis tanah tidak dapat menerima beban.
d. Pemindahan lurus
q ×(L−2 a)² qa ²
M 2= −
8 2
M 1=M 2
2 2
4 a +4 a . L−L =0 → L=10
−b ± √ b2−4 ac
a 12=
2a
−4 L ± √ 16 L −4 .4 .(−L) ²
2
a 1,2=
2. 4
42
−4 L ± √ 32 L ²
a 1,2=
8
−4 L ± 4 L √ 2
a 1,2=
8
1
a 1,2= ¿
2
a 1=0,207 L
a 1=1,207 L
2
(L −2 al )
a=
2 .( L−a)
−b ± √ b ²−4 a
a 1,2=
2a
−4 L± √−1 L ²−4 .2 L ²
a 1,2=
2.2
43
−4 L± √−1 L ²−8 L ²
a 1,2=
4
−4 L± 2 L √ 6
a 1,2=
4
1
a 1,2=L(−1± . √6)
2
a 1=2,929. L
a 2=17,071. L
Mu
M n=
8
Mn
K=
b.d .R λ
F=1− √1−2 k
F. R λ
ρ=
2400
44
BAB 3
METODOLOGI
Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Laporsan Tugas Akhir,
diamana data tersebut diperoleh dari instansi tertentu yang digunakan langsung
sebagai sumber dalam Perencanaan Gedung Perkantoran Lima Lantai BPR
Artomoro Semarang. Klarifikasi data yang menunjang penyusun Laporan Tugas
Akhir adalah literatur-literatur penunjang, grafik, tabel dan peta-peta yang
berkaitan erat dengan proses perencanaan studi. Secara garis besar meliputi :
Deskripsi umum bangunan, Denah dan sistem struktur bangunan, Wilayah gempa
bangunan, dan Data tanah berdasarkan penyelidikan tanah.
45
3.3 Metode Analisis
Pada sub bagian ini diuraikan secra garis besar Langkah – Langkah (metode
yang digunakan) dalam perancanaan bangunan dan perencangan strukturnya.
Diantaranya meliputi :
3.3.1 Langkah perencanaan dan perancangan komponen atap, tangga, lift.
3.3.1.5 Desain elemen struktur termasuk detail joint dan perletakan serta
alat sambungnya.
3.3.2 Langkah – Langkah perencanaan dan perancangan komponen structural
(Plat, Balok, dan Kolom).
3.3.2.1 Kumpulan data per encanaan.
(struktur bawah).
47
Berikut Diagram Alur Penelitian
Mulai
Analisa
Perencanaan/
Perancangan “PeraturanPembebanan
Indonesia Untuk Gedung”
(SNI 1727-2019)
Analisa Pembebanan
48
3.4 JADWAL KEGIATAN
Pembuatan Proposal
2 Tugas Akhir (BAB I, √ √ √
BAB II, BAB III)
5 Penutup (BAB V) √ √
6 Penjilidan √ √
49
BAB 4
PERHITUNGAN STRUKTUR
1050
= IKATAN ANGIN
= TRACKSTANG
= KUDA - KUDA
105
105
105
105
105
105
143
105
145
145
= GORDING
KETERANGAN :
320
540
KK
IA
TR
IA
G
TR
220
G
320
KK
KK
640
1820
1820
320
KK
KK
320
KK
KK
640
320
600
450
1050
50
4.1.1 Pedoman Perhitungan Atap
Dalam perencanaan atap, adapun pedoman yang dipakai, sebagai berikut:
1. Pedoman Perencanaan Pmbebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG
1987)
2. SNI 03 – 1729- 2019. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
3800
10500
51
Modulus geser ( G ) = 80.000 Mpa
Poisson ratio ( m ) = 30 %
Koefisien muai ( at ) = 1,2 * 10-6
(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 9)
Mutu baja = BJ 37
Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa
Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa
Tegangan dasar = 160 Mpa
Peregangan minimum = 20 %
(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal11)
Penutup atap (genting) = 50 kg/m2
Berat per unit volume (baja) = 7.850 kg/m3
Plafond eternit + penggantung = 11+7 = 18 kg/m2
(PPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup gording = 100 kg
(PPURG 1987, hal 7 )
Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
(PPURG 1987, hal 18 )
4.1.2.2 Pembebanan gording
a. Beban mati
Beban mati adalah beban merata yang diakibatkan oleh berat sendiri dan beban-
beban tetap permanen, adapun gambar pemodelan pembebanan yang diterima oleh gording
sebagai berikut :
52
LUAS LUAS
L
PEMBEBANAN PEMBEBANAN
L 2,31 m
1
2
1,2
L
L
1
2
L
L 2,31 m
1
2
1,2
L
GORDING GORDING
L
1
2
KUDA2 UTAMA KUDA2 UTAMA
LL
3,53,03
m L 3,5 m
L 3,03
qx =36.407
kg/m
l :3,03m
qy =63.10 kg/m
l :3,03m
53
Gambar 4.5 Pembebanan Beban Mati merata
MDx = 1/8 . qx . L2
= 1/8 . 36.407 kg/m . 3,032 m
= 41.781 kg.m
MDy = 1/8 . qy . L2
= 1/8 . 63.10 kg/m . 3,032 m
= 72.414kg.m
b. Beban Hidup
Menurut PPPURG 1987 Beban hidup adalah beban terpusat dari seseorang pekerja
atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum P = 100 kg yang
diletakkan pada tengah bentang dari panjang gording.
Px = P . sin α = 100 sin 30˚ = 50 kg
Py = P . cos α = 100 cos 30˚ = 86,603 kg
Px = 50 kg
l :3,03m
Py = 86,603 kg
l :3,03m
MLx = 1/4 . Px . L
= 1/4 . 50 kg/m . 3,03 m
= 37.875 kg.m
MLy = 1/4 . Py . L
= 1/4 . 86,603 kg/m . 3,03 m
54
= 65.60 kg.m (Teknik Sipil, hal 68)
c. Beban Angin
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif (tekan) dan
tekanan negatif (hisap), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.Dalam
perhitungan ini dipakai tekanan tiup minimum W = 25 kg/m2, dikarenakan tidak termasuk
dalam situasi yang terjadi pada ayat-ayat (2),(3), dan (4) yang tertulis pada PPPURG 1987.
Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu y, sehingga hanya ada My
Angin tekan: My = 1/8 . Wt . L2
= 1/8 . 6. 3,032
= 6.88 kg.m
Angin hisap: My = 1/8 . Wh . L2
= 1/8 . -12 . 3,032
= -13.77 kg.
55
d. Kombinasi pembebanan Gording
1. U = 1,4 D
Ux = 1,4 (41.781 ) MDx = 63.450 kg.m
Uy = 1,4 (72.414 ) MDy = 109.896 kg.m
2. U = 1,2 D + 0,5 La
Ux = 1,2 (41.781 ) + 0,5 (37.875) = 84.385 kg.m
Uy =1,2 (72.414 ) + 0,5 (65.60 ) = 128.840 kg.m
3. U = 1,2 D + 1,6 La
Ux = 1,2 (41.781 ) + 1,6 (37.875) = 150.385 kg.m
Uy =1,2 (72.414 ) + 1,6 (65.60 ) = 205.048 kg.m
4. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
Ux = 1,2 (41.781 ) + 1,6 (37.875) + 0,8 (6.88 ) = 150.385 kg.m
Uy = 1,2 (72.414 ) + 1,6 (65.60 ) + 0,8 (-13.77) = 219.196 kg.m
5. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
Ux = 1,2 (41.781 )+ 1,3 (6.88 ) + 0,5 (37.875) = 84.385 kg.m
Uy = 1,2 (72.414 ) + 1,3 (-13.77) + 0,5 (65.60 ) = 151.830 kg.m
6. U = 0,9 D ± 1,3 W
Arah x,
Ux = 0,9 (41.781 ) + 1,3 (6.88 ) = 40.79 kg.m
Ux = 0,9 (41.781 ) - 1,3 (6.88 ) = 40.79 kg.m
Arah y,
Uy = 0,9 (72.414 ) + 1,3 (-13.77) = 79.932 kg.m
Uy = 0,9 (72.414 ) - 1,3 (-13.77) = 51.345 kg.m
56
Tabel 4.1 rekap kombinasi pembebanan
40.79 51.345
2tf 2. 3,03
500 500
p= = = 32,275
√ fy √ 240
b
57
625 625
r= = = 40,344
√ fy √240
Karena : < p < r………Termasuk Penampang kompak
Mnx = Mp = Zx . fy
Mny = Mp = Zy x fy
Untuk mengatasi masalah puntir maka sumbu lemah pada gording (Mny) dapat
dibagi 2 sehingga :
Muy Mux
+ ≤ 1,0
∅ b . Mnx ∅ b . Mny /2
4 4
219,196 . 10 150,385. 10
+ ≤ 1,0
0,9.1392 . 10 0,9. 1080 .10 4 /2
4
58
4.1.2.4 Kontrol lendutan
Digunakan profil baja lip channels in front to front arrangement
2C.125.100.20.3,03 dengan data-data sebagai berikut: y
t
C
Ix= 362 cm4 = 362.104 mm4
Iy= 225 cm4 = 225.104 mm4
X
a
E = 2 x 106 kg/cm2
1 Mpa = 10 kg/cm2
4. Lendutan kombinasi
fx total = 0,107 + 0,131 + 0,000 = 0,238 cm
fy total = 0,116+ 0,070+ 0,0010 = 0,1870 cm
Syarat lendutan
59
Profil Aman Terhadap Lendutan…….OK
(SNI 03- 1729- 2002, hal 15)
4.1.3 Perhitungan Trekstang Gording
Batang tarik ( Trekstang ) berfungsi untuk mengurangi lendutan gording
sekaligus untuk mengurangi tegangan lendutan yang timbul.Beban beban yang
dipikul oleh trackstang yaitu beban-beban yang sejajar bidang atap, maka gaya
yang bekerja adalah gaya tarik. Treckstang yang akan dipakai sebanyak 1 (satu)
buah tepat pada tengah bentang gording. Dimana, diketahui data treckstang adalah
sebagai berikut :
Beban merata terfaktor pada gording (qx) = 35,407kg/m
Lx = ( 3,03 m / 2 ) = 1,6 m
Treckstang
Ikatan angin
Kuda-kuda
Gording
3,5 m
3,03 3,5 m
3,03
1,75
m 1,75 1,75m 1,75
Gambar 4.9 Peletakkan treckstang
1. Pembebanan Treckstang
P total = ( qx . Lx ) + Px
= ( 35,407 kg/m . 1,6 m ) + 50 kg
60
= 106.651 kg
2. Dimensi Treckstang
P total 106.651kg
Fn =
σ
= 1600
= 0,07 cm2
d =
√ 4 . Fbr
π
=
√ 4 .0,083
3,14
= 0,325 cm
Nx = w
w 25 .(1,20.3) N Ng
N = = = 119,36 kg
cos ß cos 48
N 119,35
Fn = = = 0,0745 cm2
σ 1600
Fbr = 125 % . Fn = 1,25 . 0,0745 = 0,093 cm2
Fbr = ¼ .π.d2
d =
√ 4 . Fbr
π
=
√ 4 .0,093
3,14
= 0,344 cm
61
4.1.6 Data-data Kuda-kuda
Bentang kuda-kuda = 10,50 m
Jarak kuda-kuda = 3,,03 m
Jarak gording = 1,20 m
Sudut kemiringan atap = 30°
Sambungan = Baut
Berat gording = 2C.125. 100 . 20 . 3,03
= 12,30 kg/m
Modulus Elastisitas (E) = 200.000 Mpa
Modulus geser ( G ) = 80.000 Mpa
Poisson ratio ( m ) = 30 %
Koefisien muai ( at ) = 1,2 * 10-6
(SNI 03- 1729- 2002, hal 9)
Mutu baja = BJ 37
Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa
Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa
Tegangan dasar = 160 Mpa
Peregangan minimum = 20 %
(SNI 03- 1729- 2002, hal 11)
Penutup atap genting = 50 kg/m2
Berat per unit volume (Baja) = 7.850 kg/m3
Plafond eternit + penggantung = 11+7 = 18 kg/m2
(PPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup gording = 100 kg
Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
(PPURG 1987, hal 7&13)
4.1.7 Pembebanan kuda-kuda
Pembebanan kuda – kuda meliputi beban mati berupa beban penutup atap,
gording dan beban plafond dengan penggantungnya.Beban hidup berupa beban
pekerja yang bekerja pada buhul kuda-kuda , kemudian beban angin yang
diklasifikasikan dengan daerah jauh dari laut atau pantai, dan daerah yang dekat
dengan laut, pantai atau perbukitan.
4.1.7.1 Akibat beban mati
62
a. Akibat berat penutup atap dan Berat gording
Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang berada
diatasnya berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup genting dan
rangkanya seperti usuk dan reng disimbulkan dengan ( B A ). Sedangkan beban
gording adalah Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang
difungsikan sebagai gording.dimana dalam perhitungan digunakan gording baja
profil lip channels in front to front arrangement 2C.125.100.20.3,03 dengan Berat
jenis 12,30 kg/m disimbulkan dengan ( BG ).
Pembebanan pada bentang sisi kiri 3,03 m dan sisi kanan 3,03 m
LUAS
L
L 2,31 m
PEMBEBANAN
1
2
L 1,2
m
L
2
1
63
L
L 2,31 m
1
2
1 1 1 1
L L L L
L
2 2 2 2
2
1
GORDING
L 3,5 m L 3,5 m
1,12m
L
L 3,03 m L 3,03 m
Gambar 4.11 Pemodelan luasan Beban pada titik buhul akibat berat atap dan
gording Pada P1
BA = Bj penutup atap x ( ½ .1,20 + ½ .1,20 ) x ( ½ . 3,03 + ½ . 3,03 )
= 50 kg/m2 x 1,20 m x 3,030 m
= 185,6kg/join
BG = berat jenis gording x ( ½ . 3,03 + ½ . 3,03 )
= 12,30 kg/m x 3,030 m
= 39,36 kg/join
P1 = BA + BG
= 185,6 + 39,36 kg/join = 224,94 kg/join
KUDA2 UTAMA
L 1,02
m
GORDING
L 2,31
m
LUAS
L
L 1,02
PEMBEBANAN
2
1
L 2,31 m
m
L 0,1 m
1
2
1m
1 1 1 1
2L 2 L 2L 2L
L 3,5 m L 3,5 m
L 3,03 L 3,03 m
m
Gambar 4.12 Pemodelan luasan Beban pada titik buhul akibat berat atap dan
gording Pada P2
64
= 50 kg/m2 x 0,7 m x 3,030 m
= 108,8kg/join
BG = berat jenis gording x ( ½ . 3,03 + ½ . 3,03 )
= 12,30 kg/m x 3,03 m
= 39,36 kg/join
P2 = BA + BG
= 108,8 + 39.36 kg/join = 148.16 kg/join
Gambar 4.13 Beban yang diterima tiap titik buhul akibat beban penutup atap
dan gording.
½ Bp = ½ . 158 kg / join
= 79 kg / join
65
Gambar 4.28 Beban yang diterima tiap titik buhul akibat
Berat plafon dan penggantungnya.
5 Akibat berat sendiri kuda-kuda
Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai kuda-
kuda. Beban terhitung secara manual dalam Program SAP, dalam perencanaan ini
menggunakan profil baja double Angel.Pada pembebanan akibat berat sendiri
disimbulkan dengan huruf (BK).
6 Beban Hidup
Beban hidup adalah beban terpusat yang terjadi karena beban manusia yang bekerja
pada saat pemasangan rangka atap dan pemasangan penutup atap dengan berat
minmum per titik buhul diambil P = 100 kg , namun beban ini dalam analisa
perhitungan tidak dibebankan pada semua titik buhul yang ada, namun hanya
beberapa titik buhul, sesuai dengan jumlah pekerja dan tukang yang dibutuhkan
saat pekerjaan pemasangan rangka atap dan penutup atap.
7 Beban Angin
Beban angin adalah beban yang timbul dari hembusan angin yang diasumsikan
pada daerah perbukitan atau jauh dari kawasan pantai dengan besaran minimum W
= 25 kg/m2 pada keadaan normal,berikut gambar pemodelan dari beban angin
66
Dalam analisa perhitungan, beban angin disederhanakan menjadi dua arah
pembebanan, yaitu pembebanan arah vertikal dan horisontal.Berikut gambar
penyederhanaan beban angin untuk analisa perhitungan.
a. Pembebanan pada bentang sisi kiri 3,03 m dan sisi kanan 3,03 m
LUAS
L
L L2,31 m
PEMBEBANAN
1
2
1,120
L
1
2
L
L m
2
1
1,20
L 2,31
1 1 1 1
L L L L
L
2 2 2 2
1
2
KUDA2 UTAMA
GORDING
LL3,5
3,03mm L 3,5
L 3,03mm
Gambar 4.38 Luasan penerimaan beban angin pada buhul yang menerima
beban PtV1,PtH1 dan PhV1,PhH1
67
Akibat angin tekan
Coefisien angin tekan ( Cw+) = 0,02 ά – 0,4
= 0,02 (30) – 0,4 = 0,2
(PPPURG, hal 21 )
W tekan = Cw+ x W x ( ½ . 1,20 + ½ . 1,20 ) x ( ½ . 3,03 + ½ . 3,03 )
= 0,2 x 25 kg/m2 x 1,13 m x 3,030 m
= 18,08 kg/join
P tekan = 18,08 kg/join
PtV1 = 18,08 x cos 30 = 16,11 kg/join
PtH1 = 18,08 x sin 30 = 8,21 kg/join
Akibat angin Hisap
Coefisien angin hisap ( W-) untuk semua sudut adalah -0,40
(PPPURG, hal 21 )
W hisap = Cq x W x ( ½ . 1,20 + ½ . 1,20 ) x ( ½ . 3,03 + ½ . 3,03 )
= -0,4 x 25 kg/m2 x 1,20 m x 3,030 m
= - 37,12 kg/join
P hisap = - 37,12 kg/join
PhV1 = - 37,12 x cos 30 = - 33,10 kg/join
PhH1 = - 37,12 x sin 30 = - 16,85 kg/join
Beban pada PhV3 dan PhH3
PhV3 = PtV1 + PhV1
= 16,11 kg + (- 33,10 ) kg
= -17 kg
PhH3 = PtH1 + PhH1
= 8,21 kg + 16,85 kg
= 25,1 kg
68
L 2,31 m
LUAS
L
L 1,20
PEMBEBANAN
1
2
m
L
1
2
m m
L
L 1,20
2
1
L 2,31
1 1 1 1
L L L L
L
2 2 2 2
2
1
KUDA2 UTAMA
GORDING
LL 3,03
3,5 mm L 3,5
L 3,03mm
Gambar 4.39 Luasan penerimaan beban angin pada buhul yang menerima
beban PtV2,PtH2 dan PhV2,PhH2.
69
Gambar 4.40 Beban yang diterima tiap titik buhul akibat beban angin.
70
Dari perhitungan yang menggunakan Aplikasi SAP 2000.v.14, maka didapatkan gaya batang
maksimal, reaksi tumpuan, dan lendutan yang terjadi pada rangka kuda-kuda tersebut yang
disebabkan oleh berbagai kombinasi pembebanan.
71
Kombinasi 1,2D+0,5L
72
perhitungan lendutan diatas, lendutan terbesar terjadi pada kombinasi
1,2D+1,6L+0,8W dimana sebesar 14,439 mm, maka :
Gambar 4.60 Rangka kuda-kuda dan titik buhulnya yang memiliki gaya dalam
paling besar.
73
Tabel 4.2 Rekap Besarnya gaya batang Hasil Analisis SAP2000v.14
74
Dimanan diketahui :
- db = 25,4 mm
- fub = 825 Mpa plat buhul
16 x 65
75
Sambungan pelat dengan profil baja termasuk jenis sambungan 2 bidang geser.
9 x5x65
65
16 x10x65
65
Tu/2
Tu
Tu/2
9 x5x65
65
Ag = tp x lp = 10 mm x 65 mm = 650 mm2
An = [ Ag – 2 . (db + 2).tp]
Ae = An = 356 mm2
CEK kekuatan tahanan pelat (Ø.Tn) terhadap beban aksial terfaktor (Tu) yang
terjadi :
Dari perhitungan tahanan nominal pelat diatas, digunakan yang terkecil yaitu keadaan
fraktur = 9.879 kg yang menentukan.
Ø.Tn > Tu
76
Maka digunakan pelat 10 x 65 mm dengan mutu baja BJ37 untuk pelat penyambung atau
pelat buhul
- db = 12,7 mm
- fub = 825 Mpa
- fup = 370 Mpa
- m =2
- tp = 10 mm
= 78341.58 N/baut
= 7834,158 kg/baut
= 84582 N/baut
= 8458,2 kg/baut
Dimana :
77
- gaya batang yang diperhitungkan, Tu : 5.417,28 kg
- Tahanan nominal baut (Ø.Rn) : 7834,158 kg/baut
Tu
Σ baut diperlukan =
Ø . Rn
5.417,28 kg
=
7834,158 kg/baut
Dimana diketahui :
S = 50 mm
S1 = 32,50 mm
32,5
S1
32,5
S1
S1 S S1
32,5 50 32,5
78
Cek Keruntuhan Geser Blok :
32,5
S1
32,5
S1
S1 S S1
32,5 50 32,5
Karena 0,6.fu.Anv > Fu.Ant , maka kondisi geser fraktur tarik menentukan :
= 10.861,87 kg
Ø.Rbs > Tu
Maka digunakan jarak antara baut ke baut (S) = 50 mm, dan jarak antara titik pusat
baut dengan tepi baja (S1) = 32,5 mm
Maka digunakan jarak antara baut ke baut (S) = 50 mm, dan jarak antara titik pusat
baut dengan tepi baja (S1) = 32,5 mm Karena batang kuda-kuda menggunakan satu
jenis saja, kemudian baut penyambung dan pelat buhul/plat penyambung yang
digunakan sama dan gaya terbesar adalah 5.417,28 kg hanya menggunakan 2 baut
dalam perhitungan analisa, maka semua batang disamakan menggunakan 2 baut dan
79
dengan jarak yang sama dalam perhitungan analisa, berikut table baut yang dibutuhkan
untuk setiap batang :
3. Perhitungan Perencanaan Plat Kopel pada Batang Tekan
Diketahui tegangan tekan terbesar ( Nu ) adalah 5.417,28 kg terjadi bada batang
dengan panjang 1,20 m, digunakan profil 2L.65.65.9 dengan mutu baja BJ 37 dan plat
kopel menggunakan baja dengan mutu BJ37.Tumpuan dianalisiskan dengan sendi –
sendi.
Perhitungan ini dianalisiskan sebagai komponen struktur tekan tersusun, diamana
komponen struktur tekan tersusun itu sendiri adalah komponen tekan yang tersusun
dari dua atau lebih profil, yang disatukan dengan menggunakan pelat kopel.Analisis
kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. Sumbu
bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen komponen struktur tersebut,
sedangkan sumbu bebas bahan adalah sumbu yang sama sekali tidak, atau hanya
memotong sebagian dari elemen komponen struktur tersebut. Berikut analisis
perhitungannya.
Data profil L.65.65.9 :
tp
Ag = 1100 mm2
ex = 19,3 mm 9
ey = 19,3 mm
65
Penyelesaian :
L k = 2.31 m
b 65
Flens = = = 7,222
t 9
200 200
= = = 12,91
√ fy √240
80
= 7,222 < 12,91 ( penampang tidak kompak )
Web = Tidak ada syarat
Kondisi tumpuan sendi – sendi, k = 1,0
Dicoba menggunakan 5 buah pelat kopel :
Lk 1160
L1 = = = 290
n−1 5−1
L1 290
λ1 = = = 22,83 < 50 . . . OK
rmin 12,7
Arah sumbu bahan ( Sumbu x ) :
k . Lx 1 x 1160
λx = = = 59,80
rx 19,4
λx = ( 59,80 ) > 1,2 x λ1 = (1,2 x 22,83 = 27,39) . . . . OK
Arah sumbu bebas bahan ( sumbu y ) :
Iy = 2 (λy1 + Ag ( ey + tp/2 )2)
Iy = 2 (22,83 x 104 + 1100 ( 19,3 + 10/2 )2) = 1.755.678 mm4
Aprofil = 2 x 1100 = 2200 mm2
ry =
√ Iy
Aprofil
=
√
1755678
2200
= 28,5 mm
k x Ly 1 x 1160
λy = = = 40,70
ry 28,5
Kelangsingan ideal :
λiy
√
= λ y2+
m
2
x λ1
2
λiy
√ 2
= 40,702 + x 22,83 2 = 46.665
2
λiy = ( 46.665 ) > 1,2 x λ1 ( 1,2 x 22,83 = 27,39 ) . . . . . OK
Karena λy < λx > λiy maka tekuk terjadi pada sumbu bahan ( x ) :
λcx =
λx
π
x
E √
fy 59,80
=
3,14
x
240
200.000 √
= 0,66
81
Nu
<1
∅ c x Nn
5.417
= 0,131 < 1 . . . OK
0,85 x 24,6154
Periksa terhadap tekuk lentur torsi :
Nnlt = Ag x Fclt
GxJ
Fcrz =
A x ro2
E 200.000
G = = = 76,923 Mpa
2(1+v ) 2(1+0,30)
J
1 3
3
1
3 [ 3 1
3
3
= 2 Σ b t = 2 x x 65 x 9 + x( 65−9)9 = 58.806 mm4 ]
t 9
y0 = ex - = 19,3 - = 14,8 mm
2 2
x0 =0
Ix + Iy 41,3+ 41,3 2
r 02 = + Xo2+Yo 2 = + 0 + 14,82 = 594,494 mm2
A 2200
76923+58806
Fcrz = = 3458,6586 Mpa
2200 x 594,494
2 2
Xo +Yo 0+14,82
H =1- = 1 – = 0,6315
ro 2 594,494
Fy 240
Fcry = = = 111,8881 Mpa
ωiy 2,145
= 2827,0362 x 0,0391
= 110,5371 Mpa
Nclt = Ag x Fclt
= 2200 x 110,5371 = 24,3182 ton
Nclt < Nn
24,3182 ton < 24,6154 ton ( jadi tekuk torsi menentukan )
ϕc x Nnlt = 0,85 x 24,3182 = 20,6705 ton
82
Nu
<1
ϕc x Nnlt
11,304
= 0,547 < 1 . . . OK
20,6705
Perhitungan dimensi plat kopel :
Syarat kekakuan plat kopel adalah harus dipenuhinya :
Ip I1
≥ 10 x
a L1
I1 = Imin = 41,3 x 104 mm4
L1 = 577,5 mm
a = 2e + tp = ( 2 x 19,3 ) + 10 = 48,6 mm
I1
Ip ≥ 10 x xa
L1
4
41,30 x 10
Ip ≥ 10 x x 48,6 mm
577,5
Ip ≥ 347.563,6364 mm4
1
Bila Ip = 2 x x t x h3 , dengan tebal pelat ( t = 10 mm ), diperoleh :
12
Ip = 347.563,6364 mm4
1
2x x t x h3 = 347.563,6364 mm4
12
h =
√
3 347.563,6364 x 12
2 x 10
h = 59,3009 mm ≈ 60 mm
Maka digunakan plat kopel 10 x 60 mm dengan panjang ( (2x 65) +16 = 146
mm)
16
9
65
PELAT KOPEL 10 x 60 mm
65
146 83
Gambar 4.67 pemasangan pelat kopel
84
1. Data teknis pelat rencana:
Material beton
f.c = 30 Mpa
Berat per unit volume = 2.400 Kg/m3
Modulus elastisitas = 25.742 Mpa
Ec=4.700 √ fc → 4.700 √ 30=25.742 Mpa
2. Material tulangan
Fy = 240 Mpa
Berat per unit volume = 7.850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200.000 Mpa
4.2.3. Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat lantai
Sumber : pribadi
Plat Lx = 300 cm dan Ly = 320cm
Ly 320
β= = =1,1 < 2 menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)
Lx 300
85
4.2.3.1 Menentukan tebal plat
Perencanaan pelat dalam menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang
lebih pendek (ly) dari luasan pelat terbesar. Pada lantai 2 sampe 5 memiliki 1 type
pelat. Dengan menggunakan asumsi pelat 2 arah, dan menggunakan standar pelat
dengan ketebalan 12 cm. Asumsi menggunakan beton konvensional dengan
perhitungan bahwa setiap plat dibatasi oleh balok.
h❑ =
(
ln 0,8+
fy
1500 )
ly
36+ 9
lx
h1 =
(
600 0,8+
240
1500 )
320
36+9
300
h1 =12 cm
( Maka tebal plat lantai yang digunakan yaitu 12 cm )
4.2.4 Data beban yang bekerja pada pelat lantai
4.2.4.1 Beban mati
Berat jenis beton bertulang = 2400 Kg/m3
Berat jenis Baja = 7850 Kg/m3
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Dinding pas. Setengah bata = 250 Kg/m2 (tanpa lubang)
Berat plafond 11+7 = 18 Kg/cm
86
Beban hidup perkantoran = 250 Kg/m2
3. Kombinasi pembebanan
WU = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (330) + 1,6 (250)
= 796 Kg/m2 7,96 KN/m2
87
Sumber : buku struktur beton bertulang (Gideon Kusuma)
3. Momen Tumpuan Ty Ly
=1,2 … x=−47
Ly 3,2 Lx
= =1,1 1,2
Lx 3 2
M ty =0,001. Wu . L x . x
88
2
M ty =0,001. 7,96 . 3 .−47
M ty =−3,367 KN . m
4. Momen Lapangan Ly
Ly 3,2
= =1,1 1,2
Lx 3
Ly
=1,2 … x=+17
Lx
2
M ly =0,001. Wu. L x . x
M ly =0,001. 7,96 . 32 .+17
89
M ly =1,217 KN .
Mu
=A ρ=a
b ×d 2
Mu
2 =X Interpolasi
b ×d
Mu
=B ρ=b
b ×d 2
X− A
ρ =a+ × (b – a)
100
89
Tabel 4.5 Penentuan ρ pada Mutu beton Fc’ 30
90
Dalam menentukan diameter dan jumlah tulangan disesuaikan dengan perencanaan
yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan, sebagai berikut:
Perhitungan pada pelat lantai dengan dimensi 300 x 320 cm.
1. Penulangan Arah X
Momen Lapangan (Mtx) =−4,011 KN.m
Mu 4,011
2
= 2 = -453,938 KN/m2
b ×d 1,0× 0,094
Mu
= 400 ρ = 0,0021
b ×d 2
Mu
2 = 453,9 Interpolasi
b ×d
Mu
= 500 ρ = 0,0026
b ×d 2
53,9
ρ = 0,0021 + × (0,0026 – 0,0021)
100
= 0,0023 ρmin > ρ
As = ρmin × b × dx
= 0,0058 × 1000 × 94
= 545,2 mm2
Didapat tulangan yang dipakai 12 – 200 (As = 565 mm2)
2. Penulangan Arah X
Momen Tumpuan (Mlx) = 2,650 KN.m
Mu 2,650
2
= 2 = 299,9 ~ 300 KN/m2
b ×d 1,0× 0,094
= 0,0016 ρmin > ρ
As = ρmin × b × dx
= 0,0058 × 1000 × 94
= 545,2 mm2
Didapat dari tabel 13a Tulangan yang dipakai 12 – 200 (As = 565 mm2)
3. Penulangan Arah Y
Momen Lapangan (Mly) = 1,22 KN.m
91
Mu 1,22
2
= = 181,43 KN/m2
b ×d 1,0× 0,0822
Mu
2 = 100 ρ = 0,0005
b ×d
Mu
= 181,43 Interpolasi
b ×d 2
Mu
2 = 200 ρ = 0,0010
b ×d
81,43
ρ = 0,0010 + × (0,0010 – 0,0005)
100
= 0,0014... ρmin > ρ
As = ρmin × b × dy
= 0,0058 × 1000 × 82
= 475,6 mm2
Didapat dari tabel 13a Tulangan yang dipakai 12 – 200 (As = 565 mm2)
4. Penulangan Arah Y
Momen Tumpuan (Mty) = −3,367 KN.m
Mu −3367
2
= = - 500 KN/m2
b ×d 1,0× 0,0822
= 0,0026 ρmin > ρ
As = ρmin × b × dy
= 0,0058 × 1000 × 82
= 475,6 mm2
Didapat dari tabel 13a Tulangan yang dipakai 12 – 200 (As = 565 mm2)
92
Gambar 4.72 Denah Penulangan Pelat A (Tebal 12 cm)
Sumber : pribadi
93
Berat per unit volume = 2400 Kg/m3
f.c ( kolom ) = 30 Mpa
Modulus elastisitas = 25742,960 Mpa
Ec=4700 √ fc → 4700 √ 30=25742,960 Mpa
F’c ( balok ) = 30 Mpa
Modulus elastisitas = 25742,960 Mpa
Ec=4700 √ fc → 4700 √ 30=25742,960 Mpa
94
Sesuai dengan Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(PPPURG 1987), ada empat pembebanan yang ditinjau dalam portal, yaitu beban mati,
beban hidup, beban angin dan beban gempa. Sesuai dengan kegunaannya, diperoleh beban
sebagai berikut:
95
1. Angin tekan
Angin tekan arah X
Koefisien tekan 0,9 maka: 570 x 0,9 = 513 kg
Angin tekan arah Y
Koefisien tekan 0,9 maka: 550 x 0,9 = 495 kg
1. Perhitungan gempa
Tabel 4.4 Kaategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV) dan Fakto Keutamaan (Ie)
Kategor
Jenis Pemanfaatan
i Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah I
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
96
a. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan
perikanan
b. Fasilitas sementara
c. Gudang penyimpanan
d. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk
dalam kategori resiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk:
a. Perumahan
b. Rumah toko dan rumah kantor
c. Pasar
II
d. Gedung perkantoran
e. Gedung apartemen/ rumah susun
f. Pusat pembelanjaan/ mall
g. Bangunan industri
h. Fasilitas manufaktur
i. Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi III
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
a. Bioskop
b. gedung pertemuan
c. stadion
d. fasilitas kesehatan yang baik memiliki unit bedah dan
unit gawat darurat
e. fasilitas penitipan anak
f. penjara
g. bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan
dampak ekonomi yang besar dan/ atau gangguan massal
terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
97
a. pusat pembangkit listrik biasa
b. fasilitas penanganan air
c. fasilitas penanganan limbah
d. pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam
kategori resiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar
berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau
bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan
beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
(Sumber: SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
98
Menentukan Parameter percepatan gempa (S1) Parameter percepatan terpetakan
Parameter Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S1(percepatan
batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons
spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik dengan
kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50
tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
99
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan
tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan
dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus
diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai
dengan Tabel 3, berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan
kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium,
yang dilakukan oleh otoritas yang berwewenang atau ahli desain geoteknik
bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 3. Dalam hal ini, kelas situs dengan
kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data tanah
yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus
diestimasi oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki sertifikat/ijin keahlian yang
menyiapkan laporan penyelidikantanah berdasarkan kondisi getekniknya.
Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
for Dummies diperkenankan jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar
telapak atau rakitfondasi dan permukaan batuan dasar.
Nu
lunak)
SF (tanah Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau
khusus,yang lebih dari
investigasi geoteknik - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban
gempa seperti
spesifik dan analisis
mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
respons spesifik-situs
tersementasi lemah
yang mengikuti
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H
(pasal 6.10.1)
> 3 m)
Plasitisitas PI>75)
101
Hasil data tanah berdasarkan nilai SPT (Soil Penetrasion Test) dihitung dengan rumus :
m
∑ ti
i=1
N '= m
∑ ti /¿
i=1
Dimana :
N’ = Nilai test penetrasi standart rata-rata
ti = tebal lapis ke-i
Ni = Hasil test penetrasi standart lapis tanah ke-i
1 0-200 0 0
2 200-500 3 100
4 950-1300 1 350
5 1300-1900 2 300
7 2500-2900 12 33,30
9 3350-3700 24 14,60
∑❑ 4500 1580,40
4500 kg
N= =2,85 /10 lapis
1580,40 cm
2
102
N = 3,61 kg/cm²
Dari tabel perhitungan didapat nilai Test Penetrasi Standart rata-rata, N’ = 2,85 maka
berdasarkan tabel jenis tanah termasuk kategori Tanah Lunak
0,0 0,20
0,2 0,6
0,5 0,6
1,0 0,6
1,5 0,4
2,0 0,3
2,5 0,24
3,0 0,2
Sumber :(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/ )
103
Pemilihan sistem struktur dan parameter sistem (R, F G, H I)
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi
salah satu tipe yang ditunjukkan dalam Tabel. Pembagian setiap tipe berdasarkan
pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem
struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan
ketinggian struktur yang ditunjukkan dalam Tabel. Koefisien modifikasi respons
yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω ; ,dan koefisien amplifikasi defleksi,
Cd sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel harus digunakan dalam penentuan
geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antarlantai tingkat desain. Setiap
sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan didetailkan sesuai
dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam dokumen
acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel dan persyaratan tambahan yang
ditetapkan dalam pasal 7.14 (Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan)
Tabel 4.9 Faktor R , Cd, dan Ω ; untuk sistem penahan gaya gempa
(Contoh untuk Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen )
o Faktor pembesaran defleksi, Cd , untuk penggunaan dalam pasal 7.8.6, 7.8.7 dan
7.9.2
o TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan.
104
o Lihat pasal 7.2.5.4 untuk penjelasan sistem penahan gaya gempa yang dibatasi
sampai bangunan
o Dengan ketinggian 72 m atau kurang.
o Lihat pasal 7.2.5.4 untuk sistem penahan gaya gempa yang dibatas sampai
bangunan dengan ketinggian 48 m atau kurang.
Karena waktu getar struktur arah X dan arah Y diasumsikan sama, maka nilai faktor
reson gempa sama. Nilai spektrum gempa rencana dihitung sebagai berikut:
0,33
Gempa statik arah X, T1 = 0,69 dt → C1 = =0,48
0,69
0,33
Gempa statik arah Y, T2 = 0,69 dt → C2 = =0,48
0,69
Hitungan Gempa
Tabel 4.10 Parameter Daktilitas Struktur Gedung
Taraf Kinerja Struktur Μ R
Gedung
1,5 2.4
2,0 3.2
2,5 4.0
3 4.8
Daktail Pearsial
3,5 5.6
4 6.4
4,5 7.2
5 8.0
Karena struktur gedung didesain dengan daktilitas parsial, diambil faktor daktilitas μ =
5.0 dan ditetapkan kuat lebih beban yang terkandung didalam struktur gedung f1=1.6
105
sesuai SNI Gempa 1726-2019 pasal 4.3.3. maka R = μ . f1= 5.0 . 1.6 = 8. Besarnya nilai
faktor dektalitas (μ) dan Reduksi Gempa (R) ditunjukan pada tabel diatas.
Selimut (p) = 40 mm
ß1 = 0,85
ϕ = 0,8
1
d = h – p – Øs - D
2
1
= 550 – 40 – 10 – 16 = 492 mm
2
1
ds =h–p- Øs
2
1
= 550 – 40 - 10 = 505 mm
2
106
Tabel 4.7 Momen pada balok
Tipe b h Mt Ml D
balok mm mm N N Mm
Tulangan Tumpuan
Mu 14378
- K = = =0,00024
∅ . b d ² 0,8 .300 .492²
382,5. ß 1 . fc ' .(600+ fy−225 . ß 1)
- Kmaks =
(600+ fy)²
- ( √
a = 1− 1−
2.K
0,85 . f c ' )
.d
'
0,85 . f c . a . b
- As perlu =
fy
- As min = ρ min . b . d
Keterangan :
Dipilih As yang besar yaitu As min
As ,u
- Tulangan tumpuan (n) =
0,25.3,14 . D ²
n
- Tulangan lapangan (n’)=
2
107
Tabel 4.9 Jumlah tulangan
Tulangan Lapangan
Tabel 4.10 Momen pada balok
B h Mt Ml D
Tipe balok
Mm mm N N Mm
Mu 503521170
- K = = =0,0001
∅ . b d ² 0,8 .400 .759²
- Kmaks = 382,5 . ß 1 . fc' . ¿ ¿
- ( √
a = 1− 1−
2.K
0,85 . f c ' )
.d
0,85 . f c ' . a . b
- As perlu =
fy
- As min = ρ min . b . d
108
BA 20/40 0,00002 7,87 0,0003 0,004 239,4
Keterangan :
As ,u
- Tulangan tumpuan (n) =
0,25.3,14 . D ²
n
- Tulangan lapangan (n’)=
2
Tulangan geser
- Gaya geser yang ditahan beton (Vc)
1
Vc = √ fc' .b . d
6
- Gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs)
Vu−ϕ .Vc
Vs =
ϕ
- Gaya geser maksimum yang ditahan begel
1
Vs maks = . √ fc . b . d
3
Tabel 4.13 Gaya geser yang bekerja
N N N N
109
BA 20/40 2939 62440 58982 124880
Keterangan :
d
Karena Vs < Vs maks , maka syarat spasi begel = s ≤ dan s ≤ 600 mm
2
- Luas tulangan geser permeter
b.S
Av,u 3 =
3 . fy
d
Tipe balok Av,u 3 Jarak spasi
2
mm² Mm
Keterangan :
d
Syarat spasi s ≤ dan s ≤ 600 mm
2
Tulangan torsi
- Pengaruh puntir
ϕ . √ f c ' Ac p
2
Tu ≤ ( ¿
12 pcp
Tabel 4.15 Pengaruh torsi
Keterangan:
Karena Tu > T , maka perlu tulangan torsi
110
Perbandingan Gaya Geser Dasar Statis dan Geser Dasar Dinamis
Geser dasar statis arah x diperoleh dari baris SX, Kolom GlobalFx
Geser dasar dinamis arah x diperoleh dari baris DX, Kolom GlobalFx
Check
Geser dasar statis arah y diperoleh dari baris SY, Kolom GlobalFy
111
Vsy = 1 235 161,97 kg
Geser dasar dinamis arah y diperoleh dari baris DY, Kolom GlobalFy
Check
Simpangan antarlantai yang diizinkan jenis gedung adalah Universitas (kategori IV),
jenis struktur bukan struktur yang menggunakan dinding geser.
∆a = 0,015hx
= 0,015 x 3000
= 45 mm
Menghitung simpangan yang terjadi. Di ambil contoh lantai 3 pada joint 101 dan lantai 2
joint no 70 di tinjau dalam arah-X. Titik 101 dan 70 adalah titik yang sama pada lantai
yang berbeda.
112
Joint no 101 ⸹2 = 110,272642 mm
Joint no 70 ⸹1 = 104,646819 mm
( ⸹ 2−⸹ 1 ) x Cd
∆x = < ∆a
I
( 110,272642−104,646819 ) x 5,5
= < 45 mm
1
113
4.5 Perhitungan struktur kolom
1
d= h-p-Øs- D
2
- Luas penampang
Ag = b . h
Tabel 4.23 Gaya pada kolom
M m m² Kg kg kg
114
Tabel 4.24 Beban pada kolom
Mm Mm
mm mm mm²
Keterangan :
Tulangan geser
- Gaya geser yang ditahan beton (Vc)
1
Vc = √ fc' .b . d
6
- Gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs)
115
Vu−ϕ .Vc
Vs =
ϕ
- Gaya geser maksimum yang ditahan begel
1
Vs maks = . √ fc ' . b . d
3
Kg Kg Kg Kg
Keterangan :
d
Karena Vs < Vs maks , maka syarat spasi begel = s ≤ dan s ≤ 600 mm
2
Tipe d
Av,u 2 Jarak spasi
kolom
mm² mm
Keterangan :
d
Syarat spasi s ≤ dan s ≤ 600 mm
2
Desain Joint/ Hubungan Balok Kolom (HBK)
a. Cek syarat Panjang joint
Dimensi kolom yang sejajar dengan tulangan balok tidak boleh kurang
dari 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok (SNI 2847:2013
Pasal 21.7.2.3)
B = h = 500 mm
20 db = 20 (19) = 440 mm
116
Jadi panjang joint b = 500 mm > 20 db = 380 mm (memenuhi)
117
Vj = T1 + T2 – Vh = 301 + 201 – 107,221= 394,779 kN
f. Check kuat geser joint
Vn = 1,7 x √ f ' c x Aj = 1,7 x √ 30 x 250 000 = 2327,821 kN
Φ Vn = 0,75 x 2327,821 = 1745,866 kN > Vj = 394,779 kN (memenuhi)
Selimut (p) = 40 mm
ß1 = 0,85
ϕ = 0,8
1
d = h – p – Øs - D
2
1
= 550 – 40 – 10 – 19 = 490,5 mm
2
1
ds =h–p- Øs
2
1
= 550 – 40 - 10 = 505 mm
2
Tabel 4.28 Momen pada balok
B h Ml Mt D
Tipe
M m
balok N N Mm
m m
Tulangan Tumpuan
118
Mu 7317,5
- K = = =0,00012
∅ . b d ² 0,8 .300 .490 ,5²
- Kmaks = 382,5 . ß 1 . fc ' . ¿ ¿
- ( √
a = 1− 1−
2.K
0,85 . f c
' )
.d
0,85 . f c ' . a . b
- As perlu =
fy
- As min = ρ min . b . d
Keterangan :
Dipilih As yang besar yaitu As min
As ,u
- Tulangan tumpuan (n) =
0,25.3,14 . D ²
n
- Tulangan lapangan (n’)=
2
Tulangan Lapangan
Tabel 4.31 Momen pada balok
119
B H Ml Mt D
Tipe
M
balok mm N N Mm
m
TB
300 550 17508,2 7317,5 490,5
30/55
Mu 17508,2
- K = = =0,0003
∅ . b d ² 0,8.300 .490 ,5²
- Kmaks = 382,5 . ß 1 . fc' . ¿ ¿
- ( √
a = 1− 1−
2.K
0,85 . f c '
.d)
'
0,85 . f c . a . b
- As perlu =
fy
- As min = ρ min . b . d
Keterangan :
As ,u
- Tulangan tumpuan (n) =
0,25.3,14 . D ²
n
- Tulangan lapangan (n’)=
2
120
TB 30/55 686,7 3 D19 343 2 D19
Tulangan geser
- Gaya geser yang ditahan beton (Vc)
1
Vc = √ fc' .b . d
6
- Gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs)
Vu−ϕ .Vc
Vs =
ϕ
- Gaya geser maksimum yang ditahan begel
1
Vs maks = . √ fc . b . d
3
N N N N
Keterangan :
d
Karena Vs < Vs maks , maka syarat spasi begel = s ≤ dan s ≤ 600 mm
2
- Luas tulangan geser permeter
b.S
Av,u 3 = dengan S=1000 mm
3 . fy
d
Tipe balok Av,u 3 Jarak spasi
2
mm² Mm
121
Keterangan :
d
Syarat spasi s ≤ dan s ≤ 600 mm
2
122
Gambar 4.78 Permodelan Tangga
Syarat kenyamanan :
Syarat kenyamanan yang digunakan menggunakan aturan acuan dimensi dan
sudut anak tangga. Untuk menghasilkan struktur tangga yang nyaman dilalui, maka
dimensi tangga yang digunakan pada konstruksi memakai perkiraan acuan angka
dibawah ini :
O = Optrede ( langkah tegak ) = 15 cm – 20 cm
A = Antrede ( langkah datar ) = 20 cm – 35 cm
Digunakan : o = 18 cm
a = 30 cm
2 x o + a = 61-67 ( ideal)
2 x 18 + 30 = 66...... “OK”
Pengecekan kemiringan :
16,67
Tg α = 18 / 30 = 0,6
30
α = 30º
Syarat kemiringan 25º < 30º < 45º.....“OK”
30
1
8
1
123
Lebar tangga (l) = 500 cm
Lebar bordes = 230 cm
Panjang bordes = 500 cm
Tebal pelat tangga (ht) = 15 cm
Tebal pelat bordes = 17 cm
Mutu beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 400 Mpa
Optrade (o) = 18 cm
Antrede (a) = 30 cm
Kemiringan (α) = 30º
Berat jenis beton = 2400 kg/m3
Tebal spesi = 3 cm
124
WL = 300 kg/m2
c. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2WD + 1,6WL
= 1,2 x 87 + 1,6 x 300
= 584,4 kg/m2
4.7.3. Analisa Perhitungan Struktur Tangga
Perhitungan analisa struktur dilakukan menggunakan bantuan program SAP
2000. Beban yang dimasukkan sebagai beban merata (Uniform Shell) dalam
progam SAP2000, sedangkan tebal pelat akan dihitung otomatis oleh progam
dengan memasuk kan angka 1 untuk self weightmultipler pada saat pembebanan
(load case). Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah :
1,2 DL +1,6 LL
Keterangan :
DL : dead load (beban mati)
LL : live load (beban hidup)
125
Gambar 4.80 Pemodelan Analisa
Struktur Tangga
126
Gambar 4.81 Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M11)
127
Tangga -19,386 5.5465 - 32.7743 15.3543
128
4.7.4.1. Perhitungan Pelat Tangga M22 (arah x)
1) Perhitungan Tulangan Tumpuan Tangga arah x
Mtx = - 32.7743
Mtx −32.7743
2 = 2 = 2097,555 kN/m
2
by . dx 1 . 0,125
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4)
Mu
= 2000 → ρ=0,0052
bd 2
Mu
= 2100 → ρ=0,0058
bd 2
2097,555−2000
ρint=0,0052+ × ( 0,0058−0,0052 )
100
= 0,00578
ρ∫ ¿ > ρ min
Asperlu = ρ .b.dx
Mu
2 = 900 → ρ=0,0023
bd
Mu
= 1000 → ρ=0,0026
bd 2
982,675−900
ρint=0,0023+ × ( 0,0026−0,0023 )
100
= 0,00255
129
ρ∫ ¿ < ρ min
Asperlu = ρ .b.dx
Mu
= 1400→ ρ=0,0036
bd 2
Mu
2 = 1500 → ρ=0,0039
bd
1465,86−1400
ρint=0,0036+ × ( 0,0039−0,0036 )
100
= 0,00379
ρ∫ ¿ > ρ min
Asperlu = ρ .b.dy
130
Mu
= 400 → ρ=0,0010
bd 2
Mu
2 = 500 → ρ=0,0013
bd
419,395−400
ρint=0,0010+ × ( 0,0013−0,0010 )
100
= 0,000105
ρ∫ ¿ < ρ min
0,000105 < 0,0021 → maka dipakai rasio tulangan perlu ρmin = 0,0021
Asperlu = ρ .b.dy
= 0,0021.1000.115 = 241,5 mm2
ρ∫ ¿ > ρ min
0,00119 > 0,0021 → maka dipakai rasio tulangan perlu ρmin = 0,0021
Asperlu = ρ .b.dx
= 0,000336
ρ∫ ¿ < ρ min
0,000336 < 0,0021 → maka dipakai rasio tulangan perlu ρ = 0,0021
Asperlu = ρ .b.dx
= 0,0021.1000.125 = 262,5 mm2
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393 mm2 > 262,5 mm2
ρ∫ ¿ > ρ min
Mlx 1.5305
2 = 2 = 115,727 kN/m
2
by . dx 1. 0,115
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4)
Mu
= 100→ ρ=0,0003
bd 2
Mu
2 = 200 → ρ=0,0005
bd
115,727−100
ρint=0,0003+ × ( 0,0005−0,0003 )
100
= 0,000331
ρ∫ ¿ < ρ min
0,000331 < 0,0021 → maka dipakai rasio tulangan perlu ρmin = 0,0021
Asperlu = ρ .b.dx
= 0,0021.1000.115 = 241.5mm2
133
ty 435,8 Ø 10 – 175 449
3. Biaya pelaksanaan
134
Gambar 4.84 Pemodelan Pondasi
135
2,6 1 24 22,8 10 294,67
2,8 1 25,33 23 10 300
3 1 26,67 23,2 12 305,33
3,2 1 28 23,4 12 310,67
3,4 1 29,33 23,6 16 318,67
3,6 1 30,67 23,8 16 326,67
3,8 1 32 24 20 337,33
4 1 33,33 24,2 20 350,67
4,2 1 34,67 24,4 20 364
4,4 2 37,33 24,6 20 377,33
4,6 18 40 24,8 24 390,67
4,8 16 42,67 25 24 404
5 34 50,67 25,2 24 417,33
5,2 42 56 25,4 24 430,67
5,4 52 61,33 25,6 24 444
5,6 50 66,67 25,8 24 457,33
5,8 56 72 26 24 470,67
6 54 77,33 26,2 24 484
6,2 44 82,67 26,4 24 497,33
6,4 20 88 26,6 24 510,67
6,6 24 93,33 26,8 24 524
6,8 30 98,67 27 24 537,33
7 14 104 27,2 24 550,67
7,2 8 106,67 27,4 20 564
7,4 20 102 27,6 20 577,33
7,6 20 117,33 27,8 20 590,67
7,8 20 122,67 28 24 604
8 12 125,33 28,2 26 617,33
8,2 8 128 28,4 26 630,67
8,4 6 130,67 28,6 26 644
8,6 6 133,33 28,8 26 657,33
8,8 4 136 29 26 670,67
9 4 138,67 29,2 30 684
136
9,2 4 141,33 29,4 30 697,33
9,4 2 144 29,6 30 710,67
9,6 2 146,67 29,8 30 724
9,8 2 149,33 30 30 737,33
qc . Ap TF . Ka
Q u= +
3 5
Keterangan :
Qu = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai conus (kg/cm2)
TF = Total Friction (kg/cm)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2) (490,625 cm2)
Ka = Keliling penampang tiang pancang (cm) (78,5 cm)
SF = Safety Factor, 3 dan 5
Tabel 4.39 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Bulat (Beton Precast)
qc TF D Daya
Kedalaman (kg/cm2) (kg/cm) pancang dukung
No Titik (m) (cm) (ton)
1 SM1 25 24 404 25 10,267
137
Berdasarkan jumlah tiang pancang direncanakan pile cap dengan tipe
sebagai berikut:
Dengan S = 2,5D ≤ 3D
Keterangan :
S = jarak as-as tiang
D = diameter tiang pancang
S = 2,5 D
= 2,5 . 25 = 62,5 cm diambil 50 cm
Keterangan :
m = jumlah baris x (2) d = diameter tiang
n = jumlah baris y (1) s = jarak antar tiang
Tabel 4.41 Efisiensi Pile Cap Group Tipe P-4 D80
Tipe D S Arc tan Tebal Panjang Lebar
No Pile Cap (mm) (mm) d/s (cm) (cm) (cm) E PG
1 P-1 25 50 26,57 115 195 205 0,85
138
Pemeriksaan daya dukung kelompok pancang terhadap beban yang bekerja :
Check beban pada Joint 71
P total=Pu+ P pile cap + P sendiri pancang
1 2
P total=4 ,236 +1,95.2,05. 1,05 . 2,4+ . 3,14.0 , 25 . 25.6=21,669 ton
4
Qijin maks=Qu x n x E PG=10,267 .6 . 0,85=52,362 ton
Tabel 4.42 Pemeriksaan Daya Dukung Spun Pile Group Tipe P-4 D80
P Daya
N P
Pu Pile Dukung P total
No Joint Tipe tian Pancan Check
(ton) Cap Group (ton)
g g (ton)
(ton) (ton)
21,66
1 71 10,1 6
P-1 4,24 7,359 52,362 > 9 Aman
Pu
No Joint Tipe Mx My
(ton)
Pu = 4,236 ton
Mu x = -1,77 ton.m Mu y = 3,85 ton.m
139
Pu Mx . y My . x
P total= + +
n ∑ y2 ∑ x2
Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu x
xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu y
n = jumlah tiang pancang
Tabel 4.44 Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-4 D80
P Qu Chec
No x Y x² y²
(ton) (ton) k
1 -0,40 0,80 0,16 0,64 2,810 < 10 , 267 Aman
2 0,40 0,80 0,16 0,64 4,555 < 10 , 267 Aman
0,562
3 -0,75 0 0 2,600 < 10 , 267 Aman
5
0,562
4 0,75 0 0 5,872 < 10 , 267 Aman
5
5 -0,40 -0,80 0,16 0,64 3,917 < 10 , 267 Aman
6 0,40 -0,80 0,16 0,64 5,662 < 10 , 267 Aman
∑ 1,765 2,56
140
Gambar 4.87 Denah Penampang Kritis Tipe P-1
141
51,350 ton>11,534 ton → Aman
maka tidak perlu dilakukan pengecekan geser lentur karena tiang tidak
berada dalam bidang geser yang terbentuk.
4.8.2.3.Penulangan Pile Cap
4.8.2.3.1. Perhitungan Momen pada Pile Cap
Momen tipe P-1 arah x = Mux maks P-1 = 1,77 ton.m
Momen tipe P-1 arah y = Muy maks P-1 = 3,85 ton.m
4.8.2.3.2. Perhitungan Tulangan Pile Cap
Pile Cap Tipe P-4
Perhitungan tulangan direncanakan :
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa 300 kg/cm2
Mutu tulangan (Fy) = 400 Mpa 4000 kg/cm2
Diameter tulangan pokok = D 19 19 mm
Tebal pile cap (h) = 115 cm 1150 mm
Dimensi Kolom = 40 x 50 cm
Selimut Beton = 75 cm
Tinggi efektif arah x
d = h – p – ½ D tul. pokok
= 1150 – 75 – ½ x 19
= 1065,5 mm
Tinggi efektif arah y
d = h – p – D tul. pokok + ½ D tul. pokok
= 1150 – 75 - 19 + ½ x 19
= 1065,5 mm
Rasio tulangan minimal
ρ min=0,0038 (Tabel.6, Gideon Kusuma series 1, hal 52)
Rasio tulangan kondisi balance
ρb=β
fy (
0,85 f ' c 600
600+ fy)=0,85
0,85. 30
400 (600
600+ 400 )
¿ 0,032
(pasal 10.4.3, SNI 2847:2013, hal 54 )
Rasio tulangan maksimal
142
ρ max=0,75∗ρb
ρ max=0,75∗0,032
= 0,024
(pasal 12.3.3, SNI 2847:2013, hal 70)
Tulangan Arah X
Momen = 1,77 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
( 2 0.85 . fc ))
Rn max=ρ max . fy 1−( ρ max
.
fy
( 0,024
Rn max=0,024 . 400 1−(
2
.
0.85 . 30 ) )
400
=7,89
( √ )
'
0,85 . f c 2 Rn
ρ perlu= 1− 1−
fy '
0,85. f c
ρ perlu=
400 ( √
0,85.30
1− 1−
2. 0,02
0,85.30 )
=0,00005
143
2
As perlu=ρ .b . d=0,0038.1150. 1065 ,5=4656,235 mm
Jarak tulangan yang diperlukan per meter
1 2 b 1 2 1150
s perlu= π . D . = .3,14. 19 . =69,99 mm
4 As 4 4656,235
Jarak tulangan maksimal
Jarak tulangan dipakai s=50 mm
Digunakan D 19−200
Luas tulangan dipakai
1 2 b 1 2 1150
As= π . D . = 3,14 .19 . =6517,855mm
4 s 4 50
As> As perlu → ( OK )
Tulangan Arah Y
Momen = 3,85 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
Rn max=ρ max . fy 1−
( ( ρ max
2
.
fy
0.85 . fc ))
Rn max=0,024 . 400 1− ( ( 0,024
2
.
400
0.85 . 30
=7,89))
Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80
(pasal 11.3.2.1, SNI 2847:2013, hal 61)
ρ perlu=
fy ( √
0,85 . f ' c
1− 1−
2 Rn
0,85 . f ' c )
144
ρ perlu=
0,85.30
400 ( √
1− 1−
2 . 0,04
0,85.30 )
=0,0001
145