You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu dari negara di Asia yang memiliki kerentanan HIV akibat
dampak perubahan ekonomi dan perubahan kehidupan sosial. Saat ini epidemi AIDS dunia
sudah memasuki dekade ketiga, namun penyebaran infeksi terus berlangsung yang
menyebabkan negara kehilangan sumber daya dikarenakan masalah tersebut. Materi dasar
dalam pelatihan konseling dan tes HIV akan menggambarkan kebijakan Pemerintah RI dalam
penanganan HIV dan membantu peserta memahami arti dari epidemiologi. Program HIV
AIDS dikelola pemerintah dan masyarakat merupakan kebijakan yang terpadu untuk
mencegah penularan HIV dan memperbaiki kualitas hidup orang dengan HIV. Berdasarkan
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa setiap kegiatan dalam upaya
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Peraturan
Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya penanggulangan
HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 lalu melaporkan terdapat 36,1 juta orang
terdeteksi mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency
Virus (AIDS). Para pengidap lazim disebut “orang dengan HIV/AIDS (ODHA)” dengan
prevalensi yang sangat bervariasi dan rata-rata mencapai 5 persen. Lebih dari 7,4 juta orang
terinfeksi HIV/AIDS di daerah Asia Pasifik, dan sebagian besar adalah para pekerja di
usianya yang paling produktif. Setiap hari sekitar 14.000 orang di seluruh dunia tertular
HIV/AIDS, 6.000 orang diantaranya berusia antara 15 dan 24 tahun dan akan menjadi
generasi tenaga kerja yang akan datang. Kira-kira 800.000 orang dewasa, 450.000
diantaranya laki-laki, terinfeksi HIV di Asia Selatan dan Asia Tenggara pada tahun 2003.
Dengan 150.000 kasus baru pada tahun 2003, Asia Timur dan Pasifik termasuk dua daerah
yang masih bisa menahan masuknya HIV/AIDS. Pada akhir tahun 2003, diperkirakan akan
ada sebanyak 7 juta ODHA di dua daerah ini.
Penyebaran HIV/AIDS masih menjadi ancaman serius hingga saat ini. Bukan saja
karena derita fisik yang harus ditanggung orang dengan HIV/AIDS atau ODHA, tetapi juga
faktor psikologis (penerimaan masyarakat) dan faktor sosial (stigma dan diskriminasi dari
masyarakat) yang masih selalu menghantui setiap penderita.

1
Saat ini, Indonesia telah masuk ketahapan Epidemi terkonsentrasi atau dalam ilmu epidemi,
red epidemic level (tingkat epidemi merah), dalam arti kata lebih dari 5 % kelompok orang
perilaku resiko tinggi telah terpapar HIV/AIDS.
Di Indonesia pada tahun 2001 diperkirakan terdapat 80.000 sampai dengan 120.000 orang
tertular HIV. Data Depkes RI sampai dengan September 2005 tercatat 8.250 kasus HIV/AIDS
di Indonesia. Diperkirakan sampai dengan November 2006 terdapat 170 ribu dari total 220
juta jumlah penduduk di Indonesia yang mengidap HIV/AIDS dengan prevalensi sekitar 0,1
%. Menurut estimasi, terdapat 5500 kasus kematian akibat AIDS di Indonesia. Epidemi ini
terutama menjangkit pada pemakai narkoba dengan menggunakan jarum suntik (injecting
drug users/IDU) dan para mitra seksual mereka, mereka yang melakukan praktik pelacuran,
dan para pria yang melakukan hubungan seksual sesama jenis.
Pada tahun 2004, dari semua kasus HIV yang dilaporkan, 43,3 % kasus disebabkan oleh
hubungan heteroseksual dan 44,1 % kasus akibat IDU. Dan sepanjang tahun 2006, di
Indonesia terdapat 6.987 kasus HIV/AIDS, tapi estimasi sementara jumlah tersebut bisa
mencapai 193.000 kasus atau pada kisaran 169.000 hingga 216.000 orang. Ini karena
kemungkinan besar banyak dari penderita yang tidak tahu kalau mereka sudah terjangkit
virus HIV. Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia pun menigkat tajam di beberapa wilayah,
khusunya di Jakarta dan Papua.
Jakarta masih mendominasi jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sejak Januari hingga
September 2006. Data Depkes menunjukkan bahwa dari 6.987 kasus di 32 provinsi, Jakarta
mendominasi dengan 2.394 kasus. Terbanyak di Jakarta Pusat sebanyak 958 kasus.
Sementara itu di Sulawesi Selatan, menurut data Dinkes Sulawesi Selatan, sampai dengan
Desember 2005 tercatat 546 kasus, kasus terbesar ditemukan di kota Makassar, dengan
jumlah kasus sebanyak 485 orang. Sedangkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan sampai September 2006 terlaporkan 274 orang menderita AIDS dan 723 orang
terinfeksi HIV dan tersebar di 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah ini
akan terus meningkat, jika tidak ditanggulangi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian HIV AIDS ?
2.      Bagaimana Cara Penularan HIV AIDS ?
3.      Bagaimana Perjalanan Infeksi HIV AIDS ?
4.      Bagaimana Gejala Klinis HIV AIDS ?
5.      Bagaimana Komplikasi HIV AIDS ?

2
6.      Bagaiamana Pencegahan HIV AIDS ?
7.      Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostik HIV AIDS ?
8.      Bagaimana Penatalaksanaan Medis HIV AIDS ?
9.      Bagaimana Penatalaksanaan Diet Penderita HIV AIDS ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian HIV AIDS.
2.      Mengetahui Cara Penularan HIV AIDS.
3.      Mengetahui Perjalanan Infeksi HIV AIDS.
4.      Mengetahui Gejala Klinis HIV AIDS.
5.      Mengetahui Komplikasi HIV AIDS.
6.      Mengetahui Pencegahan HIV AIDS.
7.      Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik HIV AIDS.
8.      Mengetahui Penatalaksanaan Medis HIV AIDS.
9.      Mengetahui Penatalaksanaan Diet Penderita HIV AIDS.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian HIV AIDS


AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit
yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat
kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering
kali menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang
otak. Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus
mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus
DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV
menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya
menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan
system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari
CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut menghancurkan
CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan structural.
Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili
polymerase, dan env adalah kepanjangan darienvelope (Hoffmann, Rockhstroh,
Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase,
protease, integrase. Gen env mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan
glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif,
vpu, dan vpr.

B.     Cara penularan HIV AIDS


Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1.      Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan
vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga
HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama

4
berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa
menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).

2.      Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan
kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan
(Lily V, 2004).

3.      Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.

4.      Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril


Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang
darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang
lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.(PELKESI,1995).

5.      Alat-alat untuk menoleh kuli


Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat
tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di
pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.
6.      Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah
pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain
jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna tempat
penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV tidak menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di
pakai secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah dengan
penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain.

5
C.    Perjalanan Infeksi HIV AIDS
Pada saat seseorang tekena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk
sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia,
maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan
darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai
periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena
dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV positif ini maka keadaan fisik yang
bersangkutan tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap
bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini yang bersangkutan sudah
aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi
donor darah.
Sejak masuk virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah
putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh
akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti
infeksi jamur, virus-virus lain, kanker, dan sebagainya. Penderita akan meninggal dalam
waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.

D.    Gejala Klinis HIV AIDS


Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai
flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih
dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati.
Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
1.      Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi
gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
2.      Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu
malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur
kandida di mulut.

6
3.      AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi
berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita
menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan
berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah
timbul pada fase kedua.
4.      Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap
infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik,
sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada
sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih
dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.

E.     Komplikasi HIV AIDS


Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1.      Pneumonia pneumocystis (PCP)
2.      Tuberculosis (TBC)
3.      Esofagitis
4.      Diare
5.      Toksoplasmositis
6.      Leukoensefalopati multifocal prigesif
7.      Sarcoma Kaposi
8.      Kanker getah bening
9.      Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

F.     Pencegahan HIV AIDS


      Ada beberapa poin penting untuk pencegahan penyebaran dan penularan HIV/AIDS
tersebut, diantaranya yaitu:
1.      Pencegahan yang utama adalah melalui pendidikan Agama dan pendidikan seks yang
benar.
2.      Menghindari perilaku seks bebas dan penyimpangan seksual
3.      Tidak mengkonsumsi narkoba
4.      penggunaan jarum suntik yang steril

7
5.      pemantauan kaum lelaki di lingkungan kerja serta perlindungan terhadap perempuan dan
remaja putri
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah
penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi
kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu
melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak
maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.

G.    Pemeriksaan Diagnostik HIV AIDS


Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1.      Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2.      Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3.      Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan
lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4.      Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah
CD4,protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus,
serologi PMS, hepatitis, dan pap smear. Sedangkan pada pemeriksaan follow up  diperiksa
jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya
200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi
pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah
CD4. Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat
antiretroviral dan memantau hasil pengobatan. Bila tidak tersedia peralatan untuk
pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat
digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

H.    Penatalaksanaan Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :

8
1.      Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
2.      Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3.      Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat
ini adalah :
a.     Didanosine
b.   Ribavirin
c.    Diedoxycytidine
d.   Recombinant CD 4 dapat larut
4    Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

I.        Penatalaksanaan Diet Penderita HIV AIDS


Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah
1.      Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
a.       Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh
aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
b.      Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
c.       Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
d.      Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.

9
2.      Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
a.       Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
b.      Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada:
pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan
indra pengecap dan kesulitan menelan.
c.       Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
d.      Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
e.       Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai
dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

3.      Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:


a.       Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres,
aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk
setiap kenaikan Suhu 1°C.
b.      Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan
sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan  ginjal dan
hati.
c.        Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak
disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan
lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak
ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki
fungsi kekebalan.
d.      Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang
di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium,
Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi
megadosis harus dihindari karena  dapat menekan kekebalan tubuh.
e.       Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
f.       Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi
menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan
konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick
fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).
g.       Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium,
kalium dan klorida).

10
h.      Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya
dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan
toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka
dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama
atau makanan selingan.
i.        Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
j.        Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik,
maupun kimia.

4.      Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada
pasien dengan:
a.       Infeksi HIV positif tanpa gejala.
b.       Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan,
sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
c.       Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
d.      Infeksi HIV dengan TBC.
e.       Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.

Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara
rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan
III.
1)      Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas
tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun,
atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3
jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat
sendiri  atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi.
Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak
energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).

11
2)      Diet AIDS II
         Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut
teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan
ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan
zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai
makanan utama.

3)       Diet AIDS III


         Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada
pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan
dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral.
Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat
badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau
makanan utama.

12
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Penyakit AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang diakibatkan karena
infeksi virus HIV. Penyakit HIV/AIDS dikatakan sangat berbahaya dikarenakan penyakit ini
dapat diderita oleh siapapun dan dapat ditularkan dengan mudah melalui kebiasaan buruk dari
manusia. Selain itu, sampai saat ini obatnya pun belum ada. Bahkan penyakit yang sangat
mematikan ini berkembang sangat cepat di dalam kehidupan manusia. Berdasarkan data yang
dimiliki oleh Departemen Kesehatan, di negara kita terjadi peningkatan kasus penderita
HIV/AIDS setiap tahun secara signifikan.
Sesungguhnya penyakit ini timbul dari manusia sendiri. Sudah menjadi sifat manusia
yang selalu ingin merasakan kenikmanatan tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya :
melakukan perzinahan, penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya. Kita umat manusia
sudah mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik menurut ajaran
agama masing-masing maupun aturan hukum yang berlaku. Tetapi dari sebagian kita tetap
saja melakukan hal-hal tersebut, misalnya : WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan orang-
orang yang sering berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual diluar nikah.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan
AIDS, yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan hubungan seksual secara bebas,
menghidarkan penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya. Hanya pencegahan agar tidak
terinfeksi penyakit HIV/AIDS lah jalan terbaik yang dapat kita lakukan saat ini. Masalah
AIDS ini tidak tentu akan menyebar luas, apabila dilakukan pencegahan secara dini, apalagi
jika ada partisipasi dari semua pihak.

B.     Saran
Adapun saran-saran dari kami yang mungkin akan berguna bagi kita semua, yaitu:
1.   Bagi kita sebagai manusia, hendaknya  selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berusaha menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menyebabkan AIDS.
2.   Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah (berzinah), dan jangan berganti-ganti
pasangan seksual.

13
3.   Apabila  berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan dulu apakah alat  suntik itu
steril atau tidak.
4.   Apabila melakukan tranfusi darah, terlebih  dahulu perikasakan apakah tranfusi darah itu
bebas dari virus HIV.
5.   Bagi kita sebagai generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama narkotika melalui
alat suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan semacamnya yang bisa saja menularkan AIDS,
karena alat-alat seperti itu tidak ada gunanya. Dan selalu hindarkan diri dari pergaulan bebas
yang bersifat negatif.
6.   Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-brosur, yang
mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kita memperhatikan dengan baik, agar segala
sesuatu tentang AIDS dapat diketahui, sehingga kita bisa menghindarkan diri sejak dini dari
AIDS.
7.   Bagi orang yang mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS hendaknya menggunakan
kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar virus AIDS tidak menular pada pasangan
seksualnya.
8.   Bagi pemerintah, hendaknya terus gencar dalam memerangi AIDS misalnya dengan
memberikan penyuluhan, dan penutupan tempat-tempat prostitusi untuk mengurangi penyakit
masyarakat. Selain itu, pemerintah juga seharusnya menjamin penderita AIDS agar tidak
mendapatkan tekanan mental ataupun tindakan diskriminatif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Irhezt. 2010. “Makalah HIV/AIDS”. Online


(http://id.wordpress.com/?ref=foocter.blog) Diakses 11 Juni 2014
Lushi Rosmayanti. 2012. “Makalah HIV/AIDS”. Online.
(http://lushirosmayanti.blogspot.com/2012/11/makalah-hiv-aids-html) Diakses 11 Juni 2014.
Ari Saputra. 2013. “Contoh Makalah Tentang HIV AIDS bagi murid SMA”. Online.
(http://arisaputra18.blogspot.com/2013/08/contoh-makalah-tentang-hivaids-bagi.html)
Diakses 11 Juni 2014.
Blogger. 2013. “Contoh Makalah Tentang HIV AIDS Terbaru”. Online.           
(http://artikelunikl.blogspot.com/2013/07/contoh-makalah-tentang-hiv-aids-terbaru.html)  
Diakses 11 Juni 2014
Feri Pricopandi. 2014. “Makalah HIV AIDS”. Online.
(http://independent.academi/edu/feripricopandi) Diakses 11 Juni 2014
Hulwaanah Kalhuriyyah. 2013. “Askep HIV AIDS”. Online
(http://shiniciranmowi.blogspot.com) Diakses 11 Juni 2014
Ismail Boy .2013. “Makalah HIV/AIDS”. Online
(http://ismailboy23.wordpres.com.2013/10/27/makalah-hivaids) Diakses 11 Juni 2014

15

You might also like