You are on page 1of 1

Current Issue personal

Gara, Adly Clayton Brandon

Chapter 7

MELEPASKAN KETERGANTUNGAN PADA MINYAK, MEMBANGUN


SEKTOR NONMIGAS, 1982-1996
Ketika Indonesia mencapai akhir dari kejayaannya pada tahun 1982, Indonesia akhirnya
mencari upaya untuk tetap mempertahankan perekonomiannya. Pada tahun yang sama juga,
Indonesia akhirnya berupaya untuk memajukan sektor nonmigas. Current Issue saat ini adalah, per
tanggal 15 Maret 2021, Indonesia mengalami kenaikkan dalam sektor nonmigas.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan nilai ekspor Indonesia pada Februari 2021 mencapai
USD 15,27 miliar. Jumlahnya turun 0,19 persen dibandingkan ekspor Januari 2021, tapi secara YoY
tumbuh 8,56 persen.

Sektor ekspor utama Indonesia adalah migas, pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan.
Berdasarkan struktur ekspor menurut sektor, nonmigas menyumbang 94,36 persen dari total ekspor
Februari 2021.

"Struktur ekspor kita tidak berubah yaitu 94,36 persennya berasal dari ekspor nonmigas," kata
Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).

Secara YoY, ekspor pertanian meningkat 3,16 persen, industri 9 persen, tambang 7,53 persen, dan
migas 6,90 persen.

Namun secara m-to-m, ekspor migas turun 2,63 persen, pertanian minus 8,96 persen, dan tambang
turun 6,71 persen. Hanya sektor industri yang tumbuh secara m-to-m sebesar 1,38 persen.

"Kalau dilihat month to month memang ada sedikit penurunan dari ekspor Februari 2021 yaitu turun
tipis sebesar 0,19 persen," tutur Suhariyanto.

Penurunan ekspor ini terjadi karena ada penurunan ekspor migas sebesar 2,63 persen. Sementara
ekspor nonmigas turun sangat tipis 0,04 persen.

Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor selama Februari antara lain besi dan baja
(HS 72), bahan bakar minyak (HS 27), kendaraan dan bagiannya (HS 87), logam mulia, perhiasan atau
permata (HS 71), dan bahan kimia organik (HS 29). Ekspor besi dan baja paling besar dengan
peningkatan nilai USD 240,7 juta.

Sementara ekspor yang mengalami penurunan antara lain lemak dan minyak hewan atau nabati (HS
15), bijih, terak, dan abu logam (HS 26), pulp dari kayu (HS 47), mesin dan peralatan mekanis (HS 84).
Dalam golongan ini, lemak dan minyak hewan atau nabati mengalami penurunan sebesar USD 639,5
juta.

You might also like