You are on page 1of 16

al-Tazkiah, Volume 8 No.

2, Desember 2019

PELATIHAN LOGOANALISIS UNTUK MENINGKATKAN


RESILIENSI PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS (DM) TIPE 2

NURMAULIA KHOTMI
Univesitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Email: nurmauliakhotmi@gmail.com

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is caused by disruption of


insulin production produced by the pancreas gland or lack of
responsiveness of body cells to insulin. In addition, DM is also
caused lifestyle that is not healthy. Diabetics are recommended
for lifelong treatment, which causes many patients who
experience boredom, expensive fees and emotional changes cause
the subject to experience stress. Stress is likely to occur due to
low resilience in these patients. The purpose of this study was to
examine the effect of training on logoanalysis to improve
resilience in type 2 diabetes mellitus. This study used a single
case design with ABAB design. Measurement of resilience using
scale from Wagnild & Young (1993) with reliability coefficient of
0.902. Hypothetical testing is done quantitatively using visual
inpection and qualitative techniques. This study is that the
training of logoanalysis effective to increase resilience in people
with type 2 diabetes mellitus.

Keywords: Diabetes mellitus, logoanalysis training, resilience

Abstrak: Diabetes melitus (DM) disebabkan terganggunya


produksi insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas atau
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Selain itu
DM juga disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Penderita
DM dianjurkan untuk melakukan pengobatan seumur hidup,
hal tersebut menyebabkan banyak pasien yang mengalami
kebosanan, biaya yang mahal serta perubahan emosi
menyebabkan subjek mengalami stres. Stress tersebut terjadi
kemungkinan disebabkan rendahnya resiliensi pada penderita
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh
pelatihan logoanalisis untuk meningkatkan resiliensi pada
penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan
desain kasus tunggal dengan desain ABAB. Pengukuran
resiliensi menggunakan skala dari Wagnild & Young (1993)
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,902.1 Pengujian hipotetis
dilakukan secara kuantitatif menggunakan teknik visual

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 113
NURMAULIA KHOTMI

inpection dan kualitatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa


pelatihan logoanalisis efektif untuk meningkatkan resiliensi
pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Kata Kunci: Diabetes melitus, pelatihan logoanalisis, Resiliensi

A. Pendahuluan tahun 2000 menjadi 21.257.000 orang di


Menurut kemenkes penyakit tidak tahun 2030. Hasil penelitian The Canadian
menular (PTM) sudah menjadi masalah Study of Health and Aging (CHSA)
kesehatan masyarakat, baik secara menunjukkan prevalensi DM besarnya
global, regional, nasional dan lokal. 12,1%.3
Salah satu PTM yang menyita banyak Menurut WHO (Depkes, 2008)
perhatian adalah Diabetes Melitus (DM).1 diabetes Melitus (DM) didefinisikan
Global status report on NCD World sebagai suatu penyakit atau gangguan
Health Organization (WHO) tahun 2010 metabolisme kronis dengan multi
melaporkan bahwa 60% penyebab etiologi yang ditandai dengan tingginya
kematian semua umur di dunia adalah kadar gula darah disertai dengan
2
karena PTM. Di Indonesia DM gangguan metabolisme karbohidrat,
merupakan ancaman serius bagi lipid dan protein sebagai akibat dari
pembangunan kesehatan karena dapat insufisiensi fungsi insulin. 4
menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, Insulin adalah salah satu hormon yang
kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diproduksi oleh pankreas yang
diamputasi, penyakit jantung dan stroke. bertanggung jawab untuk mengontrol
Kenaikan jumlah penduduk dunia yang jumlah/kadar gula dalam darah dan
terkena penyakit diabetes atau kencing insulin dibutuhkan untuk merubah
manis semakin mengkhawatirkan. (memproses) karbohidrat, lemak, dan
Indonesia menduduki tempat ke 4 protein menjadi energi yang diperlukan
terbesar dengan pertumbuhan sebesar tubuh manusia. Ketidakmampuan
152% atau dari 8.426.000 orang pada tersebut mengakibatkan terjadinya

1
http://indodiabetes.com/-who.html, Jumat, 3
International Diabetes Federation. IDF
25-09-2017. Diabetes Atlas Sixth Edition. (Internet). 2013 (cited 2015
2
International Diabetes Federation. IDF Nov 21). www.idf.org, Jumat, 25-09-2017.
Diabetes Atlas Sixth Edition. (Internet). 2013 (cited 2015 4
http://www.depkes.go.id/html, Jumat, 25-09-2017.
Nov 21). www.idf.org, Jumat, 25-09-2017.

114 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

peningkatan kadar glukosa dalam darah Kemampuan tersebut disebut dengan


atau yang dikenal dengan hiperglikemia. resiliensi.
Penderita diabetes melitus (DM) Luthar et al., Masten & Reed,
yang sudah didiagnosis positif Rutter (Meichenbaum, 1998)
diharuskan untuk menjalankan mendefinisikan bahwa resiliensi
pengobatan secara rutin seumur hidup. merupakan kemampuan untuk
Alasan peneliti meneliti DM tipe 2 menunjukkan adaptasi positif terhadap
adalah jumlah penderita yang ada situasi yang tidak menguntungkan dan
sebanyak 90-95%, penderita DM tipe 2 pengalaman hidup yang menantang.5
secara umum dialami pada usia 40 ke Selain itu menurut Grotberg (2003)
atas, sehingga tidak semua penderita resiliensi merupakan kemampuan untuk
siap menerima keadaan tersebut. Selain menghadapi, mengatasi, mempelajari,
itu penyebab dari penyakit tersebut dan berubah melalui kesulitan-kesulitan
adalah gaya hidup yang tidak sehat yang tak terhindarkan.6 Menurut Reivich
seperti, banyak mengkonumsi makanan dan Shatte (2002) resiliensi merupakan
yang instan, merokok, kurang olehraga, kemampuan untuk mengatasi dan
pola dan waktu makan yang tidak beradaptasi bila terjadi sesuatu yang
teratur. merugikan dalam hidupnya.7
Wawancara dan observasi awal American psychological association
yang dilakukan pada dua orang subjek (Southwick & Charney, 2012)
yang mengalami DM tipe 2, dapat mendefinisikan resiliensi sebagai proses
disimpulkan bahwa kedua subjek di beradaptasi dengan baik dalam
tersebut mengalami gangguan psikis menghadapi kesulitan, trauma, tragedi,
diantaranya adalah cemas, gelisah, ancaman dan bahkan sumber stres yang
gangguan tidur, tegang, ketakutan akan signifikan seperti masalah hubungan
kematian, dan stres setelah didiagnosis
5
mengalami DM. Kondisi tersebut Meichenbaum, D. (1998). How Educators Can
Nurture Resilience in High Risk Children and Their
kemungkinan disebabkan kurangnya Families. Ontario: Waterloo University.
http://www.teachsafe schools. org/ Resilience.pdf.
kemampuan yang dimiliki kedua subjek Selasa, 3-10-2017.
6
Grotberg, Edith H.(ed). 2003. Resilience for
ketika menghadapi kondisi yang Today : Gaining Strength from Adversity.Westport:
Praeger Publishers.
7
menegangkan dan menekan. Reivich, K & Shatte, A. (2002). The Resilience
Factor: 7 Essential Skill for Overcoming Life’s Invitable
Obstales. New York : Broadway Books

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 115
NURMAULIA KHOTMI

keluarga, masalah kesehatan yang bisa dilakukan individu tersebut berupa


serius, atau tekanan kerja dan komunikasi untuk menyelesaikan
keuangan.8 Penelitian lain yang masalah yang dihadapinya.10 Hasil
dilakukan Roghayeh, Mahdi, Reza, dan penelitian yang mendukung pernyataan
Ladan (2015) mengungkapkan terapi tersebut dilakukan oleh Kartika (2016)
kelompok spiritual dapat digunakan bahwa seseorang yang mengalami
sebagai pengobatan yang efektif perceraian dan menjadi single parent
terhadap peningkatan resiliensi dan memiliki resiliensi yang baik ketika
penurunan konflik perkawinan memiliki tiga faktor tersebut, yaitu
perempuan. faktor I Have, I Am dan I Can.11
Resiliensi sangat penting dimiliki Dalam hal ini khususnya penderita
oleh setiap orang, tidak terkecuali bagi diabetes melitus yang telah terdiagnosis
penderita diabetes miletus. Penelitian oleh dokter membutuhkan penanganan
lain yang dilakukan Khairiyah, yang serius bukan hanya penanganan
Prabandari, & Uyun (2015) menunjukkan medis untuk penyakit yang dideritanya
bahwa terapi zikir dapat meningkatkan akan tetapi juga penanganan pada efek
resiliensi pada penderita low back pain.9 dari penyakit tersebut yaitu efek
Menurut Grotberg (1995), sumber- terhadap psikis penderita tersebut.
sumber resiliensi diantaranya adalah I Penelitian yang dilakukan oleh Hashemi
have (aku punya) yang artinya seseorang dan Jowkar (2011) bahwa aktualisasi
mendapat dukungan dari lingkungan spiritual dan resiliensi, serta spiritualitas
sosialnya, I am (aku ini) artinya sumber memainkan peran penting dalam
resiliensi yang bersumber dari diri meningkatkan kapasitas resilien
individu tersebut berupa perasaan, sikap individu.12 Zahed-babelan,
dan keyakinan pribadinya, dan I can (aku Rezaeijamaloei, Sobhani, Herfati
bisa) artinya sumber resiliensi yang (Roghayeh dkk, 2015) dalam sebuah
berkaitan dengan keterampilan yang 10
Grotberg, Edith H.(ed). 2003. Resilience for
Today : Gaining Strength from Adversity.Westport:
8
Southwick, S.M & Charney, D.S. 2012. Praeger Publishers.
11
Resilience The Science of Mastering Life's Greatest Kartika, D. A. (2016). Resiliensi pada Single
Challenges: Unite Kingdom. Cambridge University mother Pasca Perceraian.Fakultas Psikologi Universitas
Press. Gunadama.
9 12
Khairiyah, U., Prabandari, Y.S., QUyun, Q. Hashemi L., Jowkar B. (2011). Study of
(2015). Terapi Zikir Terhadap Peningkatan Resiliensi Relationship between Spiritual Transcendence and
Penderita Low Back Pain (lbp). Jurnal Ilmiah Psikologi Resilience. Journal of educational psychology studies. 8(13);
Terapan. 3(2). 1-11. (123-142).

116 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

studi tentang korelasi antara attachment emosional berat (Bastaman, 2007). 15


kepada Allah dan resiliensi hidup Logoanalisis dalam penemuan makna
menyimpulkan bahwa ada korelasi yang dan tujuan hidup telah memasukkan
berarti antara keterikatan kepada Allah dimensi spiritual untuk menemukan
dan menemukan makna dalam hidup makna dalam setiap pengalaman yang
dan resiliensi.13 dialami individu, sehingga individu
Tingkat resiliensi seseorang selain mampu mengambil hikmah, dan makna
bisa didapat dari proses belajar dalam tersebut menjadi tujuan hidup.
kehidupanjuga bisa didapat dari suatu Logoanalisis diciptakan oleh
pelatihan atau pemberian perlakuan Crumbaugh (Bastaman, 2007) sebagai
khusus, yang bertujuan untuk proses menganalisis berbagai
meningkatkan resiliensi. Seperti pengalaman sendiri yang selama ini
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan terabaiakan untuk memperluas dan
(2016) bahwa terdapat pengaruh memperoleh sumber-sumber makna dan
pelatihan panca cara temuan makna tujuan hidup yang baru. Selain itu
berdasarkan konsep logoterapi terhadap individu mampu belajar dan mengambil
penurunan depresi pada lanjut usia. 14 hikmah dalam setiap pengalaman yang
Hal tersebut yang mendorong peneliti terjadi dalam hidup.16 Menurut
akan menggunakan pelatihan Bastaman (2007) makna hidup adalah
logoanalisis. hal-hal yang dianggap sangat penting
Adapun alasan peneliti melakukan dan berharga serta memberikan nilai
pelatihan logoanalisis dibandingkan khusus bagi seseorang, sehingga layak
terapi lain untuk meningkatkan dijadikan tujuan dalam kehidupan.17
resiliensi adalah bahwa logoanalisis Alasan lain logoanalisis digunakan
tidak ditujukan untuk masalah gangguan dalam penelitian ini untuk
meningkatkan resiliensi khususnya lima
aspek yang diberi nama oleh Bastaman
13
yaitu panca cara temuan makna. Kelima
Roghayeh, Mahdi, Reza, dan Ladan, (2015).
The effect of spiritual group therapy on resilience and
15
conflict of women with marital conflict.Journal of Applied Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
Environmental and Biological Sciences. 5(9S): 326-334 Raja Grafindo Persada.
14 16
Setiawan, A.B. (2016). Pengaruh Pelatihan Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
Pancacara Temuan Makna Terhadap Penurunan Raja Grafindo Persada.
17
Depresi pada Lanjut Usia. Tesis. Universitas Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
Muhammadiyah Surakarta. Raja Grafindo Persada.

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 117
NURMAULIA KHOTMI

aspek tersebut adalah aspek pemahaman beradaptasi dengan baik dalam


pribadi, bertindak positif, pengakraban menghadapi kesulitan, trauma,
hubungan, pendalaman catur nilai, dan tragedi, ancaman dan bahkan
ibadah. Kelima aspek tersebut dapat sumber stres yang signifikan,
mendukung lima aspek resiliensi yang seperti masalah hubungan
dikemukakan oleh Wagnild & Young keluarga yang tidak harmonis,
(Wagnild, G.M., 2009) yaitu equanimity masalah kesehatan yang serius,
perseverance, self resilience, existential atau tekanan kerja dan keuangan.19
aloneness dan spirituality/meaningfulness Reivich & Shatte (2002)
untuk membantu meningkatkan mengatakan bahwa resiliensi
resiliensi.18 adalah suatu kemampuan yang
Melihat betapa pentingnya dimiliki oleh individu sebagai
resiliensi pada pederita diabetes melitus gambaran dari proses dan hasil
agar individu tetap bertahan dan dapat kesuksesannya dalam beradaptasi
menjalani hidup dengan baik dan dengan kondisi yang menyulitkan
seimbang meskipun sedang menderita atau dengan pengalaman hidup
penyakit yang berbahaya, maka peneliti yang sangat menantang.20
tertarik untuk mengangkat penelitian b. Aspek-aspek resiliensi
dengan judul “pelatihan logoanalisis Wagnild & Young (Wagnild,
untuk meningkatkan resiliensi pada G.M., 2009) mengemukakan lima
penderita diabetes melitus ”. aspek resiliensi yaitu :21
1) Equanimity
B. Pembahasan Equanimity yaitu individu mampu
1. Resiliensi belajar dari pengalaman semasa
a. Pengertian resiliensi hidup dan dapat mengambil
Menurut American hikmah atau hal baru di masa yang
Psychological Association (Southwick 19
Southwick, S.M & Charney, D.S. 2012.
Resilience The Science of Mastering Life's Greatest
& Charney, 2012) mendefinisikan Challenges: Unite Kingdom. Cambridge University
Press.
resiliensi sebagai "proses 20
Reivich, K & Shatte, A. (2002). The Resilience
Factor: 7 Essential Skill for Overcoming Life’s Invitable
Obstales. New York : Broadway Books.
18 21
Wagnild, G.M. (2009). A Review of the Wagnild, G.M. (2009). A Review of the
Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement. 17 (2). Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement. 17 (2).
1-17. 1-17.

118 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

akan datang, sehingga mampu selama ini terabaikan untuk


memberi secara tepat dalam memperluas dan memperoleh
menghadapi kesulitan. sumber-sumber makna dan tujuan
2) Perseverance hidup yang baru. Logoanalisis
Perseverance atau ketekunan yaitu adalah usaha untuk membantu
berusaha mengatasi dan terlepas sesoarang menemukan dan lebih
dari kesulitan yang dialami. menyadari makna dan tujuan
3) Self-reliance hidupnya.22
Self-reliance atau dapat diartikan Crumbaugh (Bastaman, 2007)
sebagai kepercayaan diri yaitu menerapkan empat metode dalam
meliputi keyakinan pada menemukan makna hidup atau
kemampuan individu untuk logoanalaisis yaitu self evalution,
mengatasi kesulitan yang dialami. action as if, establishing an encounter
4) Existential aloneness (personal & spiritual), dan searching
Existential aloneness yaitu individu for meaningful values.23 Bastaman
dapat menikmati kondisi tersebut (2007) menyederhanakan ke empat
dalam keunikan sendiri atau metode logoanalisis yang telah
dengan kata lain merupakan diciptakan oleh Crumbaugh untuk
kesadaran bahwa setiap indivdu disesuaikan dengan karakter
adalah unik. masyarakat Indonesia. Bastaman
5) Spirituality/meaningfulness (2007) menyebut cara untuk
Meaningfulness yaitu sebuah menemukan makna hidup dengan
realisasi bahwa hidup memiliki nama panca cara temuan makna,
tujuan sehingga diperlukan usaha dan panca cara tersebut yaitu
untuk mencapai tujuan tersebut. sebagai berikut :
a. Pemahaman pribadi (self
2. Pelatihan Logoanalisis
evaluation), individu diharapkan
Logoanalisis dicimpatakan dapat mengenali kelebihan dan
oleh Crumbaugh (Bastaman, 2007)
dan merumuskan logoanalisis
22
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
sebagai proses menganalisis Raja Grafindo Persada.
23
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
berbagai pengalaman sendiri yang Raja Grafindo Persada.

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 119
NURMAULIA KHOTMI

kekuarangan serta kebutuhan e. Ibadah, melalui ibadah dan


dirinya. berdoa cara seseorang
b. Bertindak positif, tindakan mendekatkan diri kepada sang
positif tersebut seperti maha pencipta, mencari
melakukan kegiatan yang keberkatannya, rahmatnya, dan
bermanfaat, olah raga, keridhaannya.24
mengikuti ceramah keagamaan,
C. Metode Penelitian
menulis buku, berwiraswasta,
A. Variabel Penelitian
atau membina hubungan sosial
Variabel bebas adalah pelatihan
yang bermakna dengan orang
logoanalisis dan variabael tergantung
lain.
adalah resiliensi.
c. Pengakraban hubungan,
B. Subjek Penelitian
manusia memiliki kebutuhan
Pengambilan subjek yang
afiliasi yaitu untuk selalu
dilakukan dalam penelitian ini
memperoleh kasih sayang dan
dengan memilih secara sengaja dan
penghargaan dari orang lain,
menyesuaikan dengan tujuan
serta menjalin hubungan
penelitian, keriteria subjek sebagai
dengan sosialnya.
berikut :
d. Pendalaman catur nilai, nilai-
1. Penderita yang mengalami
nilai kreatif (kerja, karya,
diabetes melitus tipe 2.
mencipta), nilai-nilai
2. Penderita usia antara 45-65 tahun.
penghayatan (kebenaran, kasih
3. Penderita yang memiliki resiliensi
sayang, keindahan, dan iman),
sedang.
nilai-nilai bersikap (menerima
4. Pendidikan terakhir SMP dan yang
dan mengambil sikap yang
sederajat
tepat terhadap derita yang tidak
5. Bersedia mengikuti pelatihan /
dapat dihindari lagi), nilai
intervensi dari awal sampai selesai
pengharapan (percaya adanya
dan tidak sedang memperoleh
perubahan yang lebih baik di
intervensi psikologi ditempat lain.
masa mendatang).

24
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.

120 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

C. Metode Pengumpulan Data skala tersebut adalah 0.585, maka


Pengumpulan data dilakukan dapat disimpulkan bahwa skala
dengan cara sebagai berikut adalah tersebut memiliki indeks daya beda
skala resiliensi, wawancara dan yang bagus karena lebih tinggi dari
observasi. 0.3. Kategorisasi skala resiliensi pada
1. Skala Resiliensi pasien pederita diabetes melitus tipe
Skala resiliensi Wagnild & Young 2 dapat dilihat pada tabel 1.
(Wagnild, G.M., 2009) meliputi aspek Tabel 1. Kategorisasi skala
equanimity, perseverance, self-reliance, resiliensi setelah uji coba pada 35
existential aloneness, dan subjek.
25
spirituality/meaningfulness. Skor Kategori
Berdasarkan hasil review dari 12
13-41 Rendah
penelitian yang telah menggunakan
42-70 Sedang
skala resiliensi diperoleh koefisien
71-99 Tinggi
reliabilitas alpha Cronbach berkisar
0,72-0,94 yang mendukung reliabilitas
skala resiliensi tersebut. Tabel 2. Blue Print Skala Resiliensi
Berdasarkan uji coba skala No Aspek Nomor Jumlah Bobot

resiliensi pada 35 subjek yang Aitem


1 Equanimity 7, 23, 3 24%
dilakukan selama bulan Oktober 2017
25
di Yogyakarta, dengan kriteria subjek
adalah yang menderita diabetes 2 Perseverance 13, 19 2 12%

melitus tipe 2 baik laki-laki atau pun 3 Self-reliance 9, 10, 3 24%


perempuan, baik yang beragama 14

islam maupun yang non-islam. Hasil 4 Aloneness 2, 5 3 12%


koefisien reliabilitas Alpha cronbach
5 Meaningfulness 8, 6, 16, 4 28%
sebesar 0,902. Indeks aitem daya beda
24
skala resilensi berkisar antara 0.240 –
Total 14 100%
0.788. Rata-rata aitem daya beda dari

25
Wagnild, G.M. (2009). A Review of the
Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement. 17 (2).
1-17.

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 121
NURMAULIA KHOTMI

2. Wawancara klinis yang telah menyelesaikan tesis.


Wawancara dilakukan oleh Observasi bertujuan untuk
peneliti sebelum diberikan intervensi mengumpulkan data kualitatif
atau pelatihan dengan tujuan untuk mengenai dinamika psikologi selama
menggali informasi yang terkait mengikuti intervensi/pelatihan dan
profil dan penyakit diabetes yang panduan observasi terlampir dalam
dialami subjek. Penggalian data modul penelitian.
tersebut untuk mengetahui efek 4. Modul Pelatihan Logoanalisis
psikis yang disebabkan penyakit Modul pelatihan logoanalisis
diabetes melitus yang dialami. dengan menggunakan teori dari
Wawancara yang dilakukan pada Bastaman (2007) tentang panca cara
subjek dengan menggunakan guide temuan makna dan proses
wawancara dari kelima aspek pelaksanaannya disusun sendiri oleh
resiliensi. Wawancara juga dilakukan peneliti. Modul disusun sesuai aspek
oleh terapis atau psikolog pada saat panca cara penemuan makna dari
intervensi berlangsung, dengan Bastaman (2007).26 Akan tetapi
tujuan untuk mengetahui efek sekenario proses pelatihan dibuat
pelatihan logoanalisis yang dirasakan. oleh peneliti sendiri. Pemeriksaan
3. Observasi modul dilakukan oleh seorang
Observasi dilakukan pada saat professional judgement yaitu dosen
pengisisan skala, wawancara dan Psikologi UAD yang pernah mengikuti
pemberian intervensi/pelatihan. pelatihan logoterapi. Setelah melalui
Observasi dilakukan untuk proses pemeriksaan, modul diuji
mendapatkan data tambahan yang cobakan pada seorang pasien
sudah ada, baik pada pengisisan skala penderita DM tipe 2, dengan tujuan
dan wawancara. Observasi dilakukan pencocokan bahasa dan waktu
pada saat subjek di rumah dan pelaksanaan pada setiap sesi dalam
dilakukan oleh peneliti, sedangkan setiap pertemuan. Pelatihan akan
observasi di tempat pemberian dialakukan sebanyak 3 kali
intervensi/pelatihan dilakukan oleh pertemuan dan setiap pertemuan
seorang mahasiswa profesi psikologi 26
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.

122 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

terdiri dari 5-6 sesi. Setiap pertemuan Gambar 2. Desain eksperimen kasus
tunggal A-B-A-B
berdurasi kurang lebih 2,5 jam.:
Analisis kualitatif diperoleh dari
D. Desain Penelitian
hasil wawancara, berbagi
Desain yang akan dilakukan
pengalaman, dan lembar latihan pada
dalam penelitin ini adalah desain
saat pelatihan. Selain itu dapat
kasus/subjek tunggal N=1. Pada
dilengkapi dari hasil observasi pada
penelitian dengan desain subyek
saat di rumah maupun pada saat
tunggal selalu dilakukan
pelatihan berlangsung.
perbandingan antara fase baseline
E. Metode Analisis Data
dengan sekurang-kurangnya satu fase
Metode analisis data dalam
intervensi Analisis dalam kasus
penelitian ini menggunakan statistik
tunggal menggunakan Analisis visual
deskriptif yang sederhana. Penelitian
terhadap grafik merupakan metode
dengan kasus tunggal terfokus pada
analisis yang sering digunakan
data individu dari pada data
penelitian subyek tunggal
kelompok (Sunanto & Takeuchi &
dibandingkan dengan analisis
Nakata, 2005).29
statistik itu sendiri (Sunanto,
Analisis kualitatif diperoleh dari
Takeuchi, & Nakata, 2005).27
hasil wawancara, berbagi pengalaman
Penelitian ini menggunakan
dan lembar latihan selama mengikuti
desain eksperimen A-B-A-B atau
pelatihan. Analisis kualitatif
desain ulang balik (reversal design).
dilakukan untuk mengetahui
Desain A-B-A-B adalah Menurut
dinamika psikologis pengaruh
Nevid, Rathus & Greene (2003).28
pelatihan logoanalisis terhadap
Adapun sistematika perlakuan
peningkatkan resiliensi dan sebagai
yang diberikan dapat dilihat dalam
evaluasi terhadap kondisi subjek
gambar berikut :
setelah pelatihan. Selain itu sebagai
Fase A1 Fase B2 Fase A2 Fase B2 evaluasi atas kemajuan subjek setelah
pelatihan.
27
Sunanto, J. Takeuchi, K. Nakata, H. (2005).
Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang:
29
CRICED Univercity of Tsukuba japan. Sunanto, J. Takeuchi, K. Nakata, H. (2005).
28
Nevid, S.F, Rathus, A.S., Greene, B. (2003). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang:
Psikologi Abnormal Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta. CRICED Univercity of Tsukuba japan.

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 123
NURMAULIA KHOTMI

D. Analisis Hasil Penelitian pengukuran. Hat tersebut


1. Analisis Kuantitatif dan Visual disebabkan intervensi yang
a. Analisis dalam kondisi
diberikan.
Tabel 3. Rangkuman analisis visual c) Hasil perhitungan kecenderungan
dalam kondisi
stabilitas pade fase baseline awal
Kondisi A1 A2
(A1) adalah 100% yang berarti data
1. Panjang
3 3
kondisi/baselin yang diperoleh stabil. begitu juga
e
2. Estimasi Menurun Meningkat dengan hasil kecenderungan
kecenderungan stabilitas pada fase baseline kedua
(-) (+)
arah
(A2) adalah 100% yang berarti data

Kecenderungan yang diperolah stabil.


Stabil Stabil
2.stabilitas
Kecenderungan
d) Kecenderungan jejak data memiliki
4. Jejak data (-) (+) penjelasan yang sama dengan
Stabil Stabil kecenderungan arah.
5.Level stabilitas
dan rentang (60-68) (75-78) e) Data yang diperoleh pada fase

60 – 68 =
78 – 75 = baseline awal (A1) cenderung turun
6. Level
(-8)
(+3) dari sesi 1 hingga sesi ke 3 dengan
perubahan Meningka
Menurun rentang 60-68. Pada fase baseline
t
kedua (A2) mengalami peningkatan
Penjabaran tabel rangkuman dari sesi dengan stabilitas 78-75.
analisis visual dalam kondisi adalah . f) Pada fase baseline awal (A1) data
a) Panjang kondisi pada baseline awal yang diperoleh menurung hingga 8
(A1) dan baseline kedua (A2) point, sedangkan pada baseline
sebanyak tiga hari atau sesi. kedua (A2) perubahan level yang
b) Berdasarkan kencenderungan arah positif yaitu 3 point.
pada fase baseline awal (A1) subjek
2. Analisis Antar Kondisi
memperolah arah yang menurun,
Tabel 4. Rangkuman hasil
akan tetapi pada saat baseline kedua
analisis visual antar kondisi
(A2) arah garis menunjukkan
Kondisi A1/A2
peningkatan, yang berarti adanya
peningkatan skor di setiap sesi 1
1. Jumlah variabel

124 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

2. Perubahan (-) (+) resiliensi yang diperoleh subjek


kecenderungan
arah dan efeknya dalam kondisi stabil.
d) Perubahan level data point pada
Stabil
kondisi baseline A2 pada
3. Perubahan Ke
stabilitas sesi/hari terakhir yaitu (78), dan
stabil
sesi/hari pertama pada kondisi
78 – 68 baseline A1 yaitu (68). Hal
4. perubahan level
+8 tersebut menunjukan
5. Persentase 33.33% kemampuan resiliensi pada
overlap
subjek mengalami perubahan

Penjabaran tabel rangkuman level, yang berarti kemampuan

analisis visual antar kondisi adalah resiliensi subjek mengalami


peningkatan. Dapat disimpulkan
a) Jumlah variabel yang akan bahwa pelatihan logoanalisis
diubah yaitu satu, kondisi efektif pada penderita DM tipe 2.
baseline awal (A1) ke kondisi
e). Persentase overlap yang diperoleh
baseline kedua (A2).
subjek sebanyak 33.33% menunjukan
b) Perubahan kecenderungan arah
intervensi dengan pelatihan
pada saat kondisi baseline awal
logoanalaisi memiliki pengaruh yang
(A1) menurun, akan tetapi pada
baik untuk meningkatkan resiliensi.
kondisi baseline kedua (A2)
Menurut Sunanto dkk (2005) bahwa
kencenderungan arah yang
semakin rendah atau kecil persentase
diperoleh subjek mengalami
overlap yang diperoleh maka semakin
peningkatan. Maka dipat
baik pengaruh intervensi pada
disimpulkan bahwa kemapuan
variabel yang dipengaruhi.30
resiliensi subjek mengalami
3. Analisis Kualitatif
peningkatan. Dari hasil kualitatif setiap fase
c) Perubahan stabilitis pada kondisi yang diberikan, aspek resiliensi
baseline awal (A1) ke (A2) stabil yang dapat ditingkatkan adalah
ke stabil. hal tersebut
menunjukan bahwa kemapuan 30
Sunanto, J. Takeuchi, K. Nakata, H. (2005).
Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang:
CRICED Univercity of Tsukuba japan.

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 125
NURMAULIA KHOTMI

kemampuan subjek belajar dari d. Aspek reiliensi yang terakhir


pengalaman hidup, kemampuan adalah pirituality/meningfulness,
dalam mengatasi masalah, bisa yaitu kemampuan individu untuk
berpikir positif terhadap orang yang memiliki tujuan dalam hidup.
sebelumnya dipandang negatif dan Berdasarkan penjabaran di atas
bisa memahami bahwa setiap dapat disimpulkan bahwa subjek dapat
individu itu berbeda sehingga mengambil hikmah dari masalah yang
membuat subjek lebih sabar dan pernah dialaminya dan menjadikan
paham akan lingkungan sekitarnya. subjek lebih kuat untuk menghadapi
Aspek-aspek tersebut adapat hidup, seperti pernah mengalami
dijabarkan di bawah. perlakuan yang tidak adil dari
a. Aspek equanimity, yaitu individu almarhum ibu, didiagnosis DM, suami
mampu belajar dari pengalaman yang tidak bertanggungjawab untuk
hidup yang pernah dialami, memenuhi kebutuhan keluarga, dan
sehingga mampu mengambil anak yang tidak pernah
hikmah atau hal baru dimasa memperhatikan kondisi subjek. Selain
mendatang. itu subjek lebih dapat memahami diri
b. Aspek resiliensi yang selanjutnya dan kondisi lingkungan sekitarnya
dapat berpengaruh dengan sehingga dapat mengontrol diri atau
pelatihan yang diberikan adalah lebih bersabar ketika sedang
perseverance yaitu berusaha mengalami tekanan, dapat merubah
mengatasi dan terlepas dari pikiran negatif menjadi lebih positif,
masalah yang dilami. Selain itu serta munculnya kesadaran bahwa
aspek sefl-reliance yaitu perilaku membicarakan keburukan
kepercayaan diri dalam orang lain merupakan perilaku buruk
mengatasi masalah. dan sia-sia. Selain itu subjek juga lebih
c. Aspek resiliensi yang lain adalah banyak menghabiskan waktu untuk
existential aloneness, yaitu berdoa di malam hari ketika seluruh
kemampuan memandang bahwa anggota keluarga tertidur.
setiap orang adalah unik dan
berbeda.

126 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes


al-Tazkiah, Volume 8 No. 2, Juni 2019

E. Penutup Grotberg, Edith H.(ed). 2003. Resilience for


Hasil penelitian menunjukkan Today : Gaining Strength from
pelatihan logoanalisis efektif untuk Adversity.Westport: Praeger
meningkatkan resiliensi pada penderita Publishers.
diabetes melitus tipe 2. Aspek-aspek Hashemi L., Jowkar B. (2011). Study of
resiliensi yang dapat ditingkatkan Relationship between Spiritual
adalah kemampuan subjek belajar dari Transcendence and Resilience.
pengalaman hidup, kemampuan dalam Journal of educational psychology
mengatasi masalah, bisa berpikir positif studies. 8(13); (123-142).
terhadap orang yang sebelumnya http://www.depkes.go.id/html, Jumat,
dipandang negatif dan bisa memahami 25-09-2017.
bahwa setiap individu itu berbeda http://indodiabetes.com/-who.html,
sehingga membuat subjek lebih sabar Jumat, 25-09-2017.
dan paham akan lingkungan sekitarnya. International Diabetes Federation. IDF
Berdasarkan penjelasan di atas Diabetes Atlas Sixth Edition.
maka dapat disimpulkan bahwa (Internet). 2013 (cited 2015 Nov
pelatihan logoanalisis efektif untuk 21). www.idf.org, Jumat, 25-09-
meningkatkan resiliensi pada penderita 2017.
diabetes melitus tipe 2. Kartika, D. A. (2016). Resiliensi pada Single
mother Pasca Perceraian. Fakultas
Daftar Pustaka Psikologi Universitas Gunadama.
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta Khairiyah, U., Prabandari, Y.S., QUyun,
: PT Raja Grafindo Persada. Q. (2015). Terapi Zikir Terhadap
Grotberg, E. (1995). A guide to promoting Peningkatan Resiliensi Penderita
resilience in children: Strengthening Low Back Pain (lbp). Jurnal Ilmiah
the human spirit. (The series early Psikologi Terapan. 3(2). 1-11.
childhood development : Practice Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen.
and reflections. Number 8). The Malang: Universitas
Hague : Benard van Leer Muhammadiyah Malang Press.
Foundation. Meichenbaum, D. (1998). How Educators
Can Nurture Resilience in High Risk

©al-Tazkiah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License ║ 127
NURMAULIA KHOTMI

Children and Their Families. Ontario: Southwick, S.M & Charney, D.S. 2012.
Waterloo University. Resilience The Science of Mastering
http://www.teachsafe schools. Life's Greatest Challenges: Unite
org/ Resilience.pdf. Selasa, 3-10- Kingdom. Cambridge University
2017. Press.
Nevid, S.F, Rathus, A.S., Greene, B. Sunanto, J. Takeuchi, K. Nakata, H.
(2003). Psikologi Abnormal Edisi (2005). Pengantar Penelitian Dengan
Kelima. Erlangga: Jakarta Subyek Tunggal. Jepang: CRICED
Reivich, K & Shatte, A. (2002). The Univercity of Tsukuba japan.
Resilience Factor: 7 Essential Skill for Ukus, dkk (2015). Pengaruh Penerapan
Overcoming Life’s Invitable Obstales. Logoterapi Terhadap Kebermaknaan
New York : Broadway Boos Hidup Pada Lansia Di Badan
Roghayeh, Mahdi, Reza, dan Ladan, Penyantunan Lanjut Usia Senjah
(2015). The effect of spiritual group Cerah Paniki Bawah Manado.
therapy on resilience and conflict of Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3(2).
women with marital conflict.Journal 1-8.
of Applied Environmental and Wagnild, G.M. (2009). A Review of the
Biological Sciences. 5(9S): 326-334. Resilience Scale. Journal of Nursing
Setiawan, A.B. (2016). Pengaruh Pelatihan Measurement. 17 (2). 1-17
Pancacara Temuan Makna Terhadap
Penurunan Depresi pada Lanjut Usia.
Tesis. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

128 ║ Pelatihan Logoanalisi untuk meningkatkan Resilensi pada Penderita Diabetes

You might also like