You are on page 1of 16

PENGAUDITAN INTERNAL

KONTROL BAGI INTERNAL AUDIT

OLEH :
KELOMPOK 14
“E” AKUNTANSI MALAM

Ni Luh Ariyanti (1902622010311/20)


Gusti Ayu Indri Dewi (1902622010322/31)

Dosen Pengempu : I Ketut Sunarwijaya, SE.,M.Si

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2019
1) DEFINISI DAN STANDAR KONTROL AUDIT INTERNAL
- Definisi Awal
Pentingnya kontrol audit bagi auditor ( atau pengecekan internal seperti disebut pertama
kali) diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwa sistem
pengecekan internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan audit yang terperinci.
Menurutnya kontrol dapat dibagi menjadi 3 elemen yang terdiri atas : pembagian kerja,
penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai. Menurut George
E. Bennett tahun 1930 pengecekan internal adalah koordinasi dari sistem akun-akun dan
prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seseorang karyawan selain mengerjakan
tugasnya sendiri juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk
hal-hal tertentu yang rawan kecurangan.
- Definisi Kontrol
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol internal adalah rencana
organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran – pengukuran yang
diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data
akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan
manajerial yang telah ditetapkan.
1. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik
Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu luas untuk tujuan
mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi kontrol administratif dan kontrol
akuntansi. Menurut Statement of Auditing Standards atau SAS No 1:
 Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi , prosedur
dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang tercermin dalam
otorisasi manajemen atas transaksi.
 Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang berkaitan
dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan, yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang wajar bahwa :
a. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum aatu khusus dari manajemen.
b. Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya yangb berlakuuntuk
laopran tersebut dan untuk menjaga akuntabilitas atas aktiva.
c. Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
d. Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yang ada pada
periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka akan diambil tindakan yang
tepat.
Dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administrasif menghubungkan kontrol
tersebut dengan manajemen, sementara definisi kontrol akuntansi tidak.
2. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal
Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua sarana perusahaan untuk
meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi
bentuk organisasi, kebijakan, sistem, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun,
perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana dan
audit internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika
dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dan definisi kontrol menurut IIA ( Institute of
Internal Auditors ) yaitu setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
2) MODEL – MODEL KONTROL INTERNAL
Pada awalnya manajemen menggunakan serangkaian fungsi pengujian pengendalian
untuk menentukan kecukupan fungsi Internal Controls organisasi. Kemudian mulailah
berkembang cara pandang baru terkait Internal Controls khususnya di Amerika Serikat, Kanada
dan Inggris. Pada ketiga negara tersebut itulah dikembangkan model Internal Controls yang
terintegrasi.
1. Model COSO
Model COSO yang dikembangkan pada awal tahun 1990an ini menghubungkan
pengendalian dengan lingkungan pengendalian diantaranya meliputi budaya organisasi, sikap
orang yang ada didalam organisasi, dan pendekatan organisasi untuk menilai risiko. Model ini
melakukan pengendalian dengan cara menempatkan pengendalian pada didalam
praktek/pelaksanaan kegiatan organisasi. Model COSO mendefinisikan Internal Controls
sebagai sistem yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap
pencapaian tujuan (1) efektivitas dan efisiensioperasi, (2) keandalan informasi keuangan dan
(3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Model COSO terdiri atas lima komponen pengendalian intern sebagai berikut :
 Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
 Penentuan Risiko (Risk Assessment)
 Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
 Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)
 Pengawasan (Monitoring)
Model COSO mensyaratkan adanya pertimbangan untuk kelima komponen
a) Lingkungan Pengendalian (The Control Environment).
Komponen ini merupakan pondasi awal untuk pengembangan Sistem Internal Controls
dengan menyediakan disiplin dan struktur yang bersifat fundamental. Hal ini diantaranya
mencakup: Integritas dan Nilai Etika, Komitmen terhadap Kompetensi, Berfungsinya
Auditor, Filosofi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Pemberian
Wewenang dan Tanggung Jawab, Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia (SDM).
Ketiadaan satu atau lebih unsur yang penting dari lingkungan pengendaliaan akan
menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun terdapat kekuatan dari sisiempat komponen
pengendalian internal yang lain. Efektivitas Internal Controls merupakan fungsi dari unsure
lingkungan pengendalain terhadap individual yang menciptakan, mengadministrasikan, dan
memonitor pengendalian. Suatu organisasi perlu menetapkan lingkungan pengendalian
yang dikomunikasikan kepada pegawai dan diperkuat dalam pelaksanaan kegiatan
seharihari.
b) Penilaian Risiko (Risk Assessment).
Komponen ini merupakan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh manajemen
terhadap risiko terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian risiko
organisasi dapat dilakukan melalui identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko-risiko yang
relevan terhadap penyusunan laporan keuangan yang secara wajar disajikan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum. Proses penilaian risiko harus mempertimbangkan
kejadian dan keadaan baik yang bersifat eksternal dan internal yang mungkin timbuldan
secara tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dan
laporan keuangan. Risiko organisasi dapat berasal dari perubahan dalam lingkungan operasi,
peronil baru, sistem informasi baru, pertumbuhan organisasi yang cepat, teknologi baru, dan
lain-lain.
c) Kegiatan Pengendalian (Control Activities).
Komponen ini berupa kegiatan, kebijakan, prosedur dan praktek yang menjamin pencapaian
tujuan institusi. Kegiatan ini memungkinkan pengambilan berbagai tindakan yang
diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan
pengendalian berlangsung di seluruh organisasi, semua tingkatan dan pada semua fungsi
yang ada. Kegiatan ini mencakup rentang kegiatan mulai dari pengesahan, kewenangan,
verifikasi, rekonsiliasi, pengkajian ulang kinerja, pengamanan aktiva dan pemisahan tugas.
Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya penelahaan kinerja, pengolahan
informasi, pengendalian fisik dan pemisahan fungsi.
d) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).
Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan
mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan
menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang mengizinkan orang
menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada menghasilkan laporan- laporan yang
berisi informasi mengenai kegiatan organisasi, keuangan dan informasi yang ada
hubungannya dengan kepatuhan, yang memungkinkan penggunaannya untuk menjalankan
dan mengendalikan organisasi. Informasi ini tidak hanya berhubungan dengan data yang
dihasilkan internal, tetapi juga mengenai peristiwa- peristiwa eksternal, kegiatan-kegiatan
dan kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan
pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam bentuknya
yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai tingkatan dalam organisasi dan juga ke
atas. Semua pegawai harus menerima informasi atau pesan dari Manajemen secara jelas
yang menegaskan bahwa tanggung jawab menjalankan kontrol harus dilakukan secara
sangat serius. Pegawai harus mengerti peran mereka dalam sistem Internal Controls, sama
seperti kegiatan masingmasing secara individual memiliki hubungan dengan pekerjaan
orang lain. Pegawai harus memiliki alat atau media untuk mengkomunikasikan informasi
ke atasan mereka. Mereka juga butuh untuk berkomunikasi secara efektif dengan pihak luar,
seperti halnya pelanggan, pemasok (vendor), pemilik saham dan regulator.
e) Pemantauan (Monitoring).
Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu organisasi dapat
tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls untuk menentukan apakah
sistem beroperasi spserti yang diinginkan dan dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan
dalam kondisi. Pemantuan merupakan suatu proses yang menilai mutu sistem Internal
Controls sepanjang waktu. Pemantuan mencakup personil yang tepat untuk menilai disain
dan operasi pengendalian dengan dasar yang tepatwaktu dalam mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan. Pengawasan ini juga melibatkan unsur eksternal terhadap
Internal Controls yang dilakukan oleh manajemen atau pihak lain di luar proses serta
pelaksanaan metodologi independen seperti prosedur atau standar cheklist yang biasa
dilakukan oleh pegawai dalam proses. Dalam konteks struktur organisasi, Model COSO
menempatkan dalam konteks mengapa pengendalian tetapi bukan bagaimana atau dimana .
Model COSO mengilustrasikan hubungan antara risiko dan pengendalian serta menekankan
pada tanggung jawab manajemen dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam mencari
jalan agar tujuan dapat dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan kata lain, sebagai
satu dari beberapa strategi peminimalan risiko yang akan diambil oleh pimpinan. Model
COSO secara umum dilihat sebagai model pengendalian keras (hard controls) karena COSO
difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan sistem tergantung pada aksi manajemen dan
menaruh ekspektasi (harapan) pada pimpinan untuk memantau dan mereview kesuksesan
mereka dalam mencapai sasaran/tujuan melalui penggunaan/penerapan Internal Controls
yang tepat. Model COSO memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang
didesain untuk memuaskan kebutuhan dari semua kelompok yang berhubungan dengan
Internal Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan internal, CFO (Chief
Financial Officer), akuntan manajemen dam otoritas pengatur.
2. Model COCO
Model COCO dikembangkan oleh CICA (Criteria of Control Board of the Canadian
Institute of Chartered Accountants). Model COCO mencakup empat komponen yaitu:
 Tujuan (Purpose)
 Komitmen (Comitment)
 Kemampuan (Capability)
 Pengawasan dan Pembelajaran (Learning Monitoring)
3. Model COBIT
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) merupakan
sekumpulan dokumentasi best practices yang dapat membantu organisasi untuk menjembatani
gap antara risiko, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT
dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang merupakan bagian dari Information Systems
Audit and Control Association (ISACA) pada tahun 1992. COBIT memberikan kerangka kerja
yang terdiri atas:
4. Model CADBURY
Model Cadbury menekankan pada pengendalian keuangan (financial control) dengan
menghasilkan kehandalan dari pelaporan keuangan. Selain itu model ini menekankan pula
adanya jaminan atas perlindungan asset dari pelepasan (disposal) yang tidak sah dan catatan
akuntansi yang baik serta kehandalan informasi keuangan yang digunakan untuk bisnis atau
untuk publikasi.
3) SISTEM KONTROL
a. Elemen – elemen Sistem Kontrol
Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan analisis komponen -
komponen lainnya. Bila digabungkan elemen - elemen ini membentuk sistem kontrol, bisa
memiliki subsistem - subsistem dan bisa juga menjadi bagian dari sistem yang lebih besar. Semua
sistem berfungsi secara harmonis untuk memenuhi satu atau lebih tujuan bersama. Sistem bisa
berbentuk tertutup atau terbuka. Sistem tertutup ( closed system ) tidak berinteraksi dengan
lingkungan, sedangkan sistem terbuka ( open system ) memiliki interaksi. Semenjak komputer
digunakan secara luas, sistem tertutup sering digunakan. Auditor internal akan berhubungan
dengan kedua sistem meskipun mereka tidak dapat mengabaikan dampak lingkungan pada sistem
kontrol terbuka.
Contoh ilustrasi tentang sistem tertutup adalah sistem yang digunakan untuk mengatur suhu di
rumah, sebagai berikut :
- Tujuan dari pemilik rumah adalah mengendalikan lingkungan di dalam rumah– interaksi
dengan lingkungan tersebut–dengan cara mengatur panas atau dingin yang dibutuhkan.
Jika lingkungan bercuaca sangat panas atau dingin, penyejuk udara dapat dinaikkan atau
diturunkan agar temperatur mencapai tingkat yang nyaman. Kontrol ini dapat dilakukan
secara manual atau melalui beberapa kontrol, misalnya menggunakan termostat. Tujuan
yang ingin dicapai pada kasus tersebut adalah kenyamanan. Menetapkan tujuan
merupakan langkah pertama dalam proses kontrol. Termostat dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan tersebut. Pengaturan yang tepat merupakan standar – elemen kedua dari
kontrol. Sistem usaha, tentu saja biasanya lebih kompleks, tetapi cara kerjanya tetap sama.
Sistem lingkaran tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang persediaan,
disebut sistem umpan balik ( feedback system ). Seperti halnya yang berlaku pada termostat.
Keluaran ( dalam hal ini lingkungan) dibandingkan dengan suatu standar sehingga diperoleh
respons yang tepat. Semua sistem operasi memiliki bagian - bagian dasar yang terdiri atas
masukan ( input ), pemrosesan ( processing ), dan keluaran ( output ).

Keluaran
(output)
Masuk
(input)

Pemrosesan
( processing)

Untuk mengendalikan proses sehingga keluaran tetap memenuhi standar yang


diinginkan, ada dua elemen yang harus ditambahkan. Kontrol dan umpan balik.

Kontrol

Masukan
Pemrosesan Keluaran

Umpan Balik

Jadi, dalam sistem produksi :


- Masukan terdiri atas karyawan, mesin, dan bahan mentah.
- Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
- Keluaran adalah produk jadi
- Sistem kontrol mencakup kontrol produksi, yang mengatur arus bahan baku jasa, serta
inspeksi keluaran.
- Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi atau pengamatan
terkomputerisasi.
- Umpan balik mengomunikasikan varians ( penyimpangan ) ke elemen pemrosesan.
- Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk mencapai standar yang
diinginkan.
Sistem lingkaran tertutup ( closed – loop system ) sesuai dengan pandangan manajemen
klasik tentang kontrol : untuk meyakinkan bahwa sistem telah tercapai.
Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha untuk mencapai hasil yang sesuai
dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.
4) STANDAR – STANDAR KONTROL INTERNAL
Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi yang berasal dari beberapa sumber:
 Standar produksi
 Standar akuntansi biaya
 Standar tugas
 Standar industri
 Standar historis
 Standar estimasi terbaik
Standar tersebut bersifat wajar, mengandung faktor – faktor toleransi yang layak,
mencerminkan kondisi saat ini, dan akan menghasilkan tujuan yang diinginkan.
a. Standar – standar Kontrol Internal
Terdapat kerangka standar yang harus diikuti sistem kontrol :
1. Standar Umum
 Keyakinan yang wajar
 Perilaku yang mendukung
 Integritas dan kompetensi
 Tujuan kontrol
 Pengawasan kontrol
2. Standar – standar Rinci
 Dokumentasi
 Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu
 Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian
 Pembagian tugas
 Pengawasan
 Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/ dan catatan
b. Karakteristik – karakteristik Kontrol
Audit internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dengan menentukan kesesuaiannya
dengan kriteria yang ditetapkan. Sebuah sistem yang dapat diterima memiliki ciri – ciri
sebagai berikut :
1. Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sejak awal untuk
menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya.
2. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.
3. Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan.
4. Fleksibilitas
Keadaan bisa berubah sewaktu – waktu.
5. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bisa dilakukan bila kontrol tidak hanya
mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
6. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen.
7. Masalah – masalah dengan kontrol
Kontrol harus diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespon kebutuhan.
Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi, informasi yang diberikan kontrol
bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga diberikan ke orang yang tidak tepat, atau bisa juga
terlalu rumit sehingga tidak bermanfaat.

c. Sarana untuk Mencapai Kontrol


Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsi di dalam
perusahaan adalah :
 Organisasi
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujui untuk orang –
orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien
dan ekonomis.
 Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi pedoman, atau
membatasi tindakan.
 Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan
kebijakan yang telah diterapkan.
 Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk
melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik disamping kinerja masing –
masing individu adalah supervisi.
 Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada aktivitas
dan sumber daya. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan dalam organisasi.
 Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil – hasil yang diharapkan yang dinyatakan
dalam bentuk numerik.
 Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima. Oleh
karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis.

5) LAPORAN & KONTROL AUDIT


a. Laporan Auditor Internal tentang Kontrol Internal
Auditor internal diharapkan ahli dalam aspek kontrol. Mereka juga diharapkan
memeiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip manajmenen, yang mungkin kontrol
merupakan element yang dominan. Konsekuensinya dalam audit internal, praktisi audit
bisa jadi tidak begitu mengenali operasi aktual tetapi auditor harus mengenal manajemen
dan aspek kontrol dari fungsi klien.
Auditor internal secara periodik akan mengakumyulasikan evaluasi kontrol dari banyak
laporan audit internal dan mencapai kesimpulan tentang lingkungan kontrol internal,
struktur, dan filosofi organisasi secara keseluruhan.
Laporan harus merinci tujuan dan lingkup pemeriksaan dan harus akurat, objektif, jelas,
singkat, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
b. Pendekatan Siklus untuk Kontrol Akuntansi Internal
Pendekatan siklus untuk mengevaluasi prosedur dan teknik kontrol. Pendekatan ini
terkait dengan siklus transaksi usaha, yaitu transaksi-transaksi yang ada pada sistem
kontrol organisasi. Misalnya “siklus pengeluaran” untuk barang yang dibeli diawali dari
otorisasi ke pemasok-pemasok tertentu, kemudian proses pemilihan pemasok, penerimaan
barang, dan pembayaran ke pemasok, kemudian berkahir dengan pencatatan pembayaran.
c. Dampak Pengaturan Organisasi terhadap Kontrol Internal
Perampingan oprasi yang dilakukan manajemen agar lebih ekonomis dan efisien dapat
berdampak besar terhadap fungsi kontrol internal tradisional. Auditor selalu memerhatikan
kejadian-kejadian yang menyebabkan kontrol dikurangi atau diubah demi mencapai
efisiensi yang lebih tingi sehingga meningkatkan kinerja pegawai atau organisasi.
d. Pengurangan Kontrol – Organisasi Virtual
Dengan perampingan dan pengaturan organisasi, manajemen sebenarnya telah
mempertanyakan konsep kontrol tradisional pada aspek-aspek operasi yang memiliki
banyak kontrol tradisional. Aspek-aspek ini mencakup utang usaha, persediaan, piutang
usaha, pengangkutan, dan penjualan. Bahkan pada operasi yang pemindahan dana
merupakan hal yang substansial, “pandangan baru” yang berkembang adalah rencang
operasi untuk mengganti kontrol melalui pengalihan tanggung jawab dan akuntabilitas ke
organisasi lain yang melaksanakan kontrol sebagai bagian dari proses operasi perusahaan
yang normal.
Konsep baru ini, yang disebut “organisasi virtual,” didasarkan pada asas saling percaya
dan memberikan tanggung jawab dan akuntabilitas ke organisasi yang paling baik
menjalankan fungsinya. Gibbs dan Keating telah menetukan empat halyang harus
dipertimbangkan:
 Integritas: berkatitan dengan ketidak akuratan atau kualitas data yang rendah
 Pengamanan: berkaitan dengan pengamanan aktiva
 Ketersediaan: mengarah pada interupsi operasi
 Pemulihan: kesulitan dalam memulai kembali atau melanjutkan operasi setelah
diinterupsi.
e. Audit Control :
Tujuan audit control :
1. Kontrol memang diterapkan
2. Kontrol secara structural memang wajar
3. Kontrol dirancang untuk mencapai tujuan menajemen khusus atau untuk mencapai
ketaatan denganpersyaratan yang ditentukan, atau memastikan akurasi dan kelayakan
transaksi
4. Kontrol memang digunakan
5. Kontrol secara efisien melayani tujuan tersebut
6. Kontrol bersifat efektif, dan
7. Manajemen menggunakan keluaran yang dihasilkan sistem kontrol Secara rinci auditor
harus :
 Menelaah elemen risiko control
 Menentukan tujuan system control
 Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi
atau dirancang untuk memastikan ketaatandengan persyaratan internal atau eksternal
 Memeriksa dan menganalisasistem control untuk menentukan kewajaran
susunannya: yaitu, apakah terdapat kreteria, metode pengukuran kondisi, evaluasi
penyimpangan, evaluasi efektivitas, dan metode laporan.
 Menentukan apakah hasil control dirancang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
 Menelaah operasi sisitem control
 Menentukan apakah hasil control mencapai tujuan manajemen ketika membuat
control tersebut.
 Menentukan apakah system control memiliki karakteristik-karakteristik berikut:
- Fleksibilitas
- Pengindentifikasian penyebab
- Ketepatan waktu
- Kelayakan
- Akuntabilitas
- Penempatan
f. Kontrol - kontrol Operasi Internal
- Kontrol, Kreteria, dan Tujuan
Auditor internal harus memiliki keahlian dalam hal control operasi sebagaimana keahlian
yang dimiki dalam control akuntansi dan keuangan. Kontrol yang tidak memadai atau tidak
efektif pada departmen produksi atau pemasaran dapat menyebabkan kerugian dalam dolar
yang lebih besar dibandingkan departemen akuntansi . Jutaan dolarterbuang percuma akibat
program yang tidak efektif. Sebagaimana halnya control keuangan, control atas aktivitas-
aktivitas nonkeuangan juga harus berpegangan pada tujuan dan kreteria. Kontrol keuangan
ditetapkan sesuai prosedur akuntansi yang diterima umum, sementara control nonkeuangan
harus ditetapkan sesuai dengan prinsip dan teknik manajemen yang dapat diterima.
- Fungsi dan Kontrol Manajemen
Dalam setiap empat fungsi manajemen, kreteria kinerja yang dapat diterima memang
dibutuhkan, yang jika dipenuhi, akan memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan
akan tercapai. Untuk perencanaan aktivitas penelitian dan pengembangan membutuhkan
prosedur-prosedur formal untuk mengedalikan pembuatan rencana pengembangan produk,
begitu pula aktivitas pembelian akan membutuhkan prosedur-prosedur formal untuk
mengawasi pemilihan pemasok potensial.
- Kontrol yang Berlebihan
Kontrol dalam banyak contoh memang telah dilakukan secara berlebihan. Laporan control
yang seharusnya membantu manajer mengendalikan aktivitas mereka sediri, sering kali
dipersalahkan karena :
1. Terlalu tebal : seharusnya dibuat ringkas dengan menekankan hal-hal penting saja
2. Terlalu rumit : instruksi seharusnya mudah dibaca aktivitas seharusnya mudah
dilakukan laporan seharusnya mudah diinterprestasikan dan mudah dipahami.
3. Terlalu umun : seharusnya focus pada satu arah
4. Terlalu klise : seharusnya lebih elastic dan jika terdapat masalah-masalah tidak
biasa yang dilaporkan, harus didefinisikan dengan jelas.
5. Menyesatkan : laporan harus mencapai kesimpulan yang jelas
6) ARTIKEL DENGAN KONTROL

Judul Artikel :

INTERNAL KONTROL PENGARUH DAN PERKEMBANGANNYA

Perhatian terhadap pentingnya internal control dalam organisasi berjalan dari


waktu ke waktu untuk meningkatkan fungsi internal control yang disesuaikan dengan
perkembangan lingkungan organisasi, dimulai dengan adanya internal check, kemudian
internal control system, internal control structure dan terakhir adalah internal control-
integrated framework. Internal control system sempat berkembang beberapa tahun di
Indonesia yang selanjutnya digantikan oleh internal control structure yang digunakan
dalam Standar Profesional Akuntan Publik sampai dengan sekarang. Dari berbagai
bentuk perkembangan tersebut, memberikan peranan yang sangat besar dalam membantu
para manajer organisasi dalam meningkatkan reliabilitas data, mendeteksi dan
mengawasi berbagai kegiatan perusahaan, mencegah terjadinya berbagai penyimpangan
serta membantu audit internal dan eksternal dalam melaksanakan pemeriksaan. Dengan
demikian internal control dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/bab-2-kontrol-audit.html
https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2007/12/modul-2-internalauditing-control

You might also like