You are on page 1of 7

YAYASAN PENDIDIKAN SANTA LUSIA VIRGINI

SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA LUSIA


Jl. Neman Jaya Kavling 18 Pengasinan Rawa Lumbu Bekasi 17115
Telp.(021) 29258592, Fax.(021) 29258592 website:
www.smasantalusiabekasi.sch.id e-mail : smasantalusiavirgini@gmail.com

ANASTHASYA MARGARETH A ( XI MIA )

ANALISIS PERIODISASI DEMOKRASI INDONESIA

DEMOKRASI LIBERAL

 Demokrasi Liberal berlangsung pada 17 Agustus 1950, setelah Wakil Presiden


Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah 14 November 1945 yang
mengubah sistem pemerintahan Indonesia yang awalnya presidensil menjadi
parlementer. Presiden hanya sebagai simbol atau lambang pemimpin negara
sedangkan perdana menteri yang menjalankan pemerintahan, dengan KNIP sebagai
badan legislatif sebelum adanya MPR.

 Kabinet presidensial yang dipimpin presiden Ir.Soekarno saat itu, diganti oleh kabinet
parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Dalam kabinet
parlementer ini, Sutan Syahrir diangkat menjadi perdana menteri pertama.

 Seusai Agresi Militer Belanda II, terbentulah Negara Republik Indonesia


Serikat ( RIS ) yang menerapkan sistem politik demokrasi liberal. Demokrasi
ini ditandai dengan munculnya banyak partai. Demokrasi Liberal menjadi
masa memanasnya pergantian kabinet oleh partai-partai kuat untuk
mengambil kekuasaan. Dilihat dari waktu pergantiannya, waktu kekuasaan
per kabinet hanya bertahan sekitar 1-2 tahun, mengapa seperti itu? Secara
eksternal, penyebabnya adalah banyak partai yang menjatuhkan satu sama
lain juga tidak ada partai yang mendapat suara rakyat lebih dari 50%.
Sedangkan secara internal, kabinet tersebut tidak bisa menjalankan program
kerjanya dengan baik.

 Karakteristik demokrasi liberal :


 Parlemen memegang kekuasaan politik sangat besar
 Sistem multipartai. Parlemen terdiri dari wakil-wakil partai yang berasal dari
beragam aliran/ideologi
 Pengawasan yang ketat dari parlemen menyebabkan akuntabilitas pejabat
negara sangat tinggi
 Kabinet pemerintahan koalisi tidak stabil dan kerap berganti
 Pemilu 1955 terlaksana sangat demokratis
 Hal berserikat dan berkumpul terjamin dengan jelas
 Kelebihan demokrasi liberal

1. Kebebasan individu dijunjung tinggi oleh setiap orang.

2. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah kemudian dibatasi.

3. Tingkat pendapatan yang dimana dimiliki penduduk kemudian akan lebih tinggi.

4. Munculnya sebuah persaingan untuk menjadi lebih maju.

5. Kontrol sosial yang dimana terjadi didalam pers.

 Kekurangan dari demokrasi liberal :

1. Terjadinya tingkat individualitas yang dimana tinggi.

2. Besarnya kesenjangan sosial yang dimana terjadi pada sebuah negara.

4. Banyak terjadinya masalah yang berada di sektor ekonomi.

5. Kebebasan yang dimana dimiliki oleh pers kemudian sering disalah artikan.

 Sejarah Pergantian Kabinet pada Demokrasi Liberal :

1) Kabinet Natsir ( 6 September 1950 – 27 April 1951 )


 Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir dari
Partai Masyumi sebagai perdana menteri. Kabinet Natsir merupakan koalisi yang
dipimpin oleh partai Masyumi bersama dengan PNI.
 Program kerja kabinet ini antara lain : Menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman, menyempurnakan pemerintahan dan organisasi angkatan perang,
mengembangkan ekonomi rakyat, dan tugas utama menyelesaikan masalah Irian
Barat.
 Dalam tugasnya, kabinet ini mendapat kendala berupa pemberontakan beberapa
organisasi, tetapi upaya menyelesaikan masalah Irian Barat berhasil mereka
lakukan. Dalam bidang ekonomi, kabinet ini memperkenalkan sistem ekonomi
Gerakan Benteng yang telah berjalan 3 tahun, tetapi tujuan sistem ini tidak tercapai
dengan baik.
 Kabinet ini berakhir disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya dari PNI di
Parlemen Indonesia menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS. Akhirnya, pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

2) Kabinet Sukiman-Soewirjo ( 27 April 1951 – 3 April 1952 )


 Presiden Soekarno menunjuk Sidik Djojosukatro dari PNI dan Soekiman
Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi
Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Sukiman-Soewirjo.
 Program kerja kabinet ini : Menjamin keamanan dan ketenteraman, memperbaiki
hukum agraria, mempersiapkan pemilu, menjalankan politik luar negri serta
memasukkan Irian Barat ke wilayah RI.
 Kabinet ini mengalami sandungan setelah parlemen mendengar bahwa kabinet ini
menjalin kerja sama dengan blok barat, yaitu Amerika Serikat. Tindakan Kabinet
Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang
bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan
Indonesia ke dalam blok barat.
 Parlemen pada akhirnya menjatuhkan mosi tidak percaya kepada Kabinet Sukiman.
Sukiman kemudian harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

3) Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953 )


 Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjuk Wilopo dari PNI sebagai
formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di
bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama Kabinet Wilopo.
Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
 Program kerja : (Dalam Negeri) Menyelenggarakan pemilu, memakmurkan dan
mengembangkan pendidikan rakyat. (Luar Negeri) Menyelesaikan masalah
Indonesia-Belanda, pengembalian Irian Barat ke RI, menjalankan politik luar negeri
bebas-aktif.
 Munculnya Peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di
Sumatera Timur (Deli), mengakibatkan muncullah mosi tidak percaya dari Serikat
Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.

4) Kabinet Ali I atau Ali-Wongso ( 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 )


 Kabinet ini mendapatkan dukungan banyak partai di Parlemen, termasuk Partai
Nahdlatul Ulama (NU). Kabinet ini diketuai oleh PM. Ali Sastroamijoyo dan Wakil PM.
Mr. Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya (PIR).

 Pada masa pemerintahan kabinet ini, diperkenalkan sistem ekonomi yang dikenal
dengan sistem Ali-Baba. Sistem ekonomi Ali-baba diperuntukan menggalang
kerjasama ekonomi antara pengusaha pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan
penguaha Tionghoa yang diidentikkan dengan Baba.
 Konflik PNI dan NU membuat keretakan partai pendukung mendorong Kabinet Ali
Sastro I harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.

5) Kabinet Burhanuddin Harahap ( 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956 )


 Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin
Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
 Kabinet ini mengalami ganggunan ketika kebijakan yang diambil berdampak pada
banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan yang dianggap menimbulkan
ketidaktenangan. Kabinet ini sendiri mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Soekarno ketika anggota Parlemen yang baru kurang memberikan dukungan kepada
kabinet.
6) Kabinet Ali II ( 20 Maret 1956 – 14 Maret 1957 )
 Pada tanggal 20 Maret 1956, didukung oleh tiga partai besar di Parlemen: PNI, NU,
dan Masyumi. Ali Sastroamijoyo mendapatkan mandat untuk kedua kalinya
membentuk kabinet.
 Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini
disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka
panjang
 Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI mengakibatkan mundurnya
sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.

7) Kabinet Juanda ( 9 April 1957 – 10 Juli 1959 )


 Kabinet baru kemudian dipimpin oleh Ir. Djuanda yang kemudian membentuk kabinet
yang dikenal dengan istilah Zaket Kabinet karena harus berisi unsur ahli dan
golongan intelektual dan tidak adanya unsur partai politik di dalamnya.
 Program pokok dari Kabinet Djuanda dikenal sebagai Panca Karya
 Kabinet ini terus berjalan hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959
yang dilatarbelakangi kegagalan badan Konstituante menetapkan UUD baru sebagai
peganti UUDS 1950.

DEMOKRASI TERPIMPIN

 Selama masa demokrasi liberal, rakyat Indonesia sadar bahwa sistem ini tidak cocok
karena sistem demokrasi ini bertentangan dengan nilai dasar pancasila khususnya
sila ke 3 dan sila ke 4, juga ketidakmampuan Konstituante menyelesaikan masalah
kenegaraan.
 Dekrit Presiden 1959 menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku lagi dan
memberlakukan kembali UUD NRI 1945. Dekrit presiden memuat ketentuan :
Menetapkan pembubaran Konstituante, Menetapkan bahwa UUD NRI 1945 telah
berlaku di Indonesia, dan Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat.
 Masuknya pengaruh PKI dalam konsep nasakom dan terjadinya peristiwa G30S/PKI
menyebabkan munculnya gerakan yang meminta Presiden Soekarno mundur.
Kemudian Mayjen Soeharto memimpin Indonesia pada tahun 1966 dan Indonesia
memasuki era politik Orde Baru.
 Karakteristik demokrasi terpimpin :
 Sistem kepartaian melemah karena kekuasaan presiden yang semakin besar
 Peran kontrol DPR Gotong Royong (DPR-GR) melemah
 Pemilu tidak terselenggara
 Upaya konsolidasi kekuatan politik dengan cara pembentukan Kabinet
Gotong Royong yang mewakili semua fraksi dan partai, Dewan Nasional yang
dibentuk dari golongan fungsional (wakil buruh, petani, pendeta, ulama,
wanita, dll)
 Sentralisasi kekuasaan di tangan presiden
 Kewenangan daerah terbatas
 Kebebasan pers dibatasi, sejumlah media dibredel
 Kelebihan demorkasi terpimpin :
 Terbentuknya sebuah integritas yang terjadi secara nasional.
 Kembalinya Irian Barat ke Indonesia.
 Menjadi pelopor dari non-blok dan menjadi pemimpin di Asia dan Afrika.
 Dilakukan pembentukan berbagai macam lembaga negara.
 Terjadinya penataan yang dimana terjadi pada berbagai macam bidang.
 Terbentuknya rasa ingin gotong royong

 Kekurangan dari demokrasi terpimpin :


o Kehidupan Konstitusi tidaklah berjalan
o Banyak terjadi pertentangan akan ideologi yang ada.
o Tidak terjadinya kehidupan politis yang dimana tidaklah demokratis

DEMOKRASI PANCASILA pada Orde Baru ( 1966 – 1998 )

 Orde bari berkeinginan melaksanakan Pancasila dan UUD NRI 1945 secara murni
dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang dianggap telah menyimpang
dari Pancasila.
 Pemerintah berusaha menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan banvsa dengan
mengedepankan ekonomi sebagai sarana pendidikan
 Perubahan politik dari yang bersifat otoriter pada masa demokrasi terpimpin di
bawah Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis pada Orde Baru.
 Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat
politik penguasa. Kenyataan yang terjadi, pelaksanaan Demokrasi Pancasila sama
dengan kediktatoran.

 Karakteristik Demokrasi Pancasila orde baru :

 Kekuasan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan sangat


tinggi
 Partai politik dibatasi jumlah dan peran politiknya
 Pemilu terselenggara teratur setiap lima tahun
 Tidak ada pergantian kekuasaan politik, Soharto berkukasa selama lima periode
pemilu
 Rekrutmen politik bersifat tertutup
 Peran militer sangat kuat dengan konsep dwifungsi ABRI
 Kebebasan pers dibatasi. Pembredelan media massa kerap terjadi

 Kelebihan dari demokrasi Pancasila masa orde baru:

 1. Meningkatknya keamanan di dalam negeri.


 2. Tercukupi berbagai macam kebutuhan hidup khususnya pangan.
 3. Peningkatan GDP perkapita.
 4. Banyak investor yang masuk ke Indonesia.

 Kekuarangan Orde Baru :

 1. Maraknya KKN
 2. Pembangunan tidak merata.
 3. Kesenjangan pembangunan terjadi.
 4. Kebebasan pers yang terbatas.

DEMOKRASI ERA REFORMASI

 Era reformasi dimulai setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei
1998 dan digantikan oleh wakil Presiden Prof. Dr. B.J.Habibie.
 Cerminan mengenai pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi dapat
diketahui dari naskah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-
2025Sistem pemerintahan presidensial
 Tahapan demokrasi : 1) Peralihan diri dari kepemimpinan nondemokratis ke
demokratis, 2) Pembentukan lembaga dan tertib politik demokrasi, 3) Konsolidasi
demokrasi, dan 4) Praktik demokrasi sebagai budaya politik berbangsa dan
bernegara.
 Karakteristik demokrasi era reformasi :

 Parlemen terdiri dari banyak partai (multipartai)


 Sistem pemilihan langsung untuk presiden dan kepala daerah
 Lembaga perwakilan dibagi menjadi DPR dan DPD
 Desentralisasi kekuasaan dengan model otonomi daerah
 Kebebasan pers lebih baik
 Kelebihan :

 HAM dijunjung tinggi.


 Pembangunan dilakukan secara desentralisasi.
 Pemberantasan korupsi dilakukan.
 Demokrasi lebih terbuka.
 Kebebasan berpendapat lebih dihargai.

 Kekurangan :

 Masyarakat kadang terlalu bebas.


 Terjadinya salah penafsiran terhadap reformasi
 Rendahnya pengetahuan di bidang politik.

You might also like