You are on page 1of 18

Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila

Di Istana Negara
5 Juli 1958
Paham Kebangsaan (1)
 Marxis yang kurang mengerti Marxisme: paham
kebangsaaan adalah paham yang salah, paham yang
telah membangunkan pertentangan antar umat
manusia, dan kadang menjadi penyebab peperangan.
→Marxisme sejati secara obyektif mengakui adanya
bangsa-bangsa.
Paham Kebangsaan (2)
 Beberapa orang dari pihak agama: agama tidak
menerima paham kebangsaan. Tidak ada perbedaan
antar bangsa. Perbedaan hanya terletak antara taqwa
dan tidak taqwa kepada Tuhan.
→ Golongan atau bangsa pada akhirnya tidak dapat
dipungkiri oleh agama sekalipun.
Paham Kebangsaan (3)
 Bagi bangsa Indonesia, satu golongan manusia yang
berabad-abad mengalami persamaan penderitaan dan
pengalaman, rasa kebangsaan bukan lagi suatu cita-
cita tapi suatu fakta obyektif.
→seperti memiliki satu jiwa yang sama, rasa kebangsaan.

 Negara yang kuat harus didasarkan antara lain atas


rasa kebangsaan.

 Sila Kebangsaan dimasukkan dalam Pancasila sebagai


dasar negara.
Negara dan Agama (1)
 Terdapat perbedaan yang tegas antara “keperluan
negara sebagai negara” dan “urusan agama”

 Pihak agama seringkali tidak membuat batas yang


tegas antara negara dan agama.

 Negara harus mempunyai wilayah, agama tidak.

 Agama tidak memerlukan wilayah, agama hanya


mengenai manusia.
Negara dan Agama (2)
 Tidak ada negara tanpa wilayah, sekalipun negara Islam.
→ Pakistan negara Islam, toh mengakui teritoor atau wilayah.
Bahkan pendiri Republik Pakistan , Mohammad Ali Jinnah,
berkata bahwa “we are a nation” kita satu bangsa.

 Agama bercita-citakan persaudaraan seluruh umat


manusia, persaudaraan antar golongan umat manusia di
dunia; kulit putih, kulit hitam, kulit kuning, kulit sawo
matang.
→ Agama tidak dapat memungkiri fakta adanya golongan-
golongan umat manusia (kebangsaan).
Negara dan Agama (3)
 Negara adalah satu organisasi kekuasaan yang
digunakan sebagai alat perjuangan yang
diorganisirkan diatas satu wilayah yang ada rakyatnya.

 Agama boleh tidak mengenal kebangsaan. Tapi


negara, jika hendak sempurna harus berdasar
Pancasila yang memuat paham kebangsaan sebagai
dasar negara.
Teori Kebangsaan (1)
 Ernest Renan:
→ Bangsa adalah satu jiwa.

→ Satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar.

→ Bangsa atau kebangsaan tidak tergantung dari persamaan


bahasa, agama, maupun keturunan. [click here]

→ Le desir d’etre ensemble (kehendak untuk hidup bersama).

→ Gerombolan manusia meskipun agama, bahasa, dan berasal


dari keturunan macam-macam asal memiliki kehendak
untuk hidup bersama adalah bangsa.
Teori Kebangsaan (2)
 Otto Bauer:
→ Marxis Austria (“kaum internasional dua setengah”) [click
here]

→ Bangsa atau kebangsaan tidak tergantung dari persamaan


bahasa, agama, maupun keturunan.

→ Bangsa adalah satu individualiteit. Seperti individu, bangsa


juga memiliki karakter sendiri-sendiri. [click here]

→ Bangsa adalah satu persatuan karakter atau watak yang


terjadi karena persatuan pengalaman.
Teori Kebangsaan (3)
 Bung Karno:
→ Teori Ernest Renan dan Otto Bauer kurang lengkap.

→ Teori tersebut kurang dapat digunakan di Indonesia. [click


here]

→ Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia


punya keinginan bersatu, keras ia punya karakter persamaan
watak, dan hidup diatas satu wilayah geopolitik yang nyata
satu unit (satu persatuan).

→ Geopolitik adalah hubungan antara letak tanah air dengan


rasa-rasa dan kehidupan politik.
Fenomena Abad ke-20
 Merdekanya bangsa-bangsa di Asia.
 Timbulnya negara-negara sosialis.
 Atomic revolution, revolusi atom.
 Historis paradox.
Historis Paradox
 Hal yang tampak bertentangan dalam sejarah.

 Di satu pihak terjadi kedekatan antar manusia dengan perlalu


lintasan kapal laut, kapal udara, telepon, telegram, radio, dsb.
→ dikocok menjadi satu famili besar.

 Di lain pihak, bangsa-bangsa malah memisahkan diri dalam


gerombolan-gerombolan besar yang mempunyai batas-batas
tertentu. [click here]

 Disatu pihak menghilangkan batas tapi di lain pihak justru


membuat batas.
Menuju Negara Nasional
 Terjadi pergeseran susunan masyarakat berproduksi.
→ industrialisme.

 Ekonomi tidak mampu hidup subur diatas negara-


negara kecil.

 Diperlukan persatuan diantara negara-negara kecil


menjadi negara nasional. → keharusan pembuatan
batas yang berdiri diatas fakta obyektif. [click here]
Negara Nasional Indonesia (1)
 Proklamasi 17 Agustus 1945.

 Tidak menuju negara kecil-kecil seperti negara Jawa,


negara Sumatera, negara Sulawesi.

 Langsung menuju negara nasional yang berwilayah


dari Sabang sampai Merauke.

 Tidak hanya karena ideologi kebangsaan, secara


ekonomi kita tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.
Negara Nasional Indonesia (2)
 Republik Indonesia bukan negara agama, tetapi adalah negara
nasional, dalam arti meliputi seluruh badannya bangsa
Indonesia.

 Negara digunakan sebagai alat perjuangan untuk mewujudkan


masyarakat adil dan makmur.
 Keluar, negara digunakan untuk menentang musuh yang hendak
menyerang, menentang intervensi, menentang peperangan,
menentang apa arus dari luar.
 Kedalam, negara digunakan untuk memberantas segala ‘penyakit’
yang ada di dalam negeri, dan untuk mewujudkan cita-cita
masyarakat adil dan makmur.

 Untuk menjadikan negara yang kuat, negara harus didasarkan


antara lain paham kebangsaan.
Chauvinisme
 Kebangsaan di dalam alam kapitalisme selalu terkena
resiko akan meruncing menjadi chauvisnisme.

 Misalnya, rasa kebangsaan Jerman dan Perancis pada


masa perang. Perang terjadi diantara keduanya karena
persaingan ekonomi, persaingan kapitalis.

 Indonesia pada hakekatnya menentang kapitalisme


dan dengan tegas menolak chauvinisme.
Sila Kebangsaan
 Untuk menentang imperialisme dan menyelenggarakan
masyarakat yang adil dan makmur akan berhasil jika
menggunakan dinding kebangsaan sebagai pengikat rakyat
Indonesia.

 Jika rasa kebangsaan tidak ada, barangkali sampai dengan


saat ini kita belum bisa menjadi negara yang merdeka.
Mungkin hanya menjadi negara-negara kecil.

 Maka, sila Kebangsaan harus dimasukkan dalam rangkaian


Pancasila.
Penutup
 Dari sudut apapun, baik dari sudut Marxisme maupun
dari sudut historis, kebangsaan harus ada. Kita harus
memupuk rasa itu dengan sebaik-baiknya.

You might also like