You are on page 1of 5

Nama : Andi Nurul Tariza Paraja Baslan

NIM : 191130075

Ruang Lingkup Audit Internal

Ruang lingkup audit atau cakupan (scope) internal audit adalah seluas fungsi
manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang finansial dan non finansial.

 Audit Finansial

Audit finansial merupakan jenis audit yang lebih berorientasi kepada masalah
keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan yang
disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak pada masalah audit
keuangan saja, namun titik berat lebih difokuskan pada audit operasional di
perusahaan. Hal tersebut disebabkan audit atas laporan keuangan perusahaan telah
dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum (general audit) tahunan.
General audit dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) atau Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).

 Audit Operasional

Istilah lain dari audit operasional adalah audit manajemen (management audit) atau
audit kinerja (performance auditing). Sasaran dari audit operasional adalah penilaian
maasalah efesiensi, efektifitas dan ekonomis (3E). Pada saat ini, audit operasional
(audit manajemen) menjadi semakin penting perannya bagi organisasi usaha. Bagi
perusahaan, yang penting dari hasil audit bukan semata-mata masalah kebenaran
formal, tetapi manfaatnya untuk meningkatkan kinerja organisasi. Selain internal
auditor, audit operasional juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

 Compliance Audit

Audit ketaatan/kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang bertujuan untuk
menguji apakah pelaksaan/kegiatan telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Peraturan/ketentuan yang dijadikan kriteria dalam compliance audit antara
lain:

i) Peraturan/Undang-undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau


Badan/Lembaga lain yang terkait; dan

ii) Kebijakan/Sistem dan Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan


(Direksi).

Selain internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Bagi
perusahaan yang telah mendapatkan ISO 19000 dan sejenisnya, compliance audit
perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka mempertahankan sertifikat ISO yang
telah diraih perusahaan tersebut.

 Fraud Audit

Audit kecurangan (fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk mengungkap
adanya kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang
merugikan perusahaan/negara dan menguntungkan pribadi maupun kelompok
(organisasi) atau pihak ketiga. Istilah lain dari fraud audit adalah audit khusus atau
audit investigasi (investigative audit). Dalam fraud audit, internal auditor perlu
membuat bagan arus (flow chart) serta modus operasi berupa uraian tentang cara cara
melakukan tindak kejahatan (tindak pidana korupsi). Perkembangan fraud audit pada
saat ini cukup pesat, misalnya untuk mengungkap adanya fraud di bidang keuangan
diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik (forensic accounting) dalam kejahatan
keuangan di perusahaan, seperti halnya dalam ilmu kedokteran terdapat bedah
forensik untuk mengungkap penyebab terjadinya kematian seseorang. Saat ini telah
berkembang juga forensik audit, hal ini terkait dengan upaya pemenuhan bukti audit
yang akan dipakai untuk kepentingan sidang di pengadilan sehingga bukti audit
tersebut dapat berkekuatan hukum.

Proses audit di atas cenderung mengacu pada pengertian audit keuangan, yang bertujuan
untuk menilai layak dipercaya atau tidaknya laporan keuangan yang disajikan auditee.
Namun secara konseptual, pengertian proses audit tersebut berlaku pula untuk audit
kepatuhan dan audit operasional, karena walaupun memiliki tujuan berbeda, sebelum
melakukan analisis lebih lanjut, pada awalnya auditor perlu memastikan lebih dahulu
kebenaran nilai populasi yang terkait dengan kegiatan yang diaudit, seperti banyaknya
sumber daya yang digunakan dan hasil yang diperoleh. Setelah itu barulah dilakukan evaluasi
lebih lanjut sesuai tujuan audit.

Secara umum proses audit internal dapat dikelompokkan dalam:

a. Persiapan penugasan;
b. Audit pendahuluan;
c. Pelaksanaan pengujian;
d. Penyelesaian penugasan; dan
e. Pelaporan dan Tindak Lanjut.

Persiapan Penugasan Audit

Kegiatan utama pada tahap ini adalah pengumpulan informasi umum tentang auditee, untuk
ditelaah dalam rangka menentukan sasaran audit tentantif (tentative audit objectieves) atau
perkiraan permasalahan yang perlu mendapat perhatian pada tahap audit pendahuluan.

Secara keseluruhan aktivitas persiapan penugasan meliputi: penerbitan surat tugas, koordinasi
dengan aparat pengawasan lain, pemberitahuan kepada auditee, pengumpulan informasi
umum, penyusunan rencana penugasan, dan penyiapan program audit untuk audit
pendahuluan.

Audit Pendahuluan

Pada tahap ini auditor berupaya memperoleh kerjasama dengan auditee, memperoleh
gambaran yang lebih detil tentang auditee, serta mengumpulkan bukti awal dan melakukan
berbagai penelaahan dengan memperhatikan sasaran audit tentantif (tentative audit
objectives) dan mengikuti langkah-langkah pemeriksaan dalam program audit pendahuluan.
Hasil pengumpulan bukti awal dan penelaahan tersebut digunakan untuk menentukan
permasalahan yang perlu didalami (sasaran audit definitif/firm audit objectives) dalam rangka
merencanakan prosedur audit selanjutnya.

Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh auditor pada audit pendahuluan ini,
meliputi: pertemuan awal, observasi lapangan, penelaahan dokumen, evaluasi pengendalian
internal, prosedur analitis, dan penyusunan program audit lanjutan.

Pelaksanaan Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pendalaman pemeriksaan, dengan mengumpulkan bukti-bukti yang
lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam, dalam rangka memperkuat/melengkapi
atribut terkait dengan permasalahan yang perlu mendapat perhatian sebagaimana
diidentifikasi pada audit pendahuluan. Kegiatan pelaksanaan pengujian ini disebut juga
dengan pemeriksaan lanjutan/perluasan pengujian/pengembangan temuan.

Penyelesaian Penugasan Audit

Pada tahap penyelesaian penugasan, auditor merangkum semua permasalahan yang


ditemukan dalam suatu daftar permasalahan/temuan, kemudian mengkonfirmasikannya
kepada pihak auditi untuk mendapatkan tanggapan dan pengembangan rekomendasi untuk
persetujuan dan komitmen dari menajemen mengenai permasalahan yang dikemukakan dan
pelaksanaan rekomendasi tersebut. Kegiatan konfirmasi dengan pihak auditee tersebut
biasanya dilakukan dalam forum pertemuan akhir atau clossing conference.

Pelaporan dan Tindak Lanjut

1. Pelaporan

Penyusunan laporan hasil audit, yaitu aktivitas menuangkan rangkuman hasil audit ke
dalam laporan, biasanya dilakukan oleh Ketua Tim Audit, direviu oleh Supervisor dan
disetujui/ditanda tangani oleh Penanggung Jawab Audit. Laporan yang telah disetujui
kemudian digandakan sesuai kebutuhan dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang
berhak menerimanya.

2. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Dalam laporan hasil audit diungkapkan pula berbagai permasalahan yang ditemukan dan
rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti oleh manajemen atau pihak lain yang terkait.
Terhadap rekomendasi yang diberikan itu, auditor melakukan pemantauan dan evaluasi
(monitoring dan evaluation). Maksudnya adalah untuk mencapai tujuan akhir kegiatan
audit internal, yaitu adanya perbaikan, penertiban, penyempurnaan dan peningkatan
kinerja auditee, sekaligus bermanfaat dalam upaya peningkatan pelayanan masyarakat
dan kesejahteraan masyarakat.

1. Tahap Memahami Resiko Pengendalian

Pemeriksa intern harus mengevaluasi resiko-resiko dari kegiatan yang akan diaudit.
Pengevaluasian resiko seperti yang dilakukan oleh pemeriksa ekstern dalam audit
keuangan dapat juga dilakukan untuk kepentingan intern. Dalam hal resiko dibagi empat
yaitu:

1. Resiko bawaan/melekat: resiko yang sudah ada pada aktivitas, operasi, atau bagian
sebelum ada pengendalian manajemen;
2. Resiko pengendalian: resiko yang mungkin ada yang tidak dapat ditemukan oleh
adanya sistem pengendalian manajemen;
3. Resiko deteksi: resiko tidak terdeteksinya suatu salah saji material yang ada. Besar
sampel yang ditetapkan berbanding terbalik dengan resiko deteksi; dan
4. Resiko audit yang dapat diterima: kesediaan auditor menerima resiko dari audit yang
dilakukannnya, biasanya ditetapkan lebih rendah supaya diperoleh resiko lebih rendah
dengan demikian akan ditetapkan resiko deteksi yang lebih rendah pula dan besar
sample yang lebih tinggi.

You might also like