Professional Documents
Culture Documents
Refleksi The Gift of Magi
Refleksi The Gift of Magi
Suatu saat Della bergegas keluar, ia melihat toko yang menampangkan sebuah papan
pengumuman berbunyi: “Ny. Sofronie. Menyediakan Hiasan Rambut Macam Apa Saja”. Della
memiliki rambut cokelat yang panjangnya mencapai lututnya sendiri. Dia langsung memutuskan
untuk memotong rambutnya yang indah itu dan menjualnya seharga 20 dollar. Dengan uang itu,
ia membelikan suaminya, Jim, sebuah rantai jam saku yang sederhana dan indah untuk
menggantikan tali pada jam saku Jim yang telah lama usang dan tak kunjung diganti.
Della mempersiapkan malam natal dengan baik dan ia agaknya khawatir tentang
pandangan Jim terhadap dirinya. Ia khawatir bahwa Jim tidak memandang dia cantik. Ia juga
khawatir Jim akan berhenti mencintainya. Saat Jim akhirnya tiba, Jim menunjukkan ekspresi
yang tak terbaca oleh istrinya, Della. Ia tak bisa dikatakan kaget, marah ataupun kecewa.
Ekspresi wajah Jim yang sedemikian anehnya membuat Della takut apakah Jim masih mencintai
dia apa adanya. Della berkata pada suaminya untuk tidak melihatnya seperti itu dan ia juga
memberitahu bahwa rambutnya ia potong untuk memberikan hadiah terbaik untuk suaminya
yang tercinta.
Jim memang bukannya marah atau kaget. Bahkan ia terharu sebab istrinya ini telah
memotong rambut yang indah untuk suaminya. Namun ternyata juga, Jim menjual jam saku
miliknya untuk membeli sisir yang begitu mahalnya untuk merawat rambut Della yang indah.
Jim menjual jam sakunya untuk membeli sisir tetapi ternyata Della menjual rambutnya untuk
mendapatkan rantai jam saku. Keduanya menjual hal-hal yang berharga bagi mereka demi
kebahagiaan satu sama lain.
Kisah ini menunjukkan keindahan untuk mengorbankan hal yang berharga bagi diri
sendiri untuk kebahagiaan orang lain. Kadangkala, mungkin kita agaknya egosentris, kita hanya
berpikir apa yang kita korbankan padahal ada orang di sana yang mengorbankan milik mereka
untuk kebahagiaan kita. Mengapa ada saja manusia yang mengorbankan miliknya demi
kebahagiaan orang lain? Cerita ini menunjukkan cukup jelas bahwa semua itu disebabkan oleh
suatu hal yang bisa jadi sederhana sekaligus rumit yakni cinta kasih yang tulus. “Each sold the
most valuable thing he owned in order to buy a gift for the other. But let me speak a last word to
the wise of these days: Of all who give gifts, these two were the most wise”. Kalimat ini
menunjukkan kebijakan dan cinta kasih yang tulus antar keduanya. Mereka rela memberi dengan
cinta yang tulus ikhlas. Mereka menjadi salah contoh pasangan yang memiliki Godly Character.
Mereka mencintai hingga rela memberikan pergi apa yang menjadi harta pusaka mereka.