Diakronik 4

You might also like

You are on page 1of 3

Contoh Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah

Dalam sejarah, dikenal dua pendekatan atau cara berpikir yaitu pendekatan diakronik
dan pendekatan sinkronik. Sejarah bersifat diakronis berarti secara kronologis namun
terbatas dalam ruang. Sedangkan sejarah bersifat sinkronis berarti meluas dalam
ruang tetapi terbatas dalam waktu. Secara etimologis, diakronik berasal dari bahasa
Yunani dia yang berarti “melintas" dan chronos yang berarti “waktu”, jadi secara
harfiah diakronik berarti melintasi waktu. Sedangkan sinkronik berasal dari bahas
Yunani syn yang berarti “dengan” dan chronos yang berarti “waktu”, jadi secara
harfiah sinkronik berarti dengan/satu waktu atau kejadian di satu waktu. Berikut
adalah contoh cara berpikir diakronis dan sinkronis dalam sejarah:

Contoh Diakronik dalam Sejarah

1. Kronologi Latar Belakang Pertempuran Surabaya (27 Oktober – 20


November 1945)

1. 25 Oktober 1945: Pasukan Sekutu Brigade 49 yang dipimpin Brigjen A.W.S.


Mallaby mendarat di Surabaya.
2. 26 Oktober 1945: Brigjen A.W.S. Mallaby mencapai suatu persetujuan
dengan Gubernur Jawa Timur Mr. Suryo yang berisi bahwa pihak Kerajaan
Inggris tidak akan memintah pasukan Indonesia untuk menyerahkan
senjatanya. Namun, terjadi selisih paham oleh pasukan Kerajaan Inggris di
Jakarta, Letnan Jenderal Philip Christison.
3. 27 Oktober 1945: Sekitar pukul 11.00, sebuah pesawat Dakota dari Jakarta
menebarkan ribuan lembar pamflet di Kota Surabaya yang berisi seruan
kepada semua pihak agar melucuti senjata mereka atau akan dilumpukna
dengan senjata.
4. 28 Oktober 1945: Usai subuh, dilancarkan serangan besar-besaran untuk
menghalau tentara Inggris dari Surabaya.
5. 30 Oktober 1945: Terjadi baku tembak di dekat Jembatan Merah, Surabaya.
Jenderal A.W.S. Mallaby tewas tertembak dalam peristiwa tersebut beserta
mobilnya yang meledak akibat lemparan granat.
6. 9 November 1945: Pengganti Mallaby, Mayjen E.C. Mansergh mengeluarkan
ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya untuk menyerahkan senjata
tanpa syarat.
7. 10 November 1945: Pecahlah pertempuran 10 November karena pihak
Indonesia tidak menghiraukan ultimatum itu.
2. Kronologi Perang Paderi (1821 – 1837)

1. Terjadi perang antara kaum Paderi dan kaum adat yang dibantu Belanda yang
diakhiri dengan perjanjian perdamaian pada 15 November 1825 di Padang.
2. 1834: Belanda mulai melanggar perjanjian dengan mengerahkan pasukan
untuk menggempur kaum Paderi di Bonjol sehingga perang Paderi kembali
berkobar.
3. 25 Oktober 1837: Tuanku Imam Bonjol ditangkap oleh Belanda dan
diasingkan di Minahasa hingga meninggal.

3. Kronologi Pertempuran Ambarawa (20 Oktober – 15 Desember 1945)

1. 20 Oktober 1945: Pasukan Sekutu Divisi 23 India mendarat di Semarang


untuk mengurus tawanan korban Perang Dunia. Pasukan tersebut ternyata
diboncengi pasukan NICA (Belanda)
2. 26 Oktober 1945: NICA mempersenjatai bekas tawanan perang yang
menimbulkan terjadinya insiden yang berakhir dengan pertempuran antara
pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pasukan Sekutu.
3. 2 November 1945: Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigjen
Bethell datang ke Magelang dan melakukan perundingan gencatan senjata
dengan perjanjian.
4. 20 November 1945: Pihak Sekutu melanggar perjanjian yang menimbulkan
pecahnya pertempuran Ambarawa.
5. 21 November 1945: Pasukan Divisi V Purwokerto melakukan serangan pagi
hari untuk memukul mundur pasukan Sekutu di desa Pingit.
6. 22 November 1945: Pertempuran terjadi di kota Ambarawa.
7. 11 Desember 1945: Jenderal Sudirman mengambil langkah terakhir mengusir
Sekutu dari Ambarawa.
8. 15 Desember 1945: Pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut
Ambarawa.

Contoh Sinkronik dalam Sejarah


1. Keadaan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1998

Keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 1998 sangat terpuruk. Saat itu terjadi
kerusuhan dimana-mana hingga Presiden Soeharto mengundurkan diri. Banyak
perusahaan pailit karena tidak mampu melunasi hutang, yang menyebabkan jumlah
pengangguran meningkat. Nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat
jatuh hingga Rp 15.000 per USD. Hal itu menyebabkan terjadinya inflasi yang tinggi.
PDB per kapita Indonesia turun drastis dari USD 1.155 pada tahun 1996 menjadi
USD 610 pada tahun 1998.

2. Pembangunan pada Masa Orde Baru

Orde Baru adalah masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan didasarkan


pada Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahunan) yang proses penyusunannya
sangat sentralistik dan berpedoman pada Trilogi Pembangunan. Program tersebut
berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per
tahun, meningkatkan PDB per kapita, dan menekan laju inflasi. Bahkan pada tahun
1984 Indonesia sempat mencapai swasembada beras. Meskipun pada saat itu terjadi
kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah. Pembangunan dianggap terlalu
berpusat pada pulau Jawa dan kota-kota terbesar di Indonesia.

3. Suasana di Jakarta Saat Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus


1945

Pada saat hari pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tentara Dai
Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta meskipun sudah dikalahkan Sekutu. Namun,
suasana di Jakarta masih kondusif. Walau demikian, pembacaan Proklamasi
dipindahkan dari Lapangan Ikeda ke kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 (sekarang Jalan Proklamasi) karena alasan keamanan. Proses pembacaan teks
Proklamasi berlangsung dengan khidmat dan damai.

You might also like