You are on page 1of 16

NAMA : NURUL SOFIA

NIM : P07525020095
KELAS : 1C
MATA KULIAH : PENYAKIT GIGI DAN MULUT

TUGAS :
1) Jelaskan tanda-tanda inflamasi peradangan, apa
penyebabnya......
Jawaban :
A. Rubor
Menurut Price & Wilson (1995) dalam Lumban raja (2009).
Kemerahan atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang
terlihat pada saat mengalami peradangan. Ketika reaksi
peradangan mulai timbul maka arteri yang mensuplai darah ke
daerah tersebut melebar, oleh karena itu darah mengalir lebih
banyak ke dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat
dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia
atau kongesti menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut. Timbulnya hyperemia merupakan permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat
mediator seperti histamin.
B. Tumor
Gejala dari peradangan akut adalah tumor atau
pembengkakan. Hal ini terjadi akibat meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler serta adanya penyaluran cairan
dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang cedera. Pada
peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel
dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama
albumin yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga
plasma jaringan mengandung lebih banyak protein yang
kemudian meninggalkan kapiler dan masuk ke dalam jaringan
sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak.
C. Kolor
Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit
yang terjadi bersamaan dengan kemerahan akibat peradangan.
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, hal ini terjadi karena darah dengan suhu 37oC
lebih banyak disalurkan ke permukaan daerah yang terkena
radang lebih banyak dibandingkan ke daerah normal.

D. Dolor
Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dihasilkan
dengan berbagai mekanisme. Perubahan pH lokal atau
konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung
saraf untuk mengeluarkan zat kimia tertentu misalnya mediator
histamin atau mediator lainnya yang menyebabkan
pembengkakan dan peradangan pada jaringan sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan
rasa sakit (Lumbanraja, 2009).
E. Functio Laesa
Functio laesa adalah reaksi peradangan yang ditandai dengan
nyeri disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat
penumpukan dan aliran darah yang meningkat sehingga
menghasilkan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal dan
menjadikan jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi
normal (Dyaningsih, 2007).

2) Carilah informasi tentang periodontal probe dan


kegunaannya......
Jawaban : Periodontal probe adalah alat yang digunakan untuk
melokalisir, mengukur, dan menandai saku, serta untuk
memperkirakan konfigurasi saku pada setiap sisi gigi.
Umumnya, bentuk prob periodontal berupa batang yang
mengecil ke arah ujung dengan ujung yang membulat dan
tumpul. Kalibrasinya dalam ukuran milimeter. Prob terlihat tipis
dengan leher membentuk sudut sehingga mudah diselipkan ke
dalam saku.
Tujuan Desain Alat Periodontal :
 Menghilangkan kalkulus
 Menghaluskan permukaan akar
 Kuretase gingiva
 Menghilangkan jaringan yang sakit
KLASIFIKASI ALAT PERIODONTAL
Berdasarkan kegunaan nya :
Probe Periodontal
 Mengetahui lokasi, mengukur dan menandai serta
memperkirakan jalannya poket pada setiap gigi.
 Bentuk : Batang dengan kalibrasi dalam mm, mengecil
kearah ujung, ujung membulat/tumpul.
 Prob baik : Tipis, tangkai membentuk sudut (mudah
diselipkan dalam saku gusi)
 Desain, kalibrasi, dan penampang melintang bervariasi
(pipih, oval, bundar)

MACAM-MACAM PROBE
Probe Marquis :
 Kalibrasi 3, 6, 9, 12 mm. Tiap interval 3 mm warna beda
untuk memudahkan pembacaan.
 Kelemahan : Sukar baca ukuran diantara kelipatan 3

Probe Williams
 Kalibrasi 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, dan 12 mm. Ada interval 2
antara 3 dan 5, 5 dan 7 (untuk hindari kesalahan
pembacaan)
Probe Michigan-O :
 Kalibrasi 3, 6 dan 8 mm

Probe WHO :
 Untuk pengukuran Indeks Periodontal Komunitas untuk
kebutuhan Perawatan (CPITN) / PSR
 Probe sangat tipis, bagian ujung bulat seperti ujung jarum
pentul, kalibrasi 3, 5, 8 dan 11 mm (3,5. 5,5. 8,5. 11,5
mm) tiap interval warna beda
Probe Nabers
 Probe khusus pemeriksa lesi furkasi desain lengkung.

3) Carilah pengertian lesi-lesi dan berikan gambarnya........


Jawaban : (Ruam Primer)
A. Makula
Kelainan kulit berbatas tegas setinggi permukaan kulit berupa
perubahan warna tanpa perubahan bentuk. Titik sampai bercak,
diameter dari beberapa mm hingga cm.

a) Berasal dari Vaskularisasi


 Warna : Merah kecoklatan
 Bila ditekan berwarna pucat
 Misalnya : Hiperemia

b) Berasal dari Pigmen Darah


 Warna : Merah kebiruan
 Misalnya : Petechine, purpura, ecymosis (he mato m)

c) Berasal dari Pigmen Melanin


 Warna : Biru kecoklatan
 Misalnya : Hiperpigmentasi
B. Papula
Peninggian kulit, padat, berbatas diffus, diameter < 0,5 mm.
Lesi yang membenjol padat, kurang dari 1 cm diameternya,
permukaan papula : Erosi atau deskuamasi. Makula dan papula
terasa gatal, rasa terbakar dan nyeri.
Misalnya :
 Lichen Planus (pada mukosa) adalah papula keputihan
 Fordyce’s spot adalah anomali pertumbuhan dimana
kelenjar lemak tumbuh ektopik

C. Nodula
Peninggian kulit, batas jelas, lebih besar dari papula di
dermis/subkutan. Suatu massa yang padat. Membenjol yang
tebal dan kurang dari 1 cm diameternya. Tumor jinak dari
jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis (iritasi ringan
yang terus menerus) , dapat hilang sendiri atau tidak, setelah
iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi).
Misalnya : Iritasi fibroma
D. Plak
Peninggian kulit akibat perluasan, penyatuan papula/nodula.
Ukuran diameternya lebih besar dari 1 cm. Plak dapat menyebar
jauh ke dermis, dibandingkan papula.
Misalnya : Leukoplakia (lesi pra-ganas, lesi ini bisa menjadi
ganas).

E. Urtika
Peninggian kulit berbatas diffus oleh karena oedem karena
oedem didermis
 Veskulasi : Peninggian kulit berbatas diffus, berisi cairan
bening
 Bulla : Vesikula yang berukuran lebih besar, berisi cairan
bening
 Pustula : Vesikula berisi nanah
F. Vesikel
Peninggian kulit berbatas diffus, berisi cairan bening. Suatu
benjolan kulit berisi cairan dan berbatas jelas. Diameternya
kurang dari 1cm. Cairan dari vesikel umumnya terdiri atas limfe
atau serum tetapi juga dapat mengandung darah dan agen
penginfeksi.
Misalnya : Cacar air

G. Bula
Vesikula yang berukuran lebih besar, berisi cairan bening.
Suatu benjolan kulit berisi cairan yang lebih besar dari 1 cm
diameternya. Dapat terbentuk karena adanya trauma mekanis
atau gesekan. Bula terlihat pada pempigus, pempigoid dan luka
bakar.
Misalnya : Pemphigus vulgaris
H. Pustula
Tonjolan bundar berisi nanah. Suatu vesikel yang berisi
eksudat purulen. Diameternya kurang dari 1 cm. Papula
berwarna putih seperti krim atau kekuningan dan sering
dikaitkan dengan pori epidermal.
Misalnya : Penyakit impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul
kecil.

I. Tumor
Massa jaringan padat diameter lebih dari 1 cm. Istilah ini
dipakai juga untuk menggambarkan suatu neoplasma
(pertumbuhan jaringan dengan pembelahan sel-sel yang
progresif dan tidak terkontrol, yang tidak memiliki fungsi
fisiologis. Tumor yang menetap dapat bertangkai atau
berulserasi ditengahnya.
J. Wheals
Suatu papula atau plak yang berwarna merah muda, edema,
dan berisi serum. Edema kulit yang menjadi gelembung yang
hanya muncul singkat dan menimbulkan rasa gatal.
Misalnya : Gigitan nyamuk dan urtikaria

(Ruam Sekunder)
A. Erosi
Hilangnya epitel diatas lapisan sel basal. Erosi dapat sedikit
basah, sedikit cekung seringkali akibat dari vesikel yang pecah
atau karena trauma. Dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Misalnya : Kulit setelah mengalami suatu lepuhan atau vesikel
yang pecah
B. Ulser/Ulkus
Ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan
mukosa yang memperlihatkan disentegrasi dan nekrosis
jaringan. Hilangnya epidermis dan lapisan kulit yang lebih
dalam (hilangnya epitel yang meluas dibawah lapisan sel basal).
Ulkus biasanya sakit dan sering kali memerlukan terapi obat
topikal agar perawatan efektif.

C. Fisura
Suatu celah garis normal atau abnormal dalam epidermis
yang secara khas terjadi pada bibir dan jaringan perioral, bila
organisme patogen menginfeksi suatu fisur, maka sering kali
berakibat sakit, ulserasi dan peradangan, suatu celah dalam
epidermis.
Misalnya : Fissure tongue

D. Sinus
Suatu saluran yang memanjang dan rongga supuratif, kista
atau abses. Gigi abses seringkali membentuk saluran sinus
bersama dengan parulis yang tampak secara klinis, yang
merupakan ujung akhir darti sinusnya.
Misalnya : Abses periapikal

E. Krusta
Krusta merupakan lapisan luar yang terbentuk dari
pengeringan eksudat.
4) Pemeriksaan penunjang dalam tindakan perawatan gigi......
1. Jawaban : Radiograpi kedokteran gigi
a) Radiografi Intra Oral
Radiografi intra oral pemeriksaan gigi dan jaringan
sekitarnya dengan radiografi yang filmnya diletakan di dalam
mulut pasien. Pemeriksaan intra oral merupakan pokok dari
radiografi kedokteran gigi.

b) Radiografi Extra Oral


Radiografi ekstra oral adalah pemeriksaan radiografi yang
digunakan untuk melihat area yang luas pada tengkorak kepala
dan rahang. Pada radiografi ekstraoral film yang digunakan
diletakan diluar rongga mulut. Radiografi ekstra oral terdiri atas
beberapa tipe yaitu:
 Radiografi Panoramik
 Radiografi Lateral Jaw
 Radiografi Sefalometri
 Radiografi Postero-Anterior
 Radiografi Antero-Posterior
 Radiografi Proyeksi Water’s

c) Radiografi Periapical
Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral
yang bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi
(crown and root), tulang alveolar dan jaringan sekitarnya.
Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk
mendeteksi infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status
periodontal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar,
gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi,
penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan
endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan
penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular
secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta
evaluasi pasca pemasangan implant.
d) Radiografi Bitewing
Kata bitewing berasal dari teknik pengambilan radiografi
yang meminta pasien untuk mengigit (bite) semacam sayap
(wing) kecil yang dilekatkan pada film intraoral. Film holder
modern telah menanggalkan bagian sayap tersebut, tetapi
terminologi dan indikasi klinis masih menggunakan istilah yang
sama. Radiografi ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper
pada tahun 1925. Bitewing radiografi digunakan untuk
mendeteksi karies di permukaan proksimal gigi dan crest
alveolar bone baik pada maksilla maupun mandibula pada film
yang sama, yang secara klinis tidak dapat dideteksi.
Radiografi bitewing (interproksimal) digunakan untuk
mengevaluasi puncak tulang interproksimal selama
pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan. Pada teknik
bitewing, film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota
gigi maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh
menggigit bitewing tab atau bitewing film holder dan sinar-x
diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut vertikal +5o
sampai +10o. Film dapat diposisikan secara horizontal atau
vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan
pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa
digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan
pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat
mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil
perawatan.
e) Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik atau orthopanthography / OPG
memberi gambaran umum dari struktur fasial yang meliputi
lengkung gigi-geligi maksila, mandibula, dan struktur
pendukung lainnya, serta berguna untuk mendeteksi pola
kehilangan tulang secara umum.
f) Radiografi Sefalometri
Radiografi sefalometri adalah radiografi dari tulang wajah
terstandarisasi dan dapat digandakan yang sering digunakan
pada ortodonti untuk menilai hubungan gigi ke rahang dan
rahang ke bagian tulang wajah lainnya. Standardisasi sangat
penting untuk perkembangan sefalometri pengukuran dan
perbandingan titik-titik spesifik, jarak dan garis pada tulang
wajah yang merupakan bagian utuh dari penilaian ortodonti.
Nilai paling besar mungkin didapat dari radiografi ini jika
dicatat dan didigitalisasi dan ini sangat penting untuk digunakan
untuk mengamati perkembangan dari perawatan.
g) Radiografi Lateral Jaw
Radiografi Lateral Jaw adalah radiografi yang digunakan
untuk melihat keadaan lateral tulang wajah, diagnosis fraktur
dan keadaan patologis tengkorak dan wajah.
h) Radiografi Postero- Anterior
Radiografi postero-anterior adalah radiografi yang
menunjukkan bagian posterior rahang mandibula yang
digunakan untuk melihat keadaan penyakit trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan.
i) Radiografi Anterior- Posterior
Radiografi antero-posterior adalah radiografi yang digunakan
untuk melihat keadaan pada bagian depan maksila dan
mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan
tulang hidung.
j) Radiografi proyeksi water’s
Proyeksi ini juga menunjukkan kerangka wajah yang
digunakan untuk melihat sinus frontal dan ethmoidal, orbital
lantai, tulang zygomatik dan lengkungan zygomatik dan
mengevaluasi sinus maksilaris.
k) Radiografi Submentovertex
Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan
untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mandibua,
dinding lateral sinus maksila dan arkus zigomatikus.

You might also like