You are on page 1of 6

Nama : Husna Amalhia Fharida

Nim : 200605552020

Kelas : D/Parepare

Tugas Birokrasi

Mencari 5 paradigma Birokrasi

Jawaban:

1. New Publik Management


 Sejarah Perkembangan
New Publik Management (NPM) adalah paradigma baru dalam manajemen sektor
publik. NPM biasanya dikawankan dengan Old Publik Management (OPM). Konsep
NPM muncul pada tahun 1980-an dan digunakan untuk mellukiskan sektor publik di
Inggrin dan Selandia Baru. NPM menekankan ada control atas output kebijakan
pemerintah, desentrallisasi otoritas menajement, pengenalan pada dasar kuasi-
mekanisme pasar, serta layanan yang berorientasi customer. Asal NPM berasal dari
pendekatan atas menejemen publik dan birokrasi. Selama ini birokrasi erat dikaitakan
dengan manajemen sektor publik itu sendiri. Birokrasi dianggap erat berkait dengan
keengganan maju, kompeksitas hirarki jabatan dan tugas, serta mekanisme
pembuatan keputusan yang top-down. Fokus dari NPM sebagai sebuah gerakan
adalah pengadopsian keunggulan teknik manajemen perusahaan sektor publik untuk
diimplementasikan dalam sektor publik dan pengadministrasiannya.
 Prinsip-prinsip NPM merupakan sebagai berikut:
a. Penekanan pada keahlian menajemen profesioanal dalam mengendalikan
organisasi.
b. Standar-standar yang tegas dan terukur atas performa organisasi, termasuk
klarifikasi tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilannya.
c. Peralihan dan pemanfaatan kendali input menjadi output, dalam prosedur-prosedur
birokrasi yang seluruhnya diukur lewat indikator-indikator performa kuantitatif.
d. Peralihan dari sistem manajemen tersentral menjadi desentralistik dari unit-unti
sektor publik.
e. Pengenalan pasa kompetisi yang lebih besar dalam seltor publik, seprti
penghematan dana dan pencapaian stanndar tinggi lewat kontrak dan sejenisnya.
f. Penekanan pada praktek-praktek manajeman bergaya perusahaan swasta seperti
kontrak kerja singkat, pembangunan rencana korporasi, dan pernyataan misi.
g. Penekanan pasa pemangkasan, efisiensi, dan melakukan elebih banyak sumber
daya yang sedikit.
 Kritik New Publik Management:
New Public Management Hadirnya konsep NPM bukanlah tanpa kritik, terdapat
sejumlah hal yang dianggap sebagai kelemahan dari NPM. Hal ini menurut Economic
and Social Counsil United Nation 2003:9 diakibatkan oleh adanya perbedaan besar
antara kekuatan pasar dengan kepentingan publik, dan kekuatan pasar ini tidak dapat
selalu memenuhi apa yang menjadi kepentingan publik. Bahkan dalam banyak hal
publik sering kali tidak dilibatkan untuk berpartisipasi dalam menentukan,
merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang diambil
pemerintah. New Public Management merupakan konsep yang lahir dari negara maju
seperti Inggris sehingga ketika diterapkan pada negara berkembang tentu saja akan
menghadapi masalah. Negara berkembang menghadapi masalah karena sistem dan
karakteristik ekonomi yang berbeda dengan negara maju. Negara maju memiliki
karakteristik pasar yang sudah mampu melepas sektor-sektor tertentu kepada
mekanisme pasar karena didukung dari birokrasi dan aturan- aturan hukum yang
kuat, sedangkan negara berkembang yang mencoba mengikuti New Public
Management tidak atau kurang pengalaman untuk menerapkan karakteristik ekonomi
pasar ditambah kurangnya sumber daya manusia dan aturan hukum yang kuat
mengakibatkan penerapan New Public Management tidak dapat berlaku universal
dan rentan mengalami kegagalan.

2. New Publik Service


 Sejarah New Public Service Memahami teori administrasi negara secara
paradigmatik, tulisan Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt yang berjudul The
New Public Service: Serving, not Steering dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan paradigma administrasi negara klasik sampai administrasi negara
kontemporer. Tulisan tersebut diterbitkan pertama kali dalam bentuk buku pada tahun
2003 di New York. Sejak kemunculannya buku ini mendapat respon yang positif dari
kalangan cendikiawan administrasi negara karena dianggap mampu memberikan
perspektif alternatif dalam memandang administrasi negara. Dari buku inilah konsep
New Public Service mulai dikenal. Buku ini diawali dengan kalimat “ Government
shouldn’t be run like a business ;it should be run like a democracy”. Pemerintahan
(administrasi negara) tidak seharusnya digerakkan seperti bisnis. Menjalankan
pemerintahan sama dengan menggerakkan tatanan demokrasi. Perdebatan tentang
acuan nilai administrasi Negara atau adminisrasi publik, apakah berorientasi pada
nilai-nilai ekonomi (efisiensi dan efektivitas) ataukah nilai-nilai politik (keadilan,
demokrasi, penghargaan HAM dan sebagainya) telah menjadi isu klasik dalam studi
administrasi publik. Perdebatan ini telah dimulai sejak awal lahirnya ilmu administrasi
publik yang dibidani oleh lahirnya tulisan Woodrow Wilson pada tahun 1887 dengan
judul “The Study of Administration” . Sebelum terbit berbentuk buku, pada tahun 2000
Denhardt dan Denhardt sudah pernah mempublikasikan tulisan yang sama, namun
dengan judul yang berbeda yaitu The New Public Service: Serving Rather than
Steering dalam jurnal Public Administration Review. Kemudian disusul dengan tulisan
yang lain tetapi kurang lebih dengan ide yang sama dalam International Review of
Public Administration pada tahun 2003, dengan judul The New Public Service: An
Approach to Reform. Buku yang diterbitkan pada tahun 2003 adalah repetisi dan
modifikasi dari dua tulisan yang pernah muncul sebelumnya. Denhardt dan Denhardt
mencoba membagi paradigma Administrasi Negara atas tiga kelompok besar, yaitu
paradigma The Old Public Administration (OPA), The New Public Management (NPM)
dan The New Public Service (NPS)
 Prinsip-prinsip New Public Service
Adapun prinsip-prinsip yang ditawarkan Denhart & Denhart (2003) adalah sebagai
berikut:
a. Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, Not Customer).
b. Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest).
c. Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship
over Entrepreneurship).
d. Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act Democratically).
e. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is
not Simple)
f. Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer)
g. Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas (Value People, Not Just
Productivity).
 Kritik New Public Service
Di Indonesia sendiri penerapan New Public Service sudah sangat lama dibicarakan
dan berusaha untuk direalisasikan, namun dalam kenyataannya masih terkendala
banyak hal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Paradigma Good Governance


 Sejarah perkembangan
Sejarah Konsep Governance Dalam prespektif historis konsep governance bukanlah
istilah baru, istilah ini dipergunakan untuk pertama kali di Perancis pada abad ke
semasa ke Raja Henry berkuasa IV pada tahun di 1399. Dalam masa ini governance
dipahami sebagai ”pemerintah pusat”. (Loffler 2003, 160; Eliassen dan Sitter
2008,113). Istilah ini governance menjadi lebih populer ketika Bank Dunia kembali
memperkenalkan istilah “governance” dalam Laporan Bank Dunia dalam tahun 1989.
Penggunaan istilah governance oleh Bank Dunia mengisyaratkan
 Prinsip-prinsip paradigma Good Governance
a. Participation
b. Rule of law
c. Transparency
d. Responsiveness
e. Consensus oriented
f. Equity and inclusiveness
g. Effectiveness and efficiency
h. Accountability
i. Participation
 Kritik Good Governance
Ini diskusi terkait bantuan tentang good governance, persoalan antarapemberi dan
pencari bantuan, dan cara arogan dan menggurui di mana GG dibangun oleh para
pemberi bantuan yang mendiskriminasi sepeneuhnya terhadap kita di Afrika dan
bagian lain nergara-nergara di Selatan. Ketika menggunakan cara ini, GG sepertinya
hanyalah alat untuk neokolonialisme, Kritik tersebut tentu beralasan sebab lembaga
donor mempersyaratkan kepada negara debitor (yang memerlukan utang kapada
lembaga donor/kreditor) harus melakukan structural adjustment program, dimana
kebijakan tersebut sengaja diterapkan oleh lembaga Donor semisal World Bank
untuk mempengaruhi kebijakan politik dan ekonomi suatu negara yang meminjam
uang kepadanya.
4. Paradigma Old Public Administration
 Sejarah Perkembangan
Paradigma Old Public Administration (OPA) pertama kali dikenalkan oleh Presiden
Amerika Serikat yaitu Woodrow Wilson. Dia berpendapat bahwa bidang administrasi
publik sama dengan bidang politik. Tujuan dari paradigma Old Public Administration
(OPA) adalah melaksanakan kebijakan dan memberikan pelayanan diamana dalam
pelaksanaanya dilakukan dengan netral, profesional, dan lurus mengarah kepada
tujuan yang ditetapkan.
Konsep Old Public Administration (OPA) menyatakan bahwa peran pemerintah
adalah “Rowing”. Denhardt dan Denhardt (2007) menjelaskan bahwa peran
pemerintah dalam konteks Rowing adalah “sebagai pusat pertanggungjawaban
administrasi”. Konsep Old Public Administration (OPA) merespon masyarakat
sebagai “Kliens” sehingga Denhardt dan Denhardt (2007) menyebutnya sebagai
“Dependent” atau “Followers”. Akuntabilitas dalam konsep Old Public Administration
(OPA) adalah bersifat hirarkis. Konsep Old Public Administration (OPA) ingin
membentuk birokrasi yang efisien, disiplin dan objektif, namun menurut Dwiyanto
(2008) “konsep ini akan menjadi tidak baik jika dia mencapai pada titik optimalisasi”.
Dwiyanto (2008) mengatakan “akan terciptalah sebuah manajemen organisasi publik
yang paternalistik, kaku atau rigid, dan tidak responsif”.
 Prinsip-prinsip paradigma Old Public Administration
Menurut Dernhart dan Dernhart (2003) terdapat 6 prinsip dasar yang menjadi acuan
utama dalam Old Public Administration, ke 6 prinsip tersebut adalah :
a. Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui badan-
badan pemerintah.
b. Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan implementasi
kebijakan dengan penentuan tujuan yang dirumuskan secara politis dan
tunggal.
c. Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam pembuatan
kebijakan dan kepemerintahan, administrasi publik lebih banyak dibebani
dengan fungsi implementasi kebijakan public
d. Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator yang
bertanggungjawab kepada ”elected official” (pejabat/birokrat politik) dan
memiliki diskresi yang terbatas dalam menjalankan tugasnya.
e. Administrasi negara bertanggungjawab secara demokratis kepada pejabat
politik
f. Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan manajer
yang menjalankan kontrol dari puncak organisasi
 Kritik Old Public Administration
Dalam implementasi nya, Old Public Administration memiliki kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihannya adalah karena adanya pemisahan antara politik
dan administrasi (legislator) maka terdapat pembagian tugas diantara keduanya.
Tugas legislator sebagai perumus kebijakan dan tugas administrator sebagai
pengeksekusi atau pengimplementasi dari kebijakan tersebut. Dengan adanya
pembagian ini diharapkan tugas-tugas tersebut dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Adapun kekurangan dari pendekatan ini adalah ketidakefektifan dalam
memecahkan masalah utamanya yang berkaitan dengan pelayanan karena masih
cenderung menggunakan pandangan klasik yang dinilai kurang inovatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

5. Paradigma Sound Governance


 Sejarah perkembangan paradigma Sound Governance
Sepuluh tahun lalu di depan Konferensi PBB, Presiden Tanzania Julius K. Nyerere,
dengan lantang telah mengkritik habis-habisan GG yang dikatakanya sebagai
konsep imperialis dan kolonialis. Sebab GG akan mengerdilkan struktur negara-
negara berkembang, sementara kekuatan bisnis dunia makin membesar. Terlepas
dari benar salahnya kritik Sang Presiden, tapi gugatannya terhadap pengaruh
struktur global terhadap reformasi pemerintahan inilah yang mengilhami Farazmand
untuk tidak hanya terfokus pada tiga aktor (pemerintah, pasar dan civil society) tetapi
juga kekuatan internasional. Hal ini didukung oleh fakta kesenjangan global yang
kian melebar. Data dari UNDP tentang perbandingan GDP per kapita konstan negara
kaya, menengah dan miskin sejak tahun 1960 sampai 2002 menunjukkan fakta yang
sangat menarik. Gap antara negara miskin yang ditinggali sekitar 2,5 milyar jiwa
dengan negara menengah (2,7 milyar jiwa) relatif stagnan yaitu berkisar $1.500.
Secara mengejutkan, gap antara negara kaya (kurang dari 1 milyar jiwa) dengan
negara menengah di era 1960 berkisar $7.000 dan terus naik secara fantastis hingga
tahun 2002 menjadi $25.000 lebih. Kita bisa melihat hasil pembangunan
internasional mulai dari Growth Theory sampai terakhir GG hanya menghasilkan
kerapuhan fundamen ekonomi dunia dan kesenjangan global yang semakin akut.
 Prinsip-prinsip Sound Governance
Sound governance terdiri dari beberapa komponen utama atau prinsip. Sebagai
unsur yang dinamis yang berinteraksi satu sama lain, dan membentuk semua
kesatuan unik yang beroperasi dengan keanekaragaman internal, kompleksitas, dan
intensitas, dan tantangan eksternal, kendala, dan peluang. Kedua fitur dinamis
internal dan eksternal berinteraksi terus menerus, menjaga sistem institusi yang
dinamis (Ridla, 2016: 219). Menurut Farazmand, sound governance memiliki sepuluh
prinsip. “Sebagai elemen dari sebuah sistem dinamis, elemen komponen ini
berinteraksi secara dinamis satu sama lain, dan semuanya membentuk satu
kesatuan yang mempertimbangkan keragaman, kompleksitas dan intensitas internal
dan menindaklanjuti tantangan, batasan dan peluang eksternal. Fitur dinamis internal
dan eksternal bisa berinteraksi secara konstan yang membuat sistem governance
difokuskan pada arah dan aksi menurut tujuannya” (Domai, 2011:17). Prinsip Sound
Governance bekerjasama dengan lainnya seperti orkestra, dengan leadership yang
jelas dan partisipasi dinamis elemen atau komponen interaktif, sehingga memberikan
kualitas sistem governance di luar harapan (Nilawati, 2016:308). Prinsip-prinsip
sound governance menurut Domai (2011: 18- 23) adalah proses, struktur, kognisi
dan nilai, konstitusi, organisasi dan institusi, manajemen dan kinerja, kebijakan,
sektor, kekuatan internasional (globalisasi) serta etika, akuntabilitas dan
transparansi.
 Kritik
Dalam hal ini kritik dari Arif Dirlik (Mongia, 1996) sangatlah tajam, yaitu: “The
transnationalization of production is the source at once of unprecedented global unity
and unprecedented fragmentation in history of capitalism. The homogenization of the
globe economically, socially and culturally is such that Marx’s prediction finally seems
to be on the point of vindication”. (transnasionalisasi produksi adalah sumber dari
terjadinya penyatuan global dan fragmentasi dari sejarah kapitalisme. Hogomenisasi
dunia baik secara ekonomi, sosial maupun budaya yang terjadi melalui hal itu adalah
pembenaran dari prediksi Marx). Argumen tersebut didukung oleh kenyataan akan
banyaknya intelektual-intelektual di negara berkembang yang ikut-ikutan mendukung
asumsi-asumsi global tersebut. Mereka sibuk menyalahkan faktor internal Negara
nya sebagai sumber masalah keterpurukan ekonomi mereka. Dan mengagung-
agungkan pentingnya intervensi dari luar (lembaga-lembaga donor internasional)
sebagai satu-satunya solusi.

You might also like