Professional Documents
Culture Documents
Obat Anestesi Lokal
Obat Anestesi Lokal
BAGIAN ANESTESI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
G1A220019
Bagian Anestesi
2021
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pada Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Anestesi yang berjudul “Obat Anestesi Lokal”.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Anestesi,.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr.
Sulistyowati, Sp. An sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa pemulisan tugas ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak yang membacanya. Semoga tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kegunaan penting yang dihasilkan oleh lokal anestesi ini berupa hilangnya
sensasi tanpa hilangnya kesadaran, hal ini merupakan perbedaan besar yang
dramatis dari anestesi lokal dibandingkan dengan anestesi umum. Disamping itu,
obat anestesi lokal juga kurang menimbulkan gangguan kognitif. Pemberian
konsentrasi yang tepat dari obat anestesi lokal menyebabkan impuls saraf otonom,
sensorik somatik dan motorik somatik akan terganggu sehingga menyebabkan
blok sistem saraf, dan paralisis dari otot skeletal pada daerah yang dipersarafi
saraf yang terpapar.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obat anestesi lokal adalah suatu ikatan kimia yang mampu menghambat
konduksi saraf perifer apabila obat ini disuntikkan di daerah perjalanan serabut
saraf dengan dosis tertentu tanpa menimbulkan kerusakan permanen pada serabut
saraf tersebut. Sifat hambatannya pada saraf pada umumnya bersifat total, tetapi
ada juga yang bersifat selektif, misalnya hanya akan menghilangkan rasa nyeri
saja, sedangkan rasa raba dan rasa tekan masih ada. Hal ini tergantung pada dosis
atau konsentrasi obat yang digunakan. Adapun sifat – sifat yang harus dimiliki
oleh anestesi lokal yaitu poten (efektif dalam dosis rendah), daya penetrasinya
baik, mulai kerjanya cepat, masa kerjanya lama, toksisitas sistemiknya rendah,
tidak iritatif terhadap jaringan saraf, efeknya reversible, dan mudah dieliminasi.2
2.2 Klasifikasi
2
Gambar 1. (A) Typical Local anesthetic, (B) Ester Type, (C) Amide Type3
3
Derivate ester terdiri dari derivate asam benzoate, misalnya kokain,
derivate asam para amino benzoat misalnya prokain dan klorprokain. Derivat
amida contohnya lidokain, prilokain, mepivakain, bupivakain, dan etidokain.
1. Senyawa Ester :
- Relatif tidak stabil dalam bentuk larutan
- Dimetabolisme dalam plasma oleh enzyme pseudocholienterase
- Masa kerja pendek
- Relatif tidak toksik
- Dapat bersifat allergen, karena strukturnya mirip PABA (para amino
benzoic acid)
2. Senyawa Amida:
- Lebih stabil dalam bentuk larutan
- Dimetabolisme dalam hati
- Masa kerja lebih panjang
- Tidak berisfat allergen
4
Levobupivacaine Amida Medium Long 150 2 – 2,5
Lidocaine Amida Short Medium 300 4–5
Mepivacaine Amida Short Medium 300 – 400 4–5
Prilocaine Amida Short Medium 500 5–7
Procaine Ester Long Short n/a 5
Ropivacaine Amida Medium Long 225 2,5 – 3
Tetracaine Ester Long Long 100 1–5
Berdasarkan potensi dan lama kerjanya atau durasinya, anestesi lokal bisa
dibedakan mejadi potensi rendah dan durasi singkat, potensi dan durasi sedang,
potensi kuat dan durasi panjang. Untuk obat dengan potensi rendah dan durasi
singkat sebagai contoh adalah prokain dengan potensi 1 dan durasi 60 – 90 menit,
klorprokain dengan potensi 1 dan durasi 30 – 60 menit. Untuk obat dengan
potensi dan durasi sedang sebagai contoh mepivakain dengan potensi 2 dan durasi
120 – 240 menit, prilokain dengan potensi 2 dan durasi 120 – 240 menit, lidokain
denga potensi 2 dan durasi 90 – 200 menit. Untuk obat dengan potensi kuat dan
durasi panjang sebagai contoh tetrakain dengan potensi 8 dan durasi 180 – 600
menit, bupivakain dengan potensi 8 dan durasi 180 – 600 menit, etidokain dengan
potensi 6 dan durasi 180 – 600 menit.2
5
subarachnoid. Konsentrasi obat dibuat lebih tinggi, misalnya : lidokain 5%
hiperbarik dan bupivakain 0,5% hiperbarik yang telah dikemas khusus untuk blok
subarachnoid oleh pembuatnya.2
Pada waktu istirahat terdapat perbedaan potensial pada membrane sel saraf.
Perbedaan tersebut relatif lebih negative di dalam sel dibandingkan dengan di luar
sel. Saat terjadi konduksi impuls, kanal ion natrium terbuka dan ion natrium
bergerak ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi sel. Obat anestesi lokal akan
memblok konduksi saraf dengan cara menghambat masuknya ion natrium.1
6
Setelah obat anestesi diinjeksikan terjadi peningkatan pH larutan oleh proses
penyangga jaringan yang akan mengubahnya menjadi bentuk non – ion sehingga
lebih mudah larut dalam lemak. Dalam bentuk ini obat anestesi lokal lebih mudah
menembus membrane lipid untuk untuk masuk kedalam sel. Didalam sel sebagian
obat akan mengalami ionisasi kembali. Obat akan masuk kedalam kanal natrium
yang terbuka pada bagian dalam dan akan menghambat aliran masuk natrium
sehingga terjadi blok pada konduksi impuls.1
Perbedaan blok dipengaruhi pula oleh panjang serabut saraf yang terpapar
obat anestesi lokal, dimana serabut saraf kecil membutuhkan jumlah obat anestesi
lokal yang lebih sedikit. Untuk tercapainya blok konduksi impuls saraf
dibutuhkan panjang serabut saraf minimal yang terpapar obat anestesi lokal
dengan konsentrasi yang cukup. Serabut saraf yang besar akan memiliki retensi
yang lebih tinggi terhadap blok obat anestesi lokal.1
7
membutuhkan konsentrasi yang besar dari obat anestesi lokal untuk terjadinya
blok. Peningkatan dari pH jaringan atau frekuensi stimulasi saraf yang besar akan
menurunkan Cm. Setiap obat anestesi lokal memiliki keunikan tersendiri untuk
Cm. Hal tersebut disebabkan pada blok sensorik tidak selalu diikuti dengan
paralisis otot skeletal. Pada anestesi subarachnoid membutuhkan obat anestesi
lokal yang lebih sedikit dibandingkan dngan epidural. Hal tersebut
menggambarkan akses obat lokal akan lebih mudah mencapai saraf yang tidak
terlindungi pada rongga subaraknoid.1
Anestesi Lokal
Perpindahan Sodium ↓
Konduksi di blok
8
2.4 Farmakologi Anestesi Lokal
2.4.1 Farmakokinetik
Kliren obat anetesi lokal dari jaringan saraf dan tubuh berpengaruh
terhadap lama kerja dan potensi untuk terjadinya efek toksisitas. Efek secara
klinis obat anestesi lokal tergantung dari beberapa faktor lokal seperti akan
dijelaskan pada efek farmakodinamik obat, sementara efek toksisitas sistemik
terutama tergantung dari kadar obat anestesi lokal dalam darah. Kadar obat
anestesi lokal dalam darah tergantung dari proses absorbsi, distribusi, dan
eliminasi dari obat anestesi lokal tersebut.1
Secara umum obat anestesi lokal dengan absorbsi sistemik yang rendah
akan memiliki batas aman yang besar dalam penggunaannya secara klinis.
Kemampuan obat anestesi lokal untuk diabsorbsi tergantung dari beberapa faktor,
dimana hal – hal terpenting adalah lokasi injeksi, dosis obat anestesi lokal, sifat
fisikokimia obat tersebut dan penggunaan epinefrin sebagai obat tambahan.1
Pembuluh darah dan jaringan lemak disekitar lokasi injeksi obat anestesi
lokal akan berinteraksi dengan sifat fisikokimia dari obat tersebut untuk
mempengaruhi uptake sistemik. Secara umum area yang memiliki banyak
pembuluh darah akan lebih cepat dan komplit dalam mengabsorbsi obat anestesi
lokal dibandingkan dengan area yang memiliki banyak jaringan lemak tanpa
tergantung dari jenis obat anestesi lokal. Oleh karena itu kecepatan absorbs obat
anestesi lokal akan menurun pada beberapa lokasi injeksi dimulai dari intercostal,
kaudal, epidural, pleksus brachialis, skiatrik, atau femoral. Semakin besar dosis
total obat anestesi lokal yang diinjeksikan maka akan semakin besar absorbsi
sistemik dan kadar puncak dalam darah (Cmax). Hubungan ini berbanding lurus
dan tidak terpengaruh secara relative oleh konsentrasi obat dan kecepatan injeksi.1
9
Sifat fisikokimia dari obat anestesi lokal akan mempengaruhi absorbsi
sistemik. Secara umum semakin poten suatu obat dengan kelarutan lemak dan
ikatan dengan protein akan menyebabkan absorbsi sistemik dan Cmax rendah.
Peningkatan dari ikatan saraf dan jaringan bukan saraf mungkin yang menjelaskan
hal ini. Berikut di jelaskan perbandingan dari masing – masing serabut saraf:1
10
C Serabut 0,3 – 1,3 0,7 – 2,3 ++++ Tidak
Simpatis simpatis post -
ganglionik
2.4.1.2 Distribusi
2.4.1.3 Eliminasi
11
2.4.2 Farmakodinamik
Pada usia tua dan muda, terdapat hubungan antara kadar obat anestesi
lokal dengan memperhitungkan dosis obat anestesi lokal dan berat badan pasien.
Obat anestesi lokal dengan dosis yang besar bila ditempatkan pada posisi yang
tepat akan meminimalkan resiko terjadinya toksisitas sistemik dibandingkan
dengan obat dengan dosis yang lebih kecil jika dengan tidak sengaja diinjeksikan
ke dalam pembuluh darah. Semua faktor tersebut harus dipertimbangkan ketika
akan menggunakan obat anestesi lokal dan menghindari efek toksisitas sistemik
dengan total dosis yang masih dapat diterima.1
a. Alat minim dan teknik relatif sederhana sehingga biaya relatif lebih murah
b. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung
penuh) karena penderita sadar sehingga resiko aspirasi berkurang
c. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi
d. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi
e. Perawatan post operasi lebih ringan/murah
f. Kehilangan darah sedikit
12
2.5.2 Kerugian Anestesi Lokal
1. Bupivacaine (Marcain)
Bupivakain dikenal dengan markain. Potensi 3-4 kali dari lidokain
dan lama kerjanya 2-5 kali lidokain. Dosis umum 1-2 ml/kg BB. Durasi
panjang 180 – 600 menit. Penggunaan dosisnya untuk infiltrasi lokal dan
blok saraf kecil digunakan larutan 0,25%, blok saraf labih besar digunakan
larutan 0,5%, blok epidural digunakan larutan 0,5%-0,75%, untuk
subaraknoid blok digunakan larutan 0,5 - 0,75%. Penggunaan bupivakain
0,5% cukup untuk prosedur pembedahan hingga 120 menit. Penambahan
efinefrin, opioid, agonis reseptor akan memperpanjang durasi analgesia.6
Keuntungan bupivakain dibandingkan yang lain adalah potensi
bupivakain hampir 3-4 kali lipat dari lidokain dan 8 kali lipat dari prokain.
Masa kerja bupivakain 2 – 3 kali lebih lama dibandingkan mepivakain
atau lidokain. Namun, bupivakain merupakan anestesi lokal yang
toksisitasnya paling tinggi terhadap sistem kardiovaskuler dibandingkan
dengan anestesi lokal lainnya.6
13
2. Chloroprocaine (Nesakain)
Chloroprocaine memiliki onset yang cepat, durasi kerja pendek
dan efek toksik sistemik rendah. Obat ini dihidrolisis oleh esterase plasma
empat kali lebih cepat daripada procaine. Chlorprocaine biasa digunakan
untuk analgesia dan anesthesia epidural pada kasus – kasus obstetric
karena onsetnya yang cepat dan toksisitas sistemiknya rendah pada ibu
dan janin. Untuk mendapat efek analgesia yang cukup, diperlukan injeksi
berulang saat operasi berlangsung. Terkadang, analgesia epidural
chlorprocaine dikombinasikan dengan obat anestesi lokal lain yang
memiliki durasi kerja lebih lama seperti bupivacaine. Chlorprocaine juga
sering digunakan untuk pasien emergensi dimana waktu operasi kurang
dari 30 – 60 menit. Walaupun begitu, potensi myotoksik dan neurotoksik
dari chlorprocaine tetap perlu diperhatikan.5
3. Cocaine
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa
jalan napas atas. Lama kerja 2 – 30 menit.7
4. Etidocaine (Duranest)
Duranest (Etidocaine HCI) indikasi pemberian suntikan untuk
anestesi infiltrasi, peripheral nerve blok (Pada Brachial Plexus, Intercostal,
Retrobulbar, Ulnar dan Inferior Alveolar) dan pusat neural blok (Lumbal
atau caudal epidural blok).8
5. Levobupivacaine
Karakteristik klinisnya sama dengan bupivacaine. Hanya saja
durasinya lebih panjang dan toksisitasnya lebih rendah.5
6. Lidocaine
Lidocaine adalah obat anestesi golongan amida pertama yang
dipergunakan untuk kepentingan klinis. Lidocaine memiliki onset cepat,
durasi aksi sedang dan dapat digunakan untuk anestesi topical. Lidocaine
14
tersedia dalam bentuk solusio yang bisa dipergunakan untuk infiltrasi,
blok saraf perifer dan anestesi epidural. Hiperbarik lidocaine biasa
dipergunakan untuk anestesi spinal dengan durasi 30 – 60 menit.
Lidocaine juga tersedia dalam bentuk salep, jelly, viscous, dan aerosol
untuk berbagai prosedur anestesi topikal.5
Apabila larutan ini ditambah adrenalin, maka waktu yang
diperlukan untuk hilang sama sekali dari tempat suntikan 4 jam.
Mempunyai afinitas tinggi pada jaringan lemak. Detoksikasi terjadi oleh
hati secara deetilasi dan pemecahan ikatan amida. Daya penetrasinya
sangat baik, mulai kerjanya dua kali lebih cepat dari prokain dan lama
kerjanya 2 kali dari prokain.2
Dalam penggunaan klinik :2
- Untuk infiltrasi lokal diberikan larutan 0,5%
- Blok saraf yang kecil diberikan larutan 1%
- Blok saraf yang lebih besar diberikan larutan 1,5%
- Blok epidural diberikan larutan 1,5 – 2%
- Untuk blok subarachnoid diberikan larutan hiperbarik 5%.
- Dosis untuk orang dewasa : 50 mg – 750 mg (7 – 10 mg/kgBB)
15
konvulsi. Konvulsi terjadi terutama pada orang tua atau pada pasien yang
peka dan berhubungan dengan dosis, biasanya berlangsung singkat, serta
respon terhadap pemberian intravena.5
7. Mepivacaine
Derivate – piperidin ini termasuk kelompok – amida yang mulai
kerja dan kekuatannya mirip lidokain tetapi bertahan sedikit lama. Obat ini
terutama digunakan sebagai anestesi infiltrasi dan jenis anestesi parenteral
lainnya sebagai larutan 1 – 2% pada pembedahan dental, mata dan THT.7
8. Prilocaine
Nama dagang dari prilokain adalah propitokain, xylonest, citanest,
dan distanest. Efek iritasi lokal pada tempat penyuntikan jauh lebih kecil
daripada prokain. Toksisitasnya kira-kira 60% dari toksisitas lidokain
potensinya sama dengan lidokain. Daripada lidokain, prilokain lebih kuat,
daya penetrasinya lebih baik, mulai kerjanya dan lama kerjanya lebih lama
dan efektif pada konsentrasi 0,5%-5,0%.
Penggunaan dosis untuk infiltrasi lokal digunakan larutan 0,5%,
blok pleksus digunakan larutan 2%-3%, bloko epidural digunakan larutan
2%-4% untuk blok subaraknoid digunakan larutan 5%. Dosis maksimal
tanpa adrenalin 400 mg sedangkan dengan adrenalin bisa diberikan sampai
dosis 600 mg. Prilokain memiliki durasi sedang 120-240 menit.7
9. Procaine (Novokain)7
- Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal,
epidural.
- Merupakan obat standard untuk perbandingan potensi dan toksisitas
terhadap jenis obat – obatan anestetik lokal yang lain.
- Diberikan intravena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum,
bedah jantung atau “induced hypothermia”.
16
- Absorbsi berlangsung cepat pada tempat suntikan, hidrolisis juga cepat
oleh enzim plasma (prokain esterase).
- Pemberian intravena merupakan kontraindikasi untuk penderita
miastenia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok
neuromuscular. Prokain tidak boleh diberikan bersama – sama
sulfonamide.
- Larutan 1 – 2% kadang – kadang kekuning – kuningan (amines), tidak
berbahaya.
- Tidak mempenetrasi kulit dan selaput lender/mukosa. Jadi tidak efektif
untuk surface analgesi.
- Dosis 15 mg/kgbb.
Untuk infiltrasi : larutan 0,25 – 0,5% dosis maksimum 1000 mg. Onset : 2
– 5 menit, durasi 30 – 60 menit. Bisa ditambah adrenalin (1 : 100.000 atau
1 : 200.000). Dosis untuk blok epidural (maksimum) 25 ml larutan 1,5%.
Untuk kaudal 25 ml larutan 1,5%. Spinal analgesia 50 – 200 mg,
tergantung efek yang dikehendaki, lamanya (durasi) 1 jam.
17
2.7 Efek Pada Sistem Organ
2) Sistem pernafasan
Pada dosis kecil akan merangsang pusat napas, sehingga frekuensi napas
meningkat. Selanjutnya pada dosis lebih besar, akan menimbulkan depresi
pusat napas, sehingga terjadi penurunan frekuensi napas dan volume tidal,
sampai henti napas. Obat anestesi lokal juga mempunyai efek seperti atropine,
yaitu efek spasmolitik yang menyebabkan dilatasi bronkus. Selain itu obat ini
juga mempunyai efek antihistamin ringan pada saluran napas. Anestesi lokal
juga akan menyebabkan relaksasi otot polos bronkus. Henti napas bisa terjadi
akibat paralise saraf frenikus, paralise intercostal atau depresi langsung pusat
pengaturan napas.7
18
3) Sistem kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard (fase
depolarisasi IV spontan) dan mengurangi durasi periode refraktori.
Kontraktilitas miokard dan kecepatan konduksi juga tertekan pada konsentrasi
yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari perubahan langsung membrane otot
jantung (misalnya, natrium blockade saluran jantung) dan penghambatan
sistem saraf otonom. Semua anestesi lokal kecuali kokain menghasilkan
relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat vasodilatasi arteriol.
Kombinasi berikutnya dari bradikardia, blok jantung, dan hipotensi dapat
berujung pada serangan jantung.9
4) Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan
derivate para amino benzoic acids (PABA) yang dikenal sebagai allergen.
PABA ini dapat meniadakan efek anti bakteri dari sulfonamide yang
berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi
dengan sulfa tidak boleh di kombinasikan dengan penggunaan ester – ester
tersebut.9
Toksisitas sangat bergantung pada :
- Jumlah larutan yang disuntikkan
- Konsentrasi obat
- Ada tidaknya adrenalin
- Vaskularisasi tempat suntikan
- Absorbsi obat
- Laju destruksi obat
- Hipersensitivitas
- Usia
- Keadaan umum
19
- Berat badan
5) Sistem musculoskeletal
Ketika langsung disuntikkan ke dalam otot rangka, anestesi lokal
myotoxic (Bupivakain> Lidokain > Prokain). Histologi, hypercontraction
myofibril berkembang menjadi degenerasi litik, edema, dan nekrosis.
Regenerasi biasanya terjadi setelah 3 – 4 minggu, bersamaan injeksi steroid
atau epinefrin memperburuk myonecrosis tersebut. Pada hewan menunjukkan
Ropivacaine yang menghasilkan cedera otot lebih ringan daripada
Bupivakain.9
20
BAB III
KESIMPULAN
Obat anestesi lokal adalah suatu ikatan kimia yang mampu menghambat
konduksi saraf perifer apabila obat ini disuntikkan di daerah perjalanan serabut
saraf dengan dosis tertentu tanpa menimbulkan kerusakan permanen pada serabut
saraf tersebut. Berdasarkan struktur molekulnya terdapat dua golongan obat
anestesi lokal, yaitu golongan ester dan amida.
21
DAFTAR PUSTAKA
22