Professional Documents
Culture Documents
Diakronik 4
Diakronik 4
Diakronik 4
Dalam sejarah, dikenal dua pendekatan atau cara berpikir yaitu pendekatan diakronik
dan pendekatan sinkronik. Sejarah bersifat diakronis berarti secara kronologis namun
terbatas dalam ruang. Sedangkan sejarah bersifat sinkronis berarti meluas dalam
ruang tetapi terbatas dalam waktu. Secara etimologis, diakronik berasal dari bahasa
Yunani dia yang berarti “melintas" dan chronos yang berarti “waktu”, jadi secara
harfiah diakronik berarti melintasi waktu. Sedangkan sinkronik berasal dari bahas
Yunani syn yang berarti “dengan” dan chronos yang berarti “waktu”, jadi secara
harfiah sinkronik berarti dengan/satu waktu atau kejadian di satu waktu. Berikut
adalah contoh cara berpikir diakronis dan sinkronis dalam sejarah:
1. Terjadi perang antara kaum Paderi dan kaum adat yang dibantu Belanda yang
diakhiri dengan perjanjian perdamaian pada 15 November 1825 di Padang.
2. 1834: Belanda mulai melanggar perjanjian dengan mengerahkan pasukan
untuk menggempur kaum Paderi di Bonjol sehingga perang Paderi kembali
berkobar.
3. 25 Oktober 1837: Tuanku Imam Bonjol ditangkap oleh Belanda dan
diasingkan di Minahasa hingga meninggal.
Keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 1998 sangat terpuruk. Saat itu terjadi
kerusuhan dimana-mana hingga Presiden Soeharto mengundurkan diri. Banyak
perusahaan pailit karena tidak mampu melunasi hutang, yang menyebabkan jumlah
pengangguran meningkat. Nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat
jatuh hingga Rp 15.000 per USD. Hal itu menyebabkan terjadinya inflasi yang tinggi.
PDB per kapita Indonesia turun drastis dari USD 1.155 pada tahun 1996 menjadi
USD 610 pada tahun 1998.
Pada saat hari pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tentara Dai
Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta meskipun sudah dikalahkan Sekutu. Namun,
suasana di Jakarta masih kondusif. Walau demikian, pembacaan Proklamasi
dipindahkan dari Lapangan Ikeda ke kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 (sekarang Jalan Proklamasi) karena alasan keamanan. Proses pembacaan teks
Proklamasi berlangsung dengan khidmat dan damai.