You are on page 1of 157

-1-

ml
.ht
0 22
n-2
RANCANGAN

hu
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

a
3-t
NOMOR 3 TAHUN 2022

or-
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK

om
BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2022

e s-n
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
nk
e
rm

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


-pe
mk

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Ayat (3)


3/p

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2022 tentang Petunjuk


Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2022, perlu
2/0

menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk


02

Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang


d/2

Kesehatan Tahun Anggaran 2022;


a.i

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


an

Indonesia Tahun 1945;


uly

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


m

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik


na

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran


.ai

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);


ww

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor
//w

144, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia


ps:

Nomor 5063);
htt

jdih.kemkes.go.id
-2-

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ml
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

.ht
lndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

22
Negara Republik lndonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

0
n-2
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

hu
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

a
3-t
lndonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

or-
Negara Republik lndonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang

om
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

s-n
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara

e
Republik Indonesia Nomor 4575);
nk
6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang
e
rm

Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
-pe

7. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021 tentang


mk

Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun


3/p

Anggaran 2022 (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2021 Nomor 260);
2/0

8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2022 tentang Petunjuk


02

Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2022


d/2

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor


11);
a.i

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020


an

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan


uly

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor


m

1146);
na
.ai

MEMUTUSKAN
ww

Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK


OPERASIONAL PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK
//w

BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2022.


ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
-3-

BAB I

ml
KETENTUAN UMUM

.ht
22
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

0
n-2
1. Dana Alokasi Khusus Fisik yang selanjutnya disebut DAK
Fisik adalah dana yang dialokasikan dalam anggaran

hu
pendapatan dan belanja negara kepada daerah tertentu

a
3-t
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan

or-
khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.

om
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

s-n
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan

e
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
nk
Perwakilan Rakyat.
e
rm

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang


selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan
-pe

tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan


mk

Daerah.
3/p

4. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia


yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
2/0

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan


02

Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


d/2

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
a.i

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin


an

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi


uly

kewenangan daerah otonom.


m

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


na

pemerintahan di bidang kesehatan.


.ai

7. Kepala Daerah adalah gubernur untuk daerah provinsi


ww

atau bupati untuk daerah kabupaten atau walikota untuk


daerah kota.
//w

8. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat


ps:

OPD adalah organisasi pembantu kepala Daerah dan


htt

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan


Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

jdih.kemkes.go.id
-4-

9. Dinas Kesehatan adalah perangkat daerah yang

ml
merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di

.ht
bidang Kesehatan yang menjadi kewenangan daerah.

22
10. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disingkat
UPTD adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang

0
n-2
melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas
teknis di bidang kesehatan.

a hu
3-t
BAB II

or-
RUANG LINGKUP PENGGUNAAN DAK FISIK
BIDANG KESEHATAN

om
s-n
Pasal 2

e
DAK Fisik Bidang Kesehatan berupa DAK Fisik reguler bidang
nk
kesehatan.
e
rm

Pasal 3
-pe

DAK Fisik reguler bidang kesehatan sebagaimana dimaksud


mk

dalam Pasal 2 meliputi:


3/p

a. subbidang penguatan penurunan angka kematian ibu dan


bayi;
2/0

b. subbidang penguatan percepatan penurunan stunting;


02

c. subbidang pengendalian penyakit;


d/2

d. subbidang penguatan sistem kesehatan; dan


e. subbidang kefarmasian.
a.i
an

Pasal 4
uly

(1) DAK Fisik reguler subbidang penguatan penurunan angka


m

kematian ibu dan bayi sebagaimana dimaksud dalam


na

Pasal 3 huruf a, diarahkan untuk kegiatan penyediaan:


.ai

a. sarana puskesmas mampu Pelayanan Obstetri


ww

Neonatal Emergensi Dasar;


b. alat kesehatan puskesmas mampu Pelayanan
//w

Obstetri Neonatal Emergensi Dasar;


ps:

c. sarana rumah sakit mampu Pelayanan Obstetri


htt

Neonatal Emergensi Komprehensif;

jdih.kemkes.go.id
-5-

d. alat kesehatan rumah sakit mampu Pelayanan

ml
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif;

.ht
e. penguatan public safety center 119;

22
f. telekonsultasi; dan
g. unit transfusi darah.

0
n-2
(2) DAK Fisik reguler subbidang penguatan percepatan
penurunan stunting sebagaimana dimaksud dalam Pasal

hu
3 huruf b, diarahkan untuk kegiatan:

a
3-t
a. penyediaan makanan tambahan (pabrikan); dan

or-
b. penguatan promosi, surveilans, dan tata laksana gizi.
(3) DAK Fisik reguler subbidang pengendalian penyakit

om
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, diarahkan

s-n
untuk kegiatan penyediaan:
a. bahan habis pakai; dan
e
nk
b. peralatan.
e
rm

(4) DAK Fisik reguler subbidang penguatan sistem kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, diarahkan
-pe

untuk kegiatan:
mk

a. pembangunan dan rehabilitasi puskesmas;


3/p

b. prasarana puskesmas;
c. penyediaan alat kesehatan puskesmas;
2/0

d. pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit;


02

e. penyediaan prasarana rumah sakit;


d/2

f. penyediaan alat kesehatan rumah sakit;


g. penguatan layanan unggulan rumah sakit;
a.i

h. pembangunan rumah sakit pratama; dan


an

i. peningkatan kapasitas Laboratorium Kesehatan


uly

Daerah (Labkesda) menuju standar Bio-safety Level 2


m

(BSL-2).
na

(5) DAK Fisik reguler subbidang kefarmasian sebagaimana


.ai

dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, diarahkan untuk


ww

kegiatan penyediaan obat dan bahan medis habis pakai


(BMHP).
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
-6-

BAB III

ml
PENGELOLAAN DAK FISIK BIDANG KESEHATAN DI DAERAH

.ht
22
Pasal 5
Pengelolaan DAK Fisik Bidang Kesehatan di daerah meliputi:

0
n-2
a. persiapan teknis;
b. pelaksanaan;

hu
c. pelaporan; dan

a
3-t
d. pemantauan dan evaluasi.

or-
Bagian Kesatu

om
Persiapan Teknis

e s-n
Pasal 6
nk
(1) Persiapan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
e
rm

huruf a dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan


menyusun dan menyampaikan usulan rencana kegiatan
-pe

DAK Fisik Bidang Kesehatan melalui sistem informasi


mk

perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi dengan


3/p

mengacu pada:
a. dokumen usulan;
2/0

b. hasil penilaian usulan;


02

c. hasil sinkronisasi dan harmonisasi usulan;


d/2

d. hasil penyelarasan atas usulan aspirasi anggota


Dewan Perwakilan Rakyat dalam memperjuangkan
a.i

program pembangunan daerah; dan


an

e. alokasi DAK Fisik yang disampaikan melalui portal


uly

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan atau


m

yang tercantum dalam Peraturan Presiden mengenai


na

rincian APBN.
.ai

(2) Dalam hal hasil penyelarasan atas usulan aspirasi anggota


ww

Dewan Perwakilan Rakyat dalam memperjuangkan


program pembangunan daerah sebagaimana dimaksud
//w

pada ayat (1) huruf d tidak dapat ditindaklanjuti dalam


ps:

penyusunan rencana kegiatan oleh Pemerintah Daerah,


htt

nilai kegiatan tersebut tidak dapat digunakan untuk


kegiatan lain.

jdih.kemkes.go.id
-7-

(3) Usulan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada

ml
ayat (1) paling sedikit memuat:

.ht
a. rincian kegiatan;

22
b. lokasi kegiatan;
c. metode pengadaan;

0
n-2
d. target keluaran kegiatan;
e. komponen rincian menu kegiatan;

hu
f. rincian kebutuhan dana; dan

a
3-t
g. kegiatan penunjang.

or-
(4) Usulan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dibahas dengan Kementerian Kesehatan untuk

om
mendapat persetujuan dan dituangkan dalam berita acara

s-n
rencana kegiatan.
(5) Persetujuan sebagaimana
e dimaksud pada ayat (4)
nk
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan paling lambat
e
rm

bulan Desember 2021 setelah berkoordinasi dengan


Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
-pe

Perencanaan Pembangunan Nasional.


mk

(6) Dalam hal pemerintah daerah belum dapat memenuhi


3/p

kriteria kesiapan teknis bidang/subbidang pada kegiatan


yang merupakan usulan aspirasi anggota Dewan
2/0

Perwakilan Rakyat dalam memperjuangkan program


02

pembangunan daerah, persetujuan sebagaimana


d/2

dimaksud pada ayat (5) diberikan catatan untuk ditunda


pelaksanaannya.
a.i
an

Pasal 7
uly

(1) Kepala Daerah dapat mengajukan paling banyak 1 (satu)


m

kali usulan perubahan atas rencana kegiatan yang telah


na

disetujui oleh Kementerian Kesehatan.


.ai

(2) Perubahan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada


ww

ayat (1) dilakukan dalam rangka:


a. optimalisasi penggunaan alokasi DAK Fisik Bidang
//w

Kesehatan berdasarkan hasil efisiensi anggaran sesuai


ps:

kontrak kegiatan yang terealisasi berupa:


htt

1) peningkatan volume satuan output kegiatan;

jdih.kemkes.go.id
-8-

2) penambahan kegiatan yang sebelumnya pernah

ml
diusulkan di sistem informasi perencanaan dan

.ht
penganggaran yang terintegrasi; dan/atau

22
b. perubahan status pemenuhan kriteria persetujuan
kegiatan atas usulan aspirasi anggota Dewan

0
n-2
Perwakilan Rakyat dalam memperjuangkan program
pembangunan daerah.

hu
(3) Usulan perubahan atas rencana kegiatan sebagaimana

a
3-t
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada minggu

or-
keempat bulan Februari sampai dengan minggu pertama
bulan Maret tahun berjalan.

om
(4) Usulan perubahan rencana kegiatan sebagaimana

s-n
dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pemerintah
Daerah melalui sistem
e
informasi perencanaan dan
nk
penganggaran yang terintegrasi dengan menyertakan:
e
rm

a. surat usulan perubahan yang ditandatangani oleh


Kepala Daerah;
-pe

b. surat pernyataan tanggung jawab mutlak;


mk

c. surat rekomendasi dari dinas kesehatan provinsi bagi


3/p

kabupaten/kota;
d. telaah usulan perubahan dari kepala dinas
2/0

kesehatan/direktur rumah sakit daerah; dan


02

e. data pendukung lainnya.


d/2

Pasal 8
a.i

(1) Dalam rangka persiapan teknis sebagaimana dimaksud


an

dalam Pasal 6, perlu dilakukan penganggaran DAK Fisik


uly

Bidang Kesehatan.
m

(2) Dalam rangka penganggaran DAK Fisik Bidang Kesehatan


na

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah


.ai

menganggarkan DAK Fisik Bidang Kesehatan ke dalam


ww

APBD berdasarkan rencana kegiatan DAK Fisik Bidang


Kesehatan yang telah disetujui Kementerian Kesehatan
//w

(3) Pengaturan lebih lanjut terkait penganggaran DAK Fisik


ps:

Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


htt

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan


mengenai pengelolaan keuangan daerah.

jdih.kemkes.go.id
-9-

Bagian Kedua

ml
Pelaksanaan

.ht
22
Pasal 9
(1) Pemerintah Daerah melaksanakan DAK Fisik Bidang

0
n-2
Kesehatan sesuai dengan penetapan rincian, lokasi, dan
target keluaran kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan

hu
berdasarkan rencana kegiatan yang telah disetujui

a
3-t
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

or-
(2) Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disetujui oleh
Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah dapat

om
melaksanakan pengadaan barang/jasa.

s-n
(3) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa sebagaimana

e
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
nk
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e
rm

(4) Pelaksanaan Kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan


memperhatikan kesetaraan dan keadilan bagi seluruh
-pe

lapisan masyarakat serta prinsip akuntabilitas dan


mk

transparansi.
3/p

(5) Pemerintah Daerah bertanggung jawab sepenuhnya atas


pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan.
2/0

(6) Dalam hal setelah rencana kegiatan disetujui terdapat


02

perubahan status kepemilikan fasilitas pelayanan


d/2

kesehatan milik pemerintah daerah, maka rencana


kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan sebagaimana
a.i

dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) tidak dapat


an

dilaksanakan.
uly

(7) Dinas Kesehatan provinsi, Dinas Kesehatan


m

kabupaten/kota, rumah sakit provinsi, rumah sakit


na

kabupaten/kota, Laboratorium Kesehatan Daerah


.ai

Provinsi, dan Laboratorium Kesehatan Daerah


ww

Kabupaten/Kota dapat menggunakan anggaran DAK Fisik


Bidang Kesehatan untuk mendanai kegiatan penunjang
//w

yang berhubungan langsung dengan kegiatan DAK Fisik


ps:

Bidang Kesehatan untuk tahun berkenaan.


htt

(8) kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (7)


disediakan untuk kegiatan DAK Fisik bidang kesehatan

jdih.kemkes.go.id
- 10 -

yang ditentukan paling banyak 5% (lima persen) dari

ml
alokasi DAK Fisik Bidang Kesehatan, kecuali untuk menu

.ht
penyediaan obat dan penyediaan bahan medis habis pakai

22
(BMHP) pada subbidang kefarmasian.
(9) kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

0
n-2
terdiri atas:
a. desain perencanaan untuk kegiatan kontraktual;

hu
b. biaya tender, tidak termasuk honor pejabat

a
3-t
pengadaan barang dan jasa/unit layanan pengadaan

or-
dan pengelola keuangan;
c. jasa konsultan pengawas kegiatan kontraktual;

om
d. penyelenggaraan rapat koordinasi di Pemerintah

s-n
Daerah; dan/atau
e.
e
perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan untuk
nk
perencanaan, pengendalian, dan pengawasan.
e
rm

(10) Selain menggunakan DAK Fisik Bidang Kesehatan, belanja


kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
-pe

dapat dibebankan pada APBD.


mk
3/p

Bagian Ketiga
Pelaporan
2/0
02

Pasal 10
d/2

(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c


disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada Menteri
a.i

melalui Sekretaris Jenderal berupa:


an

a. realisasi penyerapan dana;


uly

b. capaian keluaran kegiatan;


m

c. pelaksanaan teknis kegiatan DAK Fisik Bidang


na

Kesehatan; dan
.ai

d. capaian hasil jangka pendek.


ww

(2) Pelaporan DAK Fisik Bidang Kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c
//w

disampaikan melalui aplikasi e-renggar setiap triwulan


ps:

paling lambat 14 (empat belas) hari setelah akhir triwulan


htt

berjalan.

jdih.kemkes.go.id
- 11 -

(3) Capaian hasil jangka pendek sebagaimana dimaksud pada

ml
ayat (1) huruf d, menjadi pertimbangan penilaian DAK

.ht
Fisik Bidang Kesehatan Tahun 2024.

22
(4) Laporan capaian hasil jangka pendek sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d disampaikan melalui

0
n-2
sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang
terintegrasi paling lambat bulan Juni tahun 2023.

hu
(5) Laporan capaian hasil jangka pendek sebagaimana

a
3-t
dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit memuat:

or-
a. capaian indikator;
b. kendala; dan

om
c. data dukung.

e s-n
Bagian Keempat
nk
Pemantauan dan Evaluasi
e
rm

Pasal 11
-pe

(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf


mk

d dilakukan terhadap aspek:


3/p

a. teknis kegiatan; dan


b. keuangan.
2/0

(2) Pemantauan aspek teknis kegiatan sebagaimana


02

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan terhadap:


d/2

a. kesesuaian pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang


Kesehatan per subbidang dengan dokumen rencana
a.i

kegiatan yang telah disetujui oleh Kementerian


an

Kesehatan;
uly

b. ketepatan waktu hasil pelaksanaan kegiatan DAK Fisik


m

Bidang Kesehatan sesuai dengan dokumen kontrak


na

dan spesifikasi teknis yang ditetapkan;


.ai

c. pemenuhan target/sasaran hasil pelaksanaan


ww

kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan terhadap target


capaian keluaran;
//w

d. pemenuhan target/sasaran hasil pelaksanaan


ps:

kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan terhadap target


htt

capaian hasil jangka pendek; dan

jdih.kemkes.go.id
- 12 -

e. Permasalahan lain yang dihadapi dan tindak lanjut

ml
yang diperlukan.

.ht
(3) Pemantauan aspek keuangan sebagaimana dimaksud

22
pada ayat (1) huruf b dilakukan terhadap:
a. realisasi penyerapan DAK Fisik Bidang Kesehatan per

0
n-2
subbidang;
b. ketepatan waktu dalam penyampaian laporan

hu
penyerapan dana dan capaian keluaran; dan

a
3-t
c. Permasalahan lain yang dihadapi dan tindak lanjut

or-
yang diperlukan.
(4) Pemenuhan target/sasaran hasil pelaksanaan kegiatan

om
DAK Fisik Bidang Kesehatan terhadap target capaian hasil

s-n
jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d, paling sedikit dinilai
e berdasarkan pemanfaatan
nk
langsung target capaian keluaran yang diatur dalam
e
rm

lampiran yang tidak terpisahkan dalam Permenkes ini.


-pe

Pasal 12
mk

Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d


3/p

dilakukan terhadap:
a. pencapaian keluaran dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan
2/0

target/sasaran keluaran yang telah ditetapkan; dan


02

b. dampak dan manfaat pelaksanaan kegiatan.


d/2

Pasal 13
a.i

(1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan sebagaimana


an

dimaksud dalam Pasal 11 dan evaluasi sebagaimana


uly

dimaksud dalam Pasal 12 secara berkala dalam setiap


m

tahun anggaran.
na

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada


.ai

ayat (1) dilakukan untuk:


ww

a. memastikan kesesuaian antara realisasi dana, capaian


keluaran dan capaian hasil jangka pendek kegiatan
//w

setiap bidang/subbidang DAK Fisik;


ps:

b. memperbaiki pelaksanaan kegiatan setiap bidang/


htt

subbidang DAK Fisik guna mencapai target/sasaran

jdih.kemkes.go.id
- 13 -

capaian keluaran dan capaian hasil jangka pendek

ml
yang ditetapkan;

.ht
c. memastikan pencapaian dampak dan manfaat

22
pelaksanaan kegiatan dengan mempertimbangkan
kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan prioritas

0
n-2
daerah yang diatur dalam dokumen perencanaan
daerah jangka menengah; dan

hu
d. memastikan keberlanjutan fungsi hasil kegiatan agar

a
3-t
dapat dimanfaatkan/digunakan dan terpelihara

or-
dengan baik oleh masyarakat dan/atau lembaga
pengelola setelah selesai terbangun.

om
(3) Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan

s-n
Kabupaten/Kota melakukan pemantauan dan evaluasi

e
sesuai dengan kewenangan, tugas, dan fungsi untuk
nk
melakukan pembinaan terhadap OPD atau UPTD di
e
rm

wilayahnya.
-pe

BAB IV
mk

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAK FISIK


3/p

OLEH KEMENTERIAN KESEHATAN


2/0

Pasal 14
02

(1) Pemantauan dan evaluasi DAK Fisik Bidang Kesehatan di


d/2

daerah dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau bersama-


sama oleh Sekretariat Jenderal melalui Biro Perencanaan
a.i

dan Anggaran, Unit Eselon I (satu) pengampu DAK Fisik


an

Bidang Kesehatan, serta dapat melibatkan


uly

kementerian/lembaga terkait.
m

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada


na

ayat (1) dilakukan terhadap setiap subbidang DAK Fisik


.ai

Bidang Kesehatan dengan memperhatikan:


ww

a. ketepatan waktu penyelesaian kegiatan;


b. realisasi penyerapan dana;
//w

c. capaian keluaran kegiatan terhadap target/sasaran


ps:

keluaran kegiatan yang direncanakan;


htt

jdih.kemkes.go.id
- 14 -

d. capaian hasil, serta dampak dan manfaat

ml
pelaksanaan kegiatan yang menjadi prioritas nasional

.ht
di bidang kesehatan; dan

22
e. keberlanjutan fungsi dari hasil kegiatan.

0
n-2
BAB V
PENGAWASAN INTERN PENGELOLAAN DAK FISIK

hu
BIDANG KESEHATAN

a
3-t
or-
Pasal 15
(1) Untuk memastikan akuntabilitas pengelolaan DAK Fisik

om
Bidang Kesehatan, dilakukan Pengawasan Intern oleh

s-n
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
(2)
e
Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
nk
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan reviu, audit, dan
e
rm

pemantauan dan evaluasi.


(3) Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
-pe

dilaksanakan mulai tahap perencanaan, pelaksaanaan,


mk

pelaporan dan pertanggungjawaban DAK Fisik Bidang


3/p

Kesehatan.
(4) Pelaksanaan pengawasan intern DAK Fisik Bidang
2/0

Kesehatan mengacu pada pedoman pengawasan yang


02

ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.


d/2

Pasal 16
a.i

(1) Laporan hasil pengawasan intern Pengelolaan DAK Fisik


an

Bidang Kesehatan disampaikan oleh Aparat Pengawasan


uly

Intern Pemerintah sesuai kewenangannya kepada:


m

a. Menteri; dan
na

b. Kepala Daerah.
.ai

(2) Laporan hasil pengawasan intern Pengelolaan DAK Fisik


ww

Bidang Kesehatan yang disampaikan kepada Kepala


Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
//w

ditembuskan kepada Menteri.


ps:

(3) Laporan tembusan kepada Menteri sebagaimana


htt

dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara daring melalui


aplikasi hasil pengawasan DAK Bidang Kesehatan.

jdih.kemkes.go.id
- 15 -

(4) Laporan hasil pengawasan intern Pengelolaan DAK Fisik

ml
Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

.ht
dilakukan rekapitulasi dan analisis oleh Inspektorat

22
Jenderal.

0
n-2
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

hua
3-t
Pasal 15

or-
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
dan mempunyai daya laku surut pada tanggal 1 Januari 2022.

om
e s-n
nk
e
rm
-pe
mk
3/p
2/0
02
d/2
a.i
an
uly
m
na
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 16 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

ml
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

.ht
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

0 22
n-2
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Januari 2022

a hu
3-t
MENTERI KESEHATAN

or-
REPUBLIK INDONESIA,

om
ttd.

e s-n
nk BUDI G. SADIKIN
e
rm

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Februari 2022
-pe
mk

DIREKTUR JENDERAL
3/p

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
2/0

REPUBLIK INDONESIA,
02
d/2

ttd.
a.i

BENNY RIYANTO
an
uly
m

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 157


na

epala Biro Hukum dan Organisasi Kepala Biro Perencanaan dan Anan Sekretaris Jenderal
.ai
ww

Tanggal Tanggal
Paraf Paraf
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 17 -

LAMPIRAN

ml
PERATURAN MENTERI KESEHATAN

t
REPUBLIK INDONESIA

2.h
NOMOR 3 TAHUN 2022

02
TENTANG

n-2
PETUNJUK OPERASIONAL PENGGUNAAN
DANA ALOKASI KHUSUS FISIK BIDANG

hu
KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2022

a
r- 3-t
mo
PETUNJUK OPERASIONAL PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK

no
BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2022

BAB I k es-
en
PENDAHULUAN
erm

A. LATAR BELAKANG
k-p

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari


pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan misi Presiden yaitu
/pm

peningkatan kualitas manusia Indonesia.


/03

Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-


tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
22

kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan


/20

rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.


.id

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


na

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,


lya

mengamanatkan DAK sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah


dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan
mu

pembangunan kesehatan, sehingga pemerintah baik Pemerintah Pusat


na

maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang


.ai

merata, terjangkau dan berkualitas.


ww

Petunjuk Operasional merupakan pedoman penggunaan DAK Fisik


Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022 yang berisi penjelasan rinci
//w

kegiatan pemanfaatan DAK Fisik Bidang Kesehatan.


ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 18 -

B. ARAH KEBIJAKAN

ml
Arah kebijakan DAK Fisik Bidang Kesehatan tahun anggaran 2022

t
sebagai berikut;

2.h
1. mendukung 8 area reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dalam

02
penguatan ketahanan kesehatan, penguatan promotif, preventif, dan

n-2
pemenuhan supply side pelayanan kesehatan;
2. meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan remaja, calon

hu
pengantin, pasangan usia subur (PUS), ibu hamil, melahirkan, dan

a
3-t
nifas melalui pemenuhan standar sarana, prasarana, dan alat

r-
kesehatan (SPA) di Rumah Sakit Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal

mo
Emergensi Komprehensif (PONEK) dan Puskesmas Mampu Pelayanan

no
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) serta akses pelayanan
penunjangnya; dan
3. mempercepat penurunan
es-
prevalensi
k balita stunting melalui
en
optimalisasi intervensi spesifik dalam pemenuhan gizi ibu hamil dan
erm

balita serta penguatan surveilans gizi, edukasi, dan pengasuhan.


k-p

C. RUANG LINGKUP
Penggunaan DAK Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022 diarahkan
/pm

untuk kegiatan:
/03

1. Subbidang Penguatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi yaitu:


a. Sarana Puskesmas Mampu PONED berupa Renovasi/Penambahan
22

Ruang Puskesmas
/20

b. Alat Kesehatan Puskesmas Mampu PONED meliputi:


.id

1) set pemeriksaan kesehatan ibu dan anak;


na

2) set obsgyn;
lya

3) set kegawatdaruratan maternal dan neonatal; dan


4) set perawatan pasca persalinan.
mu

c. Sarana Rumah Sakit Mampu PONEK meliputi:


na

1) neonatal ICU (NICU); dan


.ai

2) pediatric ICU (PICU).


ww

d. Alat Kesehatan Rumah Sakit Mampu PONEK meliputi:


1) neonatal ICU (NICU); dan
//w

2) pediatric ICU (PICU).


ps:

e. Penguatan PSC 119 yaitu:


htt

Alat Sistem Informasi (SI) PSC 119

jdih.kemkes.go.id
- 19 -

f. Telekonsultasi meliputi:

ml
1) USG 2D Digital;

t
2) cardiotocography (CTG); dan

2.h
3) sistem informasi.

02
g. Unit Transfusi Darah (UTD) meliputi:

n-2
1) renovasi gedung UTD;
2) mobil UTD; dan

hu
3) alat UTD.

a
3-t
2. Subbidang Penguatan Percepatan Penurunan Stunting meliputi:

r-
a. Penyediaan Makanan Tambahan (Pabrikan) meliputi:

mo
1) penyediaan makanan tambahan bumil KEK; dan

no
2) penyediaan makanan tambahan balita kurus.
b. Penguatan Promosi, Surveilans, dan Tata Laksana Gizi meliputi:
1) penyediaan alat antropometri;
es-
k
en
2) sanitarian kit; dan
erm

3) kesling kit.
3. Subbidang Pengendalian Penyakit meliputi:
k-p

a. Bahan Habis Pakai (BHP) meliputi:


1) R0 dan BHP skrining HIV dan reagen sifilis;
/pm

2) cartridge TCM;
/03

3) BMHP Gula Darah;


4) Larvasida Malaria; dan
22

5) Kelambu Malaria.
/20

b. Peralatan meliputi:
.id

1) spraycan; dan
na

2) posbindu kit/lansia kit.


lya

4. Subbidang Penguatan Sistem Kesehatan


a. Pembangunan dan Rehabilitasi Puskesmas melipti:
mu

1) pembangunan puskesmas baru; dan


na

2) renovasi/penambahan ruang puskesmas.


.ai

b. Prasarana Puskesmas meliputi:


ww

1) ambulans;
2) pusling roda dua;
//w

3) instalasi pengolah limbah;


ps:

4) prasarana listrik; dan


htt

5) prasarana air bersih.

jdih.kemkes.go.id
- 20 -

c. Penyediaan Alat Kesehatan Puskesmas meliputi:

ml
1) set pemeriksaan umum;

t
2) set dokter layanan primer (DLP);

2.h
3) set gawat darurat termasuk EKG;

02
4) set pemeriksaan kesehatan ibu dan anak termasuk IVA test;

n-2
5) set obsgyn;
6) set kegawatdaruratan maternal dan neonatal;

hu
7) set perawatan pasca persalinan;

a
3-t
8) set rawat inap; dan

r-
9) set laboratorium.

mo
d. Pembangunan dan Rehabilitasi Rumah Sakit meliputi:
1) intensive cardiac care unit (ICCU);

no
2) intensive care unit (ICU);
3) high care unit (HCU); kes-
en
4) instalasi rawat jalan;
erm

5) rawat inap termasuk ruang isolasi;


6) ruang operasi;
k-p

7) instalasi gawat darurat;


8) neonatal ICU (NICU);
/pm

9) pediatric ICU (PICU);


/03

10) instalasi radiologi;


11) instalasi CSSD; dan
22

12) laboratorium.
/20

e. Penyediaan Prasarana Rumah Sakit meliputi:


.id

1) prasarana air bersih;


na

2) instalasi pengolahan limbah;


lya

3) pengadaan sistem informasi manajemen (SIM) rumah sakit; dan


4) prasarana listrik.
mu

f. Penyediaan Alat Kesehatan Rumah Sakit meliputi:


na

1) intensive cardiac care unit (ICCU);


.ai

2) intensive care unit (ICU);


ww

3) high care unit (HCU);


4) instalasi rawat jalan;
//w

5) rawat inap termasuk ruang isolasi;


ps:

6) ruang operasi;
htt

7) instalasi gawat darurat;


8) neonatal ICU (NICU);

jdih.kemkes.go.id
- 21 -

9) pediatric ICU (PICU);

ml
10) instalasi radiologi;

t
11) Instalasi CSSD; dan

2.h
12) laboratorium.

02
g. Penguatan Layanan Unggulan Rumah Sakit meliputi:

n-2
1) pembangunan layanan kanker;
2) penyediaan alat kesehatan layanan kanker;

hu
3) pembangunan layanan kardiovaskuler;

a
3-t
4) penyediaan alat kesehatan layanan kardiovaskuler;

r-
5) pembangunan layanan paru;

mo
6) penyediaan alat kesehatan layanan paru;

no
7) pembangunan layanan stroke;
8) penyediaan alat kesehatan layanan stroke; dan

es-
9) penyediaan alat kesehatan layanan DM dan Hipertensi.
k
en
h. Pembangunan Rumah Sakit Pratama meliputi:
erm

1) pembangunan baru;
2) penyediaan alat kesehatan; dan
k-p

3) prasarana.
i. Peningkatan kapasitas Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
/pm

menuju standar BSL-2 meliputi:


/03

1) renovasi gedung labkesda;


2) penyediaan alat labkesda; dan
22

3) prasarana.
/20

5. Subbidang Kefarmasian yaitu:


.id

Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) meliputi:


na

a. penyediaan obat esensial untuk pelayanan kesehatan primer;


lya

b. penyediaan BMHP untuk pelayanan kesehatan primer;


c. penyediaan obat program kesehatan ibu;
mu

d. penyediaan obat program kesehatan anak; dan


na

e. penyediaan obat program gizi.


.ai
ww

D. KEBIJAKAN PRIORITISASI
Mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2020 – 2024 bidang kesehatan
//w

berupa meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan


ps:

semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health


htt

Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif


didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi, maka kebijakan

jdih.kemkes.go.id
- 22 -

pemenuhan anggaran DAK Fisik bidang kesehatan TA 2022 memiliki

ml
prioritas pada kegiatan penguatan pelayanan kesehatan dasar.

t
Berdasarkan hal tersebut, maka kebijakan prioritas pada menu

2.h
kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan TA 2022 sebagai berikut:

02
1. Prioritas 1

n-2
a. Subbidang Penguatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
meliputi:

hu
1) Sarana Puskesmas Mampu PONED berupa

a
3-t
Renovasi/Penambahan Ruang Puskesmas

r-
2) Alat Kesehatan Puskesmas Mampu PONED meliputi:

mo
a) set Pemeriksaan Kesehatan Ibu dan Anak;

no
b) set Obsgyn;
c) set Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal; dan
d) set Perawatan Pasca Persalinan.
es-
k
en
3) Sarana Rumah Sakit Mampu PONEK meliputi kegiatan:
erm

a) Neonatal ICU (NICU); dan


b) Pediatric ICU (PICU).
k-p

4) Alat Kesehatan Rumah Sakit Mampu PONEK meliputi:


a) Neonatal ICU (NICU); dan
/pm

b) Pediatric ICU (PICU).


/03

5) Penguatan PSC 119 yaitu:


Alat Sistem Informasi (SI) PSC 119
22

6) Telekonsultasi meliputi:
/20

a) USG 2D Digital; dan


.id

b) sistem Informasi.
na

7) Unit Transfusi Darah (UTD) meliputi:


lya

a) renovasi Gedung UTD;


b) mobil UTD; dan
mu

c) alat UTD.
na

b. Subbidang Penguatan Percepatan Penurunan Stunting yaitu:


.ai

Penyediaan Makanan Tambahan (Pabrikan), yang meliputi:


ww

1) penyediaan Makanan Tambahan bumil KEK; dan


2) Penyediaan Makanan Tambahan balita kurus.
//w

c. Subbidang Pengendalian Penyakit yaitu:


ps:

Bahan Habis Pakai (BHP), meliputi:


htt

1) R0 dan BHP Skrining HIV dan Reagen Sifilis;


2) Cartridge TCM;

jdih.kemkes.go.id
- 23 -

3) BMHP Gula Darah;

ml
4) larvasida malaria; dan

t
5) kelambu malaria.

2.h
d. Subbidang Penguatan Sistem Kesehatan meliputi:

02
1) pembangunan dan rehabilitasi puskesmas yaitu:

n-2
pembangunan Puskesmas baru
2) prasarana puskesmas meliputi:

hu
a) pusling roda dua;

a
3-t
b) prasarana listrik; dan

r-
c) prasarana air bersih.

mo
3) penyediaan alat kesehatan puskesmas meliputi:

no
a) set gawat darurat termasuk EKG;
b) set pemeriksaan kesehatan ibu dan anak termasuk IVA
Test;
es-
k
en
c) set obsgyn;
erm

d) set kegawatdaruratan maternal dan neonatal;


e) set perawatan pasca persalinan; dan
k-p

f) set laboratorium.
4) pembangunan rumah sakit pratama meliputi:
/pm

a) pembangunan baru;
/03

b) penyediaan alat kesehatan; dan


c) prasarana.
22

5) peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan daerah


/20

(Labkesda) menuju standar BSL-2 meliputi;


.id

a) renovasi gedung labkesda;


na

b) penyediaan alat labkesda; dan


lya

c) prasarana.
e. Subbidang Kefarmasian yaitu:
mu

Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) meliputi:


na

1) penyediaan obat esensial untuk pelayanan kesehatan primer;


.ai

2) penyediaan BMHP untuk pelayanan kesehatan primer;


ww

3) penyediaan obat program kesehatan ibu;


4) penyediaan obat program kesehatan anak; dan
//w

5) penyediaan obat program gizi.


ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 24 -

2. Prioritas 2

ml
a. Subbidang Penguatan Percepatan Penurunan Stunting yaitu:

t
Penguatan Promosi, Surveilans, dan Tata Laksana Gizi meliputi:

2.h
1) penyediaan alat antropometri;

02
2) sanitarian kit; dan

n-2
3) kesling kit.
b. Subbidang Pengendalian Penyakit yaitu:

hu
Peralatan meliputi:

a
3-t
1) spraycan; dan

r-
2) posbindu kit/lansia kit.

mo
c. Subbidang Penguatan Sistem Kesehatan meliputi:

no
1) pembangunan dan rehabilitasi puskesmas yaitu:
renovasi/penambahan ruang puskesmas
2) prasarana puskesmas yaitu:
es-
k
en
d) ambulans; dan
erm

e) instalasi pengolah limbah.


3) penyediaan alat kesehatan puskesmas meliputi:
k-p

a) set pemeriksaan umum;


b) set dokter layanan primer (DLP); dan
/pm

c) set rawat inap.


/03

4) penyediaan alat kesehatan rumah sakit meliputi:


a) intensive cardiac care unit (ICCU);
22

b) intensive care unit (ICU);


/20

c) high care unit (HCU);


.id

d) instalasi rawat jalan;


na

e) rawat inap termasuk ruang isolasi;


lya

f) ruang operasi;
g) instalasi gawat darurat;
mu

h) neonatal icu (NICU);


na

i) pediatric icu (PICU);


.ai

j) instalasi radiologi;
ww

k) instalasi CSSD; dan


l) laboratorium.
//w

5) Penguatan Layanan Unggulan rumah sakit meliputi:


ps:

a) pembangunan layanan kanker;


htt

b) penyediaan alat kesehatan layanan kanker;


c) pembangunan layanan kardiovaskuler;

jdih.kemkes.go.id
- 25 -

d) penyediaan alat kesehatan layanan kardiovaskuler;

ml
e) pembangunan layanan paru;

t
f) penyediaan alat kesehatan layanan paru;

2.h
g) pembangunan layanan stroke;

02
h) penyediaan alat kesehatan layanan stroke; dan

n-2
i) penyediaan alat kesehatan layanan DM dan hipertensi.

hu
3. Prioritas 3

a
3-t
a. Subbidang Penguatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi

r-
yaitu:

mo
Telekonsultasi berupa Cardiotocography (CTG)

no
b. Subbidang Penguatan Sistem Kesehatan meliputi:
1) pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit
a)
es-
intensive cardiac care unit (ICCU);
k
en
b) intensive care unit (ICU);
erm

c) high care unit (HCU);


d) instalasi rawat jalan;
k-p

e) rawat inap termasuk ruang isolasi;


f) ruang operasi;
/pm

g) instalasi gawat darurat;


/03

h) neonatal ICU (NICU);


i) pediatric ICU (PICU);
22

j) instalasi radiologi;
/20

k) instalasi CSSD; dan


.id

l) laboratorium.
na

2) Penyediaan Prasarana rumah sakit meliputi:


lya

a) prasarana air bersih;


b) instalasi pengolahan limbah;
mu

c) pengadaan sistem informasi manajemen (SIM) rumah


na

sakit; dan
.ai

d) prasarana listrik.
ww

E. TUJUAN
//w

1. Tujuan Umum
ps:

Mendukung daerah dalam penyediaan anggaran pelaksanaan


htt

pembangunan bidang kesehatan di daerah untuk mencapai target


prioritas nasional bidang kesehatan.

jdih.kemkes.go.id
- 26 -

2. Tujuan Khusus

ml
a) meningkatkan ketersediaan sarana dan alat kesehatan untuk

t
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

2.h
Puskesmas pada kabupaten/kota lokus kegiatan penurunan

02
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun

n-2
2022;
b) meningkatkan ketersediaan sarana dan alat kesehatan untuk

hu
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di

a
3-t
rumah sakit pada kabupaten/kota lokus kegiatan penurunan

r-
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun

mo
2022;

no
c) meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana, dan alat
kesehatan untuk pelayanan standar dan kegawatdaruratan

es-
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
k
en
(AKB);
erm

d) menyiapkan ketersediaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan


Puskesmas di kecamatan yang belum memiliki puskesmas;
k-p

e) meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan alat


kesehatan di Puskesmas sesuai standar;
/pm

f) meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan alat


/03

kesehatan di Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dan provinsi


sesuai standar;
22

g) meningkatkan sarana dan alat kesehatan untuk pengembangan


/20

kapasitas layanan unggulan di Rumah Sakit Daerah;


.id

h) meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan alat


na

kesehatan di laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) menuju


lya

standar BSL-2;
i) meningkatkan ketersediaan sarana, pransarana dan alat
mu

kesehatan Unit Transfusi Darah;


na

j) meningkatkan ketersediaan makanan tambahan dan alat


.ai

kesehatan untuk mempercepat penurunan prevalensi balita


ww

stunting di Kabupaten/Kota;
k) meningkatkan ketersediaan obat esensial dan BMHP yang
//w

bermutu di Puskesmas; dan


ps:

l) meningkatkan ketersediaan bahan habis pakai (BHP) dan


htt

peralatan untuk pengendalian penyakit menular dan penyakit


tidak menular.

jdih.kemkes.go.id
- 27 -

F. SASARAN

ml
Sasaran DAK Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022 meliputi:

t
1. dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota;

2.h
2. puskesmas;

02
3. rumah sakit daerah provinsi, dan kabupaten/kota; dan

n-2
4. laboratorium kesehatan daerah provinsi, dan kabupaten/kota.

hu
G. KRITERIA LOKUS PRIORITAS

a
3-t
1. Subbidang Penguatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi

r-
meliputi:

mo
a. untuk rincian menu sarana dan alat kesehatan Puskesmas

no
Mampu PONED diprioritaskan untuk Puskesmas Mampu PONED
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Nomor HK 02.03/II/1911/2013
k es- tentang Pedoman
en
Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal
erm

Emergensi Dasar (PONED), yang dilaksanakan di 299


kabupaten/kota.
k-p

b. untuk rincian menu sarana dan alat kesehatan rumah sakit


Mampu PONEK diprioritaskan pada 200 RS Mampu PONEK Kota
/pm

(yang memenuhi kriteria sesuai Keputusan Menteri Kesehatan


/03

Nomor 1051 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan


Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
22

24 Jam di Rumah Sakit) di 177 kabupaten/kota.


/20

c. untuk menu PSC 119 hanya di 264 kab/kota yang belum memiliki
.id

prasarana PSC sesuai standar.


na

d. untuk menu Telekonsultasi di 4.180 Puskesmas, dengan kriteria:


lya

1) merupakan roadmap kebutuhan pengembangan telemedicine


yang telah disusun provinsi;
mu

2) sudah memiliki jaringan internet mandiri;


na

3) memiliki tenaga dokter dan pengelola IT;


.ai

4) diarahkan mendukung program nasional, yakni penurunan


ww

AKI/AKB atau stunting; dan


5) diprioritaskan daerah remote area dan/atau 3T (tertinggal,
//w

terdepan dan Terluar).


ps:

e. untuk menu UTD hanya di 16 BDRS di 16 kab/kota yang belum


htt

memiliki UTD/dalam rangka peningkatan fungsi UTD dan

jdih.kemkes.go.id
- 28 -

memiliki komitmen untuk penyediaan SDM dan biaya operasional

ml
UTD setelah UTD terbangun.

t
2.h
2. Subbidang Penguatan Percepatan Penurunan Stunting meliputi:

02
a. untuk menu pemberian makanan tambahan didistribusikan oleh

n-2
34 provinsi ke puskesmas di 514 kabupaten/kota prioritas
stunting;

hu
b. untuk menu alat antropometri hanya di 9.636 Puskesmas yang

a
3-t
belum memenuhi standar ketersediaan (menyesuikan jumlah

r-
kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas) di 472

mo
kabupaten/kota;

no
c. untuk menu sanitarian kit hanya di 3.110 Puskesmas yang belum
memiliki di 308 kabupaten/kota Prioritas stunting; dan

es-
d. untuk menu kesling kit hanya di 149 Dinas Kesehatan Kab/Kota
k
en
yang belum memiliki di kabupaten/kota Prioritas stunting.
erm

3. Subbidang Pengendalian Penyakit meliputi:


k-p

a. R0 HIV dan reagen Sifilis untuk ibu hamil diprioritaskan untuk 269
kabupaten/kota pada tahun 2020 sudah melakukan skrining HIV
/pm

dan sifilis minimal pada 40% ibu hamil;


/03

b. menu Cartridge TCM diprioritaskan untuk 442 kabupaten/kota


yang fasilitas pelayanan kesehatannya memiliki alat TCM dan rata-
22

rata utilisasi pemeriksaan melalui TCM tahun 2019 dan 2020 di


/20

atas 20%;
.id

c. menu BMHP gula darah diprioritaskan pada 508 kabupaten/kota


na

yang telah memiliki desa/kelurahan yang memiliki alat deteksi


lya

kadar gula darah dan telah mampu melakukan kegiatan deteksi


dini pada posbindu/posyandu lansia dan memiliki tenaga kader
mu

terlatih;
na

d. menu larvasida Malaria diprioritaskan untuk 196 kabupaten/kota


.ai

yang mempunyai daerah reseptif malaria atau terdapat tempat


ww

perindukan potensial;
e. menu alat spraycan diprioritaskan untuk 196 kabupaten/kota
//w

yang mempunyai daerah reseptif malaria atau terdapat tempat


ps:

perindukan potensial ;
htt

jdih.kemkes.go.id
- 29 -

f. menu kelambu Malaria di 53 kabupaten/kota dengan API < 1 yg

ml
memiliki populasi khusus atau mobile migrant population (MMP);

t
dan

2.h
g. Posbindu/Lansia Kit diprioritaskan untuk 117 kabupaten/kota

02
dan BMHP gula darah di 508 kabupaten/kota yang telah memiliki

n-2
desa/kelurahan yang telah mampu melakukan kegiatan deteksi
dini pada posbindu/lansia dan memiliki tenaga kader terlatih

hu
posbindu.

a
3-t
r-
4. Subbidang Penguatan Sistem Kesehatan meliputi:

mo
a. untuk rincian menu Pembangunan Puskesmas Baru hanya di 72

no
kecamatan tanpa Puskesmas, dengan kriteria :
1) Kecamatan yang belum memiliki puskesmas berdasarkan

es-
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019
k
en
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
erm

Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah


Administrasi Pemerintah;
k-p

2) Sinkronisasi data dasar Puskesmas, Pusdatin Desember


2020 dan laporan dinas kesehatan provinsi,
/pm

kabupaten/kota; seluruh kabupaten yang mewakili 171


/03

kecamatan tanpa Puskesmas;


3) memperhatikan kepadatan penduduk;
22

4) memperhatikan faktor keamanan daerah; dan


/20

5) memperhatikan kesiapan dan kemampuan daerah.


.id

b. untuk rincian menu penyediaan sarana, prasarana dan alat


na

kesehatan Puskesmas diprioritaskan untuk:


lya

1) 40 Puskesmas di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas/DPP


(RPJMN 2020-2024 terkait Pengembangan Pariwisata);
mu

2) 514 Puskesmas percontohan (Kepmenkes 482 Tahun 2019


na

Tentang Puskesmas Sebagai Percontohan) di 514


.ai

kabupaten/kota;
ww

3) 54 Puskesmas di daerah tertinggal (Perpres 63 Tahun 2020


Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024) di
//w

34 kabupaten/kota, 66 Puskesmas Perbatasan, Kawasan


ps:

Terpencil dan Sangat Terpencil (Kepmenkes Nomor 4720


htt

Tahun 2021 Tentang Data Pusat Kesehatan Masyarakat


Terregistrasi Semester II Tahun 2020, RENDUK PBWN-KP

jdih.kemkes.go.id
- 30 -

Bidang Infrastruktur tahun 2020-2024) di 31

ml
kabupaten/kota;

t
4) 220 Puskesmas Wahana DLP (Permenkes 35 Tahun 2019

2.h
Tentang Wahana Pendidikan Bidang Kesehatan);

02
5) 1.847 Puskesmas yang memiliki range kelengkapan SPA 20%

n-2
– 80%; dan
6) Puskesmas lain di luar prioritas di atas dengan syarat sudah

hu
memiliki tenaga kesehatan dokter umum dan Penilaian

a
3-t
Kinerja Puskesmas masuk kategori baik di tahun 2020.

r-
c. untuk rincian menu penyediaan sarana, prasarana, dan alat

mo
kesehatan rumah sakit diprioritaskan untuk:

no
1) 17 RSUD yang masuk dalam rencana pengembangan
rujukan nasional, 27 RSUD yang masuk dalam rencana

es-
pengembangan rujukan provinsi dan 135 RSUD yang masuk
k
en
dalam rencana pengembangan rujukan regional;
erm

2) 7 rumah sakit di daerah perbatasan;


3) 200 rumah sakit Mampu PONEK di 43 kabupaten/kota
k-p

(yang memenuhi kriteria sesuai Kepmenkes Nomor 1051


Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
/pm

Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam


/03

di Rumah Sakit;
4) 9 rumah sakit di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas/DPP
22

(RPJMN 2020-2024 terkait Pengembangan Pariwisata);


/20

5) lokus lain yang menjadi arahan Presiden dalam Rapat


.id

Terbatas atau Sidang Kabinet yang disertai dengan Risalah


na

Rapat Terbatas/Sidang Kabinet dan/atau arahan Menteri;


lya

6) rumah sakit di daerah yang memiliki beban pelayanan tinggi;


dan
mu

7) rumah sakit lain di luar prioritas.


na

d. khusus untuk menu layanan unggulan rumah sakit hanya di


.ai

rumah sakit yang ditunjuk dan siap sebagai jejaring layanan


ww

unggulan (4 rumah sakit layanan kanker, 29 rumah sakit layanan


kardiovaskuler, 7 rumah sakit layanan Paru, 5 rumah sakit
//w

layanan stroke, dan 7 rumah sakit layanan DM dan Hipertensi)


ps:

e. Untuk menu Labkesda hanya di 144 Labkesda di 144


htt

kabupaten/kota yang belum memiliki sertifikat standar BSL-2


dan siap untuk distandardisasi BSL-2 di Tahun 2022.

jdih.kemkes.go.id
- 31 -

f. Untuk menu rumah sakit Pratama di 40 rumah sakit Pratama di

ml
40 kabupaten/kota, daerah dengan kriteria:

t
1) kebutuhan TT di Kab/ Kota (Rasio Jumlah Penduduk dan

2.h
ketersediaan TT);

02
2) wilayah DTPK sesuai Perpres 63 Tahun 2020 Tentang

n-2
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024; dan
3) waktu Tempuh dari lokasi kebutuhan rumah sakit ke RSUD

hu
terdekat minimal lebih atau sama dengan 3 jam.

a
3-t
r-
5. Subbidang Kefarmasian

mo
Diprioritaskan untuk daerah dengan pembiayaan obat < $2 per kapita

no
(dengan kurs per 7 April 2021 ~ Rp29.042,-)

es-
k
en
erm
k-p
/pm
/03
22
/20
.id
na
lya
mu
na
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 32 -

m l
H. CAPAIAN HASIL JANGKA PENDEK
2 ht
.
Capaian hasil jangka pendek ditentukan dengan indikator yang digunakan untuk mengukur pemanfaatan hasil keluaran0 2 (output)
kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022. Adapun pengukuran capaian hasil jangka pendek akan
2
n- dipertimbangkan
h u
dalam proses pengalokasian DAK Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2024.
- ta
Penerima manfaat DAK Fisik Bidang Kesehatan TA 2022 terdiri dari:
r- 3
1) dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota,
m o
2) puskesmas;
- n o
3) rumah sakit daerah provinsi, dan kabupaten/kota; dan e s
n k
4) laboratorium kesehatan daerah provinsi, dan kabupaten/kota.
m e
e r
1. Subbidang Penguatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi k-
p
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian /p m Definisi Operasional Cara Perhitungan Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek /0
3
1) Sarana Renovasi/ Persentase 0 22 • Persentase sarana puskesmas (Jumlah
sarana sarana 100%
/ 2
puskesmas d mampu
Puskesmas Penambahan
. i mampu PONED yang telah puskesmas mampu
Mampu Ruang PONED
a na yang telah dimanfaatkan dari seluruh sarana PONED yang sudah
PONED Puskesmas
u ly
dimanfaatkan yang sudah tersedia melalui DAK tersedia melalui DAK Fisik

a m Fisik Penguatan Penurunan Angka Penguatan Penurunan


ain
w . Kematian Ibu dan Bayi tahun 2022. Angka Kematian Ibu dan

w • Jumlah sarana dihitung Bayi tahun 2022 dan telah

: //w menggunakan volume dan satuan dimanfaatkan dibagi

tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 33 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
yang tercantum dalam RK DAK. jumlah n -2 sarana
seluruh
h u
• Sarana yang telah dimanfaatkan puskesmas
- ta mampu
adalah sarana yang sudah-3PONED yang sudah
dioperasionalkan (termasuk jaringan
r
o tersedia melalui DAK Fisik
listrik gedung Puskesmas, n o m Penguatan Penurunan
s - perpipaan
air bersih dan air kotoredalam gedung Angka Kematian Ibu dan
Puskemas) e nk
terintegrasi pada Bayi tahun 2022) dikali
bangunan e
m
r dengan alur dan 100%.
existing,
-p
zonasik pelayanan sesuai dengan

/p m
pedoman pembangunan dan
3
/0 peningkatan fungsi bangunan
2 2
/ 2 0 puskesmas dan sudah dilaporkan

. id dalam aplikasi monitoring dan

a na evaluasi Kementerian Kesehatan

m uly yaitu e-renggar dan ASPAK.


2) Alat
na
(seluruh rincian Persentase alat • Persentase alat kesehatan Puskemas (Jumlah alat kesehatan 100%
Kesehatan menu) .ai kesehatan puskesmas mampu PONED per rincian menu puskesmas mampu
Puskesmas w w mampu PONED yang kegiatan yang telah dimanfaatkan PONED yang sudah

://w telah dimanfaatkan dari seluruh alat kesehatan tersedia melalui DAK Fisik

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 34 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional Cara Perhitungan. h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Mampu Puskemas mampu PONED per rincian Penguatan n -2 Penurunan
h uKematian Ibu dan
PONED menu kegiatan yang sudah tersedia Angka
- ta
melalui DAK Fisik Penguatan-3
Bayi tahun 2022 dan telah
Penurunan Angka Kematian Ibu dan
r
o dimanfaatkan dibagi
o m
Bayi tahun 2022.
s - n jumlah seluruh alat
• Jumlah alat kesehatan
n ke dihitung kesehatan puskesmas
menggunakan volume
m e dan satuan mampu PONED yang
e r dalam RK DAK.
yang tercantum sudah tersedia melalui
k - p
• Alat Kesehatan sudah dimanfaatkan DAK Fisik Penguatan
m
p alat kesehatan yang sudah Penurunan
/adalah Angka
3
/0 dioperasionalkan dan sudah Kematian Ibu dan Bayi
2 2
/ 2 0 dilaporkan dalam aplikasi monitoring tahun 2022) dikali 100%.

. id dan evaluasi Kementerian Kesehatan

a na yaitu e-renggar dan ASPAK.


3) Sarana ly
(seluruh rincian uPersentase Sarana • Jumlah sarana Rumah Sakit Mampu (Jumlah sarana Rumah 100%
Rumah Sakit menu) a m Rumah Sakit Mampu PONEK yang telah dimanfaatkan dari Sakit Mampu PONEK yang
a in PONEK yang telah seluruh sarana Rumah Sakit Mampu sudah tersedia melalui
Mampu
w .
PONEK w dimanfaatkan PONEK yang sudah tersedia melalui DAK Fisik Penguatan

: //w DAK Fisik Penguatan Penurunan Penurunan Angka

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 35 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Angka Kematian Ibu dan Bayi tahun Kematiann-
2
Ibu dan Bayi
h u2022 dan telah
2022. tahun
- ta
• Jumlah sarana dihitung-3
dimanfaatkan dibagi
menggunakan volume dan satuan
r
o jumlah seluruh sarana
o m
-
yang tercantum dalam RK DAK.
s n Rumah Sakit Mampu
• Sarana yang telahkedimanfaatkan PONEK yang sudah
adalah saranae
n yang sudah tersedia melalui DAK Fisik
e m
r (termasuk jaringan Penguatan Penurunan
dioperasionalkan
-p
listrikk gedung RS, perpipaan air Angka Kematian Ibu dan

3 RS) pm dan air kotor dalam gedung Bayi tahun 2022) dikali
/bersih
2 / 0 dan sudah dilaporkan dalam 100%.
02 aplikasi monitoring dan evaluasi
d / 2
a . i Kementerian Kesehatan yaitu e-

lyan renggar dan ASPAK


4) Alat
m u
(seluruh rincian Persentase alat • Persentase alat kesehatan Rumah (Jumlah alat kesehatan 100%
Kesehatan menu)
ina kesehatan Rumah Sakit mampu PONEK yang telah Rumah Sakit Mampu
Rumah Sakit
w .a Sakit mampu PONEK dimanfaatkan dari seluruh alat PONEK yang sudah
Mampu w yang telah kesehatan Rumah Sakit mampu tersedia melalui DAK Fisik
PONEK
://w dimanfaatkan PONEK yang sudah tersedia melalui Penguatan Penurunan

tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 36 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
DAK Fisik Penguatan Penurunan Angka Kematian n -2 Ibu dan
Angka Kematian Ibu dan Bayi tahun Bayiatahun h u 2022 dan telah
3 - t
2022.
r- dimanfaatkan
o jumlah seluruh alat
dibagi
• Jumlah alat kesehatan dihitung
m
osatuan kesehatan Rumah Sakit
menggunakan volume dan
s - n
yang tercantum dalame
n k RK DAK. Mampu PONEK yang
e dimanfaatkan sudah tersedia melalui
• Alat kesehatan sudah
m
e
adalah alat rkesehatan yang sudah DAK Fisik Penguatan
k -p
dioperasionalkan oleh tenaga Penurunan Angka
p m
/Kesehatan yang berkompeten sesuai Kematian Ibu dan Bayi
3
/0 standar dan sudah dilaporkan dalam tahun 2022) dikali 100%.
2 2
/ 2 0 aplikasi monitoring dan evaluasi.

. id Kementerian Kesehatan yaitu e-

a na renggar dan ASPAK


5) Penguatan ly
(seluruh rincian uPersentase Sistem • Persentase SI PSC 119 yang telah (Jumlah SI PSC 119 yang 100%
PSC 119 menu) a m Informasi (SI) PSC 119 dimanfaatkan dari seluruh SI PSC sudah tersedia melalui
a in yang
w . telah 119 yang sudah tersedia melalui DAK DAK Fisik Penguatan

w dimanfaatkan Fisik Penguatan Penurunan Angka Penurunan Angka

: //w membantu pelayanan Kematian Ibu dan Bayi tahun 2022. Kematian Ibu dan Bayi

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 37 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional Cara Perhitungan. h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
kasus • Jumlah SI PSC 119 dihitung tahun 2022 n -2 dan telah
h u
kegawatdaruratan menggunakan volume dan satuan dimanfaatkan
- ta dibagi
kesehatan ibu dan bayi yang tercantum dalam RK DAK
r - 3jumlah seluruh SI PSC 119
• SI PSC 119 yang sudah dimanfaatkan
m o yang sudah tersedia
adalah
- n o melalui DAK Fisik
s
ke
a. SI yang sudah dioperasionalkan
n
Penguatan Penurunan
e fasyankes yang Angka Kematian Ibu dan
untuk pelayanan
m
diampuer dalam melaksanakan Bayi tahun 2022) dikali
k -p
telekonsultasi; dan 100%
m
/pb. SI PSC 119 yang sudah
3
/0 dilaporkan dalam aplikasi
2 2
/ 2 0 monitoring dan evaluasi

. id Kementerian Kesehatan yaitu e-

a na renggar

u ly
6) a m Persentase
Telekonsulta (seluruh rincian alat • Persentase alat telekonsultasi yang (Jumlah alat telekonsultasi 100%
si menu) .a
in telekonsultasi yang telah dimanfaatkan dari seluruh alat yang sudah tersedia

w w telah dimanfaatkan telekonsultasi yang sudah tersedia melalui DAK Fisik

: //w untuk pelayanan melalui DAK Fisik Penguatan Penguatan Penurunan

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 38 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian n -2 Ibu dan
Bayi tahun 2022. h u 2022 dan telah
Bayiatahun
• Jumlah alat telekonsultasi dihitung-3
-t
dimanfaatkan dibagi
menggunakan volume dan satuan
r
o jumlah seluruh alat
o m
-
yang tercantum dalam RK DAK.
s n telekonsultasi yang sudah
• Alat ke sudah tersedia melalui DAK Fisik
telekonsultasi
n
e
dimanfaatkan adalah:
m Penguatan Penurunan
e r
a. alat telekonsultasi yang sudah Angka Kematian Ibu dan
k - p
dioperasionalkan untuk Bayi tahun 2022) dikali
m
/p pelayanan fasyankes yang diampu 100%.
3
/0 dalam melaksanakan
2 2
/ 2 0 telekonsultasi; dan

. id b. alat telekonsultasi yang sudah

a na dilaporkan dalam aplikasi

m uly monitoring dan evaluasi

ina kementerian kesehatan yaitu e-

. a renggar dan ASPAK

w w
://w
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 39 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
7) Unit (seluruh rincian Persentase S/P/A UTD • Persentase S/P/A UTD yang telah (Jumlah S/P/A n -2 UTD yang 100%
h utersedia melalui
Transfusi menu) yang telah dimanfaatkan dari seluruh S/P/A sudah
- ta
Darah (UTD) dimanfaatkan UTD yang sudah tersedia melalui-3 DAK Fisik Penguatan
DAK Fisik Penguatan Penurunan
r
o Penurunan Angka
m
o tahun Kematian Ibu dan Bayi
Angka Kematian Ibu dan Bayi
s - n
2022.
k e tahun 2022 dan telah
• Jumlah e n
S/P/A dihitung dimanfaatkan dibagi
e
menggunakan
m
r volume dan satuan jumlah seluruh S/P/A
k -p dalam RK DAK.
yang tercantum UTD yang sudah tersedia
m
p sudah dimanfaatkan adalah melalui DAK Fisik
• /S/P/A
3
/0 S/P/A yang sudah dioperasionalkan Penguatan Penurunan
2 2
/ 2 0 dan sudah dilaporkan dalam aplikasi Angka Kematian Ibu dan

. id monitoring dan evaluasi kementerian Bayi tahun 2022) dikali

a na kesehatan yaitu e-renggar dan 100%.

u ly ASPAK.

a m
a in
w .
w w
s://
ttp
h
jdih.kemkes.go.id
- 40 -

m l
2. Subbidang Penguatan Percepatan Penurunan Stunting
2 .ht
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional 0 2
Cara Perhitungan Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek n- 2
u
h Ibu Hamil KEK
1) penyediaan a) Penyediaan Persentase Ibu Hamil • Ibu Hamil KEK di kabupaten/kota (Jumlah
- ta 100%
makanan Makanan KEK yang menerima menerima Makanan Tambahan Ibu-3 yang menerima Makanan
tambahan Tambahan Makanan Tambahan Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) o r Tambahan bersumber DAK
o m
(pabrikan) Ibu Hamil Ibu Hamil KEK
- n
bersumber DAK Fisik Penguatan
s Fisik 2022 dibagi jumlah
Kurang bersumber DAK Fisik Percepatan
ke Stunting sasaran Ibu Hamil KEK
Penurunan
n
Energi Kronis penguatan percepatan tahun 2022.
m e yang mendapatkan alokasi
(KEK) penurunan stunting • Jumlah e r
sasaran dihitung Makanan Tambahan Ibu
2022 di k - p
menggunakan volume dan satuan Hamil KEK melalui DAK
kabupaten/kota.
m
p sama dengan yang tercantum Fisik
/yang penguatan
3
/0 dalam RK DAK. percepatan penurunan
2 2
/ 2 0 stunting Tahun 2022)

. id dikali 100%.

a na
b) Penyediaan
u ly
Persentase Balita • Balita Kurus (gizi kurang) di (Jumlah Balita Kurus (gizi 100 %
Makanan am Kurus (gizi kurang) kabupaten/kota menerima Makanan kurang) yang menerima
ain
.
Tambahan yang menerima Tambahan Balita Kurus (gizi kurang) Makanan Tambahan Balita
w Kurus Makanan Tambahan bersumber DAK Fisik Penguatan Kurus (gizi kurang)
w Balita

://w Balita Kurus (gizi Percepatan Penurunan Stunting bersumber DAK Fisik

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 41 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional Cara Perhitungan. h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
kurang) bersumber tahun 2022. 2022 n -2 jumlah
dibagi
h uBalita Kurus (gizi
DAK Fisik penguatan • Jumlah sasaran
- ta
dihitung sasaran
percepatan penurunan menggunakan volume dan satuan-3 kurang) yang
stunting 2022 di yang sama dengan yang tercantum
r
o mendapatkan alokasi
o m
kabupaten/kota. dalam RK DAK.
s - n Makanan Tambahan Balita

n ke Kurus (gizi kurang) melalui

m e DAK Fisik penguatan


e r percepatan penurunan
k - p stunting Tahun 2022)

/p m dikali 100%.
/0 3
2
2alat • Persentase alat antropometri yang (Jumlah alat antropometri 100%
2) Penguatan a) Penyediaan Persentase
2 0
/ yang telah dimanfaatkan dari seluruh alat bersumber DAK Fisik
Promosi, alat i
antropometri
. d
Surveilans, antropometri telah na dimanfaatkan antropometri yang sudah tersedia Penguatan Percepatan
dan Tata ly a
untuk kegiatan Penguatan Penurunan Stunting 2022
u melalui DAK Fisik
m percepatan penurunan Percepatan Penurunan Stunting yang telah dimanfaatkan
Laksana Gizi
i a
n stunting.
. a tahun 2022. dibagi jumlah seluruh alat

w w • Jumlah alat antropometri dihitung antropometri yang

: //w menggunakan volume dan satuan disediakan dari DAK Fisik

t p s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 42 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
yang sama dengan yang tercantum 2022) dikali n 2
-100%.
h u
dalam RK DAK.
- ta
• Alat antropometri sudah-3
dimanfaatkan adalah o r
alat
o m
yang n sudah
antropometri
s -
dioperasionalkan.
n ke
m e
b) Sanitarian r
Persentase sanitarian • Persentase esanitarian kit yang telah (Jumlah sanitarian kit 100%
kit kit yang telah
- p
k dari seluruh sanitarian bersumber DAK Fisik
dimanfaatkan
dimanfaatkan untuk
m
/kitp yang sudah tersedia melalui DAK Penguatan Percepatan
kegiatan pengukuran
3
/0 Fisik Penguatan Percepatan Penurunan Stunting 2022
2 2
kualitas
/ 2 0
kesehatan Penurunan Stunting tahun 2022. yang telah dimanfaatkan
lingkunganid • Jumlah sanitarian kit dihitung dibagi jumlah seluruh
.
a na menggunakan volume dan satuan sanitarian kit yang

u ly yang sama dengan yang tercantum disediakan dari DAK Fisik


a m dalam RK DAK. 2022) dikali 100%.
ain
w . • Sanitarian kit sudah dimanfaatkan

w adalah sanitarian kit yang sudah

: //w dioperasionalkan oleh tenaga


tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 43 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
kesehatan dengan menyelenggarakan n -2
h u
pengukuran kualitas kesehatan
ta 3 -
lingkungan minimal 1 (satu) jenis
o r-
media (kualitas air/ kualitas udara/
o m
kualitas pangan).
s - n
c) Kesling kit Persentase kesling kit • Persentase kesling kit
n ke yang telah (Jumlah kesling kit 100%
yang telah dimanfaatkan dari
m e seluruh kesling kit bersumber DAK Fisik
dimanfaatkan untuk yang sudah e r tersedia melalui DAK Penguatan Percepatan
kegiatan pengukuran Fisik k
-pPenguatan Intervensi Penurunan Stunting 2022
kualitas kesehatan /p m Stunting tahun 2022. yang telah dimanfaatkan
Penurunan
lingkungan / 0 3
• Jumlah kesling kit dihitung dibagi jumlah seluruh
2 2
/ 2 0 menggunakan volume dan satuan kesling kit yang disediakan

. id yang sama dengan yang tercantum dari DAK Fisik 2022) dikali

a na dalam RK DAK. 100%.

u ly • Kesling kit sudah dimanfaatkan


a m adalah Kesling kit yang sudah
ain
w . dioperasionalkan oleh tenaga

w kesehatan dengan menyelenggarakan

://w pengukuran kualitas kesehatan

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 44 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
lingkungan minimal 1 (satu) jenis n -2
h u
media (kualitas air/ kualitas udara/
3 -ta
kualitas pangan/ kualitas air limbah)
or-
o m
e s -n
3. Subbidang Pengendalian Penyakit
nk
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian e
Definisi Operasional Cara Perhitungan Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek e rm
1) Bahan Habis a) R0 dan BHP Persentase R0 dan k -p R0 dan BHP Skrining HIV
• Persentase (Jumlah R0 dan BHP 100 %
Pakai Skrining HIV BHP Skrining HIV dan / p
dan
m Reagen Sifilis yang telah Skrining HIV dan Reagen
dan Reagen Reagen Sifilis yang / 0 3 dimanfaatkan dari seluruh R0 dan Sifilis yang sudah tersedia
Sifilis telah dimanfaatkan 0 22 BHP Skrining HIV dan Reagen Sifilis melalui DAK Fisik tahun
d / 2
. i yang sudah tersedia melalui DAK 2022 dan telah

a na Fisik Pengendalian Penyakit tahun dimanfaatkan dibagi

u l y 2022. jumlah seluruh R0 dan

a m • Jumlah R0 dan BHP Skrining HIV dan BHP Skrining HIV dan
ain
w . Reagen Sifilis dihitung menggunakan Reagen Sifilis yang sudah

w volume dan satuan yang sama tersedia melalui DAK Fisik

://w dengan yang tercantum dalam RK tahun 2022) dikali 100%

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 45 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
DAK. n -2
h u
• R0 dan BHP Skrining HIV dan Reagen
3 -ta
Sifilis sudah dimanfaatkan adalah R0
o r-
dan BHP Skrining HIV dan Reagen
o m
- n oleh
Sifilis yang sudah digunakan
s
tenaga kesehatan.
n ke
m e
b) Cartridge Persentase Cartridge r
• Persentase eCartridge TCM yang telah (Jumlah Cartridge TCM 100 %
TCM TCM yang telah k -p dari seluruh Cartridge yang sudah tersedia
dimanfaatkan
dimanfaatkan / p
TCM
m yang sudah tersedia melalui melalui DAK Fisik tahun
/ 0 3 DAK Fisik Pengendalian Penyakit 2022 dan telah
0 22 tahun 2022. dimanfaatkan dibagi
d / 2
. i • Jumlah Cartridge TCM dihitung jumlah seluruh Cartridge

a na menggunakan volume dan satuan TCM yang sudah tersedia

u ly yang sama dengan yang tercantum melalui DAK Fisik tahun


a m dalam RK DAK. 2022) dikali 100%
in
.a • Cartridge TCM sudah dimanfaatkan

ww adalah Cartridge TCM yang sudah

://w digunakan oleh tenaga kesehatan.


tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 46 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
n -2
h uBMHP Gula
c) BMHP Gula Persentase BMHP Gula • Persentase BMHP Gula Darah yang (Jumlah
- ta 100 %
Darah Darah yang telah telah dimanfaatkan dari seluruh-3 Darah yang sudah
dimanfaatkan BMHP Gula Darah yang sudah
r
o tersedia melalui DAK Fisik
m
o Fisik tahun 2022 dan telah
tersedia melalui
-
DAK n
s 2022. dimanfaatkan dibagi
Pengendalian Penyakit k e
tahun
• e n
Jumlah BMHP Gula Darah dihitung seluruh BMHP Gula Darah
menggunakane rmvolume dan satuan yang sudah tersedia
yang k
-p
sama dengan yang tercantum melalui DAK Fisik tahun

3 pm RK DAK.
/dalam 2022) dikali 100%

2 / 0• BMHP Gula Darah sudah


0 2 dimanfaatkan adalah BMHP Gula
d / 2
a . i Darah yang sudah digunakan oleh

an tenaga kesehatan.

uly
m Persentase Larvasida
i a
d) Larvasida
n Malaria yang telah • Persentase Larvasida Malaria yang (Jumlah Larvasida Malaria 100 %

. a
Malaria telah dimanfaatkan dari seluruh yang sudah tersedia

w w dimanfaatkan Larvasida Malaria yang sudah melalui DAK Fisik tahun

://w tersedia melalui DAK Fisik 2022 dan telah


tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 47 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Pengendalian Penyakit tahun 2022. n
dimanfaatkan-2dibagi
h uLarvasida Malaria
• Jumlah Larvasida Malaria dihitung seluruh
- ta
menggunakan volume dan satuan-3 yang sudah tersedia
yang sama dengan yang tercantum
r
o melalui DAK Fisik tahun
o m
dalam RK DAK.
s - n 2022) dikali 100%
• Larvasida ke sudah
Malaria
n
dimanfaatkan
m eadalah Larvasida
e
Malaria yang r sudah digunakan oleh
k
tenaga
-p
kesehatan.
/p m
e) Kelambu
3
Persentase Kelambu /0• Persentase Kelambu Malaria yang (Jumlah Kelambu Malaria 100 %
Malaria Malaria yang telah 0 22 telah dimanfaatkan dari seluruh yang sudah tersedia
d / 2
dimanfaatkan
. i Kelambu Malaria yang sudah tersedia melalui DAK Fisik tahun

a na melalui DAK Fisik Pengendalian 2022 dan telah

u l y Penyakit tahun 2022. dimanfaatkan dibagi

a m • Jumlah Kelambu Malaria dihitung seluruh Kelambu Malaria


ain
w . menggunakan volume dan satuan yang sudah tersedia

w yang sama dengan yang tercantum melalui DAK Fisik tahun

: //w dalam RK DAK. 2022) dikali 100%

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 48 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
• Kelambu Malaria sudah n -2
h u
dimanfaatkan adalah Kelambu
3 - ta
Malaria yang sudah digunakan oleh
or-
masyarakat sasaran.
o m
e -n
syang
2) Peralatan a) Spraycan Persentase Spraycan • Persentase Spraycan
n k telah (Jumlah Spraycan yang 100 %
yang telah dimanfaatkan dari
m e seluruh Spraycan sudah tersedia melalui
dimanfaatkan yang sudahe r tersedia melalui DAK DAK Fisik tahun 2022 dan
Fisik k
-p
pengendalian penyakit tahun telah dimanfaatkan dibagi
pm
/2022. seluruh Spraycan yang
/0•3 Jumlah dihitung sudah tersedia melalui
22
Spraycan

/ 2 0 menggunakan volume dan satuan DAK Fisik tahun 2022)

a . id yang sama dengan yang tercantum dikali 100%

an dalam RK DAK.

m uly • Spraycan sudah dimanfaatkan

ina adalah Spraycan yang sudah


. a digunakan oleh tenaga kesehatan.

ww
://w
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 49 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
b) Posbindu Persentase Posbindu n -2 Kit/ 100 %
• Persentase Posbindu Kit/ Lansia Kit (Jumlah Posbindu
h u yang sudah
Kit/ Lansia Kit/ Lansia Kit yang yang telah dimanfaatkan dari seluruh Lansia
- ta Kit
Kit telah dimanfaatkan Posbindu Kit/ Lansia Kit yang sudah-3 tersedia melalui DAK Fisik
tersedia melalui DAK
r
o tahun 2022 dan telah
Fisik
m
o2022. dimanfaatkan dibagi
-
pengendalian penyakit tahun n
s Lansia Kit seluruh Posbindu KIT /
e
• Jumlah Posbindu Kit/
e
dihitung menggunakan
nk volume dan Lansia KIT yang sudah
satuan yange rmtercantum dalam RK tersedia melalui DAK Fisik
DAK. k
-p tahun 2022) dikali 100%
p m
• /Posbindu Kit/ Lansia Kit sudah
3
/0 dimanfaatkan adalah Posbindu Kit/
2 2
/ 2 0 Lansia Kit yang sudah digunakan

. id oleh tenaga kesehatan.

a na
u ly
a m
a in
w .
w w
s: //
ttp
h
jdih.kemkes.go.id
- 50 -

m l
4. Subbidang Penguatan Sistem Kesehatan
2 .ht
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional 0 2
Cara Perhitungan Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek n- 2
u
h pembangunan
1) Pembanguna a) Pembanguna Persentase Puskesmas • Persentase pembangunan puskemas (Jumlah
- ta 100%
n dan n puskesmas baru yang telah baru yang telah dimanfaatkan dari-3 Puskesmas baru yang
Rehabilitasi baru dimanfaatkan seluruh pembangunan puskemas
r
o sudah tersedia melalui
m
omelalui DAK Fisik Penguatan
Puskesmas baru yang sudah tersedia
- n
s Sistem Sistem Kesehatan tahun
e
DAK Fisik
nk
Penguatan
Kesehatan tahune2022. 2022 dan telah
e rm
• Jumlah pembangunan puskesmas dimanfaatkan dibagi
baru k
- p
dihitung menggunakan volume jumlah seluruh puskesmas
/ p
dan
msatuan yang tercantum dalam RK baru yang sudah tersedia
/ 0 3 DAK. melalui DAK Fisik
2
2 • Pembangunan puskemas baru yang Penguatan
/ 2 0 Sistem

. id telah dimanfaatkan adalah Kesehatan Tahun 2022)

a na puskesmas baru yang sudah dikali 100%

u ly dioperasionalkan (termasuk

a m prasarana dan alat kesehatan)


ain
w . dengan alur dan zonasi pelayanan

w sesuai dengan pedoman

:/ /w pembangunan dan peningkatan

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 51 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
fungsi bangunan puskesmas dan n -2
h u
sudah dilaporkan dalam aplikasi
3 - ta
o r-
monitoring dan evaluasi Kementerian
Kesehatan yaitu e-renggar dan ASPAK
o m
s - n
b) Renovasi/ Persentase Renovasi/ • Persentase Renovasi/
n ke Penambahan (Jumlah Renovasi/ 100%
Penambahan Penambahan Ruang Ruang e yang telah Penambahan
Puskemas
m Ruang
Ruang Puskemas yang telah e
dimanfaatkanr dari seluruh Puskemas yang sudah
Puskemas dimanfaatkan k -p penambahan ruang tersedia melalui DAK Fisik
renovasi/
/p m
puskesmas yang sudah tersedia Penguatan Sistem
/0 3 melalui DAK Fisik Penguatan Sistem Kesehatan tahun 2022 dan
2 2
/ 2 0 Kesehatan tahun 2022. telah dimanfaatkan dibagi

a . id • Jumlah Renovasi / Penambahan jumlah seluruh renovasi/

lyan Ruang Puskemas dihitung penambahan


menggunakan volume dan satuan puskemas yang
ruang
sudah
m u
ina yang tercantum dalam RK DAK. tersedia melalui DAK Fisik

w .a • Renovasi/ penambahan ruang Penguatan Sistem

w puskemas yang telah dimanfaatkan Kesehatan tahun 2022)

://w adalah Renovasi/ penambahan dikali 100%

tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 52 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
ruang puskemas yang sudah n -2
h u
dioperasionalkan (termasuk
3 - ta
jaringan listrik gedung Puskesmas,
o r-
Perpipaan air bersih dan air kotor
o m
dalam gedung
s n
Puskemas),
-
pada e
terintegrasi
n k bangunan
e alur dan zonasi
eksisting, dengan
m
r dengan pedoman
pelayananesesuai
k -p
pembangunan dan peningkatan
m
/0 3/pfungsi bangunan puskesmas dan
sudah dilaporkan dalam aplikasi
2 2
/ 2 0 monitoring dan evaluasi

a . id Kementerian Kesehatan yaitu e-

2) Prasarana ly an
(seluruh rincian Persentase Prasarana
renggar dan ASPAK
Persentase prasarana puskemas per (Jumlah prasarana 100%
u
m puskemas

Puskesmas menu)
ina yang telah rincian menu kegiatan yang telah puskemas yang sudah

w .a dimanfaatkan dimanfaatkan dari seluruh tersedia melalui DAK Fisik

w prasarana puskemas per rincian Penguatan Sistem

://w menu kegiatan yang sudah tersedia Kesehatan tahun 2022 dan

tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 53 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
n -2 dibagi
melalui DAK Fisik Penguatan Sistem telah dimanfaatkan
h useluruh prasarana
Kesehatan tahun 2022. a
jumlah
- t
• Jumlah prasarana puskemas per-3 puskemas yang sudah
rincian menu kegiatan dihitung
r
o tersedia melalui DAK Fisik
m
osatuan Penguatan
menggunakan volume dan
s - n Sistem
yang tercantum dalam
n keRK DAK. Kesehatan tahun 2022)
e
• Prasarana puskemas
m yang telah dikali 100%
e r adalah prasarana
dimanfaatkan
k -p
puskemas yang sudah
m
/0 3/pdioperasionalkan dan sudah
dilaporkan dalam aplikasi
2 2
/ 2 0 monitoring dan evaluasi

a . id Kementerian Kesehatan yaitu e-

an
ly
renggar dan ASPAK

u
m Persentase
3) Penyediaan
n a
(seluruh rincian alat • Persentase alat kesehatan (Jumlah alat kesehatan 100%
Alat menu) .ai kesehatan puskesmas Puskemas per rincian menu puskemas yang sudah
Kesehatan
w w yang telah kegiatan yang telah dimanfaatkan tersedia melalui DAK Fisik
Puskemas //w dimanfaatkan dari seluruh alat kesehatan Penguatan Sistem
p s:
h tt
jdih.kemkes.go.id
- 54 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Puskemas per rincian menu Kesehatan n -2 2022 dan
tahun
h u
kegiatan yang sudah tersedia telah
- ta dimanfaatkan dibagi
melalui DAK Fisik Penguatan Sistem-3jumlah seluruh alat
Kesehatan tahun 2022.
r
o kesehatan puskemas yang
o m
n
• Jumlah alat kesehatan puskesmas
s - sudah tersedia melalui

ke dihitung DAK Fisik Penguatan


per rincian menu kegiatan
n
e dan satuan Sistem Kesehatan tahun
menggunakan volume
m
e r dalam RK DAK. 2022) dikali 100%.
yang tercantum
-p
• Alat kkesehatan puskesmas yang
/p m
telah dimanfaatkan adalah alat
/0 3 kesehatan yang sudah
2 2
/ 2 0 dioperasionalkan dan sudah

a . id dilaporkan dalam aplikasi

lyan monitoring dan evaluasi

m u Kementerian Kesehatan yaitu e-

in a renggar dan ASPAK


4) .
Pembanguna (seluruh arincian Persentase Sarana RS • Persentase sarana RS yang telah (Jumlah sarana RS yang 100%
n w w
dan menu) yang tersedia dan telah tersedia dan dimanfaatkan dari sudah tersedia melalui

://w dimanfaatkan. seluruh sarana RS yang tersedia DAK Fisik Penguatan

tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 55 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Rehabilitasi n
melalui DAK Fisik Penguatan Sistem Sistem Kesehatan-2 tahun
h u dan telah
RS Kesehatan tahun 2022. 2022
- ta
• Jumlah sarana dihitung-3
dimanfaatkan dibagi
menggunakan volume dan satuan
r
o jumlah seluruh sarana RS
yang tercantum dalam RKn o m yang sudah tersedia
s - DAK.

ke adalah melalui DAK Penguatan


• Sarana sudah dimanfaatkan
n
sarana
m eyang sudah Sistem Kesehatan tahun
e r
dioperasionalkan sesuai standar 2022) dikali 100%.
- p
dan k sudah dilaporkan dalam
m
/0 3/paplikasi monitoring dan evaluasi
Kementerian Kesehatan yaitu e-
2 2
/ 2 0 renggar dan ASPAK
5) Penyediaan (seluruh rincian Persentaseidprasarana • Persentase prasarana RS yang telah (Jumlah prasarana RS 100%
a .
Prasarana RS menu)
a n tersedia dan
RS yang tersedia dan dimanfaatkan dari yang sudah tersedia

u y
l dimanfaatkan.
telah seluruh prasarana RS yang tersedia melalui DAK Fisik

a m melalui DAK Fisik Penguatan Sistem Penguatan Sistem


a in
w . Kesehatan tahun 2022. Kesehatan tahun 2022 dan

w w • Jumlah prasarana dihitung telah dimanfaatkan dibagi

s:// menggunakan volume dan satuan jumlah seluruh prasarana

ttp
h
jdih.kemkes.go.id
- 56 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
yang tercantum dalam RK DAK. -2 tersedia
RS yangnsudah
h u DAK Fisik
• Prasarana sudah
- ta
dimanfaatkan melalui
adalah prasarana yang sudah-3Penguatan Sistem
r
o Kesehatan tahun 2022)
dioperasionalkan sesuai standar dan
sudah dilaporkan dalamno
m
aplikasi dikali 100%.
s -
ke Kementerian
monitoring dan evaluasi
n
Kesehatan yaitu
m e e-renggar dan
ASPAK. e r
6) Penyediaan (seluruh rincian Persentase k
alat • Persentase
-p alat kesehatan RS yang (Jumlah alat kesehatan 100%
Alat menu) kesehatan RS yang / p m tersedia dan dimanfaatkan dari yang sudah tersedia
telah
Kesehatan RS tersedia dan /
telah 0 3 seluruh alat kesehatan RS yang melalui DAK Fisik
dimanfaatkan. 02
2 tersedia melalui DAK Fisik Penguatan Penguatan Sistem
d / 2
. i Sistem Kesehatan tahun 2022. Kesehatan tahun 2022 dan

a na • Jumlah alat kesehatan dihitung telah dimanfaatkan dibagi

u ly menggunakan volume dan satuan jumlah seluruh alat

a m yang tercantum dalam RK DAK. kesehatan yang sudah


ain
w . • Alat kesehatan sudah dimanfaatkan tersedia melalui DAK Fisik

w adalah alat kesehatan yang sudah Penguatan Sistem

://w dioperasionalkan oleh tenaga Kesehatan tahun 2022)


tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 57 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
kesehatan yang kompeten sesuai dikali 100%. n -2
h u
standar dan sudah dilaporkan dalam
- ta
aplikasi monitoring dan evaluasi-3
Kementerian Kesehatan yaitu oe-
r
o m
renggar dan ASPAK.
s - n
7) Penguatan a) Pembanguna Persentase
ke kanker (Jumlah sarana layanan 100%
sarana • Persentase sarana layanan
n
Layanan n Layanan layanan kanker yang yang telah edisediakan dan kanker yang sudah
Unggulan RS Kanker tersedia dan telah e
dimanfaatkan
m
r dari seluruh sarana tersedia melalui DAK Fisik
dimanfaatkan.
-p
yang ktersedia melalui DAK Fisik Penguatan Sistem
p m
/Penguatan Sistem Kesehatan tahun Kesehatan tahun 2022 dan
3
/0 2022. telah dimanfaatkan dibagi
2
2 • Jumlah
/ 2 0 sarana dihitung jumlah seluruh sarana

. id menggunakan volume dan satuan layanan kanker yang

a na yang tercantum dalam RK DAK. sudah tersedia melalui

u ly • Sarana sudah dimanfaatkan adalah DAK Fisik Penguatan

a m sarana yang sudah dioperasionalkan Sistem Kesehatan tahun


ain
w . sesuai standar dan sudah dilaporkan 2022) dikali 100%.

w dalam aplikasi monitoring dan

: //w evaluasi Kementerian Kesehatan

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 58 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
yaitu e-renggar dan ASPAK. n -2
h u alat kesehatan 100%
b) Penyediaan Persentase alat • Persentase alat kesehatan layanan (Jumlah
- ta
Alat kesehatan layanan kanker yang disediakan dan-3
layanan kanker yang
Kesehatan kanker yang tersedia dimanfaatkan melalui DAK Fisik
r
o sudah tersedia melalui
m
o tahun DAK Fisik Penguatan
Layanan dan telah Penguatan Sistem Kesehatan
s - n
kanker dimanfaatkan. 2022. k e Sistem Kesehatan tahun
e
• Jumlah alat kesehatan
n dihitung 2022 dan telah
menggunakane m
r satuan yang sama dimanfaatkan dibagi
dengan
- p
k satuan yang tercantum dalam jumlah seluruh alat
m
/RKp DAK. kesehatan layanan kanker
3
/0• Alat kesehatan sudah dimanfaatkan yang sudah tersedia
2 2
/ 2 0 adalah alat kesehatan yang sudah melalui DAK Fisik

. id dioperasionalkan oleh tenaga Penguatan Sistem

a na kesehatan yang kompeten sesuai Kesehatan tahun 2022)

u ly standar dan sudah dilaporkan dalam dikali 100%.


a m aplikasi monitoring dan evaluasi
ain
w . Kementerian Kesehatan yaitu e-

w renggar dan ASPAK.

: //w
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 59 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional Cara Perhitungan. h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
c) Pembanguna Persentase sarana • Persentase sarana layanan (Jumlah n -2 layanan 100%
sarana
h u yang sudah
n Layanan layanan kardiovaskuler a
kardiovaskuler yang telah disediakan kardiovaskuler
- t
Kardiovaskul yang tersedia dan telah dan dimanfaatkan dari seluruh-3 tersedia melalui DAK Fisik
er dimanfaatkan. sarana yang tersedia melalui DAK
r
o Penguatan Sistem
o m
- n
Fisik Penguatan Sistem Kesehatan
s Kesehatan tahun 2022 dan
tahun 2022.
n ke telah dimanfaatkan dibagi
• Jumlah
m e
sarana dihitung jumlah seluruh sarana
menggunakane r volume dan satuan layanan kardiovaskuler
k -p dalam RK DAK.
yang tercantum yang sudah tersedia
m
p sudah dimanfaatkan adalah melalui DAK Fisik
• /Sarana
3
/0 sarana yang sudah dioperasionalkan Penguatan Sistem
2 2
/ 2 0 sesuai standar dan sudah dilaporkan Kesehatan tahun 2022)

. id dalam aplikasi monitoring dan dikali 100%.

a na evaluasi Kementerian Kesehatan

u l y yaitu e-renggar dan ASPAK.

a
d) Penyediaan m Persentase alat • Persentase alat kesehatan layanan (Jumlah alat kesehatan 100%
Alat.a
in kesehatan layanan kardiovaskuler yang disediakan dan layanan kardiovaskuler

w w
Kesehatan kardiovaskuler yang dimanfaatkan melalui DAK Fisik yang sudah tersedia

: //w Layanan tersedia dan telah Penguatan Sistem Kesehatan tahun melalui DAK Fisik
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 60 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Kardiovaskul dimanfaatkan. 2022. Penguatann -2 Sistem
h u tahun 2022 dan
er • Jumlah alat kesehatan dihitung Kesehatan
- ta
menggunakan satuan yang sama-3 telah dimanfaatkan dibagi
dengan satuan yang tercantum dalam
r
o jumlah seluruh alat
o m
RK DAK.
s - n kesehatan layanan
• Alat kesehatan sudah
n kedimanfaatkan kardiovaskuler yang sudah
e yang sudah tersedia melalui DAK Fisik
adalah alat kesehatan
m
e r
dioperasionalkan oleh tenaga Penguatan Sistem
k
kesehatan
p
- yang kompeten sesuai Kesehatan tahun 2022)
/ p m dan sudah dilaporkan dalam dikali 100%.
standar
/ 0 3 aplikasi monitoring dan evaluasi
0 22 Kementerian Kesehatan yaitu e-
d / 2
. i renggar dan ASPAK.
e) Pembanguna Persentase
a na sarana • Persentase sarana layanan paru yang (Jumlah sarana layanan 100%
n l y
Layanan ulayanan paru yang telah disediakan dan dimanfaatkan paru yang sudah tersedia
Paru a m tersedia dan telah dari seluruh sarana yang tersedia melalui DAK Fisik
a in dimanfaatkan.
w . melalui DAK Fisik Penguatan Sistem Penguatan Sistem

w Kesehatan tahun 2022. Kesehatan tahun 2022 dan

: //w • Jumlah sarana dihitung telah dimanfaatkan dibagi


tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 61 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional Cara Perhitungan. h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
menggunakan volume dan satuan jumlah n -2 sarana
seluruh
h uparu yang sudah
yang tercantum dalam RK DAK. a
layanan
- t
• Sarana sudah dimanfaatkan adalah-3 tersedia melalui DAK Fisik
sarana yang sudah dioperasionalkan
r
o Penguatan Sistem
o m
- n
sesuai standar dan sudah dilaporkan
s Kesehatan tahun 2022)

ke
dalam aplikasi monitoring
n dan dikali 100%.
evaluasi e
Kementerian
m Kesehatan
e r dan ASPAK.
yaitu e-renggar
f) Penyediaan Persentase k
alat • Persentase
-p alat kesehatan layanan (Jumlah alat kesehatan 100%
Alat kesehatan layanan / p m yang disediakan dan layanan paru yang sudah
paru
Kesehatan paru yang tersedia dan / 0 3 dimanfaatkan melalui DAK Fisik tersedia melalui DAK Fisik
Layanan 0
telah dimanfaatkan. 22 Penguatan Sistem Kesehatan tahun Penguatan Sistem
d / 2
Paru
. i 2022. Kesehatan tahun 2022 dan

a na • Jumlah alat kesehatan dihitung telah dimanfaatkan dibagi

u ly menggunakan satuan yang sama jumlah seluruh alat

a m dengan satuan yang tercantum dalam kesehatan layanan paru


ain
w . RK DAK. yang sudah tersedia

w • Alat kesehatan sudah dimanfaatkan melalui DAK Fisik

: //w adalah alat kesehatan yang sudah Penguatan Sistem

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 62 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional Cara Perhitungan. h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
dioperasionalkan oleh tenaga Kesehatan n -2tahun 2022)
h u
kesehatan yang kompeten sesuai dikali
- ta 100%.
standar dan sudah dilaporkan dalam-3
aplikasi monitoring dan evaluasi o r
o
Kementerian Kesehatan nyaitu e-
m
renggar dan ASPAK. e
s -
g) Pembanguna Persentase sarana • Persentase sarana e nklayanan stroke (Jumlah sarana layanan 100%
n Layanan layanan stroke yang yang e rm disediakan dan stroke yang sudah tersedia
telah
Stroke tersedia dan telah k -p dari seluruh sarana melalui DAK Fisik
dimanfaatkan
dimanfaatkan. /p m tersedia melalui DAK Fisik Penguatan
yang Sistem
3
/0 Penguatan Sistem Kesehatan tahun Kesehatan tahun 2022 dan
2 2
/ 2 0 2022. telah dimanfaatkan dibagi

. id • Jumlah sarana dihitung jumlah seluruh sarana

a na menggunakan volume dan satuan layanan stroke yang sudah

u ly yang tercantum dalam RK DAK. tersedia melalui DAK Fisik

a m • Sarana sudah dimanfaatkan adalah Penguatan Sistem


ain
w . sarana yang sudah dioperasionalkan Kesehatan tahun 2022)

w sesuai standar dan sudah dilaporkan dikali 100%.

: //w dalam aplikasi monitoring dan

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 63 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
evaluasi Kementerian Kesehatan n -2
h u
yaitu e-renggar dan ASPAK.
3 ta
-
h) Penyediaan Persentase alat • -
Persentase alat kesehatan layanan (Jumlah
r alat kesehatan
o layanan stroke yang sudah
100%
Alat kesehatan layanan stroke yang telah disediakan dan
m
o Fisik tersedia melalui DAK Fisik
Kesehatan stroke yang tersedia dimanfaatkan melalui DAK
- n
s tahun Penguatan
Layanan dan telah
k e
Penguatan Sistem Kesehatan Sistem
Stroke dimanfaatkan. 2022. e n Kesehatan tahun 2022 dan
• Jumlah alate m
r kesehatan dihitung telah dimanfaatkan dibagi
k -p satuan yang sama jumlah seluruh alat
menggunakan
/ p m satuan yang tercantum dalam kesehatan layanan stroke
dengan
/ 0 3 RK DAK. yang sudah tersedia
2
2 • Alat kesehatan sudah dimanfaatkan melalui DAK Fisik
/ 2 0
. id adalah alat kesehatan yang sudah Penguatan Sistem

a na dioperasionalkan oleh tenaga Kesehatan tahun 2022)

u ly kesehatan yang kompeten sesuai dikali 100%.


a m standar dan sudah dilaporkan dalam
ain
w . aplikasi monitoring dan evaluasi

w Kementerian Kesehatan yaitu e-

://w renggar dan ASPAK.

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 64 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
i) Penyediaan Persentase alat • Persentase alat kesehatan layanan (Jumlah nalat -2 kesehatan 100%
h uDM dan Hipertensi
Alat kesehatan layanan DM DM dan Hipertensi yang telah layanan
- ta
Kesehatan dan Hipertensi yang disediakan dan dimanfaatkan melalui-3 yang sudah tersedia
Layanan DM tersedia dan telah DAK Fisik Penguatan
r
o melalui DAK Fisik
Sistem
o m
dan dimanfaatkan. Kesehatan tahun 2022.
s - n Penguatan Sistem
Hipertensi • Jumlah alat kesehatan
n ke dihitung Kesehatan tahun 2022 dan
e yang sama telah dimanfaatkan dibagi
menggunakan satuan
m
e
dengan satuanr yang tercantum dalam jumlah seluruh alat
k
RK DAK.
-p kesehatan layanan DM dan
m
p kesehatan sudah dimanfaatkan Hipertensi yang sudah
• /Alat
3
/0 adalah alat kesehatan yang sudah tersedia melalui DAK Fisik
2 2
/ 2 0 dioperasionalkan oleh tenaga Penguatan Sistem

. id kesehatan yang kompeten sesuai Kesehatan tahun 2022)

a na standar dan sudah dilaporkan dalam dikali 100%.

u ly aplikasi monitoring dan evaluasi

a m Kementerian Kesehatan yaitu e-


ain
w . renggar dan ASPAK.

w
: //w
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 65 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
8) Pembanguna (seluruh rincian Persentase S/P/A RS • Persentase S/P/A RS Pratama yang (Jumlah n- S/P/A
2 RS 100%
u
h yang tersedia
n RS Pratama menu) Pratama yang telah a
telah disediakan dan dimanfaatkan pratama
- t
dimanfaatkan. dari seluruh S/P/A RS Pratama-3 melalui DAK Fisik
yang sudah tersedia melalui DAK
r
o Penguatan Sistem
o m
- n
Fisik Penguatan Sistem Kesehatan
s Kesehatan tahun 2022 dan
tahun 2022.
n ke telah dimanfaatkan dibagi
• Jumlah S/P/A RS
m e Pratama dihitung jumlah S/P/A RS Pratama
e
menggunakan r satuan yang sama yang tersedia melalui DAK
k
dengan
-psatuan yang tercantum Fisik Penguatan Sistem
/p m
dalam RK DAK. Kesehatan tahun 2022)
/0 • 3 S/P/A sudah dimanfaatkan adalah: dikali 100%.
2 2
/ 2 0 a) RS Pratama telah memiliki izin

a . id operasional;

an b) RS Pratama sudah ter-registrasi

muly di aplikasi RS Online;

ina c) S/P/A yang sudah

. a dioperasionalkan; dan

w w d) S/P/A sudah dilaporkan dalam

://w aplikasi monitoring dan evaluasi

tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 66 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
Kementerian Kesehatan yaitu e- n -2
h u
renggar dan ASPAK.
3 - ta
9) Peningkatan (seluruh rincian Persentase S/P/A • -
Persentase S/P/A Labkesda yang Jumlah S/P/A Labkesda 100%
o r yang sudah tersedia
kapasitas menu) Labkesda yang tersedia telah tersedia dan dimanfaatkan
o m
Laboratorium memenuhi standar
- n Sistem melalui DAK Fisik
melalui DAK Fisik Penguatan
s
Kesehatan Biosafety Level 2 dan
ke
Kesehatan tahun 2022.
n
Penguatan Sistem
Daerah telah dimanfaatkan. • Jumlah
m e
S/P/A dihitung Kesehatan tahun 2022 dan
(Labkesda) e
menggunakan
r satuan yang sama telah dimanfaatkan dibagi
menuju k
dengan
-psatuan yang tercantum jumlah S/P/A Labkesda
standar BSL- /p m
dalam RK DAK. yang tersedia melalui DAK
2 /0 •3 S/P/A sudah dimanfaatkan adalah Fisik Penguatan Sistem
2 2
/ 2 0 S/P/A yang sudah dioperasionalkan Kesehatan tahun 2022)

a . id dan sudah dilaporkan dalam dikali 100%.

an aplikasi monitoring dan evaluasi

muly Kementerian Kesehatan yaitu e-

ina renggar dan ASPAK.

. a
w w
://w
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 67 -

m l
5. Subbidang Kefarmasian
2 .ht
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional 0 2
Cara Perhitungan Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek n- 2
h u
1) Penyediaan a) Penyediaan Persentase Puskesmas Proporsi Puskesmas penerima obat (Jumlah
- ta Puskesmas 92%
Obat dan Obat dengan ketersediaan bersumber DAK Fisik 2022 yang-3 penerima obat bersumber
Bahan Medis Esensial obat esensial memiliki ketersediaan obat esensial
r
o DAK Fisik 2022 yang
o m
Habis Pakai untuk minimal 80% dari obat dan BMHP
s - n memiliki minimal 80% obat
(BMHP) Pelayanan
n ke esensial dan BMHP dibagi
Kesehatan
m e dengan jumlah seluruh
Primer e r Puskesmas penerima obat
b) Penyediaan k - p bersumber DAK Fisik
BMHP untuk /p m 2022) dikali 100%
Pelayanan /0 3
2 2
Kesehatan
/ 2 0
Primer
. id
c) Penyediaan n a
Persentase Proporsi kabupaten/kota penerima obat Jumlah kabupaten/kota 100%
Obat ly a
kabupaten/kota bersumber DAK Fisik 2022 yang penerima obat program
u
Program am dengan ketersediaan memiliki ketersediaan obat program KIA KIA bersumber DAK Fisik
ain
w .
Kesehatan obat program KIA sebesar 100% 2022 yang memiliki

w Ibu ketersediaan obat program

: //w KIA dibandingkan dengan

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 68 -

m l
No Menu Rincian Menu Indikator Capaian Definisi Operasional .
Cara Perhitungan h t Target
Kegiatan Kegiatan Hasil Jangka Pendek 0 22
d) Penyediaan jumlah n-
2 seluruh
h u
Obat
- ta
kabupaten/kota penerima
Program
Kesehatan o r-3obat program KIA
bersumber DAK Fisik 2022
o m
Anak
s - n dikali 100%
e
Penyediaan Persentase e nk
Proporsi kabupaten/kota penerima obat Jumlah kabupaten/kota 100%
Obat Program kabupaten/kota e
bersumber DAK rm Fisik 2022 yang penerima obat gizi
Gizi dengan ketersediaan memilikik
-p
ketersediaan obat program Gizi bersumber DAK Fisik 2022
obat Gizi /p m100%
sebesar yang memiliki
/ 0 3 ketersediaan obat program

0 22 Gizi dibandingkan dengan


d / 2
a .i jumlah seluruh

a n kabupaten/kota penerima

u l y obat gizi bersumber DAK

a m Fisik 2022 dikali 100%


a in
w .
w
://w
tp s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 69 -

I. KEBIJAKAN OPERASIONAL

ml
1. Kebijakan Operasional Umum meliputi:

t
a. Pemerintah Daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana

2.h
untuk kesehatan minimal 10% dari APBD sesuai dengan

02
ketentuan Pasal 171 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

n-2
tentang Kesehatan, khususnya kegiatan yang langsung
menyentuh kepentingan masyarakat;

hu
b. DAK Fisik Bidang Kesehatan bukan dana utama dalam

a
3-t
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah, sehingga

r-
daerah dituntut lebih kreatif serta inovatif dalam memadukan

mo
semua potensi yang ada untuk pembangunan kesehatan dan

no
mengupayakan dengan sungguh-sungguh pemenuhan anggaran
pembangunan kesehatan;
c. Dinas Kesehatan provinsi
es-
sebagai
k koordinator dalam
en
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi DAK Fisik
erm

Bidang Kesehatan di wilayahnya.


d. Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan rumah sakit di
k-p

provinsi/kabupaten/kota yang mendapatkan DAK Fisik Bidang


Kesehatan wajib berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan provinsi;
/pm

e. dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Fisik Bidang


/03

Kesehatan tidak boleh duplikasi dengan sumber pembiayaan


APBN, APBD maupun sumber pembiayaan lainnya;
22

f. rencana kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan harus mengacu


/20

kepada petunjuk operasional penggunaan DAK Fisik Bidang


.id

Kesehatan tahun anggaran berjalan. Pemilihan kegiatan sesuai


na

dengan prioritas dan permasalahan di masing-masing daerah


lya

yang diselaraskan dengan prioritas kegiatan dalam rangka


mencapai prioritas nasional bidang kesehatan;
mu

g. daerah tidak diperkenankan melakukan pengalihan atau


na

pergeseran anggaran dan kegiatan antar DAK Fisik Bidang


.ai

Kesehatan;
ww

h. dalam hal perencanaan dan pelaksanaan, Organisasi Perangkat


Daerah (OPD)/UPTD penerima DAK Fisik Bidang Kesehatan
//w

harus berkoordinasi dengan OPD terkait lainnya seperti yang


ps:

membidangi urusan perencanaan daerah/pekerjaan


htt

umum/lingkungan hidup/tata kota dan pariwisata;


i. Pemerintah Daerah harus menerbitkan surat keputusan kepala

jdih.kemkes.go.id
- 70 -

daerah yang menetapkan lokus DAK Fisik di wilayahnya;

ml
j. pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan DAK Fisik

t
Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur oleh

2.h
Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri;

02
k. pemutakhiran data Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat

n-2
Kesehatan (ASPAK) adalah input pemutakhiran (update) data
sarana, prasarana, dan alat kesehatan oleh Puskesmas/rumah

hu
sakit/Laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) di sistem

a
3-t
informasi ASPAK secara berkala, yang selanjutnya divalidasi oleh

r-
Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan tugas

mo
dan kewenangan masing-masing dalam perijinan;
pemutakhiran data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online

no
l.
adalah input pemutakhiran (update) data oleh RS di sistem
informasi RS online (SIRS
es-
Online)
k secara berkala, yang
en
selanjutnya divalidasi oleh Dinas Kesehatan
erm

provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangan


masing-masing dalam perijinan;
k-p

m. Pemerintah Daerah setempat wajib menunjuk tenaga penanggung


jawab operasional sarana, prasarana, dan alat kesehatan di
/pm

Puskesmas, RS, UTD, dan Labkesda;


/03

n. Pemerintah Daerah wajib menyediakan biaya operasional, biaya


pemeliharaan, dan biaya pengujian untuk sarana, prasarana, alat
22

kesehatan yang diperoleh melalui DAK; dan


/20

o. Pemerintah Daerah wajib menjamin keberlanjutan pemanfaatan


.id

keluaran (output) dari kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan.


na

2. Kebijakan Operasional Khusus, meliputi:


lya

a. untuk mendukung program prioritas nasional di bidang


kesehatan dalam penguatan Puskesmas, RS, Labkesda, dan UTD
mu

guna pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan;


na

b. pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan diperuntukkan


.ai

bagi Puskesmas yang belum mendapatkan dukungan anggaran


ww

DAK Fisik dengan menu yang sama di DAK selama 3 (tiga) tahun
ke belakang;
//w

c. bagi rumah sakit rujukan provinsi sebagai pemenuhan


ps:

kebutuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan guna


htt

mendukung pencapaian peningkatan kelas A (bagi rumah sakit


rujukan provinsi yang belum memenuhi kelas A) atau untuk

jdih.kemkes.go.id
- 71 -

meningkatkan satu tingkat bagi rumah sakit rujukan provinsi

ml
dengan kelas

t
d. bagi rumah sakit rujukan regional sebagai pemenuhan

2.h
kebutuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan guna

02
mendukung pencapaian peningkatan kelas B (bagi rumah sakit

n-2
rujukan regional yang belum memenuhi kelas B) atau untuk
meningkatkan satu tingkat bagi rumah sakit rujukan regional

hu
dengan kelas D;

a
3-t
e. bagi rumah sakit non rujukan digunakan untuk pemenuhan

r-
sarana, prasarana dan alat sesuai dengan standar kelas rumah

mo
sakit existing;

no
f. Penyediaan obat dan BMHP ditujukan untuk kebutuhan
pelayanan kesehatan dasar di puskesmas;
g. Dinas Kesehatan kabupaten/kota
es-
k dalam pelaksanaan
en
penyusunan rencana kebutuhan obat mengacu kepada Daftar
erm

Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional


(Fornas), yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
k-p

kabupaten/kota. Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak


tercantum dalam acuan tersebut, dapat digunakan obat lain
/pm

termasuk obat tradisional (fitofarmaka dan obat herbal


/03

terstandar) secara terbatas sesuai indikasi medis dan pelayanan


kesehatan dengan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan
22

kabupaten/kota;
/20

h. Pemilihan BMHP mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan


.id

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;


na

i. proses pengadaan barang/jasa dilakukan secara e- purchasing


lya

berdasarkan e-katalog, apabila tidak tercantum dalam e-katalog,


maka dapat digunakan mekanisme lain sesuai dengan peraturan
mu

yang berlaku; dan


na

j. bagi Unit Transfusi Darah (UTD) milik RSUD


.ai

provinsi/kabupaten/kota diperuntukan bagi pemenuhan sarana


ww

dan prasarana, dan alat kesehatan sesuai standar pelayanan


transfusi darah dalam rangka menjamin pelayanan darah yang
//w

aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup.


ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 72 -

BAB II

ml
TATA CARA PELAKSANAAN

t
DAK FISIK BIDANG KESEHATAN

2.h
02
A. SUBBIDANG PENGUATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

n-2
1. Sarana Puskesmas Mampu PONED
Sarana Puskesmas Mampu PONED adalah untuk penguatan sarana

hu
pelayanan Ibu dan Anak Puskesmas mampu PONED atau Puskesmas

a
3-t
yang akan dijadikan Puskesmas mampu PONED.

r-
a. Renovasi/Penambahan ruang Puskesmas

mo
Renovasi / Penambahan ruang puskesmas adalah untuk

no
menambah ruang baru yaitu ruang tindakan dan gawat darurat
dan/atau ruang persalinan dan/atau ruang pasca persalinan dalam

es-
rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan dapat sekaligus
k
en
memperbaiki sebagian bangunan yang telah rusak berat.
erm

Penambahan ruang puskesmas dilaksanakan dalam rangka


optimalisasi fungsi, dan pengembangan Puskesmas. Penambahan
k-p

ruang dilakukan bagi puskesmas yang sudah memiliki nomor


registrasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
/pm

1) Persyaratan Umum
/03

a) Usulan renovasi/penambahan ruang puskesmas harus


dilengkapi telaahan dari kepala dinas kesehatan
22

kabupaten/kota yang diketahui oleh kepala dinas


/20

kesehatan provinsi terkait penjelasan dan analisis


.id

kebutuhan akan adanya renovasi/penambahan ruang


na

puskesmas;
lya

b) Untuk renovasi bangunan agar menyampaikan bukti


pernyataan rusak atau rusak berat kondisi bangunan
mu

puskesmas dari dinas pekerjaan umum;


na

c) Untuk penambahan ruang puskesmas secara fungsi baik


.ai

arsitektur, struktur maupun utilitas berubah maka harus


ww

dilakukan perubahan pada aset bangunan sesuai dengan


peraturan yang berlaku;
//w

d) Tersedia lahan sesuai dengan persyaratan peraturan yang


ps:

berlaku terkait lahan;


htt

e) Melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari


dinas pekerjaan umum setempat;

jdih.kemkes.go.id
- 73 -

f) Bagi yang mempunyai DED Pengembangan Puskesmas dari

ml
konsultan perencana T-1 yang telah sesuai dengan

t
pedoman pembangunan dan peningkatan fungsi bangunan

2.h
puskesmas maka biaya pengembangan puskesmas

02
menggunakan dokumen tersebut;

n-2
g) Setiap pengembangan puskesmas harus memperhatikan
integrasi dengan bangunan existing dan sesuai dengan

hu
pedoman pembangunan dan peningkatan fungsi bangunan

a
3-t
puskesmas yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pelayanan

r-
Kesehatan;

mo
h) Fasade (tampilan depan) puskesmas hasil perencanaan

no
harus sesuai dengan pedoman pembangunan dan
peningkatan fungsi bangunan puskesmas;
i) Melampirkan data Sarana k es-
yang telah diupdate dan
en
divalidasi dalam aplikasi ASPAK sesuai dengan kondisi riil
erm

Puskesmas yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan


kabupaten/kota; dan
k-p

j) Untuk Puskesmas yang akan dijadikan Puskesmas mampu


PONED harus menyertakan surat pernyataan Kepala Dinas
/pm

Kesehatan kabupaten/kota tentang penunjukkan


/03

Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED.


22

2) Persyaratan Teknis
/20

Renovasi/ Penambahan ruang Puskesmas harus sesuai dengan


.id

PermenPUPR Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pembangunan


na

Bangunan Gedung Negara dan Pedoman Pembangunan dan


lya

Peningkatan Fungsi Bangunan Puskesmas yang diterbitkan


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
mu
na

2. Alat Kesehatan Puskesmas Mampu PONED


.ai

Alat kesehatan puskesmas mampu PONED adalah penyediaan alat


ww

kesehatan untuk penguatan pelayanan kesehatan ibu dan anak di


Puskesmas Mampu PONED atau Puskesmas yang akan dijadikan
//w

Puskesmas Mampu PONED. Alat kesehatan Puskesmas Mampu PONED


ps:

meliputi:
htt

a. Set pemeriksaan kesehatan ibu dan anak;


b. Set obsgyn;

jdih.kemkes.go.id
- 74 -

c. Set kegawatdaruratan maternal dan neonatal; dan

ml
d. Set perawatan pasca persalinan.

t
Persyaratan Umum

2.h
1) Mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;

02
2) Dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri

n-2
Kesehatan Nomor 41 Tahun 2019 tentang Penghapusan dan
Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan

hu
Kesehatan;

a
3-t
3) Penyediaan Alat Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri

r-
Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan

mo
Masyarakat;

no
4) Penyediaan Alat Kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota;

es-
5) Penyediaan Alat Kesehatan untuk puskesmas yang tidak
k
en
memiliki alat, dan/atau mengganti alat yang sudah tidak dapat
erm

digunakan sesuai dengan fungsinya;


6) Melampirkan data alat kesehatan yang telah diupdate dan
k-p

divalidasi dalam ASPAK sesuai dengan kondisi riil Puskesmas


yang diketahui Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota;
/pm

7) Memiliki surat/dokumen pernyataan Kepala Dinas Kesehatan


/03

kabupaten/kota tentang ketersediaan tenaga kesehatan yang


mampu mengoperasionalkan peralatan, dan kesanggupan
22

membiayai operasional, serta pemeliharaan bersumber dana


/20

APBD;
.id

8) Untuk Puskesmas yang akan dijadikan Puskesmas mampu


na

PONED harus menyertakan surat pernyataan Kepala Dinas


lya

Kesehatan kabupaten/kota tentang penunjukkan Puskesmas


menjadi Puskesmas mampu PONED; dan
mu

9) Penyediaan alat kesehatan dilakukan dengan mengutamakan


na

peralatan kesehatan yang tercantum di dalam e-katalog dengan


.ai

persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sesuai


ww

standar. Untuk alat kesehatan non e-katalog, disertakan paling


sedikit 3 produk pembanding harga/spesifikasi yang sudah
//w

memiliki izin edar.


ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 75 -

3. Sarana Rumah Sakit Mampu PONEK

ml
Penyediaan sarana rumah sakit mampu PONEK bertujuan untuk

t
penguatan pelayanan Ibu dan Anak Rumah Sakit PONEK sesuai standar

2.h
di Kab/ Kota lokus penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

02
Kematian Bayi (AKB) Tahun 2022. Penyediaan sarana rumah sakit

n-2
mampu PONEK meliputi pembangunan, rehabilitasi, dan renovasi pada
ruang Neonatal ICU (NICU) dan Pediatric ICU (PICU).

hu
a. Persyaratan Umum

a
3-t
1) Memiliki izin operasional rumah sakit yang masih berlaku sesuai

r-
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021

mo
tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada

no
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor
Kesehatan;
2) Menyiapkan sumber daya
es-
manusia
k rumah sakit sesuai
en
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
erm

Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;


3) Pembangunan, rehabilitasi, dan renovasi untuk memenuhi
k-p

standar pelayanan rumah sakit dan dilakukan pada lahan yang


tersedia;
/pm

4) Mengisi data pada rumah sakit Online dengan lengkap dan telah
/03

dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;


5) Mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah dilakukan
22

validasi oleh Dinas Kesehatan setempat;


/20

6) Menyiapkan master plan pengembangan rumah sakit yang


.id

masih berlaku;
na

7) Melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari dinas


lya

pekerjaan umum setempat;


8) Bagi yang mempunyai DED Pengembangan Rumah Sakit dari
mu

konsultan perencana T-1 maka kebutuhan biaya menggunakan


na

dokumen tersebut; dan


.ai

9) Persyaratan teknis penguatan sarana PONEK di RS harus


ww

mengacu pada Peraturan yang berlaku.


//w

b. Persyaratan Teknis meliputi:


ps:

1) Pembangunan baru ruang NICU dan PICU dilakukan untuk


htt

memenuhi ketersediaan total tempat tidur di ruang intensif

jdih.kemkes.go.id
- 76 -

minimal 4% total tempat tidur rumah sakit sesuai dengan

ml
peraturan perundangan yang berlaku;

t
2) Rehabilitasi dan renovasi dilakukan pada instalasi/Unit/Ruang

2.h
yang mengalami kerusakan sedang sampai berat. Kerusakan

02
bangunan dibuktikan dengan surat keterangan dari Dinas PU

n-2
daerah setempat;
3) Tersedianya Sertifikat Kepemilikan Tanah atau Dokumen

hu
Kepemilikan Tanah lainnya yang sah yang diperuntukkan bagi

a
3-t
rumah sakit;

r-
4) Tersedianya surat kesanggupan Kepala Daerah untuk

mo
memenuhi biaya pemeliharaan; dan

no
5) Tersedianya surat kesanggupan direktur rumah sakit untuk
mendukung penyelenggaraan PONEK di rumah sakit.

es-
k
en
4. Alat Kesehatan Rumah Sakit Mampu PONEK
erm

Penyediaan alat kesehatan rumah sakit Mampu PONEK bertujuan untuk


penguatan pelayanan Ibu dan Anak Rumah Sakit PONEK sesuai standar
k-p

di Kabupaten/ Kota lokus kegiatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)


dan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2022. Alat Kesehatan rumah
/pm

sakit Mampu PONEK meliputi alat kesehatan di ruang NICU dan PICU,
/03

dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;
22

b. Mengusulkan Alat kesehatan untuk mendukung PONEK di RS pada


/20

Kabupaten/ Kota lokus penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan


.id

Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan masukan dari tenaga


na

kesehatan yang menggunakannya sesuai dengan kebutuhan medis


lya

pasien dan utilitas peralatan;


c. Mengisi data inventarisasi alat kesehatan pada ASPAK dengan
mu

lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan


na

setempat;
.ai

d. Melakukan pemeliharaan, pengujian, dan kalibrasi alat kesehatan


ww

yang telah diadakan tahun sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan


dokumen anggaran pemeliharaan bersumber APBD / BLUD,
//w

sertifikat pengujian/ kalibrasi, dan/atau status kalibrasi pada


ps:

ASPAK;
htt

e. Mengisi data terkini di aplikasi rumah sakit Online dengan lengkap,


dan telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;

jdih.kemkes.go.id
- 77 -

f. Memiliki sumber daya manusia kesehatan yang kompeten (tenaga

ml
medis atau tenaga kesehatan lainnya) dalam mengoperasionalkan

t
alat; dan

2.h
g. Persyaratan teknis pemenuhan alat kesehatan yang mendukung

02
PONEK mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1051

n-2
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan PONEK.

hu
5. Penguatan PSC 119

a
3-t
Penguatan Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu (PSC) 119 adalah

r-
untuk penguatan alat sistem informasi layanan PSC 119 yang meliputi

mo
penyediaan alat pengolahan data, sistem informasi, dan alat komunikasi

no
PSC 119, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Persyaratan Umum meliputi:

es-
1) Mempunyai SK Tim PSC 119 yang ditandatangi oleh Pimpinan
k
en
Daerah: Gubernur/Walikota/Bupati atau Kepala Dinas
erm

Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
2) Membuat Surat Pernyataan dari Kepala Daerah atau Kepala
k-p

Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten /Kota yang memuat:


a) Dukungan biaya operasional untuk PSC 119 dari APBD;
/pm

b) Bersedia melakukan integrasi PSC 119 dengan NCC 119; dan


/03

c) Tidak mengalihfungsikan alat sistem IT yang diadakan selain


untuk PSC 119.
22

3) Melakukan registrasi PSC 119 di laman


/20

https://sirs.yankes.kemkes.go.id/fo/registrasi/psc.
.id

b. Persyaratan Teknis meliputi:


na

1) Memiliki SDM untuk call center 119.


lya

2) Memiliki ruangan khusus untuk call center PSC 119 baik gedung
sendiri maupun masih bergabung di Dinas Kesehatan
mu

Provinsi/Kabupaten/Kota atau di Rumah Sakit


na

Provinsi/Kabupaten/Kota.
.ai

3) Adanya ketersedian jaringan internet di ruang call center PSC 119.


ww

Peralatan pengolahan data, sistem informasi, dan komunikasi adalah


semua peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung operasional PSC
//w

119 dalam ruang petugas call center, ruang pertemuan, ruang kerja, dan
ps:

ruang lainnya yang berhubungan dengan pengolahan data, sistem


htt

informasi dan komunikasi seperti komputer set, laptop, tablet, printer,


proyektor, layar monitor/smart tv, alat radio medik, dan alat komunikasi

jdih.kemkes.go.id
- 78 -

lain, serta aplikasi dan alat pendukung lainnya yang dipersiapkan untuk

ml
terkoneksi dengan layanan 119 terintegrasi. Mengenai jumlah dan jenis

t
alat sistem informasi dan komunikasi yang akan diusulkan agar

2.h
disesuaikan dengan kebutuhan riil dan karateristik daerah berdasarkan

02
masukan dari tenaga IT Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.

n-2
6. Unit Transfusi Darah (UTD)

hu
Kebijakan DAK Fisik tahun 2022 untuk UTD difokuskan untuk renovasi

a
3-t
gedung UTD, penyediaan alat kesehatan UTD, dan mobil UTD yang ada

r-
di rumah sakit. Hal ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan

mo
kualitas dan akses pelayanan darah. Renovasi gedung UTD, penyediaan

no
alat kesehatan UTD, dan mobil UTD mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah dan

es-
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014 tentang Unit
k
en
Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan
erm

Transfusi Darah, serta mengacu pada Pedoman Design Tipikal Bangunan


UTD.
k-p

a. Persyaratan Umum
1) UTD milik Rumah Sakit Daerah;
/pm

2) Pembangunan UTD pada RS yang sudah existing, dilaksanakan


/03

apabila bangunan UTD tersebut mengalami kerusakan berat


atau bangunan/gedung tidak sesuai dengan standar atau
22

relokasi dalam rangka peningkatan kemampuan pelayanan


/20

darah sesuai standar;


.id

3) Renovasi/rehabilitasi gedung/bangunan UTD dilaksanakan


na

pada rumah sakit yang telah memiliki gedung/bangunan UTD


lya

tersendiri tetapi telah mengalami kerusakan sedang sehingga


perlu diperbaiki agar dapat berfungsi optimal atau dalam rangka
mu

peningkatan kemampuan pelayanan darah sesuai standar;


na

4) Lokasi UTD di rumah sakit diutamakan pada lantai dasar serta


.ai

mudah diakses dari ruang perawatan, ruang emergensi, dan


ww

ruang operasi;
5) Bangunan dan peralatan UTD merupakan unit pelayanan RS
//w

tersendiri, terpisah dari unit pelayanan laboratorium medik;


ps:

6) Pelayanan darah harus bersifat nirlaba, sehingga UTD tidak


htt

boleh dijadikan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau profit


center di rumah sakit;

jdih.kemkes.go.id
- 79 -

7) Biaya operasional dan pemeliharaan UTD menjadi tanggung

ml
jawab rumah sakit; dan

t
8) Rumah sakit bertanggungjawab memenuhi SDM UTD sesuai

2.h
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014 tentang

02
Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring

n-2
Pelayanan Transfusi Darah.
b. Persyaratan Teknis

hu
1) Ketentuan terkait teknis bangunan, peralatan dan bahan habis

a
3-t
pakai UTD mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

r-
83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah

mo
Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah;

no
2) Persyaratan minimal bangunan UTD mengacu pada Pedoman
Design Tipikal Bangunan UTD dengan mempertimbangkan kelas
kemampuan UTD sesuai
es-
kebutuhan
k dan kemampuan
en
memenuhi persyaratan UTD;
erm

3) Mengingat pelayanan darah mempunyai risiko cukup tinggi,


maka peralatan UTD harus memiliki kualitas tinggi dengan
k-p

jaminan garansi; dan


4) Diutamakan mengusulkan peralatan kesehatan UTD yang
/pm

terdapat di dalam e-katalog sesuai dengan Pedoman Design


/03

Tipikal Bangunan UTD atau peraturan perundangan yang


berlaku.
22
/20

7. Telekonsultasi
.id

Penyediaan pelayanan telekonsultasi untuk Fasilitas Pelayanan


na

Kesehatan Peminta Konsultasi adalah pemberian pelayanan kesehatan


lya

jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi


informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis,
mu

pengobatan, pencegahan penyakit dan cidera, penelitian dan evaluasi,


na

dan pendidikan berkelanjutan bagi penyedia layanan kesehatan untuk


.ai

kepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat.


ww

Fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara pelayanan telekonsultasi


medis harus didukung oleh ketersediaan jaringan internet yang kuat dan
//w

stabil, dan merupakan lokus prioritas program penurunan AKI-AKB.


ps:

Penyediaan perangkat telekonsultasi medis untuk fasilitas pelayanan


htt

kesehatan peminta konsultasi meliputi penyediaan Ultrasonografi (USG)


2D Digital, Cardiotocography (CTG), dan Sistem Informasi.

jdih.kemkes.go.id
- 80 -

a. Persyaratan Umum meliputi:

ml
1) Memiliki Surat Keputusan (SK) penetapan sebagai lokus

t
Pelayanan Telekonsultasi Medis dari Kepala Dinas Kesehatan

2.h
Provinsi/Kabupaten/Kota;

02
2) Memiliki SK Tim Pelayanan Telekonsultasi Medis yang

n-2
beranggotakan tenaga kesehatan dan administrasi/pengelola IT
oleh pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Peminta Konsultasi;

hu
3) Membuat surat pernyataan membutuhkan atau menjalankan

a
3-t
Pelayanan Telekonsultasi Medis yang ditandatangani di atas

r-
materai oleh pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Peminta

mo
Konsultasi.

no
b. Persyaratan Teknis
a. USG 2D Digital meliputi:

es-
a) Digital, grayscale, memiliki port USB dan LAN/Ethernet;
k
en
Dapat dibuktikan hasil pemeriksaan USG harus bisa
erm

dikonsultasikan melalui telemedicine/aplikasi; output hasil


pemeriksaan USG tersedia dalam jenis file digital berupa
k-p

JPG, PDF dan Video; memiliki port output untuk transfer file
(USB dan LAN) ke PC.
/pm

b) Kemampuan setting optimasi gambar: fokus, kedalaman


/03

(depth), lebar jendela akustik (wide), dan zoom.


c) Dedicated Setting Obstetri untuk optimalisasi gambar dan
22

aplikasi pengukuran.
/20

d) Paket pengukuran: B-Mode GS, CRL, BPD, HC, AC, FL,


.id

Gestational Age, Expected Date of Delivery dan M-Mode:


na

Denyut Jantung Janin (djj) per menit.


lya

e) Probe standar konveks 3.5 MHz, disarankan multifrekwensi


(3-5 MHz).
mu

f) Resolusi baik: mampu membedakan demarkasi antar jaringan


na

dengan jelas.
.ai

b. CTG meliputi:
ww

a) portable;
b) color LCD display;
//w

c) putar dan rekam janin di PC;


ps:

d) doppler berdenyut ganda;


htt

e) dukungan banyak bahasa;


f) frekuensi ultrasonik 0:985 mhz;

jdih.kemkes.go.id
- 81 -

g) deteksi otomatis gerakan janin ganda;

ml
h) built-in rechargeable battery;

t
i) 152 mm wide paper;

2.h
j) high sensivity;

02
k) internal memory;

n-2
l) port output transfer hasil pemeriksaan, format digital;
m) visual dan accoustic alarm; dan

hu
n) water resistant transponder.

a
3-t
c. Sistem Informasi

r-
a) Personal Computer (PC) All in One dengan kriteria:

mo
(1) layar 24 inch;

no
(2) core i5 atau i7;
(3) hard drive SSD minimal 512 GB; dan
(4) RAM minimal 8GB.
es-
k
en
b) Headset + Microphone dengan kriteria:
erm

(1) digital stereo sound;


(2) mikrofon noise canceling; dan
k-p

(3) kontrol in-line.


c) Webcam Full HD, dengan kriteria:
/pm

(1) 1080p/30fps, 720p/60fps;


/03

(2) auto light correction; dan


(3) dual mic strereo.
22

d) Jaringan internet
/20

Memiliki kemampuan memiliki pengadaan jaringan internet


.id

minimal 2 Mbps clear secara mandiri


na
lya

B. SUBBIDANG PENGUATAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING


1. Penyediaan Makanan Tambahan (Pabrikan)
mu

a. Penyediaan Makanan Tambahan Ibu Hamil KEK


na

1) Persyaratan Umum, meliputi:


.ai

a) penyediaan makanan tambahan untuk Ibu hamil KEK


ww

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan provinsi;


b) sasaran penerima makanan tambahan ibu hamil KEK adalah
//w

ibu hamil KEK di seluruh kabupaten/kota; dan


ps:

c) Dinas Kesehatan Provinsi melampirkan surat keputusan


htt

kepala Dinas Kesehatan provinsi tentang kebutuhan Makanan


Tambahan Ibu hamil KEK untuk memenuhi kebutuhan

jdih.kemkes.go.id
- 82 -

sasaran ibu hamil KEK di seluruh kabupaten/kota di

ml
wilayahnya.

t
2.h
2) Persyaratan Teknis, meliputi:

02
a) persyaratan teknis dan spesifikasi jenis Makanan Tambahan

n-2
ibu hamil KEK, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi

hu
Gizi dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

a
3-t
HK.01.07/MENKES/4631/2021 tentang Petunjuk Teknis

r-
Pengelolaan Pemberian Makanan Tambahan bagi Balita Gizi

mo
Kurang dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis;

no
b) penyediaan Makanan Tambahan ibu hamil KEK untuk
kabupaten/kota, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan provinsi

es-
mulai dari tahap proses pengadaan, penyimpanan/ sewa
k
en
gudang dan distribusi sampai di Puskesmas; dan
erm

c) Dinas Kesehatan provinsi melampirkan surat pernyataan


terkait ketersediaan tempat penyimpanan makanan
k-p

tambahan ibu hamil KEK di Dinas Kesehatan kabupaten/kota


atau Puskesmas sesuai dengan standar pada Keputusan
/pm

Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4631/2021


/03

tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Pemberian Makanan


Tambahan bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil Kurang
22

Energi Kronis.
/20
.id

b. Penyediaan Makanan Tambahan Balita Kurus (Gizi Kurang)


na

1) Persyaratan Umum, meliputi:


lya

a) penyediaan makanan tambahan untuk balita kurus (gizi


kurang) dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan provinsi;
mu

b) sasaran penerima makanan tambahan balita kurus (gizi


na

kurang) adalah balita kurus (gizi kurang) di kabupaten/kota;


.ai

dan
ww

c) Dinas Kesehatan provinsi melampirkan surat keputusan


kepala Dinas Kesehatan provinsi tentang kebutuhan
//w

makanan tambahan balita kurus (gizi kurang) untuk


ps:

memenuhi kebutuhan sasaran balita kurus (gizi kurang) di


htt

kabupaten/ kota di wilayahnya.

jdih.kemkes.go.id
- 83 -

2) Persyaratan Teknis, meliputi:

ml
a) persyaratan teknis dan spesifikasi jenis makanan tambahan

t
balita kurus (gizi kurang), mengacu pada Peraturan Menteri

2.h
Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk

02
Suplementasi Gizi dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

n-2
HK.01.07/MENKES/4631/2021 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Pemberian Makanan Tambahan bagi Balita Gizi

hu
Kurang dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis;

a
3-t
b) penyediaan makanan tambahan balita kurus (gizi kurang)

r-
untuk kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

mo
provinsi mulai dari tahap proses pengadaan, penyimpanan

no
/sewa gudang, dan distribusi sampai di Puskesmas; dan
c) Dinas Kesehatan provinsi melampirkan surat pernyataan
terkait ketersediaan tempat
es-
k penyimpanan makanan
en
tambahan balita kurus (gizi kurang) di Dinas Kesehatan
erm

kabupaten/kota atau Puskesmas sesuai dengan standar pada


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
k-p

HK.01.07/MENKES/4631/2021 tentang Petunjuk Teknis


Pengelolaan Pemberian Makanan Tambahan bagi Balita Gizi
/pm

Kurang dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis.


/03

2. Penguatan Promosi, Surveilans dan Tata Laksana Gizi


22

a. Penyediaan Alat Antropometri


/20

1) Persyaratan Umum, meliputi:


.id

a) sasaran penerima alat antropometri adalah Puskesmas di


na

kabupaten/kota yang belum memenuhi standar ketersediaan


lya

(menyesuaikan jumlah Posyandu di wilayah kerja


Puskesmas);
mu

b) penyediaan alat antropometri untuk setiap Puskesmas


na

dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan


.ai

memperhatikan ketersediaan alat antropometri di Puskesmas


ww

(menyesuaikan jumlah Posyandu di wilayah kerja


Puskesmas);
//w

c) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat


ps:

keputusan kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota tentang


htt

kebutuhan alat antropometri untuk Puskesmas dengan

jdih.kemkes.go.id
- 84 -

maksimal usulan sebanyak 15 (lima belas) paket per

ml
Puskesmas;

t
d) pengadaan alat antropometri yang terdiri dari alat ukur berat

2.h
badan digital, alat ukur panjang badan, alat ukur tinggi

02
badan, pita Lingkar Lengan Atas (LiLA) serta dilengkapi

n-2
dengan tas berbahan parasut; dan
e) Pemerintah Daerah tingkat kabupaten/kota dapat

hu
menyediakan biaya distribusi alat antropometri sampai ke

a
3-t
Puskesmas.

r-
mo
2) Persyaratan Teknis, meliputi:

no
a) alat ukur berat badan digital yang sudah divalidasi Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan sebanyak 1 (satu)
buah;
es-
k
en
b) alat ukur tinggi badan dan/atau panjang badan sebanyak 1
erm

(satu) buah (apabila alat ukur tinggi badan dan panjang badan
menyatu, maka cukup 1 (satu) buah). Namun jika terpisah,
k-p

maka masing-masing alat ukur tinggi badan dan panjang


badan 1 (satu) buah;
/pm

c) pita Lingkar Lengan Atas (LiLA) sebanyak 1 (satu) buah; dan


/03

d) tas parasut untuk penyimpanan alat antropometri sebanyak


1(satu) buah.
22
/20

b. Sanitarian Kit
.id

1) Persyaratan Umum, meliputi:


na

a) sasaran sanitarian kit adalah Puskesmas di wilayah


lya

kabupaten/kota yang belum memiliki sanitarian kit;


b) penyediaan sanitarian kit dilakukan oleh Dinas Kesehatan
mu

kabupaten/kota;
na

c) sanitarian kit terdiri dari alat pengukur kualitas udara, alat


.ai

pengujian kualitas air, dan alat pengujian kualitas pangan,


ww

serta peralatan pendukung;


d) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat kepala
//w

Dinas Kesehatan kabupaten/kota tentang ketersediaan


ps:

sanitarian kit di Puskesmas;


htt

jdih.kemkes.go.id
- 85 -

e) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat kepala

ml
Dinas Kesehatan kabupaten/kota tentang kebutuhan dan

t
rencana penempatan sanitarian kit di Puskesmas;

2.h
f) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat kepala

02
Dinas Kesehatan kabupaten/kota tentang data

n-2
sanitarian/petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan
di Puskesmas;

hu
g) Dinas Kesehatan kabupaten/kota menyediakan reagen yang

a
3-t
digunakan untuk pemeriksaan kesehatan lingkungan yang

r-
diperlukan serta tempat penyimpanan reagen yang sesuai;

mo
dan

no
h) Dinas Kesehatan kabupaten/kota merawat dan melakukan
kalibrasi sanitarian kit sesuai dengan aturan yang berlaku.

kes-
en
2) Persyaratan Teknis, meliputi:
erm

a) Alat Pengukur Kualitas Udara


Parameter mengacu kepada Permenkes No. 1077 Tahun 2011
k-p

tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah.


Adapun parameter yang diukur antara lain:
/pm

(1) parameter fisika, terdiri dari alat pengukur temperatur


/03

untuk mengukur suhu dengan rentang 18 – 30o C; alat


pengukur kelembaban udara untuk mengukur
22

kelembaban udara dengan rentang 40 – 60% Rh; alat


/20

pengukur kecepatan aliran udara untuk mengukur


.id

kecepatan aliran udara dengan rentang 0,15 – 0,25


na

m/dtk; alat pengukur intensitas pencahayaan untuk


lya

mengukur intensitas pencahayaan dengan standar baku


mutu minimal 60 lux; alat pengukur partikulat di udara
mu

untuk mengukur partikulat di udara (particulate


na

matter/PM) dengan standar baku mutu: PM2,5 35


.ai

µgr/m3 dalam 24 jam, PM10 kurang sama dengan 70


ww

µgr/m3 dalam 24 jam dan alat ukur kebisingan; dan


(2) parameter biologis, terdiri dari alat pengukur jumlah
//w

kuman di udara untuk mengukur jumlah kuman di


ps:

udara.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 86 -

b) Alat Pengujian Kualitas Pangan.

ml
Parameter mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan

t
Nomor 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan

2.h
Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, Keputusan Menteri

02
Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 tentang Hygiene

n-2
Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi

hu
Jasaboga, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun

a
3-t
2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan, dan

r-
Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2014 tentang

mo
Higiene Sanitasi Depot Air Minum. Adapun parameter yang

no
diukur antara lain:
(1) parameter kimia yang dapat memeriksa kandungan

es-
bahan kimia berbahaya pada pangan siap saji, minimal
k
en
mampu memeriksa keberadaan Methanyl Yellow,
erm

Rodhamin B, Formaldehid, dan Borax;


(2) parameter mikrobiologi berupa alat pengukur
k-p

keberadaan bakteri pada pangan yang dapat memeriksa


keberadaan bakteri dalam pangan siap saji, minimal E-
/pm

coli, Coliform, dan Enterobacteriacae; dan


/03

(3) parameter fisika berupa alat pengukur suhu makanan


yang dapat mengukur suhu permukaan makanan dan
22

suhu internal pangan siap saji.


/20

c) Alat Pengujian Kualitas Air


.id

Parameter mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan


na

Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan


lya

Kualitas Air Minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
mu

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan


na

Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan


.ai

Pemandian Umum. Adapun parameter yang diukur antara


ww

lain:
(1) parameter fisika yang dapat memeriksa kualitas fisika air
//w

antara lain warna, total zat padat terlarut (TDS), dan


ps:

kekeruhan;
htt

(2) parameter kimia berupa alat pengukur parameter kimia


air yang dapat memeriksa kualitas kimia air antara lain

jdih.kemkes.go.id
- 87 -

Arsen 0,01 mg/l, Fluorida 1,5 mg/l, Nitrit (NO2) 3mg/l,

ml
Nitrat (NO3) 50mg/l, Sianida 0,07 mg/l, Aluminium 0,2

t
mg/l, Besi 0,3 mg/l, Kesadahan 500mg/l, Klorida 250

2.h
mg/l, Mangan 0,4 mg/l, pH digital, Seng 3 mg/l, Sulfat

02
250 mg/l, Tembaga 2 mg/l, Amonia 1,5 mg/l, Sisa klor 5

n-2
mg/l, dan Total krom;
(3) parameter mikrobiologi berupa alat pengukur parameter

hu
mikrobiologi air yang dapat memeriksa keberadaan

a
3-t
bakteri dalam air, minimal E. coli dan coliform; peralatan

r-
photometer yang dapat mengukur kualitas kimia dan

mo
mikrobiologi pada media pangan dan air.

no
d) peralatan pengukuran mikrobiologi terdiri dari inkubator
dan colony counter digital;

es-
e) peralatan pendukung terdiri dari pencacah sampel/blender,
k
en
mortar, pestel, global positioning system, coolbox, pinset,
erm

gunting, pipet transfer/spuit, salin steril, timbangan digital,


aquades, wadah sampel, masker, kertas saring, alcohol
k-p

swab, corong kaca, rak tabung, lampu spiritus, sarung


tangan, botol sampel, dan tas peralatan; dan
/pm

f) jumlah reagen pemeriksaan minimal 50 sampel.


/03

c. Kesling Kit
22

1) Persyaratan Umum, meliputi:


/20

a) sasaran kesling kit adalah Dinas Kesehatan kabupaten/kota


.id

yang belum memiliki kesling kit;


na

b) penyediaan kesling kit dilakukan oleh Dinas Kesehatan


lya

kabupaten/kota;
c) kesling kit terdiri dari alat pengukur kualitas udara, alat
mu

pengujian kualitas air, alat pengujian kualitas pangan, dan


na

alat pengukur kualitas air limbah, serta peralatan pendukung;


.ai

d) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat


ww

pernyataan kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota bahwa


Dinas Kesehatan kabupaten/kota belum memiliki kesling kit;
//w

e) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat kepala


ps:

Dinas Kesehatan kabupaten/kota tentang kebutuhan dan


htt

rencana penempatan kesling kit di Dinkes kabupaten/kota;

jdih.kemkes.go.id
- 88 -

f) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melampirkan surat kepala

ml
Dinas Kesehatan kabupaten/kota tentang data

t
sanitarian/petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan

2.h
di Dinkes kabupaten/kota;

02
g) Dinas Kesehatan kabupaten/kota menyediakan reagen untuk

n-2
keberlanjutan penggunaan kesling kit serta tempat
penyimpanan reagen yang sesuai; dan

hu
h) Dinas Kesehatan kabupaten/kota merawat dan melakukan

a
3-t
kalibrasi kesling kit sesuai dengan aturan yang berlaku.

r-
mo
2) Persyaratan Teknis

no
a) Alat Pengukur Kualitas Udara
Parameter mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011
es-
k tentang Pedoman
en
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. Adapun parameter
erm

yang diukur antara lain:


(1) parameter fisika, terdiri dari alat pengukur temperatur
k-p

untuk mengukur suhu dengan rentang 18 – 30ºC ; alat


pengukurkelembaban udara untuk mengukur
/pm

kelembaban udara dengan rentang 40 – 60% Rh; alat


/03

pengukur kecepatan aliran udara untuk mengukur


kecepatan aliran udara dengan rentang 0,15 – 0,25 m/dtk;
22

alat pengukur intensitas pencahayaan untuk mengukur


/20

intensitas pencahayaan dengan standar baku mutu


.id

minimal 60 lux; alat pengukur partikulat di udara untuk


na

mengukur partikulat di udara (Particulate Matter / PM))


lya

dengan standar baku mutu: PM2,5 35 µgr/m3 dalam 24


jam, PM10 kurang sama dengan 70 µgr/m3 dalam 24 jam;
mu

dan alat ukur kebisingan;


na

(2) parameter kimia, terdiri dari alat ukur cemaran kimia


.ai

udara untuk mengukur kadar cemaran kimia di udara,


ww

minimal mampu mendeteksi zat kimia udara dengan


standar baku mutu: SO2 0,1 ppm dalam 24 jam, NO2 0,04
//w

ppm dalam 24 jam, CO 9 ppm dalam 8 jam, dan CO2


ps:

sebesar 1000 ppm dalam 8 jam; dan


htt

jdih.kemkes.go.id
- 89 -

(3) parameter biologis, terdiri dari alat pengukur jumlah

ml
kuman di udara untuk mengukur jumlah kuman di udara

t
< 700 CFU/m3.

2.h
b) Alat Pengujian Kualitas Pangan

02
Parameter mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan

n-2
Nomor 942/MENKES/DK/VII/2003 tentang Pedoman
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, Keputusan

hu
Menteri Kesehatan Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003

a
3-t
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan

r-
Restoran, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

mo
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi

no
Jasaboga, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013
tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan, dan

es-
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang
k
en
Higiene Sanitasi Depot Air Minum. Adapun parameter yang
erm

diukur antara lain:


(1) parameter kimia yang dapat memeriksa kandungan bahan
k-p

kimia berbahaya pada pangan siap saji, minimal mampu


memeriksa keberadaan Methanyl Yellow, RodhaminB,
/pm

Formaldehid, Borax, Nitrat, Arsenik, Sianida, Timbal,


/03

Pestisida, dan kandungan babi;


(2) parameter mikrobiologi berupa alat pengukur keberadaan
22

bakteri pada pangan yang dapat memeriksa keberadaan


/20

bakteri dalam pangan siap saji, minimal E-coli, Coliform,


.id

Enterobacteriacae; dan
na

(3) parameter fisika berupa alat pengukur suhu makanan


lya

yang dapat mengukur suhu permukaan makanan dan


suhu internal pangan siap saji.
mu

c) Alat Pengujian Kualitas Air


na

Parameter mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan


.ai

Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan


ww

Kualitas Air Minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
//w

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan


ps:

Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan


htt

Pemandian Umum. Adapun parameter yang diukur antara


lain:

jdih.kemkes.go.id
- 90 -

(1) parameter fisika yang dapat memeriksa kualitas fisika air

ml
antara lain warna, total zat padat terlarut (TDS), dan

t
kekeruhan;

2.h
(2) parameter kimia berupa alat pengukur parameter kimia

02
air yang dapat memeriksa kualitas kimia air antara lain

n-2
Arsen 0,01 mg/l, Fluorida 1,5 mg/l, Nitrit (NO2) 3mg/l,
Nitrat (NO3) 50mg/l, Sianida 0,07 mg/l, Aluminium 0,2

hu
mg/l, Besi 0,3 mg/l, Kesadahan 500mg/l, Klorida 250

a
3-t
mg/l, Mangan 0,4 mg/l, pH digital, Seng 3 mg/l, Sulfat

r-
250 mg/l, Tembaga 2 mg/l, Amonia 1,5 mg/l, Sisa klor 5

mo
mg/l, dan Total krom; dan

no
(3) parameter mikrobiologi berupa alat pengukur parameter
mikrobiologi air yang dapat memeriksa keberadaan bakteri

es-
dalam air, minimal E. coli dan Coliform.
k
en
d) Alat Pengukur Kualitas Air Limbah
erm

Parameter mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan RI No 16 Tahun 2019 tentang Baku
k-p

Mutu Air Limbah. Adapun parameter yang diukur antara lain:


(1) mengukur kualitas air limbah dengan parameter yang
/pm

diukur adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical


/03

Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen, pH Test;


(2) dilengkapi dengan inkubator Biological Oxygen Demand
22

(BOD) dan reaktor Chemical Oxygen Demand (COD); dan


/20

(3) adapun rentang pengukuran, menyesuaikan dengan nilai


.id

ambang batas masing-masing parameter.


na

e) peralatan photometer yang dapat mengukur kualitas kimia


lya

dan mikrobiologi pada media pangan dan air;


f) peralatan pengukuran mikrobiologi terdiri dari inkubator
mu

dan colony counter digital;


na

g) peralatan pendukung terdiri dari pencacah sampel/blender,


.ai

mortar, pestel, Global Positioning System, coolbox, pinset,


ww

gunting, pipet transfer/spuit, salin steril, timbangan digital,


aquades, wadah sampel, masker, kertas saring, alcohol
//w

swab, corong kaca, rak tabung, lampu spiritus, sarung


ps:

tangan, botol sampel, dan tas peralatan; dan


htt

h) jumlah reagen pemeriksaan minimal 100 sampel.

jdih.kemkes.go.id
- 91 -

C. SUBBIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT

ml
1. Bahan Habis Pakai (BHP)

t
a. R0 dan BHP Skrining HIV dan Reagen Sifilis

2.h
R0 dan BHP Skrining HIV yang dimaksud adalah penyediaan R0

02
(Rapid 1 HIV) dan reagen sifilis untuk skrining HIV dan sifilis pada

n-2
ibu hamil.
1) Persyaratan Umum, meliputi:

hu
a) penyediaan R0 dan reagen sifilis oleh Dinas kesehatan

a
3-t
kabupaten/kota dengan target sasaran minimal 80% ibu

r-
hamil dilakukan skrining HIV dan Sifilis;

mo
b) kabupaten/kota yang mengusulkan penyediaan R0 dan

no
reagen sifilis harus melampirkan laporan skrining HIV dan
Sifilis pada ibu hamil pada tahun sebelumnya; dan

es-
c) pencatatan dan pelaporan hasil skrining HIV dan Sifilis
k
en
setiap fasyankes dilaporkan secara rutin menggunakan
erm

laporan bulanan dan melalui Sistem Informasi HIV AIDS


(SIHA) secara berjenjang.
k-p

2) Persyaratan Teknis, meliputi:


a) persyaratan teknis penyediaan Rapid Nol (R0) sesuai dengan
/pm

spesifikasi rapid 1 HIV dalam Peraturan Menteri Kesehatan


/03

Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium


Pemeriksa HIV dan Infeksi Opurtunistik;
22

b) reagen sifilis spesifikasi sesuai dengan pedoman tata laksana


/20

sifilis untuk pengendalian sifilis di layanan kesehatan dasar,


.id

yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan;


na

c) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melakukan telaah tentang


lya

analisis kebutuhan R0 dan reagen sifilis untuk skrining HIV


dan Sifilis pada ibu hamil;
mu

d) Kepala Daerah menetapkan target sasaran pemeriksaan HIV


na

pada 8 populasi (ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS, WPS,


.ai

LSL, transgender/waria, penasun dan warga binaan


ww

pemasyarakatan) untuk tahun 2022;


e) Dinas Kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil
//w

pemeriksaan HIV pada 8 populasi dan hasil pemeriksaan


ps:

sifilis pada ibu hamil tahun 2020 dan 2021 per Puskesmas
htt

kepada Kementerian Kesehatan; dan

jdih.kemkes.go.id
- 92 -

f) Dinas Kesehatan kabupaten/kota menyusun daftar rencana

ml
distribusi dan target pemeriksaan HIV dan sifilis pada ibu

t
hamil tahun 2022 per Puskesmas.

2.h
02
b. Cartridge TCM

n-2
Cartridge TCM TBC adalah bahan habis pakai yang digunakan
untuk deteksi dini dan diagnosis TBC secara cepat.

hu
1) Persyaratan Umum, meliputi:

a
3-t
a) pengadaan cartridge TCM oleh Dinas Kesehatan

r-
kabupaten/kota yang memiliki alat Tes Cepat Molekuler

mo
(TCM) yang ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan

no
(Puskesmas/RS/BPKPM/BBLK/BLK) dan memiliki sumber
daya manusia yang terlatih;

es-
b) sasaran penggunaan cartridge TCM adalah terduga TBC,
k
en
terduga TBC resistan obat, koinfeksi TBC HIV/ODHA, kasus
erm

TBC anak dan TBC ekstra paru; dan


c) pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan TCM dan
k-p

penggunaan cartridge setiap fasyankes dilaporkan secara


rutin menggunakan laporan bulanan TCM dan melalui
/pm

Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT) secara


/03

berjenjang.
2) Persyaratan Teknis, meliputi:
22

a) persyaratan teknis penggunaan alat tes cepat molekuler dan


/20

cartridge TCM mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan


.id

Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan


na

Tuberkulosis dan Buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan TBC


lya

dengan TCM, atau ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku;
mu

b) Pengadaan Cartridge TCM disesuaikan dengan spesifikasi


na

alat TCM yang dimiliki oleh setiap fasyankes;


.ai

c) pendistribusian Cartridge TCM dilakukan dalam beberapa


ww

tahapan pengiriman, untuk mendapatkan cartridge dengan


masa kadaluarsa yang lebih panjang dengan
//w

mempertimbangkan kondisi penyimpanan;


ps:

d) permintaan cartridge dilakukan oleh fasyankes kepada Dinas


htt

Kesehatan kabupaten/kota dengan melampirkan surat


permintaan, formulir permintaan, laporan penggunaan

jdih.kemkes.go.id
- 93 -

(laporan bulanan TCM), dan laporan stok cartridge (TB.13

ml
non-OAT); dan

t
e) distribusi cartridge dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota ke

2.h
fasyankes harus disesuaikan dengan sisa stok yang ada di

02
fasyankes.

n-2
c. BMHP Gula Darah

hu
BMHP gula darah yang dimaksud adalah penyediaan strip gula

a
3-t
darah, lancet dan alkohol swab untuk pemeriksaan deteksi dini

r-
faktor risiko PTM pada penduduk usia >15 tahun ke atas.

mo
Persyaratan Umum, meliputi:

no
a) penyediaan BMHP Gula darah oleh Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang akan didistribusikan ke puskesmas

es-
dengan target sasaran penduduk usia >15 tahun ke atas;
k
en
b) Target sasaran penduduk usia >15 tahun ke atas ditetapkan
erm

oleh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota;


c) Dinas Kesehatan kabupaten/kota menuangkan seluruh
k-p

rencana kegiatan dalam TOR / KAK, membuat rencana


distribusi, serta menyusun Rencana Anggaran Belanja (RAB)
/pm

dengan menggunakan data sasaran yang menghasilkan jumlah


/03

kebutuhan BMHP gula darah dalam satuan unit;


d) kabupaten/kota yang mengusulkan BMHP gula darah harus
22

melampirkan laporan deteksi dini pada tahun sebelumnya; dan


/20

e) pencatatan dan pelaporan hasil deteksi dini dilakukan setiap


.id

kali setelah selesai melakukan kegiatan deteksi dini melalui


na

form offline puskesmas, yang akan diserahkan ke dinas


lya

kesehatan kabupaten/kota dan selanjutnya akan di upload ke


Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM).
mu
na

d. Larvasida Malaria
.ai

Larvasida dimaksud adalah barang habis pakai pengendalian larva


ww

nyamuk penular malaria (Anopheles sp).


Terdapat dua jenis larvasida malaria:
//w

1) Biolarvasida, yaitu larvasida yang menggunakan bakteris


ps:

contohnya jenis Bacillus thuringiensis var israelensis (BTI);


htt

sasaranya adalah larva nyamuk di tempat perindukkan yang


luas dan bersifat permanen, waktu aplikasi dilakukan mulai

jdih.kemkes.go.id
- 94 -

awal musim kemarau dengan interval 2 mingguan atau bulanan

ml
sesuai dengan formulasinya; dan

t
2) Larvasida kimia, yaitu larvasida yang menggunakan bahan aktif

2.h
yang bersifat menghambat pertumbuhan serangga/ Insect

02
Growth Regulator (IGR): waktu aplikasi sangat cocok pada awal

n-2
musim hujan atau pada saat larva masih sedikit untuk
mencegah meningkatnya populasi serangga, cara aplikasi dapat

hu
langsung disebarkan pada genangan air, rawa, kolam/tambak

a
3-t
yang tidak terurus dan lain-lain. Pada tempat perindukan yang

r-
mempunyai dasar lumpur, aplikasi larvasida digantung pada

mo
kain kasa.

no
Persyaratan Teknis, meliputi:
(1) larvasida telah memiliki ijin dari Kementerian Pertanian;

es-
(2) bahan aktif berupa larvasida biologis/ Insect Growth
k
en
Regulator (IGR);
erm

(3) formulasi: berbentuk cairan (supension liquid/SL) larut


dalam air atau granule atau serbuk atau briket;
k-p

(4) larvasida ini digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk


Anopheles sp pada tempat perindukkan;
/pm

(5) masa kadaluarsa minimal 18 bulan sejak diterima oleh


/03

panitia penerimaan barang/jasa;


(6) larvasida ini harus dapat disimpan pada suhu kamar.
22
/20

e. Kelambu Malaria
.id

Kelambu Malaria yang dimaksud adalah kelambu yang sudah


na

mengandung insektisida bertahan dalam jangka panjang/ Long


lya

Lasting Insecticide Net (LLIN). Kelambu ini digunakan untuk


melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk dan mematikan/
mu

mengurangi waktu hidup nyamuk.


na

1) Persyaratan Umum
.ai

Kelambu Malaria dapat digunakan untuk 2 orang dan benang


ww

mengandung insektisida yang mampu bertahan selama minimal


3 tahun.
//w

2) Persyaratan Teknis, meliputi:


ps:

a) rekomendasi dari WHO (vector control group) dan memiliki ijin


htt

dari kementerian Pertanian;

jdih.kemkes.go.id
- 95 -

b) kelambu berbentuk persegi dengan dimensi sebagai berikut:

ml
Panjang = 180-190 cm; lebar = 180-190 cm; tinggi = minimal

t
180 cm;

2.h
c) ukuran benang (denier) minimal 100;

02
d) jenis insektisida, golongan sintetik pyrethroid atau PBO;

n-2
e) tali pengikat minimal pada setiap sudut bagian atas;
f) setiap lembar dikemas dengan plastik dan setiap 50 lembar

hu
dikemas menjadi satu bal; dan

a
3-t
g) Setiap lembar harus disertai dengan cara penggunaan dan

r-
perawatan (bisa dilembar terpisah atau dicetak pada

mo
kemasan plastik).

no
2. Peralatan, meliputi:
a. Spraycan k es-
en
Spraycan merupakan alat semprot yang digunakan untuk
erm

mengaplikasikan insektisida pada kegiatan Indoor Residual


Spray/IRS (penyemprotan dinding rumah). Spraycan digunakan
k-p

untuk aplikasi larvasida yang berbentuk cair.


1) Persyaratan umum
/pm

Tangki semprot harus mampu menahan tekanan pada pompa


/03

pada saat digunakan dan volume cairan yang dikeluarkan


konsisten. Nosel menghasilkan semprotan berbentuk kipas.
22

2) Persyaratan Teknis, meliputi:


/20

a) kapasitas tangki semprot minimal 11 liter dengan berat


.id

kosong maksimal 5 kg;


na

b) mampu tahan pada tekanan minimal 55 PSI dan tekanan


lya

operasional 25-55 PSI;


c) tangki dilengkapi dengan manometer (alat pengukur tekanan)
mu

d) sabuk penyandang (carrying belt) harus ergonomis, nyaman


na

dan cukup tebal dan lebar;


.ai

e) tangki dihubungkan ke pipa penyemprot (lance) dengan selang


ww

karet. Ujung lance mempunyai nosel dengan


ukuran/spesifikasi tertentu. Pipa Penyemprot harus
//w

dilengkapi dengan pengatur semprotan (handle) yang bisa


ps:

dibuka dan ditutup dengan mudah; dan


htt

jdih.kemkes.go.id
- 96 -

f) cairan keluar dari nosel berbentuk kipas dengan jumlah

ml
kurang lebih 757 ml per liter pada tekanan 40 PSI. Lebar kipas

t
adalah 75-80 cm.

2.h
02
b. Posbindu Kit/Lansia Kit

n-2
Penyediaan alat dan bahan habis pakai untuk deteksi dini faktor
risiko PTM di pos pembinaan terpadu (Posbindu) maupun posyandu

hu
lansia yang meliputi, antara lain: Alat pengukuran tekanan darah,

a
3-t
pengukuran gula darah, kolesterol dan asam urat, pengukuran tinggi

r-
badan (TB)/berat badan (BB), lingkar perut, pengukuran indeks

mo
massa tubuh. Selain pemeriksaan dan pengukuran, juga dilakukan

no
wawancara perilaku berisiko dan edukasi perilaku gaya hidup sehat.
Sasaran deteksi dini adalah setiap warga negara berusia 15 tahun ke

es-
atas di suatu desa /kelurahan/ institusi, dengan pelaksanaannya
k
en
oleh kader terlatih. Setiap 1 (satu) Posbindu/Lansia kit terdiri dari:
erm

1) tensimeter digital;
2) stetoskop dewasa;
k-p

3) timbangan badan dewasa;


4) termometer digital dahi;
/pm

5) alat pengukur/test daerah portable/ rapid diagnostic test untuk


/03

gula darah;
6) alat pengukur/test daerah portable/ rapid diagnostic test untuk
22

kolesterol;
/20

7) alat pengukur/test daerah portable/ rapid diagnostic test untuk


.id

asam urat;
na

8) strip uji gula darah 200 strip ( strip disesuaikan dengan alat
lya

pengukur/test darah portable/rapid diagnostic test gula darah);


9) strip uji kolesterol 100 strip (strip disesuaikan dengan alat
mu

pengukur/test darah portable/rapid diagnostic test kolesterol);


na

10) strip uji asam urat 100 strip (strip disesuaikan dengan alat
.ai

pengukur/test darah portable/rapid diagnostic test asam urat);


ww

11) pen light;


12) pinset anatomi;
//w

13) pinset bengkok;


ps:

14) kaca mulut;


htt

15) meteran kain/metline (pengukur lingkar pinggang);


16) pengukur tinggi badan (microtoise);

jdih.kemkes.go.id
- 97 -

17) tas ransel kit;

ml
18) alcohol swab 100 buah;

t
19) blood lancet/ jarum lancet;

2.h
20) kotak penyimpan jarum bekas/ safety box 5 l; dan

02
21) lembar daftar isi paket lansia kit.

n-2
D. SUBBIDANG PENGUATAN SISTEM KESEHATAN

hu
1. Pembangunan dan Rehabilitasi Puskesmas

a
3-t
a. Pembangunan Puskesmas baru (kecamatan tanpa puskesmas)

r-
Pembangunan puskesmas baru di kecamatan tanpa puskesmas

mo
adalah pembangunan puskesmas baru yang sudah siap

no
dioperasionalkan (termasuk prasarana jaringan listrik gedung
Puskesmas, perpipaan air bersih, dan air kotor dalam gedung

es-
Puskesmas) dengan alur dan zonasi pelayanan sesuai dengan
k
en
pedoman pembangunan dan peningkatan fungsi bangunan
erm

puskesmas pada kecamatan yang belum memiliki puskesmas.


Pembangunan puskesmas baru berupa pembangunan sarana,
k-p

penyediaan prasarana, penyediaan alat kesehatan, dan


pembangunan rumah dinas dengan ketentuan sebagai berikut:
/pm

1) Persyaratan Umum, meliputi:


/03

a) Pembangunan Puskesmas baru harus dilengkapi dengan


telaah yang memuat penjelasan dan analisis kebutuhan
22

pelayanan kesehatan dasar serta kebutuhan


/20

pembangunan yang disetujui oleh Dinas Kesehatan


.id

Kab/Kota dan diketahui oleh Dinas Kesehatan Provinsi;


na

b) Pembangunan puskesmas dapat termasuk penyediaan


lya

pagar, pekerjaan halaman, tempat parkir, meubelair,


prasarana air bersih, prasarana listrik, dan IPAL;
mu

c) Pembangunan rumah dinas diperuntukkan bagi


na

dokter/dokter gigi/tenaga kesehatan yang bertugas di


.ai

Puskesmas dan dibangun dengan jarak terjauh 200 m dari


ww

Puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku;


d) Melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari
//w

dinas pekerjaan umum setempat atau DED hasil


ps:

konsultan perencana tahun sebelumnya;


htt

e) Bagi yang mempunyai DED pembangunan puskesmas dari


konsultan perencana T-1 yang telah sesuai dengan

jdih.kemkes.go.id
- 98 -

pedoman pembangunan dan peningkatan fungsi

ml
bangunan puskesmas puskesmas maka biaya

t
pembangunan puskesmas menggunakan dokumen

2.h
tersebut;

02
f) Tersedia lahan sesuai dengan persyaratan; dan

n-2
g) Setiap pembangunan gedung puskesmas harus
memperhatikan pedoman pembangunan dan peningkatan

hu
fungsi bangunan puskesmas yang diterbitkan Direktorat

a
3-t
Jenderal Pelayanan Kesehatan.

r-
mo
2) Persyaratan Teknis, meliputi:

no
a) untuk pembangunan puskesmas perlu diperhatikan antara
lain ketersediaan infrastruktur pendukung (akses jalan,

es-
sumber air bersih, jaringan listrik);
k
en
b) tersedianya kesanggupan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
erm

untuk memenuhi biaya pemeliharaan, SDM, dan biaya


operasional;
k-p

c) tersedianya Sertifikat Kepemilikan Tanah atau Dokumen


Kepemilikan Tanah lainnya yang sah yang diperuntukkan
/pm

bagi Puskesmas;
/03

d) mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa,


sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan
22

tanah; dan
/20

e) pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan


.id

wilayah di Kabupaten/Kota.
na

b. Renovasi/Penambahan Ruang Puskesmas


lya

Renovasi/Penambahan ruang puskesmas adalah untuk


menambah ruang baru dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
mu

kesehatan dan dapat sekaligus memperbaiki sebagian bangunan


na

yang telah rusak berat. Penambahan ruang puskesmas


.ai

dilaksanakan dalam rangka optimalisasi fungsi, dan


ww

pengembangan puskesmas. Penambahan ruang dilakukan bagi


puskesmas yang sudah memiliki nomor registrasi, dengan
//w

ketentuan sebagai berikut:


ps:

1) Persyaratan Umum, meliputi:


htt

a) usulan renovasi/penambahan ruang puskesmas harus


dilengkapi telaahan dari kepala dinas kesehatan kab/kota

jdih.kemkes.go.id
- 99 -

yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

ml
terkait penjelasan dana analisis kebutuhan akan adanya

t
renovasi/penambahan ruang puskesmas;

2.h
b) menyampaikan bukti pernyataan rusak atau rusak berat

02
kondisi bangunan puskesmas dari dinas pekerjaan umum

n-2
sehingga perlu melakukan renovasi/penambahan ruang;
c) untuk penambahan ruang puskesmas secara fungsi baik

hu
arsitektur, struktur maupun utilitas berubah maka harus

a
3-t
dilakukan perubahan pada asset bangunan sesuai dengan

r-
peraturan yang berlaku;

mo
d) tersedia lahan sesuai dengan persyaratan peraturan yang

no
berlaku;
e) melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari
dinas pekerjaan umum setempat; k es-
en
f) bagi yang mempunyai DED Pengembangan Puskesmas dari
erm

konsultan perencana T-1 yang telah sesuai dengan


pedoman pembangunan dan peningkatan fungsi bangunan
k-p

puskesmas maka biaya pengembangan puskesmas


menggunakan dokumen tersebut;
/pm

g) setiap pengembangan puskesmas harus memperhatikan


/03

integrasi dengan bangunan existing dan sesuai dengan


pedoman pembangunan dan peningkatan fungsi bangunan
22

puskesmas yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pelayanan


/20

Kesehatan;
.id

h) FASADE (tampilan depan) puskesmas hasil perencanaan


na

haruss sesuai dengan pedoman pembangunan dan


lya

peningkatan fungsi bangunan puskesmas; dan


i) melampirkan data Sarana yang telah diupdate dan
mu

divalidasi dalam aplikasi ASPAK sesuai dengan kondisi riil


na

Puskesmas yang diketahui Kepala Dinas Kesehatan


.ai

kabupaten/kota.
ww

2) Persyaratan Teknis
Renovasi/Penambahan ruang Puskesmas harus sesuai
//w

ketentuan PermenPUPR Nomor 22 Tahun 2018 Tentang


ps:

Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan Pedoman


htt

pembangunan dan peningkatan fungsi bangunan Puskesmas


yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

jdih.kemkes.go.id
- 100 -

ml
2. Prasarana Puskesmas

t
Penyediaan prasarana puskesmas meliputi penyediaan ambulans,

2.h
instalasi pengolah limbah, prasarana listrik (khusus solar cell), pusling

02
roda dua, serta prasarana air bersih.

n-2
Ketentuan Umum:
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat

hu
pernyataan kesanggupan untuk memenuhi biaya operasional (biaya

a
3-t
bahan bakar, biaya pemeliharaan dan lain-lain), tidak

r-
mengalihfungsikan kendaraan menjadi kendaraan

mo
penumpang/pribadi/ operasional di luar pelayanan kesehatan, dan

no
menyediakan tenaga yang mampu mengoperasionalkan kendaraan.
b. Tidak diperkenankan memasang lambang partai, foto kepala
daerah, dan atribut kegiatan politik. k es-
en
c. Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada Buku Panduan
erm

Pelaksanaan Puskesmas Keliling dan Pedoman Penanganan


Evakuasi Medik.
k-p

d. Melampirkan data Prasarana yang telah diupdate dan divalidasi


pada aplikasi ASPAK sesuai dengan kondisi riil Puskesmas yang
/pm

diketahui Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota.


/03

Prasarana Puskesmas meliputi:


22

a. Ambulans
/20

Kebutuhan Ambulans mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:


.id

a) Diperuntukkan bagi Puskesmas yang memerlukan prasarana


na

penunjang Ambulans.
lya

b) Ambulans berfungsi sebagai sarana transportasi rujukan pasien


dari lokasi kejadian ke sarana pelayanan kesehatan dengan
mu

pengawasan medik khusus.


na

c) Pengadaan ambulans mengacu pada pedoman teknis ambulans


.ai

yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan


ww

Tahun 2019.
b. Pusling roda dua
//w

a) Kabupaten/Kota dapat membeli pusling roda 2 dengan


ps:

spesifikasi trail dan non-trail, sesuai dengan persyaratan teknis.


htt

b) Pusling roda 2 non-trail diperuntukkan bagi daerah dengan


wilayah yang tidak sulit, sedangkan pusling roda 2 trail

jdih.kemkes.go.id
- 101 -

diperuntukkan bagi daerah dengan kondisi wilayah sulit.

ml
c. Instalasi pengolah limbah

t
Penyediaan Instalasi Pengolah Limbah terdiri atas:

2.h
a) Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

02
IPAL digunakan untuk mengolah air limbah dari hasil kegiatan

n-2
yang menggunakan air di Puskesmas (air dari ruang pelayanan,
air KM/WC, air wastafel, air dari laboratorium, air dari dapur,

hu
air dari ruang cuci, dll).

a
3-t
b) Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3.

r-
TPS limbah B3 digunakan untuk penyimpanan sementara

mo
Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) di Puskesmas sebelum

no
dilakukan pengangkutan limbah B3, pengolahan limbah,
dan/atau penimbunan limbah B3. TPS Limbah B3 harus
memiliki izin penyimpanan
es-
limbah
k B3 dari Dinas yang
en
menangani terkait lingkungan hidup di kabupaten/kota.
erm

c) Freezer/Cold storage
Freezer/Cold storage digunakan untuk menyimpan limbah
k-p

medis infeksius, patologis, dan benda tajam pada temperatur


sama dengan atau lebih kecil dari 00C (nol derajat celcius)
/pm

sebelum dilakukan pengangkutan limbah, pengolahan limbah,


/03

dan/atau penimbunan limbah B3, sehingga limbah tersebut


dapat disimpan sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari pada
22

TPS Limbah B3.


/20

Adapun penjelasannya sebagai berikut:


.id

(1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


na

(a) Puskesmas tersebut belum mempunyai IPAL atau sudah


lya

mempunyai IPAL dengan kondisi rusak 80%. Kategori


rusak 80% adalah apabila pompa dan blower rusak dan
mu

tidak bisa digunakan meskipun sudah diperbaiki, serta


na

container dan perpipaan bocor. Kondisi rusak tersebut


.ai

dibuktikan dengan surat pernyataan kepala dinas


ww

kesehatan dan dilampirkan foto kondisi IPAL;


(b) Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam
//w

sengketa, mempunyai sertifikat tanah/dokumen


ps:

kepemilikan tanah yang sah, sudah dilakukan perataan,


htt

pemadatan dan pematangan tanah;


(c) Perhitungan pengadaan IPAL dilakukan berdasarkan

jdih.kemkes.go.id
- 102 -

analisis kebutuhan, pertimbangan operasional serta

ml
kondisi dan letak geografis/topografi daerah;

t
(d) Dapat mengalokasikan dana penunjang untuk biaya

2.h
konsultan perencana dan pengawas dalam penyediaan

02
IPAL.

n-2
(e) Effluent air limbah yang keluar dari instalasi tersebut
harus dapat memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan

hu
Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air

a
3-t
Limbah; Lampiran XLIV: Baku Mutu Air Limbah Bagi

r-
Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

mo
atau peraturan daerah setempat;

no
(f) Garansi IPAL minimal 1 (satu) tahun;
(g) Garansi purna jual IPAL minimal 5 (lima) tahun;

es-
(h) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian
k
en
dan pemeliharaan IPAL bagi petugas Puskesmas; dan
erm

(i) Penyedia jasa atau puskesmas wajib mengurus izin


operasional IPAL (izin pembuangan limbah cair) ke
k-p

kantor/badan lingkungan hidup daerah setempat sesuai


dengan peraturan yang berlaku.
/pm

(j) Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan


/03

kapasitas IPAL yang dibutuhkan puskesmas yang


didapat dari data pemakaian rata-rata air bersih per hari;
22

(k) Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair


/20

sebanyak 80% dari jumlah pemakaian air bersih di


.id

puskesmas;
na

(l) Memiliki analisis komponen biaya pembangunan IPAL


lya

dari dinas pekerjaan umum setempat atau referensi


harga dari penyedia;
mu

(m)Bagi yang mempunyai DED pembangunan prasarana


na

IPAL Puskesmas dari konsultan perencana T-1


.ai

menggunakan dokumen tersebut;


ww

(n) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sanggup untuk


memenuhi biaya operasional dan biaya pemeliharaan,
//w

serta uji laboratorium lingkungan terhadap influent dan


ps:

effluent air limbah yang masuk dan keluar dari IPAL;


htt

(o) Rencana peletakan IPAL agar memperhatikan denah tata


ruang di puskesmas untuk mempermudah operasional,

jdih.kemkes.go.id
- 103 -

pemeliharaan dan keamanan IPAL; dan

ml
(p) Semua air limbah puskesmas dialirkan langsung ke IPAL,

t
kecuali untuk air limbah dari ruang laboratorium,

2.h
laundry, dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan

02
pengolahan pendahuluan (pre-treatment) terlebih dahulu

n-2
sebelum dialirkan ke IPAL.
Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolah Air

hu
Limbah (IPAL) harus memperhatikan:

a
3-t
(a) Kekuatan konstruksi bangunan;

r-
(b) Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti effluent

mo
(keluaran) air limbah hasil pengolahannya telah

no
memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan

es-
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
k
en
Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
erm

Domestik atau Peraturan Daerah Setempat;


(c) Mudah mencari suku cadangnya;
k-p

(d) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah


dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi;
/pm

(e) IPAL tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun


/03

fluktuasi konsentrasi; dan


(f) Harus dipasang alat pengukur debit pada influent dan
22

effluent IPAL untuk mengetahui debit harian limbah yang


/20

dihasilkan.
.id

(2) Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3


na

Setiap puskesmas harus melakukan pemilahan limbah B3


lya

sebelum dilakukan penyimpanan. Puskesmas wajib


melakukan pemilahan Limbah Padat B3 berdasarkan jenis,
mu

kelompok, dan/atau karakteristik Limbah B3; dan mewadahi


na

Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3.


.ai

Limbah B3 yang dengan kategori infeksius; benda tajam,


ww

patologis dapat disimpan di tempat penyimpanan limbah


paling lama 2 (dua) hari pada temperatur lebih besar dari 0
//w

derajat celcius atau 90 hari pada temperatur sama dengan


ps:

atau lebih kecil dari 0 derajat Celsius.


htt

Limbah B3 yang dengan kategori bahan kimia kadaluwarsa


atau sisa kemasan, bahan radioaktif, farmasi, sitotoksik,

jdih.kemkes.go.id
- 104 -

peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi

ml
dan tabung gas atau container bertekanan dapat disimpan di

t
tempat penyimpanan limbah paling lama 90 hari untuk

2.h
limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih

02
dari 180 hari untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari

n-2
50 kg per hari untuk limbah B3 kategori 1.
(a) Persyaratan Umum

hu
(1) Limbah B3 meliputi limbah dengan karakteristik

a
3-t
infeksius; benda tajam, patologis, bahan kimia

r-
kedaluwarsa atau sisa kemasan, bahan radioaktif,

mo
farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki

no
kandungan logam berat tinggi dan tabung gas atau
container bertekanan;

es-
(2) Perhitungan terhadap pembangunan TPS Limbah B3
k
en
dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan,
erm

pertimbangan operasional dan dampak terhadap


lingkungan hidup.
k-p

(b) Persyaratan Teknis


/pm

(1) Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas


/03

banjir dan tidak berdekatan dengan kegiatan


pelayanan dan permukiman penduduk di sekitar
22

puskesmas;
/20

(2) Berbentuk bangunan tertutup dilengkapi dengan


.id

pintu, ventilasi yang cukup, sistem penghawaan


na

(exhause fan), sistem saluran (drain) menuju bak


lya

kontrol dan/atau IPAL, dan jalan akses kendaraan


angkut limbah B3;
mu

(3) Bangunan dibagi dalam beberapa area / ruang,


na

seperti ruang penyimpanan limbah B3 infeksi, ruang


.ai

limbah B3 non infeksi fase cair dan limbah B3 non


ww

infeksi fase padat;


(4) Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan,
//w

Alat Pemadam Api Ringan (APAR), fasilitas


ps:

penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yang


htt

cukup;

jdih.kemkes.go.id
- 105 -

(5) Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan

ml
dengan memasang pagar pengaman dan gembok

t
pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang

2.h
cukup serta ditempel nomor telephone darurat seperti

02
kantor satpam, rumah sakit, kantor pemadam

n-2
kebakaran, dan kantor polisi terdekat;
(6) TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS

hu
Limbah B3, tanda larangan masuk bagi yang tidak

a
3-t
berkepentingan, simbol B3 sesuai dengan jenis

r-
limbah B3, dan titik koordinat lokasi TPS;

mo
(7) TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan Standar

no
Prosedur Operasional (SPO) Penanganan limbah B3,
SPO kondisi darurat, dan buku pencatatan (logbook)
limbah B3;
es-
k
en
(8) TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan
erm

limbah hasil pembersihan disalurkan ke jaringan


pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah
k-p

air limbah (IPAL).


/pm

(3) Freezer/Cold storage


/03

Untuk kegiatan penyimpanan limbah infeksius lebih dari 2


kali 24 jam, Puskesmas wajib memiliki fasilitas pendingin
22

(cold storage) dengan temperatur sama dengan atau lebih


/20

kecil dari 0 derajat celcius.


.id

(a) Persyaratan Umum


na

(1) Puskesmas belum mempunyai Freezer/Cold Storage


lya

untuk limbah B3 atau sudah memiliki namun dalam


kondisi rusak;
mu

(2) Pengadaan kebutuhan Freezer/Cold Storage


na

dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan


.ai

dengan mempertimbangkan operasional dan


ww

pemeliharaan; dan
(3) Garansi purna jual minimal 1 tahun.
//w

(b) Persyaratan Teknis


ps:

(1) Jumlah dan kapsitas Freezer/Cold storage dapat


htt

menampung limbah medis infeksius, patologis, benda


tajam sebelum dilakukan pengangkutan limbah,

jdih.kemkes.go.id
- 106 -

pengolahan limbah, dan/atau penimbunan limbah

ml
B3;

t
(2) Peletakan Freezer/Cold storage berada di dalam TPS

2.h
limbah B3;

02
(3) Freezer/Cold storage diberikan simbol dan label

n-2
limbah B3 sesuai dengan karakterisktik limbah B3
yang ada di dalamnya;

hu
(4) Freezer/Cold storage memiliki temperatur sama

a
3-t
dengan atau lebih kecil dari 0 derajat celcius; dan

r-
(5) Kapasitas Freezer/ Cold storage menyesuaikan

mo
dengan kondisi timbulan limbah B3 di Puskesmas.

no
d. Prasarana listrik

es-
Solar Cell atau panel surya merupakan energi alternatif untuk
k
en
Puskesmas yang berada di daerah yang sulit mendapatkan bahan
erm

bakar. Selain menghasilkan energi listrik, Solar Cell tidak


menimbulkan polusi udara dan juga tidak menghasilkan gas buang
k-p

rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak


ekosistem planet bumi kita, dalam penyediaan solar cell
/pm

memperhatikan ketentuan sebagai berikut:


/03

a) Persyaratan Umum
(1) Puskesmas tersebut belum mempunyai energi alternatif lain
22

seperti Genset atau sudah mempunyai Solar Cell tetapi tidak


/20

berfungsi.
.id

(2) Pengadaan kebutuhan Solar Cell dilakukan berdasarkan


na

analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi


lya

daerah Puskesmas tersebut, dan dengan


mempertimbangkan operasional dan pemeliharaan.
mu

(3) Dapat mengalokasikan dana penunjang untuk biaya


na

konsultan perencana dan pengawas dalam penyediaan Solar


.ai

Cell.
ww

(4) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.


(5) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan
//w

pemeliharaan Solar Cell bagi petugas Puskesmas.


ps:

(6) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional


htt

Prosedur (SOP).

jdih.kemkes.go.id
- 107 -

(7) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus izin- izin

ml
apabila diperlukan.

t
b) Persyaratan Teknis

2.h
(1) Puskesmas menyampaikan usulan secara tertulis

02
berdasarkan analisis kebutuhan ke Dinas Kesehatan

n-2
Kabupaten/Kota.
(2) Puskesmas harus menyediakan lahan atau tempat dimana

hu
Solar Cell tersebut diletakkan.

a
3-t
(3) Solar Cell hanya menyuplai kebutuhan listrik di

r-
lingkungan/komplek Puskesmas dan dilarang

mo
pemanfaatannya di luar lingkungan Puskesmas.
Solar Cell

no
(4) Kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan
Puskesmas dengan minimal kapasitas10 KVA

es-
(5) Puskesmas membuat RAB dan TOR yang telah disetujui oleh
k
en
bagian teknis.
erm

(6) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai


operasional dan pemeliharaan yang ditandatangani oleh oleh
k-p

kepala dinas kesehatan;


(7) Rencana peletakan Solar Cell agar memperhatikan denah
/pm

tata ruang di Puskesmas agar memudahkan operasional,


/03

pemeliharaan, dan keamanan Solar Cell.


(8) Diutamakan bagi puskesmas yang belum dialiri listrik dari
22

PLN atau memiliki aliran listrik kurang dari 24 jam


/20

(9) Harus memperhatikan upaya pemeliharaan bagi


.id

kelangsungan solar cell


na
lya

e. Prasarana air bersih


Untuk pembangunan prasarana air bersih mengacu pada peraturan
mu

daerah setempat tentang penyediaan air bersih. Pembangunan


na

prasarana air bersih dapat berupa pembangunan instalasi suplai air


.ai

bersih (sumur, mata air, atau badan air) dan instalasi pengolahan
ww

air bersih. Instalasi Air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
//w

Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk


ps:

Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan


htt

Pemandian Umum.

jdih.kemkes.go.id
- 108 -

a) Persyaratan Umum

ml
(1) Puskesmas tersebut belum mempunyai prasarana air bersih

t
atau sudah mempunyai prasarana air bersih tapi dalam

2.h
kondisi rusak;

02
(2) Bagi puskesmas yang sudah memiliki tapi dalam kondisi

n-2
rusak didukung dengan surat pernyataan kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota dan kepala dinas teknis

hu
setempat;

a
3-t
(3) Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa,

r-
mempunyai sertifikat tanah, sudah dilakukan perataan,

mo
pemadatan dan pematangan tanah;

no
(4) Perhitungan pengadaan prasarana air bersih dilakukan
berdasarkan analisis kebutuhan, pertimbangan operasional,

es-
serta kondisi dan letak geografis/topografi daerah;
k
en
(5) Prasarana air bersih Puskesmas harus memenuhi
erm

persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32


Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
k-p

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan


Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan
/pm

Pemandian Umum;
/03

(6) Dapat mengalokasikan dana penunjang untuk biaya


konsultan perencana dan pengawas dalam penyediaan
22

Prasarana air bersih.


/20

(7) Garansi peralatan prasarana air bersih minimal 1 (satu)


.id

tahun;
na

(8) Garansi purna jual prasarana air bersih minimal 5 (lima)


lya

tahun;
(9) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan
mu

pemeliharaan bagi petugas Puskesmas; dan


na

(10) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasionnal


.ai

Prosedur (SOP).
ww

b) Persyaratan Teknis
(1) Pembangunan prasarana air bersih berada pada
//w

lingkungan Puskesmas;
ps:

(2) Luas lahan dan bangunan prasarana air bersih disesuaikan


htt

dengan kapasitas prasarana air bersih yang dibutuhkan


puskesmas;

jdih.kemkes.go.id
- 109 -

(3) Kapasitas pengolahan air bersih minimal dapat mengolah

ml
air baku sebanyak 100% dari jumlah pemakaian air bersih

t
di puskesmas tiap harinya;

2.h
(4) Puskesmas membuat perencanaan DED prasarana air

02
bersih dan jaringannya serta RAB, unit cost yang ditetapkan

n-2
dinas teknis (Dinas PU) Pemda setempat diketahui oleh
bupati/walikota atau oleh konsultan perencana yang telah

hu
dikontrak;

a
3-t
(5) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai

r-
pelaksanaan operasional dan pemeliharaan yang

mo
ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan dan diketahui

no
oleh bupati/walikota sebelum pekerjaan pembangunan
dimulai;
(6)
es-
Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji
k
en
laboratorium lingkungan terhadap baku mutu air bersih
erm

yang ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan selama


minimal 6 (enam) bulan sekali;
k-p

(7) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar


baku mutu air bersih yang dihasilkan sesuai dengan
/pm

peraturan yang berlaku, yang ditandatangani oleh kepala


/03

dinas kesehatan sebelum pekerjaan pembangunan dimulai;


(8) Rencana peletakan prasarana air bersih agar
22

memperhatikan denah tata ruang di Puskesmas untuk


/20

mempermudah operasional, pemeliharaan dan keamanan;


.id

(9) Dalam pemilihan jenis dan teknologi prasarana air bersih


na

harus memperhatikan:
lya

Kekuatan konstruksi bangunan;


(a) Teknologi prasarana air bersih yang dipilih harus sudah
mu

terbukti baku mutu air bersih yang dihasilkan telah


na

memenuhi peraturan yang berlaku;


.ai

(b) Disarankan pihak puskesmas mencari referensi dengan


ww

peninjauan ke puskesmas yang telah memakai produk


teknologi prasarana air bersih yang terbukti minimal 3
//w

(tiga) tahun baku mutu air bersih yang dihasilkan telah


ps:

memenuhi peraturan yang berlaku dengan dibuktikan


htt

hasil uji laboratorium lingkungan (yang terakreditasi);


(c) Teknologi prasarana air bersih yang dipilih harus

jdih.kemkes.go.id
- 110 -

mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya;

ml
(d) Mudah mencari suku cadangnya;

t
(e) Biaya operasional yang tidak besar (listrik,

2.h
pemeliharaan alat) disediakan oleh pemerintah daerah

02
di luar DAK; dan

n-2
(f) Harus dipasang alat pengukur debit.
(g) Pemerintah daerah dan pihak Puskesmas harus

hu
menyediakan dana untuk tenaga operator dan biaya

a
3-t
operasional lainnya.

r-
mo
3. Penyediaan alat kesehatan Puskesmas

no
Penyediaan alat kesehatan puskesmas meliputi:
a. set pemeriksaan umum;
b. set dokter layanan primer (DLP);
es-
k
en
c. set gawat darurat termasuk EKG;
erm

d. set pemeriksaan kesehatan ibu dan anak termasuk IVA Test;


e. set obsgyn;
k-p

f. set kegawatdaruratan maternal dan neonatal;


g. set perawatan pasca persalinan;
/pm

h. set rawat inap; dan


/03

i. set laboratorium.
22

Ketentuan penyediaan alat kesehatan puskesmas adalah sebagai


/20

berikut:
.id

1) mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;


na

2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri


lya

Kesehatan Nomor 41 Tahun 2019 tentang Penghapusan dan


Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan
mu

Kesehatan;
na

3) penyediaan alat kesehatan dilakukan dengan mengutamakan


.ai

peralatan kesehatan yang tercantum di dalam e-katalog dengan


ww

persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sesuai


standar. Untuk alat kesehatan non e-katalog, disertakan paling
//w

sedikit 3 produk pembanding harga/spesifikasi yang sudah


ps:

memiliki izin edar;


htt

jdih.kemkes.go.id
- 111 -

4) memprioritaskan pengadaan alat kesehatan untuk memenuhi

ml
standar alat kesehatan puskesmas mengacu pada Peraturan

t
Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan

2.h
Masyarakat;

02
5) melampirkan data alat kesehatan yang telah diupdate dan divalidasi

n-2
pada ASPAK sesuai dengan kondisi riil Puskesmas yang diketahui
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota; dan

hu
6) Memiliki surat/dokumen pernyataan Kepala Dinas Kesehatan

a
3-t
kabupaten/kota tentang ketersediaan tenaga kesehatan yang

r-
mampu mengoperasionalkan peralatan, dan kesanggupan

mo
membiayai operasional, serta pemeliharaan bersumber dana APBD.

no
4. Pembangunan dan Rehabilitasi Rumah Sakit

es-
Pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit dilaksanakan untuk
k
en
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai
erm

dengan standar. Lingkup pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit


meliputi:
k-p

a. pembangunan ruang baru;


b. renovasi berupa perbaikan aset tetap yang rusak atau mengganti
/pm

yang baik dengan maksud meningkatkan kualitas atau kapasitas;


/03

dan
c. rehabilitasi berupa perbaikan aset tetap yang rusak sebagian
22

dengan tanpa meningkatkan kualitas dan atau kapasitas dengan


/20

maksud dapat digunakan sesuai dengan kondisi semula.


.id

1) Persyaratan Umum, meliputi:


na

a) memiliki izin operasional yang masih berlaku;


lya

b) menyiapkan sumber daya manusia rumah sakit sesuai standar


yang berlaku;
mu

c) menyediakan sarana pengganti sementara untuk memenuhi


na

pelayanan rumah sakit sesuai standar di ruangan yang


.ai

direhabilitasi;
ww

d) mengisi data pada rumah sakit Online dengan lengkap dan telah
dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;
//w

e) mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah dilakukan


ps:

validasi oleh Dinas Kesehatan setempat;


htt

f) menyiapkan master plan pengembangan rumah sakit yang


masih berlaku; dan

jdih.kemkes.go.id
- 112 -

g) melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari dinas

ml
pekerjaan umum setempat.

t
2) Persyaratan Teknis, meliputi:

2.h
a) pembangunan baru ruang rawat inap diutamakan kelas III

02
untuk pencapaian standar pemenuhan tempat tidur perawatan

n-2
minimal 30% sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan;
b) pembangunan baru ruang intensif (ICU, ICCU, NICU, dan PICU)

hu
dilakukan untuk memenuhi ketersediaan total tempat tidur di

a
3-t
ruang intensif yang dipersyaratkan pada Peraturan Pemerintah

r-
Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang

mo
Perumahsakitan;

no
c) rehabilitasi dan renovasi dilakukan pada instalasi/Unit/Ruang
yang mengalami kerusakan sedang sampai berat. Kerusakan

es-
bangunan dibuktikan dengan surat keterangan dari Dinas PU
k
en
daerah setempat;
erm

d) tersedianya sertifikat kepemilikan tanah atau dokumen


kepemilikan tanah lainnya yang sah yang diperuntukkan bagi
k-p

rumah sakit; dan


e) tersedianya pernyataaan kesanggupan Kepala Daerah atau
/pm

Direktur rumah sakit untuk memenuhi biaya pemeliharaan.


/03

3) Acuan Normatif
a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang
22

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;


/20

b) Peraturan Menteri PUPR Nomor 22/PRT/M/2018 tentang


.id

Pedoman Teknis Pembangnunan Bangunan Gedung Negara;


na

c) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang


lya

persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit;


d) Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008 tentang
mu

persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan


na

gedung dan lingkungan; dan


.ai

e) Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan


ww

Ruang/Unit/Instalasi di Rumah Sakit Tahun 2018.


4) Persyaratan Pengajuan, meliputi:
//w

a) melampirkan izin operasional yang masih berlaku;


ps:

b) melampirkan bukti rencana penyiapan sumber daya manusia


htt

rumah sakit sesuai standar yang berlaku;

jdih.kemkes.go.id
- 113 -

c) mengisi data pada rumah sakit Online dengan lengkap dan telah

ml
dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;

t
d) mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah dilakukan

2.h
validasi oleh Dinas Kesehatan setempat;

02
e) melampirkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang

n-2
menggambarkan:
(1) justifikasi kebutuhan pembangunan (gambaran kondisi

hu
eksisting dan gambaran kebutuhan pelayanan);

a
3-t
(2) rencana pengembangan kapasitas dan ketersediaan lahan;

r-
dan

mo
(3) jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan, mulai dari

no
perencanaan konstruksi s/d pelaksanaan konstruksi.
f) melampirkan dokumen masterplan yang masih berlaku

es-
(highlight bagian instalasi/ruang/unit yang diusulkan);
k
en
g) melampirkan sertifikat kepemilikan tanah atau dokumen
erm

kepemilikan tanah lainnya yang sah yang diperuntukkan bagi


rumah sakit;
k-p

h) melampirkan analisis komponen biaya pembangunan yang


dikeluarkan oleh Dinas Teknis PU daerah setempat;
/pm

i) apabila lingkup kegiatan pembangunan adalah


/03

renovasi/rehabilitasi, maka melampirkan hasil analisis tingkat


kerusakan bangunan dari Dinas Teknis PU daerah setempat;
22

j) melampirkan dokumen perencanaan dan RAB apabila luas


/20

bangunan lebih dari 500 m² dan/atau pelaksanaan konstruksi


.id

lebih dari 6 (enam) bulan. Dokumen dapat dilengkapi pada saat


na

verifikasi terakhir; dan


lya

k) melampirkan surat pernyataan kesanggupan Pemerintah


Daerah untuk memenuhi biaya pemeliharaan bangunan,
mu

prasarana dan alat kesehatan yang diusulkan.


na

5) Lingkup Pembangunan
.ai

Rumah Sakit dapat mengusulkan pembangunan ruang baru,


ww

renovasi atau rehabilitasi Instalasi/Unit/Ruang yang meliputi:


a. Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)
//w

(1) Pembangunan baru ruang ICCU diutamakan bagi RS yang


ps:

memiliki pelayanan katerisasi jantung;


htt

(2) Persyaratan teknis pembangunan dan rehabilitasi ruang


ICCU sesuai acuan normatif di atas.

jdih.kemkes.go.id
- 114 -

b. Intensive Care Unit (ICU)

ml
Ruang perawatan intensif

t
(1) Ruang perawatan intensif dapat terdiri dari Ruang ICU.

2.h
(2) Kapasitas ruang perawatan intensif minimal 10% dari

02
jumlah tempat tidur, dengan rincian jumlah tempat tidur

n-2
ICU minimal 6% dan jumlah tempat tidur perawatan intensif
lainnya 4%, sesuai peraturan perundangan

hu
(3) Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang

a
3-t
perawatan intensif sesuai acuan normatif di atas.

r-
c. High Care Unit (HCU)

mo
Ruang perawatan intensif

no
(1) Ruang perawatan intensif dapat terdiri dari Ruang HCU.
(2) Kapasitas ruang perawatan intensif minimal 10% dari

es-
jumlah tempat tidur, dengan rincian jumlah tempat tidur
k
en
ICU minimal 6% dan jumlah tempat tidur perawatan intensif
erm

lainnya 4%, sesuai peraturan perundangan


(3) Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang
k-p

perawatan intensif sesuai acuan normatif di atas.


d. Instalasi rawat jalan
/pm

Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang rawat jalan


/03

sesuai acuan normatif di atas.


e. Rawat inap termasuk ruang isolasi
22

Rawat Inap kelas III paling sedikit 30% dari jumlah tempat tidur,
/20

sesuai peraturan perundangan.


.id

Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang rawat inap


na

sesuai acuan normatif di atas.


lya

f. Ruang operasi
(1) Rasio jumlah Ruangan Operasi RS dapat mengacu kepada
mu

rasio 1:50 (1 ruangan operasi untuk setiap 50 tempat tidur).


na

(2) Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang operasi


.ai

sesuai acuan normatif di atas.


ww

g. Instalasi gawat darurat


Persyaratan Teknis, meliputi:
//w

(1) letak ruang gawat darurat harus memiliki akses langsung


ps:

dari jalan raya dan tanpa hambatan;


htt

(2) memiliki jalur/akses tersendiri (tidak digabung dengan


kendaraan pengunjung lainnya);

jdih.kemkes.go.id
- 115 -

(3) memiliki signase yang jelas terlihat;

ml
(4) memiliki akses yang cepat dan mudah ke ruang operasi,

t
ruang radiologi, laboratorium, farmasi, dan kebidanan; dan

2.h
(5) persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang instalasi

02
gawat darurat sesuai acuan normatif di atas.

n-2
h. Neonatal ICU (NICU)
Ruang perawatan intensif, meliputi:

hu
(1) ruang perawatan intensif dapat terdiri dari ruang NICU;

a
3-t
(2) kapasitas ruang perawatan intensif minimal 10% dari jumlah

r-
tempat tidur, dengan rincian jumlah tempat tidur ICU

mo
minimal 6% dan jumlah tempat tidur perawatan intensif

no
lainnya 4%, sesuai peraturan perundangan; dan
(3) persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang

es-
perawatan intensif sesuai acuan normatif di atas.
k
en
i. Pediatric ICU (PICU)
erm

Ruang perawatan intensif, meliputi:


(1) ruang perawatan intensif dapat terdiri dari ruang PICU;
k-p

(2) kapasitas ruang perawatan intensif minimal 10% dari jumlah


tempat tidur, dengan rincian jumlah tempat tidur ICU
/pm

minimal 6% dan jumlah tempat tidur perawatan intensif


/03

lainnya 4%, sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan; dan
22

(3) persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang


/20

perawatan intensif sesuai acuan normatif di atas.


.id

j. Instalasi radiologi, meliputi:


na

(1) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78


lya

Tahun 2009 tentang Pelayanan Radiologi, bahwa pelayanan


Radiologi terdiri dari Radiologi Diagnostik, Radioterapi, dan
mu

Kedokteran Nuklir; dan


na

(2) Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang instalasi


.ai

radiologi sesuai acuan normatif di atas.


ww

k. Instalasi CSSD
Persyaratan CSSD Terdapat sumber daya manusia yang
//w

mengoperasionalkan, teknisi pemeliharaan, ruangan yang


ps:

memenuhi syarat, suplai listrik, uap yang dihasilkan dari boiler


htt

(bila menggunakan boiler), menggunakan teknologi mutakhir


(pertimbangan efisien, sterilitas dan proses), terdapat program

jdih.kemkes.go.id
- 116 -

pengendalian mutu pada saat sebelum dan sesudah proses

ml
sterilisasi, terdapat moda transportasi dari dan ke CSSD yang

t
memiliki jalur terpisah (steril dan nonsteril). Berikut uraian

2.h
teknis sarana dan prasarana:

02
(1) Ruang Sterilisasi Terpusat memiliki 3 akses terpisah yang

n-2
tidak boleh saling bersilangan, meliputi:
(a) Akses barang kotor;

hu
(b) Akses barang bersih; dan

a
3-t
(c) Akses distribusi barang steril

r-
(2) Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang instalasi

mo
CSSD sesuai acuan normatif di atas.

no
l. Laboratorium
(1) letak ruang laboratorium harus memiliki akses yang mudah

es-
ke ruang gawat darurat dan ruag rawat jalan; dan
k
en
(2) desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang
erm

laboratorium harus terpisah dan dapat meminimalkan


penyebaran infeksi
k-p

(3) ruang laboratorium harus memiliki:


(a) Saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan
/pm

pengolahan awal (pre-treatment) khusus sebelum


/03

dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah


sakit; dan
22

(b) Fasilitas penampungan limbah padat medis yang


/20

kemudian dikirim ke tempat penampungan sementara


.id

limbah bahan berbahaya dan beracun.


na

(4) Persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang


lya

Laboratorium sesuai acuan normatif di atas.


mu

5. Penyediaan Prasarana Rumah Sakit


na

Pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Rujukan


.ai

untuk penyediaan prasarana rumah sakit meliputi prasarana air bersih,


ww

instalasi pengolah limbah, pengadaan SIM Rumah Sakit, prasarana


listrik, dan ambulans untuk rumah sakit dengan ketentuan sebagai
//w

berikut:
ps:

a. Prasarana air bersih


htt

Prasarana air bersih rumah sakit dapat berupa supply air bersih dan
instalasi pengolahan air bersih.

jdih.kemkes.go.id
- 117 -

1) Suplai air bersih terdiri dari sumur bor, bak penampungan air,

ml
pompa atau menara air, dan plumbing (jaringan perpipaan);

t
2) Instalasi pengolahan air bersih untuk toilet dan kebutuhan

2.h
umum termasuk instalasi air bersih hasil daur ulang air olahan

02
yang berasal dari IPAL, maka air bersih yang telah diolah harus

n-2
memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan

hu
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,

a
3-t
Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum dan

r-
Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Air

mo
Minum.

no
Catatan: instalasi air bersih dari mendaur ulang air olahan yang
berasal dari IPAL maka penggunaan airnya hanya untuk tangki

es-
toilet (pembersihan closet), penyiram tanaman, backwash filter
k
en
IPAL, mencuci TPS non domestik, dan lain-lain.
erm

Instalasi pengolahan air bersih digolongkan menjadi:


a) Water Treatment Plant (WTP), alat pengolah air yang
k-p

kualitasnya belum memenuhi standar Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
/pm

Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk


/03

Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua,


dan Pemandian Umum;
22

b) Instalasi air lunak / soft water merupakan alat untuk


/20

mensterilkan air baku dari berbagai bahan kimia tertentu


.id

untuk diolah menjadi air bersih, sesuai Peraturan Menteri


na

Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu


lya

Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk


Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua
mu

dan Pemandian Umum.


na

c) Instalasi Air Reverse Osmosis yang diaplikasikan untuk:


.ai

(1) Air minum untuk memenuhi instalasi gizi dan kantin /


ww

kafeteria, maka air minum yang telah diolah harus


memenuhi Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010
//w

tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.


ps:

(2) Air untuk Unit Hemodialisis, maka air yang telah diolah
htt

harus memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan No. 7


Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

jdih.kemkes.go.id
- 118 -

pada Halaman 13-15 tentang Standar Baku Mutu Kualitas

ml
Air untuk Hemodialisis.

t
(3) Air untuk steam generator di boiler dan alat CSSD, maka

2.h
air yang telah diolah harus memenuhi Peraturan Menteri

02
Kesehatan No 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu

n-2
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus

hu
per Aqua dan Pemandian Umum.

a
3-t
(4) Air untuk Laboratorium, maka air yang telah diolah harus

r-
memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun

mo
2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit pada

no
Halaman 16-18 tentang Standar Baku Mutu Kualitas Air
untuk Laboratorium.

kes-
en
Rumah Sakit boleh memilih prasarana air bersih tersebut di atas,
erm

untuk memenuhi kebutuhan airnya sesuai jenis penggunaannya


agar:
k-p

(a) Tersedia air minum sesuai kebutuhan. Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
/pm

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat


/03

langsung diminum;
(b) Tersedia air bersih minimum 500 liter/tempat tidur/hari
22

selama 24 jam;
/20

(c) Tersedia air minum dan air bersih pada setiap tempat kegiatan
.id

yang membutuhkan secara berkesinambungan;


na

(d) Tersedia distribusi air minum dan air bersih di setiap


lya

ruangan/kamar menggunakan jaringan perpipaan yang


mengalir dengan tekanan positif; dan
mu

(e) Tersedia air untuk kebutuhan air minum, unit Hemodialisis,


na

Steam generator, dan Laboratorium sesuai kebutuhan.


.ai

Dasar Hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyediaan


ww

prasarana air bersih rumah sakit adalah sebagai berikut:


(a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
//w

736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana


ps:

Pengawasan Kualitas Air Minum


htt

jdih.kemkes.go.id
- 119 -

(b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

ml
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

t
Minum

2.h
(c) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang

02
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

n-2
(d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan

hu
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam

a
3-t
Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.

r-
mo
b. Instalasi pengolahan limbah

no
Menu Instalasi pengolahan limbah (IPL) hanya diperuntukkan
khusus penyediaan IPL baru (bukan untuk kegiatan perbaikan,
pemeliharaan maupun rehabilitasi),
k es-yang meliputi Instalasi
en
Pengolahan Air Limbah (IPAL), Instalasi Pengolahan Limbah B3
erm

medis non-insinerator, Freezer/ Cold storage, dan Tempat


Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
k-p

(TPS Limbah B3):


1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah sakit.
/pm

Ruang lingkup pekerjaan Pembangunan IPAL termasuk


/03

pekerjaan kontruksi dan peralatan, dengan ketentuan sebagai


berikut:
22

a) Persyaratan Umum
/20

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah sakit, dengan


.id

mempertimbangkan sebagai berikut:


na

(1) Ada penanggung jawab IPAL rumah sakit.


lya

(2) Tersedia lahan untuk lokasi IPAL rumah sakit.


Penyediaan IPAL dan pengadaan peralatan
mu

pendukungnya di Rumah Sakit


na

Provinsi/Kabupaten/Kota dari DAK dimaksudkan untuk


.ai

menjamin keamanan kualitas lingkungan khususnya air


ww

limbah/buangan (termasuk limbah cair yang sudah


dilakukan pre treatment) dari hasil kegiatan rumah sakit
//w

terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini dilakukan


ps:

untuk melindungi kualitas lingkungan sekitar dari


htt

kegiatan rumah sakit agar tidak terjadi pencemaran


lingkungan.

jdih.kemkes.go.id
- 120 -

(3) Lokasi IPAL merupakan daerah bebas banjir dan tidak

ml
rawan bencana alam, atau dapat direkayasa dengan

t
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan

2.h
lingkungan hidup, selanjutnya diatur dalam Izin

02
Lingkungan.

n-2
(4) Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaannya;

hu
(5) Mudah mencari suku cadangnya;

a
3-t
(6) Penyediaan IPAL disesuaikan dengan kapasitas listrik di

r-
RS;

mo
(7) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah

no
dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi;
(8) Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit;

es-
(9) IPAL tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun
k
en
fluktuasi konsentrasi;
erm

(10) Harus dipasang alat pengukur debit pada inlet dan


outlet IPAL untuk mengetahui debit harian limbah yang
k-p

dihasilkan; dan
(11) Harus menyediakan dana untuk tenaga operator dan
/pm

biaya operasional lainnya.


/03

b) Persyaratan Teknis
(1) Memilih teknologi IPAL yang telah terverifikasi dan
22

teregistrasi sebagai Teknologi Ramah Lingkungan di


/20

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;


.id

(2) Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan


na

kapasitas IPAL yang dibutuhkan Rumah Sakit yang


lya

didapat dari dasar data pemakaian rata-rata air bersih


per hari;
mu

(3) Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair


na

sebanyak 80% dari jumlah pemakaian air bersih di


.ai

Rumah Sakit tiap harinya;


ww

(4) Rumah sakit harus menyediakan referensi pembanding


harga dari 3 (tiga) penyedia, sudah termasuk DED IPAL;
//w

(5) Jaringan saluran air limbah mulai dari gedung hingga


ps:

inlet IPAL harus menyediakan rekomendasi Dinas


htt

Pekerjaan Umum Pemerintah Daerah setempat yang


diketahui oleh Gubernur/Bupati/ Walikota;

jdih.kemkes.go.id
- 121 -

(6) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai

ml
pelaksanaan operasional dan pemeliharaan yang

t
ditandatangani oleh direktur RS dan diketahui oleh

2.h
Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pekerjaan

02
pembangunan dimulai;

n-2
(7) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji
laboratorium lingkungan terhadap air limbah di inlet

hu
dan outlet IPAL yang ditandatangani oleh Direktur

a
3-t
rumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku dan

r-
melaporkannya ke Dinas Kesehatan

mo
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

no
Gubernur/Bupati/Walikota;
(8) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar

es-
effluen air limbah yang keluar dari instalasi tersebut
k
en
memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
erm

5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah;


Lampiran XLIV Poin B: Baku Mutu Air Limbah Bagi
k-p

Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan


Kesehatan (yang air limbahnya mengandung Bahan
/pm

Berbahaya dan Beracun (B3) dan Peraturan Menteri


/03

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun


2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik atau
22

peraturan daerah setempat, yang ditandatangani oleh


/20

Direktur rumah sakit dan diketahui oleh


.id

Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pekerjaan


na

pembangunan dimulai;
lya

(9) Rencana peletakkan IPAL agar memperhatikan denah


tata ruang di rumah sakit untuk memudahkan
mu

operasional, pemeliharaan, dan keamanan;


na

(10) Semua air limbah rumah sakit dialirkan ke IPAL, dan


.ai

untuk air limbah dari ruang laboratorium, laundry, dan


ww

instalasi gizi/dapur harus dilakukan pengolahan


pendahuluan (pre treatment) terlebih dahulu sebelum
//w

dialirkan ke IPAL.
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 122 -

2) Instalasi Pengolahan Limbah B3 medis non-Insinerator

ml
Instalasi Pengolahan Limbah B3 medis non-insinerator meliputi:

t
Autoclave dengan dilengkapi Mesin Penghancur (Shredder)

2.h
terintegrasi dan microwave dengan dilengkapi Mesin

02
Penghancur (Shredder) terintegrasi.

n-2
Kedua jenis alat tersebut di atas harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

hu
Kehutanan Nomor P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang Tata

a
3-t
Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan

r-
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

mo
Pasal 17 – 21. Persyaratan dibagi menjadi persyaratan umum

no
dan persyaratan teknis sebagai berikut:
a) Persyaratan Umum
(1)
es-
Fungsi Instalasi Pengolahan Limbah B3 medis non-
k
en
insinerator, adalah melakukan proses sterilisasi dan
erm

penghancuran terhadap Limbah B3 Medis Padat


(Infeksius) di dalam 1 chamber, mengkonversi Limbah
k-p

B3 Medis Padat (Infeksius) menjadi Limbah Non B3


berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
/pm

Kehutanan Nomor P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang


/03

Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan
22

Kesehatan pada Pasal 20 Ayat 7 dan 8;


/20

(2) Teknologi Instalasi Pengolahan Limbah B3 medis non-


.id

insinerator telah terverifikasi dan teregistrasi sebagai


na

Teknologi Ramah Lingkungan di Kementerian


lya

Lingkungan Hidup dan Kehutanan;


(3) Perhitungan pengadaan alat pengolah Limbah B3 medis
mu

non-insinerator dilakukan berdasarkan analisis


na

kebutuhan, pertimbangan operasional dan dampak


.ai

terhadap lingkungan hidup;


ww

(4) Rumah Sakit wajib melakukan pemilahan Limbah B3


medis berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau
//w

karakteristik Limbah B3; dan mewadahi Limbah B3


ps:

sesuai kelompok Limbah B3;


htt

jdih.kemkes.go.id
- 123 -

(5) Lokasi pengolahan Limbah B3 merupakan daerah bebas

ml
banjir dan tidak rawan bencana alam, atau dapat

t
direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan

2.h
pengelolaan lingkungan hidup, selanjutnya diatur

02
dalam Izin Lingkungan;

n-2
(6) Rumah Sakit sebagai penghasil Limbah B3 yang akan
melakukan pengolahan Limbah B3 wajib mengurus Izin

hu
Pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan

a
3-t
Limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementerian

r-
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan terlebih dahulu

mo
telah memiliki Izin Lingkungan dari Kepala Dinas yang

no
menangani isu Lingkungan Hidup di daerah;
(7) Air buangan dari proses pengolahan Limbah B3 Padat

es-
(infeksius) dialirkan ke IPAL RS, dan IPAL RS sudah
k
en
memiliki Izin dari Dinas Lingkungan Hidup daerah
erm

setempat;
(8) Rumah Sakit wajib memiliki TPS Limbah B3 yang telah
k-p

terdaftar dan sudah memiliki Izin dari Dinas


Lingkungan Hidup daerah setempat;
/pm

(9) Penyedia alat wajib melakukan pelatihan pengoperasian


/03

dan pemeliharaan alat bagi petugas operator di


Fasyankes;
22

(10) Penyedia alat wajib memberikan Standar Operasional


/20

Prosedur (SOP) dan Standar Minimal Pemeliharaan


.id

(SMP) alat pengolah Limbah B3 dalam bahasa


na

Indonesia;
lya

(11) Garansi alat adalah minimal 1 (satu) tahun terhitung


sejak tanggal instalasi alat; dan
mu

(12) Garansi purna jual alat adalah minimal 5 (lima) tahun


na

terhitung sejak tanggal instalasi alat.


.ai
ww

b) Di dalam pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Padat B3


(khususnya Infeksius) oleh Fasyankes perlu memperhatikan
//w

beberapa kriteria antara lain:


ps:

(1) Efisiensi pengolahan;


htt

(2) Pertimbangan kesehatan, keselamatan dan lingkungan;


(3) Reduksi volume dan masa (berat);

jdih.kemkes.go.id
- 124 -

(4) Jenis dan kuantitas Limbah yang diolah;

ml
(5) Infrastruktur dan ruang (area) yang diperlukan;

t
(6) Biaya investasi dan operasional;

2.h
(7) Ketersediaan fasilitas pembuangan atau penimbunan

02
akhir;

n-2
(8) Kebutuhan pelatihan untuk personil operasional
(operator);

hu
(9) Pertimbangan operasi dan perawatan;

a
3-t
(10) Lokasi dan/atau keadaan disekitar lokasi pengolahan

r-
(11) Akseptabilitas dari masyarakat sekitar; dan

mo
(12) Persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-

no
undangan.
3) Freezer/Cold Storage

es-
Freezer/Cold Storage untuk menyimpan limbah B3 medis.
k
en
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 7 tahun 2019
erm

tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Peraturan


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
k-p

P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang Tata Cara Dan Persyaratan


Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
/pm

Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Pasal 10, bahwa


/03

penyelenggaraan pengamanan limbah B3 medis harus


dilaksanakan dan dikelola. Lamanya penyimpanan limbah B3
22

untuk jenis limbah dengan karakteristik infeksius, benda tajam


/20

dan patologis di rumah sakit sebelum dilakukan Pengangkutan


.id

Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan


na

Limbah B3, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:


lya

a) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam


harus disimpan pada Freezer/Cold Storage di TPS Limbah B3
mu

berijin dengan suhu lebih kecil atau sama dengan 00C (nol
na

derajat celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (sembilan


.ai

puluh) hari.
ww

b) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam


dapat disimpan pada Freezer/Cold Storage di TPS Limbah B3
//w

berijin dengan suhu 3 sampai dengan 80C (delapan derajat


ps:

celsius) dalam waktu sampai dengan 7 (tujuh) hari.


htt

c) Tersedia ruangan yang cukup untuk penempatan


Freezer/Cold Storage

jdih.kemkes.go.id
- 125 -

d) Melampirkan referensi minimal 3 pembanding produk untuk

ml
Freezer/Cold Storage, beserta DED pendukung termasuk

t
RAB.

2.h
4) Bangunan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan

02
Berbahaya dan Beracun (TPS LB3)

n-2
Dalam pembangunan TPS LB3 RS harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:

hu
a) Analisis Komponen Biaya Konstruksi yang dikeluarkan oleh

a
3-t
Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat

r-
b) Detailed Engineering Design (DED) dan RAB

mo
c) Memiliki izin TPS LB3 yang dikeluarkan oleh instansi

no
lingkungan hidup Kab/Kota setempat
d) Persyaratan Teknis mengacu pada Permen Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang berlaku.k es-
en
erm

c. Pengadaan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit


Pengadaan Dukungan Prasarana Perangkat Keras Komputer SIM
k-p

Rumah Sakit bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,


profesionalisme, kinerja serta akses dan pelayanan rumah sakit.
/pm

Perangkat keras komputer tersebut adalah perangkat keras


/03

komputer yang mendukung secara langsung pelaksanaan SIMRS


di Rumah Sakit, dimana perangkat tersebut memang dibutuhkan
22

dan jika perangkat tersebut tidak ada, SIM Rumah Sakit tidak
/20

dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam pelaksanan kegiatan


.id

operasional sehari-hari Rumah Sakit, ketentuannya meliputi:


na

1) Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun


lya

2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;


2) Rumah Sakit Wajib memiliki penjabaran dalam bentuk
mu

masterplan/blueprint/roadmap/atau dokumen lain yang


na

dipersamakan, mengenai kondisi SIM Rumah Sakit saat ini dan


.ai

rencana pengembangan SIM Rumah Sakit di masa yang akan


ww

datang, penjabaran dimaksud berisikan penjelasan perihal


tentang : modul apa saja yang sudah diterapkan, seperti modul
//w

pendaftaran, modul rawat inap, modul farmasi/logistik, dan


ps:

sebagainya serta Rencana pengembangan SIM Rumah Sakit


htt

kedepannya;

jdih.kemkes.go.id
- 126 -

3) Pengadaan Dukungan Prasarana Perangkat Keras Komputer

ml
SIM Rumah Sakit dilakukan secara e-purchasing berdasarkan

t
e-katalog, apabila tidak tercantum dalam e-katalog, maka dapat

2.h
digunakan mekanisme lain sesuai dengan peraturan yang

02
berlaku;

n-2
4) Rumah Sakit memiliki narasi Justifikasi Kebutuhan Dukungan
Prasarana Perangkat Keras Komputer SIM RS (Hardware) Per

hu
Item Alat yang ditandatangani kepala/pimpinan RS dalam

a
3-t
bentuk dokumen Kerangka Acuan Kegiatan atau dokumen lain

r-
yang dipersamakan;

mo
5) Rumah Sakit memiliki Usulan Rencana Penempatan Dukungan

no
Prasarana Perangkat Keras Komputer SIM Rumah Sakit
(Hardware) yang mendukung SIM Rumah Sakit, contoh

es-
komputer Desktop diruang pendaftaran, printer di loket farmasi,
k
en
dan lain-lain yang ditandatangani kepala/pimpinan RS dalam
erm

bentuk dokumen Kerangka Acuan Kegiatan atau dokumen lain


yang dipersamakan;
k-p

6) Rumah Sakit memiliki Data Eksisting/Keadaan Perangkat


Keras Komputer (Hardware) yang ada di Rumah Sakit yang
/pm

ditandatangani kepala/pimpinan RS dalam bentuk dokumen


/03

Kerangka Acuan Kegiatan atau dokumen lain yang


dipersamakan; dan
22

7) Rumah Sakit tidak diperkenankan Belanja Jasa maupun


/20

software (Perangkat Lunak) Aplikasi SIM Rumah Sakit.


.id
na

d. Prasarana Listrik
lya

1) Acuan Normatif
a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
mu

2306/MENKES/PER/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis


na

Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit;


.ai

b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016


ww

tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana


Rumah Sakit; dan
//w

c) Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Ruang/Unit/


ps:

Instalasi di Rumah Sakit, Tahun 2020.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 127 -

2) Lingkup Prasarana Listrik sebagai berikut:

ml
a) Generator Set; untuk memberikan suplai daya listrik

t
pengganti /alternatif untuk alat-alat yang membutuhkan

2.h
listrik sebagai sumber powernya, saat listrik PLN padam.

02
b) Uninteruptible Power Supply (UPS) adalah perangkat yg

n-2
biasanya menggunakan baterai backup sebagai catudaya
alternatif untuk dapat memberikan suplai daya tidak

hu
terganggu untuk perangkat peralatan / elektronik yg

a
3-t
terpasang yang fungsinya untuk memberikan suplai listrik

r-
ketika tegangan utama PLN tidak berfungsi atau terjadi

mo
pemadaman listrik tiba tiba. UPS dipasang pada daerah

no
pelayanan tertentu yang keandalan listriknya harus
terjamin.

es-
c) Perbaikan instalasi jaringan listrik adalah memperbaiki
k
en
jaringan listrik panel tegangan rendah ke seluruh panel unit
erm

pelayanan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.


Untuk pengembangan jaringan listrik dapat dilakukan
k-p

dengan penambahan panel listrik baru dan jaringan listrik


baru.
/pm
/03

3) Persyaratan Pengajuan
a) Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang menggambarkan
22

justifikasi kebutuhan listrik di RS (gambaran kapasitas


/20

dan kondisi eksisting dibandingkan dengan gambaran


.id

kebutuhan pelayanan).
na

b) Data ketersediaan dan kondisi listrik RS yang tercatat dan


lya

ter-update pada ASPAK.


c) Data pendukung berupa:
mu

(1) e-katalog atau referensi 3 produk apabila pengusulan


na

barang
.ai

(2) gambar sistem instalasi dan rencana anggaran biaya


ww

(RAB) dan analisis biaya dari Dinas PU setempat


apabila pengusulan sistem instalasi dan
//w

penyambungan.
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 128 -

6. Penyediaan Alat Kesehatan Rumah Sakit

ml
Penyediaan alat Kesehatan Rumah Sakit (RS) untuk memenuhi

t
kebutuhan alat Kesehatan di RSUD Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai

2.h
dengan standar meliputi ruang sebagai berikut:

02
a. intensive cardiac care unit (ICCU);

n-2
b. intensive care unit (ICU);
c. high care unit (HCU);

hu
d. instalasi rawat jalan;

a
3-t
e. rawat inap termasuk ruang isolasi;

r-
f. ruang operasi;

mo
g. instalasi gawat darurat;

no
h. neonatal ICU (NICU);
i. pediatric ICU (PICU);
j. instalasi radiologi; kes-
en
k. instalasi CSSD; dan
erm

l. laboratorium.
k-p

1) Persyaratan Umum
a) mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;
/pm

b) mengusulkan alat kesehatan untuk mendukung pelayanan yang


/03

ada di rumah sakit berdasarkan masukan dari tenaga kesehatan


yang menggunakannya sesuai dengan kebutuhan pasien dan
22

utilitas peralatan;
/20

c) mengisi data inventarisasi alat kesehatan pada aspak dengan


.id

lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan


na

setempat;
lya

d) melakukan pemeliharaan, pengujian, dan kalibrasi alat


kesehatan yang telah diadakan tahun sebelumnya. Hal ini
mu

dibuktikan dengan dokumen anggaran pemeliharaan bersumber


na

APBD / BLUD, sertifikat pengujian/ kalibrasi, dan / atau status


.ai

kalibrasi pada ASPAK;


ww

e) mengisi data terkini di Sistem Informasi Rumah Sakit Online


dengan lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas
//w

Kesehatan Provinsi; dan


ps:

f) Memiliki sumber daya manusia kesehatan yang memiliki


htt

kompetensi (tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya) dalam


mengoperasionalkan alat.

jdih.kemkes.go.id
- 129 -

2) Persyaratan Teknis

ml
a) Peralatan dengan teknologi tinggi / canggih dan memiliki nilai

t
investasi tinggi, harus dibuat kajian kebutuhan (need assesment),

2.h
serta kesiapan sarana dan prasarana rumah sakit;

02
b) Alat kesehatan non e-katalog, disertakan pembanding harga /

n-2
spesifikasi dari 3 produk yang sudah memiliki izin edar; dan
c) Pengusulan alat kesehatan yang mengandung merkuri tidak

hu
diperbolehkan.

a
3-t
7. Penguatan Layanan Unggulan RS

r-
a. Pembangunan Layanan kanker

mo
1) Ruang Lingkup

no
Pembangunan layanan unggulan kanker di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan unggulan kanker di
RS sesuai dengan standar
es-
k
en
2) Persyaratan Umum
erm

a) Memiliki izin operasional yang masih berlaku;


b) Menyiapkan sumber daya manusia rumah sakit untuk
k-p

memenuhi pelayanan kanker sesuai standar yang berlaku;


c) Menyediakan sarana pengganti sementara untuk memenuhi
/pm

pelayanan RS sesuai standar di ruangan yang direhabilitasi;


/03

d) Mengisi data pada RS Online dengan lengkap dan telah


dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;
22

e) Mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah


/20

dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan setempat;


.id

f) Menyiapkan master plan pengembangan layanan unggulan


na

kanker di rumah sakit yang masih berlaku;


lya

g) Melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari


dinas pekerjaan umum setempat; dan
mu

h) Persyaratan teknis pembangunan layanan unggulan kanker


na

RS harus mengacu pada Permenkes Nomor 24 tahun 2016


.ai

dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2009


ww

tentang Pelayanan Radiologi, bahwa pelayanan Radiologi


terdiri dari Radiologi Diagnostik, Radioterapi, dan
//w

Kedokteran Nuklir, serta Peraturan yang berlaku terkait


ps:

dengan RS.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 130 -

3) Persyaratan Teknis

ml
a) Tersedianya Sertifikat Kepemilikan Tanah atau Dokumen

t
Kepemilikan Tanah lainnya yang sah yang diperuntukkan

2.h
bagi RS; dan

02
b) Tersedianya pernyataaan kesanggupan Kepala Daerah atau

n-2
Direktur RS untuk memenuhi biaya pemeliharaan.
4) Acuan Normatif

hu
a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang

a
3-t
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

r-
b) Peraturan Menteri PUPR Nomor 22/PRT/M/2018 tentang

mo
Pedoman Teknis Pembangnunan Bangunan Gedung Negara;

no
c) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2016 tentang
persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit;

es-
d) Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008 tentang
k
en
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
erm

bangunan gedung dan lingkungan; dan


e) Pedoman Teknis Pembangunan Sarana dan Prasarana
k-p

Rumah Sakit Tahun 2018.


5) Persyaratan Pengajuan meliputi:
/pm

a) melampirkan izin operasional yang masih berlaku;


/03

b) melampirkan bukti rencana penyiapan sumber daya


manusia rumah sakit untuk memenuhi layanan kanker
22

sesuai stratifikasi pelayanan kanker rumah sakit saat ini;


/20

c) mengisi data pada Rumah Sakit Online dengan lengkap dan


.id

telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;


na

d) mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah


lya

dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan setempat;


e) melampirkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
mu

menggambarkan:
na

(1) justifikasi kebutuhan pembangunan (gambaran kondisi


.ai

eksisting dibandingkan dengan gambaran kebutuhan


ww

pelayanan);
(2) rencana pengembangan kapasitas dan ketersediaan
//w

lahan; dan
ps:

(3) jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan, mulai dari


htt

perencanaan konstruksi s/d pelaksanaan konstruksi.


f) melampirkan dokumen masterplan yang masih berlaku

jdih.kemkes.go.id
- 131 -

(highlight unit layanan unggulan kanker yang diusulkan);

ml
g) melampirkan sertifikat kepemilikan tanah atau dokumen

t
kepemilikan tanah lainnya yang sah yang diperuntukkan

2.h
bagi rumah sakit;

02
h) melampirkan analisis komponen biaya pembangunan yang

n-2
dikeluarkan oleh dinas teknis/PU daerah setempat;
i) apabila lingkup kegiatan pembangunan adalah

hu
renovasi/rehabilitasi, maka melampirkan hasil analisis

a
3-t
tingkat kerusakan bangunan dari Dinas Teknis/PU daerah

r-
setempat;

mo
j) melampirkan dokumen perencanaan dan RAB apabila

no
pelaksanaan konstruksi lebih dari 6 (enam) bulan; dan
k) melampirkan surat pernyataan kesanggupan Pemerintah

es-
Daerah untuk memenuhi biaya pemeliharaan bangunan,
k
en
prasarana dan alat kesehatan yang diusulkan.
erm

6) Lingkup Pembangunan
Lingkup pembangunan layanan unggulan kanker yaitu
k-p

pembangunan fisik komplek radioterapi yang terdiri dari 2


bunker eksterna, 1 bunker brakhiterapi, 1 CT Simulator dan
/pm

ruang penunjang lainnya


/03

b. Penyediaan Alat Kesehatan Layanan Kanker


1) Ruang Lingkup
22

Penyediaan alat kesehatan layanan unggulan kanker di Rumah


/20

Sakit untuk memenuhi kebutuhan alat Kesehatan layanan


.id

unggulan kanker di RSUD Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai


na

dengan standar yaitu peralatan di ruang radioterapi berupa


lya

Linear Accelerator (LINAC), mesin Cobalt-60, Brakhiterapi, CT


Simulator, Alat Quality Control (QC)
mu

2) Persyaratan Umum
na

a) mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;


.ai

b) mengusulkan alat kesehatan untuk mendukung pelayanan


ww

unggulan kanker yang ada di rumah sakit berdasarkan


masukan dari tenaga kesehatan yang menggunakannya
//w

sesuai dengan kebutuhan pasien dan utilitas peralatan;


ps:

c) mengisi data inventarisasi alat kesehatan pada ASPAK


htt

dengan lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas


Kesehatan setempat;

jdih.kemkes.go.id
- 132 -

d) melakukan pemeliharaan, pengujian, dan kalibrasi alat

ml
kesehatan yang telah diadakan tahun sebelumnya. Hal ini

t
dibuktikan dengan dokumen anggaran pemeliharaan

2.h
bersumber APBD / BLUD, sertifikat pengujian/ kalibrasi,

02
dan / atau status kalibrasi pada ASPAK;

n-2
e) mengisi data terkini di aplikasi Rumah Sakit Online dengan
lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan

hu
Provinsi; dan

a
3-t
f) memiliki sumber daya manusia kesehatan yang memiliki

r-
kompetensi (tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya)

mo
dalam mengoperasionalkan alat), merupakan RS Rujukan

no
Nasional dan Provinsi yang memiliki tenaga Sp. Bedah
Onkologi, dan Sp.PA/Sp. PD.KHOM/Sp.Rad.Onk.
3) Persyaratan Teknis, meliputi: kes-
en
a) peralatan dengan teknologi tinggi / canggih dan memiliki
erm

nilai investasi tinggi, harus dibuat kajian kebutuhan (need


assesment), serta kesiapan sarana dan prasarana rumah
k-p

sakit;
b) alat kesehatan non e-katalog, disertakan pembanding
/pm

harga/spesifikasi dari 3 produk yang sudah memiliki izin


/03

edar; dan
c) pengusulan alat kesehatan yang mengandung merkuri tidak
22

diperbolehkan
/20

c. Pembangunan Layanan Kardiovaskuler


.id

1) Ruang Lingkup
na

Penganggaran bangunan center of excellent kardiovaskular pada


lya

ruang/komplek Pusat Jantung Terpadu untuk ruang pelayanan


kateterisasi yang terdiri atas ruang pra tindakan, ruang
mu

tindakan, ruang paska tindakan dan ruang monitor.


na

Rumah sakit dapat mengajukan pembangunan layanan


.ai

kardiovaskular jika sudah memiliki:


ww

a) satu dokter subspesialis jantung dan pembuluh darah/


dokter spesialis dengan kualifikasi tambahan kardiologi
//w

intervensi;
ps:

b) mempunyai paling sedikit satu orang dokter


htt

Sp.JP/Sp.PD/Sp.A/Sp.S/Sp.BTKV/Sp.B(K)V/Sp.BS/Sp.Ra
d.;

jdih.kemkes.go.id
- 133 -

c) paling sedikit memiliki 3 (tiga) tenaga perawat terlatih

ml
kateterisasi/intervensi atau yang sedang mengikuti

t
pelatihan;

2.h
d) memiliki perawat ICU; dan

02
e) memiliki fasilitas ICU/ICCU/ICVCU/PICU/NICU.

n-2
2) Persyaratan Umum, meliputi:

hu
a) Memiliki izin operasional yang masih berlaku;

a
3-t
b) Merupakan rumah sakit jejaring rujukan kardiovaskular

r-
sesuai dengan KMK Nomor 7182 tahun 2020 tentang Rumah

mo
Sakit Jejaring Rujukan Kardiovaskular;

no
c) Mendapat rekomendasi dari Rumah Sakit Jantung Dan
Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat Jantung
Nasional; k es-
en
d) Terdapat rencana strategis rumah sakit dalam
erm

penyelenggaraan layanan unggulan yang mencakup


pemenuhan sumber daya manusia, sarana dan prasarana;
k-p

e) Tersedianya pernyataaan kesanggupan Kepala Daerah atau


Direktur RS untuk memenuhi biaya pemeliharaan
/pm

f) Mengisi data pada RS Online dengan lengkap dan telah


/03

dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;


g) Mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah
22

dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan setempat; dan


/20

h) Melampirkan analisis komponen biaya pembangunan dari


.id

dinas pekerjaan umum setempat.


na

3) Persyaratan Teknis
lya

Persyaratan teknis pembangunan layanan unggulan


kardiovaskular harus mengacu pada SK Direktur Jenderal
mu

Pelayanan Kesehatan tentang Pedoman Penyelenggaraan


na

Pelayanan Keteterisasi Di Rumah Sakit


.ai

d. Penyediaan Alat Kesehatan Layanan Kardiovaskuler


ww

1) Ruang Lingkup
Penganggaran penyediaan alat kesehatan layanan
//w

kardiovaskular berupa cath lab, meja operasi, mesin anestesi,


ps:

dan heart lung machine untuk menjadi center of excellent


htt

kardiovaskular sesuai dengan profil stratifikasi layanan


kardiovaskular pada rumah sakit tersebut.

jdih.kemkes.go.id
- 134 -

a) Alat kesehatan layanan kateterisasi

ml
Rumah sakit dapat mengajukan pengadaan cath lab jika

t
sudah memiliki:

2.h
(1) satu dokter subspesialis jantung dan pembuluh darah/

02
dokter spesialis dengan kualifikasi tambahan kardiologi

n-2
intervensi;
(2) mempunyai paling sedikit satu orang dokter

hu
Sp.JP/Sp.PD/Sp.A/Sp.S/Sp.BTKV/Sp.B(K)V/Sp.BS/Sp.

a
3-t
Rad.;

r-
(3) paling sedikit memiliki 3 (tiga) tenaga perawat terlatih

mo
kateterisasi/intervensi atau yang sedang mengikuti

no
pelatihan;
(4) memiliki perawat ICU; dan

es-
(5) memiliki fasilitas ICU/ICCU/ICVCU/PICU/NICU.
k
en
erm

b) Alat kesehatan layanan bedah jantung


Rumah sakit dapat mengajukan pengadaan meja operasi,
k-p

mesin anestesi, dan/atau heart lung machine jika sudah


memiliki:
/pm

(1) dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular


/03

purnawaktu;
(2) dokter spesialis anestesi kardiovaskular atau dokter
22

spesialis anestesi yang sedang mengikuti pendidikan


/20

atau akan mengikuti Pendidikan;


.id

(3) dokter intensivist atau spesialis dokter spesialis dengan


na

kualifikasi tambahan intensivist atau dokter spesialis


lya

yang sedang mengikuti pendidikan intensivist atau


dokter spesialis yang akan mengikuti pendidikan
mu

intensivist;
na

(4) Perfusionis atau dokter umum/perawat yang sedang


.ai

mengikuti pendidikan perfusionis atau dokter


ww

umum/perawat yang akan mengikuti pendidikan


perfusionis;
//w

(5) Perawat bedah atau perawat yang sedang mengikuti


ps:

pendidikan perawat bedah atau yang akan mengikuti


htt

pendidikan perawat bedah;

jdih.kemkes.go.id
- 135 -

(6) Perawat anestesi atau perawat yang sedang mengikuti

ml
pendidikan perawat anestesi atau perawat yang akan

t
mengikuti pendidikan perawat anestesi; atau

2.h
(7) Perawat ICU atau perawat yang sedang mengikuti

02
pendidikan perawat ICU atau perawat yang akan

n-2
mengikuti pendidikan perawat ICU.
2) Persyaratan Umum

hu
a) Mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;

a
3-t
b) Merupakan rumah sakit jejaring rujukan kardiovaskular

r-
sesuai dengan KMK Nomor 7182 tahun 2020 tentang Rumah

mo
Sakit Jejaring Rujukan Kardiovaskular;

no
c) Mendapat rekomendasi dari Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat Jantung
Nasional;
es-
k
en
d) Terdapat rencana strategis rumah sakit dalam
erm

penyelenggaraan layanan unggulan yang mencakup


pemenuhan sumber daya manusia, sarana dan prasarana;
k-p

e) Tersedianya ruangan dan prasarana penunjang untuk alat


yang membutuhkan ruangan khusus;
/pm

f) Tersedianya pernyataaan kesanggupan Kepala Daerah atau


/03

Direktur RS untuk memenuhi biaya pemeliharaan;


g) Tersedianya surat pernyataan kesediaan menerima hibah
22

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan Jasa Medis yang


/20

ditanda-tangani direktur rumah sakit;


.id

h) Mengisi data pada RS Online dengan lengkap dan telah


na

dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi; dan


lya

i) Mengisi data pada ASPAK dengan lengkap dan telah


dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan setempat.
mu

3) Persyaratan Teknis
na

a) Terdapat referensi harga dari e-katalog atau penyedia;


.ai

b) Alat kesehatan non e-katalog, disertakan pembanding harga


ww

/ spesifikasi dari 3 produk yang sudah memiliki izin edar


e. Pembangunan Layanan Paru
//w

1) Ruang Lingkup
ps:

Pembangunan Gedung baru atau Penambahan ruangan atau


htt

perbaikan ruangan2 di dalam gedung rumah sakit termasuk


Sarana dan Prasarana.

jdih.kemkes.go.id
- 136 -

2) Persyaratan Umum

ml
a) Memiliki Master Plan pengembangan rumah sakit yang

t
masih berlaku;

2.h
b) Gedung/Ruang tidak sesuai dengan standar;

02
c) Gedung/Ruang yang mengalami kerusakan. Kerusakan

n-2
bangunan dibuktikan dengan surat keterangan dari Dinas
PU daerah setempat;

hu
d) Sertifikat tanah sebagai bukti kepemilikan lahan tempat

a
3-t
berdirinya rumah sakit;

r-
e) Melampirkan analisi komponen biaya pembangunan dari

mo
dinas pekerjaan umum setempat;

no
f) Pembangunan di lokasi awal (eksisting) dimungkinkan
antara lain jika kondisi bangunan awal (eksisting) rusak

es-
berat yang disebabkan antara lain oleh umur bangunan dan
k
en
bencana alam. Dalam pelaksanaannya jika diperlukan
erm

pengapusan bangunan (demolish) harus memperhatikan tata


cara penghapusan bangunan sesuai ketentuan yang berlaku;
k-p

dan
g) Apabila melakukan renovasi di gedung layanan paru, maka
/pm

RS harus menyediakan tempat sementara untuk menjamin


/03

pelayanan paru berjalan seperti biasa.


3) Persyaratan Teknis
22

Untuk persyaratan teknis mengacu kepada peraturan yang


/20

berlaku.
.id
na

f. Penyediaan Alat Kesehatan Layanan Paru


lya

1) Ruang Lingkup
Ruang Lingkup: pemenuhan alat Kesehatan untuk dapat
mu

memberikan layanan paru secara komprehensif sesuai


na

kompetensi RS dalam upaya menurunkan angka kesakitan, dan


.ai

kematian serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan


ww

paru bagi masyarakat.


2) Persyaratan Umum
//w

a) Mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;


ps:

b) Mengusulkan alat kesehatan untuk mendukung layanan


htt

unggulan stroke berdasarkan level kemampuan pelayanan


stroke berdasarkan masukan dari tenaga kesehatan yang

jdih.kemkes.go.id
- 137 -

menggunakannya sesuai dengan kebutuhan medis pasien

ml
dan utilitas peralatan;

t
c) Mengisi data inventarisasi alat kesehatan pada ASPAK

2.h
dengan lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas

02
Kesehatan setempat;

n-2
d) Melakukan pemeliharaan, pengujian, dan kalibrasi alat
kesehatan yang telah diadakan tahun sebelumnya. Hal ini

hu
dibuktikan dengan dokumen anggaran pemeliharaan

a
3-t
bersumber APBD / BLUD, sertifikat pengujian/ kalibrasi,

r-
dan/atau status kalibrasi pada ASPAK;

mo
e) Mengisi data terkini di aplikasi RS Online dengan lengkap,

no
dan telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;
dan

es-
f) Memiliki sumber daya manusia kesehatan yang kompeten
k
en
(tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya) dalam
erm

mengoperasionalkan alat.
3) Persyaratan Teknis
k-p

pemenuhan alat kesehatan yang mendukung layanan unggulan


paru mengacu pada PP 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
/pm

Bidang Perumahsakitan.
/03

g. Pembangunan Layanan stroke


22

1) Ruang Lingkup
/20

Pembangunan Gedung baru atau Penambahan ruangan atau


.id

perbaikan ruangan-ruangan di dalam gedung rumah sakit


na

termasuk Sarana dan Prasarana.


lya

2) Persyaratan Umum
a) Memiliki Master Plan pengembangan rumah sakit yang
mu

masih berlaku;
na

b) Gedung/Ruang tidak sesuai dengan standar;


.ai

c) Gedung/Ruang yang mengalami kerusakan. Kerusakan


ww

bangunan dibuktikan dengan surat keterangan dari Dinas


PU daerah setempat;
//w

d) Sertifikat tanah sebagai bukti kepemilikan lahan tempat


ps:

berdirinya rumah sakit;


htt

e) Melampirkan analisi komponen biaya pembangunan dari


dinas pekerjaan umum setempat;

jdih.kemkes.go.id
- 138 -

f) Pembangunan di lokasi awal (eksisting) dimungkinkan

ml
antara lain jika kondisi bangunan awal (eksisting) rusak

t
berat yang disebabkan antara lain oleh umur bangunan dan

2.h
bencana alam. Dalam pelaksanaannya jika diperlukan

02
pengapusan bangunan (demolish) harus memperhatikan tata

n-2
cara penghapusan bangunan sesuai ketentuan yang berlaku;
dan

hu
g) Apabila melakukan renovasi di gedung layanan stroke, maka

a
3-t
RS harus menyediakan tempat sementara untuk menjamin

r-
pelayanan stroke berjalan seperti biasa

mo
3) Persyaratan Teknis

no
Untuk persyaratan teknis mengacu kepada peraturan yang
berlaku.

kes-
en
h. Penyediaan Alat Kesehatan Layanan Stroke
erm

1) Ruang Lingkup
Ruang Lingkup: pemenuhan alat Kesehatan untuk dapat
k-p

memberikan layanan stroke secara komprehensif sesuai


kompetensi RS dalam upaya menurunkan angka kesakitan,
/pm

kecacatan dan kematian serta meningkatkan akses dan kualitas


/03

pelayanan stroke bagi masyarakat.


2) Persyaratan Umum
22

a) Mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;


/20

b) Mengusulkan alat kesehatan untuk mendukung layanan


.id

unggulan stroke berdasarkan level kemampuan pelayanan


na

stroke berdasarkan masukan dari tenaga kesehatan yang


lya

menggunakannya sesuai dengan kebutuhan medis pasien


dan utilitas peralatan;
mu

c) Mengisi data inventarisasi alat kesehatan pada ASPAK


na

dengan lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas


.ai

Kesehatan setempat;
ww

d) Melakukan pemeliharaan, pengujian, dan kalibrasi alat


kesehatan yang telah diadakan tahun sebelumnya. Hal ini
//w

dibuktikan dengan dokumen anggaran pemeliharaan


ps:

bersumber APBD / BLUD, sertifikat pengujian/ kalibrasi,


htt

dan/atau status kalibrasi pada ASPAK;

jdih.kemkes.go.id
- 139 -

e) Mengisi data terkini di aplikasi RS Online dengan lengkap,

ml
dan telah dilakukan validasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi;

t
dan

2.h
f) Memiliki sumber daya manusia kesehatan yang kompeten

02
(tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya) dalam

n-2
mengoperasionalkan alat.
3) Persyaratan Teknis

hu
pemenuhan alat kesehatan yang mendukung layanan unggulan

a
3-t
stroke mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun

r-
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan dan

mo
KMK HK.01.07/MENKES/394/2019 tentang tatalaksana

no
Stroke.

i.
es-
Penyediaan Alat Kesehatan Layanan DM dan Hipertensi
k
en
1) Ruang Lingkup
erm

pemenuhan alat Kesehatan untuk dapat memberikan layanan


Diabetes Melitus secara komprehensif sesuai kompetensi RS
k-p

dalam upaya menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan


kematian serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan DM
/pm

bagi masyarakat.
/03

2) Persyaratan Umum
a) Mengutamakan produk alat kesehatan dalam negeri;
22

b) Mengusulkan alat kesehatan untuk mendukung layanan


/20

unggulan DM berdasarkan masukan dari tenaga kesehatan


.id

yang menggunakannya sesuai dengan kebutuhan medis


na

pasien dan utilitas peralatan;


lya

c) Mengisi data inventarisasi alat kesehatan pada ASPAK


dengan lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas
mu

Kesehatan setempat;
na

d) Melakukan pemeliharaan, pengujian, dan kalibrasi alat


.ai

kesehatan yang telah diadakan tahun sebelumnya. Hal ini


ww

dibuktikan dengan dokumen anggaran pemeliharaan


bersumber APBD / BLUD, sertifikat pengujian/ kalibrasi,
//w

dan/atau status kalibrasi pada ASPAK;


ps:

e) Mengisi data terkini di Sistem Informasi Rumah Sakit Online


htt

dengan lengkap, dan telah dilakukan validasi oleh Dinas


Kesehatan Provinsi; dan

jdih.kemkes.go.id
- 140 -

f) Memiliki sumber daya manusia kesehatan yang kompeten

ml
(tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya) dalam

t
mengoperasionalkan alat.

2.h
3) Persyaratan Teknis

02
Pemenuhan alat kesehatan yang mendukung layanan unggulan

n-2
stroke mengacu pada PP 47 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan dan KMK

hu
HK.01.07/MENKES/603/2020 tentang tatalaksana DM dewasa.

a
3-t
r-
8. Pembangunan Rumah Sakit Pratama

mo
Pembangunan rumah sakit kelas D Pratama meliputi pemenuhan

no
sarana, prasarana, dan alat kesehatan pada wilayah yang menjadi
prioritas Kementerian Kesehatan sesuai dengan kriteria pada Peraturan

es-
Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan
k
en
Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
erm

Risiko Sektor Kesehatan.


a. Persyaratan Umum
k-p

1) Adanya rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi berupa:


a) Jarak lokasi pembangunan Rumah Sakit D Pratama lebih dari
/pm

3 jam menuju rumah sakit terdekat;


/03

b) Rasio tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk


kurang dari 1 : 1000; dan
22

c) Merupakan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan


/20

(DTPK).
.id

2) Adanya kajian kebutuhan rumah sakit D Pratama yang ditanda-


na

tangani oleh kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota;


lya

3) Pembangunan RS Pratama tidak diperbolehkan untuk


menyediakan sarana, prasarana, dan alat kesehatan yang sudah
mu

dialokasikan pada tahun-tahun sebelumnya di lokasi yang sama;


na

4) Ketentuan Lokasi
.ai

a) Pemerintah daerah telah melakukan kajian masalah


ww

kesehatan, kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesuai


dengan rencana tata ruang wilayah, bangunan dan lingkungan
//w

daerah setempat;
ps:

b) Tersedianya sarana, prasarana transportasi umum yang


htt

mudah diakses masyarakat; dan

jdih.kemkes.go.id
- 141 -

c) Dapat mencakup rujukan paling sedikit 3 (tiga) fasilitas

ml
kesehatan tingkat pertama.

t
5) Ketentuan Lahan

2.h
a) memiliki surat pembebasan lahan atau sertifikat tanah/bukti

02
kepemilikan tanah lainnya yang sah, dan bila perlu

n-2
pembebasan dari hak tanah adat (budaya lokal);
b) mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam

hu
sengketa, dan sudah dilakukan perataan, pemadatan dan

a
3-t
pematangan;

r-
c) Kondisi lahan bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor,

mo
dan tidak berdekatan atau tidak berdampingan dengan tempat

no
bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan,
daerah industri, dan area limbah pabrik;

es-
d) Luas lahan untuk membangun bangunan rumah sakit kelas D
k
en
Pratama 30 TT dengan memperhatikan ketersediaan lahan
erm

tambahan untuk potensi pengembangan Rumah Sakit; dan


e) Bangunan rumah sakit kelas D Pratama dianjurkan 1 (satu)
k-p

lantai, bila diperlukan maksimal 2 (dua) lantai dengan luas


bangunan 3000 m2 dengan memperhatikan ketersediaan
/pm

anggaran.
/03

6) Ketentuan Administrasi
(1) Surat pernyataan dari Bupati/Walikota yang meliputi:
22

(a) bersedia menyediakan lahan dengan kondisi dan luas yang


/20

dipersyaratkan;
.id

(b) bersedia menyediakan SDM Kesehatan dan Non Kesehatan


na

untuk operasional RS Pratama;


lya

(c) bersedia menganggarkan Biaya Operasional RS Pratama


dari APBD;
mu

(d) bersedia mengalokasikan anggaran dari APBD untuk


na

melengkapi kebutuhan peralatan yang tidak teranggarkan


.ai

dari APBN;
ww

(e) bersedia memenuhi sarana prasarana lainnya berupa


Rumah Dinas Dokter dan Tenaga Kesehatan lainnya
//w

komunikasi, dan lainnya;


ps:

(f) bersedia menyelesaikan fungsi bangunan dengan APBD jika


htt

ternyata pembangunan tidak selesai.

jdih.kemkes.go.id
- 142 -

b. Persyaratan Teknis

ml
a. Pembangunan baru

t
Persyaratan teknis mengacu pada Permenkes Nomor 14 Tahun

2.h
2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada

02
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor

n-2
Kesehatan.
b. Penyediaan alat kesehatan

hu
Persyaratan teknis mengacu pada Permenkes Nomor 14 Tahun

a
3-t
2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada

r-
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor

mo
Kesehatan.

no
c. Prasarana
a) Prasarana yang disediakan meliputi prasarana air bersih,
prasarana listrik, dan IPAL;
es-
k
en
b) Persyaratan teknis mengacu pada Permenkes Nomor 14
erm

Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk


Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
k-p

Sektor Kesehatan.
/pm

9. Peningkatan Kapasitas Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)


/03

Menuju Standar BSL-2


a. Renovasi Gedung Labkesda
22

Penambahan ruangan atau perbaikan ruangan-ruangan di


/20

dalam gedung laboratorium Kesehatan Daerah menuju standar


.id

BSL-2.
na

1) Persyaratan Umum
lya

(g) Memiliki Master Plan pengembangan Labkesda yang masih


berlaku;
mu

(h) Gedung/Ruang tidak sesuai dengan standar;


na

(i) Gedung/Ruang yang mengalami kerusakan. Kerusakan


.ai

bangunan dibuktikan dengan surat keterangan dari Dinas


ww

PU daerah setempat;
(j) Sertifikat tanah sebagai bukti kepemilikan lahan tempat
//w

berdirinya labkesda;
ps:

(k) Melampirkan analisa komponen biaya pembangunan dari


htt

dinas pekerjaan umum setempat;

jdih.kemkes.go.id
- 143 -

(l) Pembangunan di lokasi awal (eksisting) dimungkinkan

ml
antara lain jika kondisi bangunan awal (eksisting) rusak

t
berat yang disebabkan antara lain oleh umur bangunan dan

2.h
bencana alam. Dalam pelaksanaannya jika diperlukan

02
penghapusan bangunan (demolish) harus memperhatikan

n-2
tata cara penghapusan bangunan sesuai ketentuan yang
berlaku; dan

hu
(m) Belum memiliki atau tidak sedang membangun ruang BSL-2

a
3-t
2) Persyaratan Teknis

r-
Untuk persyaratan teknis Labkesda mengacu kepada Keputusan

mo
Menteri Kesehatan Nomor 1267/MENKES/SK/XII/2004 tentang

no
Standar Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kab/Kota
dan Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/4642/2021

es-
Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pemeriksaan Corona
k
en
Virus Disease 2019.
erm

b. Penyediaan Alat Labkesda


Pemanfaatan DAK Fisik untuk penyediaan alat kesehatan
k-p

Laboratorium kesehatan digunakan untuk labkesda yang belum


memiliki alat, kerusakan alat, atau mengganti alat yang tidak
/pm

berfungsi.
/03

c. Prasarana
22

1) Penyediaan Instalasi Pengolahan Limbah Laboratorium


/20

Kesehatan Daerah
.id

a) Penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Laboratorium


na

Kesehatan Daerah, dengan ketentuan sebagai berikut:


lya

(1) Persyaratan Umum


(a) Labkesda maupun pemerintah daerah setempat
mu

wajib menyediakan tenaga penanggung jawab


na

operasional IPAL Labkesda;


.ai

(b) Labkesda tersebut belum mempunyai IPAL atau


ww

sudah mempunyai IPAL tapi dalam kondisi rusak


80%. Kategori rusak 80% adalah apabila pompa dan
//w

blower rusak tidak bisa digunakan meskipun sudah


ps:

diperbaiki, container dan perpipaan bocor. Hal


htt

tersebut dibuktikan dengan surat pernyataan


kepala dinas kesehatan dan diketahui oleh Dinas PU

jdih.kemkes.go.id
- 144 -

setempat, serta dilampirkan foto kondisi IPAL;

ml
(c) Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam

t
sengketa, mempunyai sertifikat tanah, sudah

2.h
dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan

02
tanah;

n-2
(d) Perhitungan pengadaan IPAL dilakukan
berdasarkan analisis kebutuhan, pertimbangan

hu
operasional, serta kondisi dan letak

a
3-t
geografis/topografi daerah;

r-
(e) Effluent air limbah yang keluar dari instalasi

mo
tersebut harus dapat memenuhi Peraturan Menteri

no
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV: Baku Mutu

es-
Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas
k
en
Pelayanan Kesehatan atau peraturan daerah
erm

setempat;
(f) Garansi IPAL minimal 1 (satu) tahun;
k-p

(g) Garansi purna jual IPAL minimal 5 (lima) tahun;


(h) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan
/pm

pengoperasian dan pemeliharaan IPAL bagi petugas


/03

Labkesda;
(i) Penyedia jasa wajib memberikan Standar
22

Operasional Prosedur (SOP);


/20

(j) Labkesda wajib mengurus izin operasional IPAL (izin


.id

pembuangan limbah cair) ke dinas yang menangani


na

lingkungan hidup daerah setempat sesuai dengan


lya

peraturan yang berlaku; dan


(k) Labkesda yang menghasilkan limbah cair atau
mu

limbah padat yang mengandung atau terkena zat


na

radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai


.ai

ketentuan BATAN (tidak dimasukkan ke IPAL).


ww

(2) Persyaratan Teknis


(a) Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan
//w

kapasitas IPAL yang dibutuhkan Labkesda yang


ps:

didapat dari data pemakaian rata-rata air bersih per


htt

hari;
(b) Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair

jdih.kemkes.go.id
- 145 -

sebanyak 80% dari jumlah pemakaian air bersih di

ml
Labkesda tiap harinya;

t
(c) Labkesda membuat TOR Instalasi IPAL dan

2.h
jaringannya serta RAB, unit cost yang ditetapkan

02
oleh kepala Labkesda dengan rekomendasi dinas

n-2
pekerjaan umum daerah setempat atau referensi
harga pembanding dari 2 (dua) penyedia;

hu
(d) Membuat surat pernyataan kesanggupan

a
3-t
membiayai pelaksanaan operasional dan

r-
pemeliharaan yang ditandatangani oleh kepala

mo
dinas kesehatan;

no
(e) Membuat surat pernyataan kesanggupan
membiayai uji laboratorium lingkungan terhadap

es-
influent dan effluent air limbah yang masuk dan
k
en
keluar dari IPAL yang ditandatangani oleh kepala
erm

Labkesda selama minimal;


(f) 3 (tiga) bulan sekali dan melaporkannya ke dinas
k-p

kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan tembusan


kepada kepala daerah;
/pm

(g) Rencana peletakan IPAL agar memperhatikan denah


/03

tata ruang di Labkesda untuk mempermudah


operasional, pemeliharaan dan keamanan IPAL; dan
22

(h) Semua air limbah Labkesda dialirkan ke dan untuk


/20

air limbah dari ruang laboratorium, laundry dan


.id

instalasi gizi/dapur harus dilakukan pengolahan


na

pendahuluan (pre- treatment) terlebih dahulu


lya

sebelum dialirkan ke IPAL.


mu

b) Penyediaan Tempat/Ruangan Penyimpanan Sementara


na

Limbah B3
.ai

Setiap Labkesda harus melakukan pemilahan limbah B3


ww

sebelum dilakukan penyimpanan. Labkesda wajib


melakukan pemilahan Limbah Padat B3 berdasarkan jenis,
//w

kelompok, dan/atau karakteristik Limbah B3; dan mewadahi


ps:

Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3. Limbah B3 yang


htt

dengan kategori infeksius; benda tajam, patologis dapat


disimpan di tempat penyimpanan limbah paling lama 2 (dua)

jdih.kemkes.go.id
- 146 -

hari pada temperatur lebih besar dari 0 derajat celcius atau

ml
90 hari pada temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0

t
derajat Celsius.

2.h
Limbah B3 yang dengan kategori bahan kimia kadaluwarsa

02
atau sisa kemasan, bahan radioaktif, farmasi, sitotoksik,

n-2
peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
dan tabung gas atau container bertekanan dapat disimpan di

hu
tempat penyimpanan limbah paling lama 90 hari untuk

a
3-t
limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih

r-
dari 180 hari untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari

mo
50 kg per hari untuk limbah B3 kategori 1.

no
TPS B3 digunakan untuk penyimpanan sementara Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Labkesda sebelum

es-
dilakukan pengangkutan limbah B3, pengolahan limbah B3,
k
en
atau penimbunan limbah B3 dengan ketentuan sebagai
erm

berikut:
(1) Persyaratan Umum
k-p

(a) Limbah B3 meliputi limbah dengan karakteristik


infeksius; benda tajam, patologis, bahan kimia
/pm

kedaluwarsa atau sisa kemasan, bahan radioaktif,


/03

farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki


kandungan logam berat tinggi dan tabung gas atau
22

container bertekanan; dan


/20

(b) Perhitungan terhadap pembangunan TPS Limbah B3


.id

(Infeksius) dilakukan berdasarkan analisis


na

kebutuhan, pertimbangan operasional dan dampak


lya

terhadap lingkungan hidup;


(2) Persyaratan Teknis
mu

(a) Lokasi di wilayah Labkesda pada area servis (services


na

area), lingkungan bebas banjir dan tidak berdekatan


.ai

dengan kegiatan pelayanan dan


ww

permukiman penduduk di sekitar Labkesda;


(b) Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan
//w

pintu, ventilasi yang cukup, sistem penghawaan


ps:

(exhause fan), sistem saluran (drain) menuju bak


htt

control dan atau IPAL dan jalan akses kendaraan


angkut limbah B3;

jdih.kemkes.go.id
- 147 -

(c) Bangunan dibagi dalam beberapa area / ruang,

ml
seperti ruang penyimpanan limbah B3 infeksi, ruang

t
limbah B3 non infeksi fase cair dan limbah B3 non

2.h
infeksi fase padat;

02
(d) Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan,

n-2
APAR (Alat Pemadam Api Ringan), fasilitas
penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yang

hu
cukup;

a
3-t
(e) Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan

r-
dengan memasang pagar pengaman dan gembok

mo
pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang

no
cukup serta ditempel nomor telephone darurat seperti
kantor satpam rumah sakit, kantor pemadam

es-
kebakaran, dan kantor polisi terdekat;
k
en
(f) TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS
erm

Limbah B3, tanda larangan masuk bagi yang tidak


berkepentingan, simbol B3 sesuai dengan jenis
k-p

limbah B3, dan titik koordinat lokasi TPS;


(g) TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO
/pm

Penanganan limbah B3, SPO kondisi darurat, dan


/03

buku pencatatan (logbook) limbah B3; dan


(h) TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan
22

limbah hasil pembersihan disalurkan ke jaringan


/20

pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah


.id

air limbah (IPAL).


na
lya

c) Freezer/ Cold storage


Untuk kegiatan penyimpanan limbah infeksius lebih dari 2
mu

kali 24 jam, Puskesmas wajib memiliki fasilitas pendingin


na

(cold storage) dengan temperatur sama dengan atau lebih


.ai

kecil dari 0 derajat celcius.


ww

(1) Persyaratan Umum


(a) Puskesmas belum mempunyai Freezer/Cold Storage
//w

untuk limbah B3 atau sudah memiliki namun dalam


ps:

kondisi rusak;
htt

(b) Pengadaan kebutuhan Freezer/Cold Storage


dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan

jdih.kemkes.go.id
- 148 -

dengan mempertimbangkan operasional dan

ml
pemeliharaan; dan

t
(c) Garansi purna jual minimal 1 tahun.

2.h
02
(2) Persyaratan Teknis

n-2
(a) Jumlah dan kapsitas Freezer/Cold storage dapat
menampung limbah medis infeksius, patologis, benda

hu
tajam sebelum dilakukan pengangkutan limbah,

a
3-t
pengolahan limbah, dan/atau penimbunan limbah

r-
B3;

mo
(b) Peletakan Freezer/Cold storage berada di dalam TPS

no
limbah B3;
(c) Freezer/Cold storage diberikan simbol dan label

es-
limbah B3 sesuai dengan karakterisktik limbah B3
k
en
yang ada di dalamnya;
erm

(d) Freezer/Cold storage memiliki temperatur sama


dengan atau lebih kecil dari 0 derajat celcius; dan
k-p

(e) Kapasitas Freezer/ Cold storage menyesuaikan


dengan kondisi timbulan limbah B3 di Puskesmas.
/pm
/03

2) Prasarana air bersih


Untuk pembangunan prasarana air bersih mengacu pada
22

peraturan daerah setempat tentang penyediaan air bersih.


/20

Pembangunan prasarana air bersih dapat berupa pembangunan


.id

instalasi suplai air bersih (sumur, mata air, atau badan air) dan
na

instalasi pengolahan air bersih. Instalasi Air bersih sesuai


lya

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017


Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
mu

Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,


na

Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.


.ai

a) Persyaratan Umum
ww

(1) Labkesda belum mempunyai prasarana air bersih atau


sudah mempunyai prasarana air bersih namun dalam
//w

kondisi rusak;
ps:

(2) Bagi Labkesda yang sudah memiliki, namun dalam


htt

kondisi rusak didukung dengan surat pernyataan


kepala dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan

jdih.kemkes.go.id
- 149 -

kepala dinas teknis PU setempat;

ml
(3) Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam

t
sengketa, mempunyai sertifikat tanah, sudah dilakukan

2.h
perataan, pemadatan dan pematangan tanah;

02
(4) Perhitungan pengadaan prasarana air bersih dilakukan

n-2
berdasarkan analisis kebutuhan, pertimbangan
operasional, serta kondisi dan letak geografis/topografi

hu
daerah;

a
3-t
(5) Prasarana air bersih Labkesda harus memenuhi

r-
persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

mo
32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

no
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, Dan Pemandian Umum; kes-
en
(6) Dapat mengalokasikan dana penunjang untuk biaya
erm

konsultan perencana dan pengawas dalam penyediaan


Prasarana air bersih;
k-p

(7) Garansi peralatan prasarana air bersih minimal 1 (satu)


tahun;
/pm

(8) Garansi purna jual prasarana air bersih minimal 5


/03

(lima) tahun;
(9) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian
22

dan pemeliharaan bagi petugas Labkesda; dan


/20

(10) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasionnal


.id

Prosedur (SOP).
na
lya

b) Persyaratan Teknis
(1) Pembangunan prasarana air bersih berada pada
mu

lingkungan Labkesda;
na

(2) Luas lahan dan bangunan prasarana air bersih


.ai

disesuaikan dengan kapasitas prasarana air bersih yang


ww

dibutuhkan Labkesda;
(3) Kapasitas pengolahan air bersih minimal dapat
//w

mengolah air baku sebanyak 100% dari jumlah


ps:

pemakaian air bersih di Labkesda tiap harinya;


htt

(4) Labkesda membuat perencanaan Detail Engineering


Design (DED) prasarana air bersih dan jaringannya

jdih.kemkes.go.id
- 150 -

serta RAB, unit cost yang ditetapkan dinas teknis (Dinas

ml
PU) Pemda setempat diketahui oleh kepala daerah atau

t
oleh konsultan perencana yang telah dikontrak;

2.h
(5) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai

02
pelaksanaan operasional dan pemeliharaan yang

n-2
ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan dan
diketahui oleh kepala daerah sebelum pekerjaan

hu
pembangunan dimulai;

a
3-t
(6) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji

r-
laboratorium lingkungan terhadap baku mutu air bersih

mo
yang ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan

no
selama minimal 6 (enam) bulan sekali;
(7) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar

es-
baku mutu air bersih yang dihasilkan sesuai dengan
k
en
peraturan yang berlaku, yang ditandatangani oleh
erm

kepala dinas kesehatan sebelum pekerjaan


pembangunan dimulai;
k-p

(8) Rencana peletakan prasarana air bersih agar


memperhatikan denah tata ruang di Labkesda untuk
/pm

mempermudah operasional, pemeliharaan dan


/03

keamanan;
(9) Dalam pemilihan jenis dan teknologi prasarana air
22

bersih harus memperhatikan:


/20

(a) Kekuatan konstruksi bangunan;


.id

(b) Teknologi prasarana air bersih yang dipilih harus


na

sudah terbukti baku mutu air bersih yang


lya

dihasilkan telah memenuhi peraturan yang berlaku;


(c) Disarankan pihak Labkesda mencari referensi
mu

dengan peninjauan ke Labkesda yang telah


na

memakai produk teknologi prasarana air bersih


.ai

yang terbukti minimal 3 (tiga) tahun baku mutu air


ww

bersih yang dihasilkan telah memenuhi peraturan


yang berlaku dengan dibuktikan hasil uji
//w

laboratorium lingkungan (yang terakreditasi);


ps:

(d) Teknologi prasarana air bersih yang dipilih harus


htt

mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya;


(e) Mudah mencari suku cadangnya;

jdih.kemkes.go.id
- 151 -

(f) Biaya operasional yang tidak besar (listrik,

ml
pemeliharaan alat) disediakan oleh pemerintah

t
daerah di luar DAK; dan

2.h
(g) Harus dipasang alat pengukur debit.

02
(10) Pemerintah daerah dan pihak Labkesda harus

n-2
menyediakan dana untuk tenaga operator dan biaya
operasional lainnya.

a hu
3-t
E. SUBBIDANG KEFARMASIAN

r-
1. Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

mo
a. Penyediaan Obat Esensial Untuk Pelayanan Kesehatan Primer

no
1) Persyaratan Umum, meliputi:
a) penyediaan obat didasarkan pada perencanaan terpadu
melalui sistem e-monev obat; k es-
en
b) penggunaan DAK Fisik regular bidang kesehatan subbidang
erm

kefarmasian diutamakan untuk penyediaan obat terutama


obat generik dan vaksin (tidak termasuk penyediaan vaksin
k-p

program nasional); dan


c) Dalam hal terjadi kekurangan obat (selain obat gizi dan KIA)
/pm

dan vaksin program kementerian kesehatan dan/atau pada


/03

saat terjadi bencana/Kejadian Luar Biasa (KLB) yang


ditetapkan oleh Kepala Daerah, dapat digunakan untuk
22

memenuhi kekurangan tersebut.


/20

2) Persyaratan Teknis, meliputi:


.id

a) penyediaan obat terutama obat generik di kabupaten/kota


na

dilakukan setelah melalui penelaahan terhadap tingkat


lya

kesakitan (morbidity), tingkat kematian (mortality) akibat


penyakit serta metode konsumsi untuk mengetahui jenis
mu

obat yang paling dibutuhkan


na

b) penyediaan obat diutamakan untuk pelayanan kesehatan


.ai

dasar
ww

c) penggunaan DAK untuk penyediaan obat program selain


obat gizi dan KIA dapat dilakukan apabila terjadi
//w

kekurangan/kebutuhan mendesak obat program pada saat


ps:

terjadi bencana/KLB di kabupaten/kota yang tidak dapat


htt

dipenuhi melalui anggaran Kementerian Kesehatan

jdih.kemkes.go.id
- 152 -

d) dalam hal penggunaan DAK untuk penyediaan obat program,

ml
kabupaten/kota harus membuat rencana penyediaan obat

t
dengan memperhatikan kondisi teraktual dan

2.h
menyampaikan permohonan persetujuan kepada Dinas

02
Kesehatan Provinsi dengan melampirkan rencana kebutuhan

n-2
obat program, TOR yang mencakup justifikasi, serta data
dukung lainnya;

hu
e) dalam hal memberikan persetujuan penggunaan DAK untuk

a
3-t
penyediaan obat program, Dinas Kesehatan Provinsi harus

r-
berdasarkan data pemenuhan obat program dari

mo
Kementerian Kesehatan;

no
f) persetujuan oleh Dinas Kesehatan provinsi atas usulan
kabupaten/kota sebagaimana tercantum pada huruf d,

es-
harus disampaikan juga kepada Kementerian Kesehatan cq.
k
en
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai
erm

tembusan untuk dasar dalam pengendalian penyediaan obat


program
k-p

g) Dinas Kesehatan kabupaten/kota menyusun rencana


kebutuhan obat sesuai Daftar Obat Esensial Nasional
/pm

(DOEN) dan Formularium Nasional (Fornas) yang


/03

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan


kabupaten/kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
22

h) Dinas Kesehatan kabupaten/kota membuat surat


/20

pernyataan kesanggupan pelaksanaan pekerjaan yang


.id

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan


na

kabupaten/kota dan diketahui oleh bupati/walikota serta


lya

surat pernyataan penyediaan obat yang ditandatangani oleh


Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota
mu

i) pemilihan jenis obat dan vaksin mengacu pada DOEN dan


na

Fornas. Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum


.ai

dalam acuan tersebut di atas, dapat digunakan obat lain


ww

termasuk obat tradisional (fitofarmaka dan obat herbal


terstandar) secara terbatas sesuai indikasi medis dan
//w

pelayanan kesehatan dengan persetujuan Kepala Dinas


ps:

Kesehatan kabupaten/kota;
htt

j) proses penyediaan obat yang tidak termuat dalam e-katalog


dapat dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan

jdih.kemkes.go.id
- 153 -

tentang pengadaan barang/jasa pemerintah, serta aturan

ml
perubahan dan aturan turunannya yang berlaku; dan

t
k) Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyedialan biaya

2.h
distribusi obat dan vaksin di luar anggaran distribusi obat

02
yang disediakan melalui DAK nonfisik.

n-2
b. Penyediaan BMHP Untuk Pelayanan Kesehatan Primer

hu
1) Persyaratan Umum, meliputi:

a
3-t
a) penyediaan BMHP didasarkan pada perencanaan terpadu;

r-
b) penggunaan DAK Fisik regular bidang kesehatan subbidang

mo
kefarmasian untuk penyediaan BMHP bagi pelayanan

no
kesehatan dasar di puskesmas; dan
c) Dalam hal terjadi kekurangan reagensia dan BMHP Program
Kementerian Kesehatan
es-
dan/atau
k pada saat terjadi
en
bencana/Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditetapkan oleh
erm

Kepala Daerah, dapat digunakan untuk memenuhi


kekurangan tersebut.
k-p

2) Persyaratan Teknis
a) penyediaan BMHP di kabupaten/kota dilakukan setelah
/pm

melalui penelaahan dengan metode yang sesuai untuk


/03

mengetahui jenis BMHP yang paling dibutuhkan;


b) penyediaan BMHP diutamakan untuk pelayanan kesehatan
22

dasar dan program terpilih sesuai prioritas nasional;


/20

c) penggunaan DAK untuk penyediaan BMHP program dapat


.id

dilakukan apabila terjadi kekurangan BMHP program pada


na

saat terjadi bencana/KLB di kabupaten/kota yang tidak


lya

dapat dipenuhi melalui anggaran Kementerian Kesehatan;


d) dalam hal penggunaan DAK untuk penyediaan BMHP
mu

program, kabupaten/kota harus membuat rencana


na

penyediaan BMHP dengan memperhatikan kondisi teraktual


.ai

dan menyampaikan permohonan persetujuan kepada Dinas


ww

Kesehatan Provinsi dengan melampirkan rencana kebutuhan


BMHP program, TOR yang mencakup justifikasi serta data
//w

dukung lainnya;
ps:

e) dalam hal memberikan persetujuan penggunaan DAK untuk


htt

penyediaan BMHP program, Dinas Kesehatan Provinsi harus

jdih.kemkes.go.id
- 154 -

berdasarkan data pemenuhan BMHP program dari

ml
Kementerian Kesehatan;

t
f) persetujuan oleh Dinas Kesehatan provinsi atas usulan

2.h
kabupaten/kota sebagaimana tercantum pada poin d, harus

02
disampaikan juga kepada Kementerian Kesehatan cq.

n-2
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai
tembusan untuk dasar dalam pengendalian penyediaan

hu
BMHP program;

a
3-t
g) Dinas Kesehatan kabupaten/kota menyusun rencana

r-
kebutuhan BMHP sesuai pedoman teknis yang ditetapkan

mo
melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan, dan

no
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dan diketahui oleh bupati/walikota;
h) Dinas Kesehatan
es-
kabupaten/kota
k membuat surat
en
pernyataan kesanggupan pelaksanaan pekerjaan yang
erm

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan


kabupaten/kota dan diketahui oleh bupati/walikota serta
k-p

surat pernyataan penyediaan BMHP yang ditandatangani


oleh kepala dinas kesehatan kab/kota;
/pm

i) proses penyediaan BMHP yang tidak termuat dalam e-


/03

katalog dapat dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan


tentang pengadaan barang/jasa pemerintah, serta aturan
22

perubahan dan aturan turunannya yang berlaku; dan


/20

j) Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyedialan biaya


.id

distribusi BMHP di luar anggaran distribusi BMHP yang


na

disediakan melalui DAK nonfisik.


lya

c. Penyediaan Obat Program Kesehatan Ibu


mu

1) Persyaratan Umum
na

Penyediaan obat program kesehatan ibu didasarkan pada


.ai

perencanaan terpadu melalui sistem e-monev obat.


ww

2) Persyaratan Teknis, meliputi:


//w

a) penyediaan obat program kesehatan ibu dihitung


ps:

berdasarkan jumlah sasaran ibu bersalin, yang dituangkan


htt

dalam berita acara Rencana Kebutuhan Obat Program (ROP);

jdih.kemkes.go.id
- 155 -

b) penyediaan obat program kesehatan ibu dilakukan oleh

ml
Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada rencana

t
kebutuhan obat seluruh Kab/Kota;

2.h
c) Dinas Kesehatan Provinsi menyusun rencana kebutuhan

02
obat sesuai Berita Acara yang ditandatangani oleh Pengelola

n-2
program kesehatan ibu dan anak serta petugas farmasi di
dinas kesehatan provinsi dan diketahui Kepala Dinas

hu
Kesehatan Provinsi; dan

a
3-t
d) Dinas Kesehatan Provinsi membuat surat pernyataan

r-
kesanggupan pelaksanaan pekerjaan yang ditandatangani

mo
oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh

no
Gubernur serta surat pernyataan penyediaan obat yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

kes-
en
d. Penyediaan Obat Program Kesehatan Anak
erm

1) Persyaratan Umum
Penyediaan obat program kesehatan anak didasarkan pada
k-p

perencanaan terpadu melalui sistem e-monev obat.


2) Persyaratan Teknis, meliputi:
/pm

a) penyediaan obat program kesehatan anak dihitung


/03

berdasarkan jumlah sasaran bayi baru lahir yang


dituangkan dalam berita acara Rencana Kebutuhan Obat
22

Program (ROP);
/20

b) penyediaan obat program kesehatan anak dilakukan oleh


.id

Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada rencana


na

kebutuhan obat seluruh Kab/Kota;


lya

c) Dinas Kesehatan Provinsi menyusun rencana kebutuhan


obat sesuai jenis obat dalam berita acara yang
mu

ditandatangani oleh Pengelola program kesehatan ibu dan


na

anak serta petugas farmasi di dinas kesehatan provinsi dan


.ai

diketahui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi; dan


ww

d) Dinas Kesehatan Provinsi membuat surat pernyataan


kesanggupan pelaksanaan pekerjaan yang ditandatangani
//w

oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh


ps:

Gubernur serta surat pernyataan penyediaan obat yang


htt

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

jdih.kemkes.go.id
- 156 -

e. Penyediaan Obat Program Kesehatan Gizi

ml
1) Persyaratan Umum

t
Penyediaan obat program kesehatan Gizi didasarkan pada

2.h
perencanaan terpadu melalui sistem e-monev obat.

02
2) Persyaratan Teknis, meliputi:

n-2
a) penyediaan obat program kesehatan Gizi dihitung
berdasarkan jumlah sasaran bayi, balita, remaja putri, ibu

hu
hamil, dan ibu nifas, yang dituangkan dalam berita acara

a
3-t
Rencana Kebutuhan Obat Program (ROP);

r-
b) penyediaan obat program kesehatan Gizi dilakukan oleh

mo
Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada rencana

no
kebutuhan obat seluruh Kab/Kota;
c) Dinas Kesehatan Provinsi menyusun rencana kebutuhan
obat sesuai jenis obat k es-
dalam berita acara yang
en
ditandatangani oleh Pengelola program kesehatan Gizi serta
erm

petugas farmasi di dinas kesehatan provinsi dan diketahui


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi; dan
k-p

d) Dinas Kesehatan Provinsi membuat surat pernyataan


kesanggupan pelaksanaan pekerjaan yang ditandatangani
/pm

oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh


/03

Gubernur serta surat pernyataan penyediaan obat yang


ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
22
/20
.id
na
lya
mu
na
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 157 -

BAB III

ml
PENUTUP

.ht
22
Petunjuk operasional ini disusun sebagai acuan penggunaan DAK Fisik
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022. DAK Fisik Bidang Kesehatan

-20
diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan kualitas

un
pelayanan kesehatan masyarakat di provinsi/kabupaten/kota, terutama daerah

ah
dengan derajat kesehatan yang belum optimal, sehingga masyarakat di seluruh

3-t
wilayah Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu.

or-
Menu kegiatan dalam petunjuk operasional penggunaan DAK Fisik Bidang
Kesehatan ini merupakan pilihan kegiatan bagi tiap jenisnya. Tiap kegiatan DAK

om
Fisik Bidang Kesehatan tidak diperkenankan dilakukan pengalihan anggaran

s-n
ataupun kegiatan antara DAK Fisik di luar rincian alokasi DAK Fisik Bidang

ke
Kesehatan per satuan kerja yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setiap
en
tahunnya karena besaran alokasi mempunyai keterikatan dengan Peraturan
erm

Presiden tentang rincian alokasi APBN.


Kegiatan yang didanai dari DAK Fisik Bidang Kesehatan sebagaimana
-p

diuraikan di atas bersifat pilihan. Kepala Daerah bisa memilih kegiatan sesuai
mk

prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Fisik Bidang Kesehatan seharusnya


3/p

merupakan bagian program jangka menengah sesuai Rencana Strategis


Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis Pemerintah Daerah.
2/0

Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatannya agar disinergikan dan tidak


02

duplikasi pembiayaan dengan kegiatan yang anggarannya bersumber dari


d/2

pendanaan lainnya, seperti APBD provinsi/kabupaten/kota, sehingga lebih


berdaya guna dan berhasil guna.
a.i
an
uly

MENTERI KESEHATAN
am

REPUBLIK INDONESIA,
ain

ttd.
w.w

BUDI G. SADIKIN
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id

You might also like