You are on page 1of 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Kurikulum
1. Manajemen Kurikulum
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. manajemen bisa
diartikan sebagai seni, ilmu dan profesi. Dijelaskan dalam Bukhori, Follet mengartikan
manajemen sebagai seni, karena untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien,
seorang manajer harus bisa mengatur dan menggerakkan orang untuk melakukan tugas-
tugasnya.
Dalam pendidikan, manajemen didasarkan pada peningkatan mutu atau kualitas
pendidikan yang ditangani secara efisien, artinya berbagai sumber yang memengaruhi proses
pendidikan perlu ditangani secara jelas, terkendali dan terarah. Dalam pendidikan,
manajemen juga diartikan sebagai “aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar
terpusat dalam usaha mencapsi efesiensi.
Sedangkan Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1 butir 19 sebagai berikut:“Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi serta proses pendidikan.
Dari definisi manajemen dan kurikulum tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen kurikulum merupakan kegiatan pengaturan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan atau evaluasi agar proses pendidikan dapat
berjalan dan berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Depdiknas dalam Syafarudin mengartikan manajemen kurikulum sebagai “suatu
proses mengarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sebagai tolok ukur
pencapaian tujuan pengajaran oleh pengajar”.Lebih lanjut dijelaskan bahwa aktivitas
manajemen kurikulum ini merupakan kolaborasi antara kepala sekolah dengan wakil kepala
sekolah beserta para guru dalam melakukan kegiatan manajerial agar perencanaan
berlangsung dengan baik. Manajemen kurikulum juga dapat diartikan:
a. Manajemen kurikulum adalah upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola
perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, sistemik, dan sistematis dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum.[1]
2. Perencanaan Kurikulum
Menurut Saidiharjo (2008), perencanaan kurikulum adalah sebuah proses di mana
para perencana mengambil bagian pada berbagai level pembuat keputusan mengenai tujuan
pembelajaran yang seharusnya, bagaimana tujuan dapat direalisasikan melalui proses belajar-
mengajar, dan apakah tujuan tersebut memang tepat dan efektif.
Sehingga kurikulum sangat penting dalam dunia pendidikan, kurikulum disusun
untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang harus dicapai serta pengalaman belajar yang
harus didapatkan oleh para peserta didik. Dengan demikian dalam merumuskan kurikulum
harus memperhatikan beberapa faktor penting, misalnya faktor perkembangan dan psikologi
peserta didik, lingkungan sekitar, serta teknologi di masing – masing jenjang pendidikan.
Mengingat objek dalam pendidikan adalah manusia yang memiliki rasa serta
pengetahuan teknologi yang terus mengalami kemajuan, maka tidak salah jika rumusan
kurikulum sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan selalu menunjukkan
kecenderungan untuk berubah.[2]
B. Perencanaan Manajemen Kurikulum
Dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Nasution, lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Dan sejumlah ahli teori kurikulum
berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan
melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah.
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, Manajemen adalah Usaha untuk
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. G.R. Terry mengatakan bahwa
manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Terry di atas, langkah awal atau yang
pertama kali dilakukan oleh seorang manajer adalah planning (perencanaan). Perencanaan
adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan suatu program yang di dalamnya
memuat sesuatu yang dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan arah, prosedur dan tujuan
yang harus ditempuh.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar
pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi
belajar mengajar.
Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan sebagai keahlian atau
kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum. Siapa yang bertanggung jawab
dan bagaimana perencanaan kurikulum itu dilaksanakan secara profesional merupakan dua
hal yang perlu diungkapkan dalam perencanaan kurikulum.
1.Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang
akan disampaikan kepada murid – murid. Organisasi kurikulum ini sangat erat kaitannya
dengan pencapaian tujuan pendidikan, karena kurikulum memuat aturan – aturan dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Suryosobroto pola pengorganisasian kurikulum ada 3 macam :
a. Separated Subject Curriculum
Kurikulum model ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam
mata pelajaran (subjects) yang trpisah – pisah satu sama lain, seakan – akan ada batas
pemisah antara mata pelajaran yang satu sama lain, juga antara suatu kelas dengan kelas lain.
b. Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama
lain ada hubungan, bersangkut paut (Correlated) walaupun mungkin batas – batas yang satu
dengan yang lain, masih dipertahankan.
c. Integrated Curriculum
Kurikulum ini meniadakan batas – batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
2. Model Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum merupakan kegiatan yang komplek yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan.
Adapun model – model dalam perencanaan kurikulum yang disebutkan oleh Oemar
hamalik adalah :
a. Model Perencanaan Rasional Deduktif atau Rasional Tyler
Menitik beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari
spesifikasi tujuan (Goals and Objectives). Model ini dapat diterapkan pada semua tingkat
pembuatan keputusan namun lebih cocok digunakan untuk sistem pendidikan yang
sentralistik yang menitikberatkan pada sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum
dianggap sebagai suatu alat untuk mengembangkan atau mencapai tujuan di bidang sosial
ekonomi.
b. Model Interaktif Rasional (The rasional-interactive model)
Memandang rasional sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat – pendapat yang
berbeda, yang tidak mengikuti urutan logik. Model ini seringkali dinamakan model
situasional, asumsi rasionalitasnya ,menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang tidak
memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolahan atau tingkat lokal.
c. The Disciplines Model,
Perencanaan ini menitikberatkan pada guru – guru, mereka sendiri yang
merencanakan kurukilum berdasarkan pertimbangan sistematik tentang relevasi pengetahuan
filosofis, sosiologi dan psikologi.
d. Model tanpa perencanaan (non planning model),
Adalah suatu model berdasarkan pertimbangan – pertimbangan intuitif guru – guru
didalam runag kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan.
Secara umum dalam sebuah perencanaan kurukulum dapat mengandung keempat
type diatas, namun untuk membedakannya antara satu dengan yang lain, diperlukan analisis
variabel kebermaknaan bagi praktek perencanaan.
3. Proses atau Langkah – Langkah Perencanaan Kurikulum
Ada beberapa ahli yang merumuskan proses atau langkah dalam merencanakan
sesuatu, diantaranya:
a Menentukan tujuan
b. Memilih pengalaman – pengalaman pendidikan (belajar)
c. Menentukan materi pelajaran
d. Organisasi dan Intregasi point (b) dan (c)
e. Evaluasi terhadap efektifitas langkah – langkan perencanaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.[3]
4. Kegiatan – Kegiatan Manajemen Kurikulum
a. Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru, Kegiatan ini meliputi :
1. Pembagian tugas mengajar
2. Pembagian tugas / tanggung jawab dalam membina ekstra kurikuler.
3. Koordinasi penyusunan persiapan mengajar.
b. Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar, meliputi:
1. Menyusun jadwal pelajaran
2. Penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu.
3. Pengisian daftar kemajuan murid.
4. Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.
5. Laporan hasil evaluasi.
6. Kegiatan bimbingan penyuluhan.[4]
5. Asas – Asas Perencanaan Kurikulum
Ada beberapa asas yang dijadikan dasar dalam perencanaan kurikulum, yaitu :
a. Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan
pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
b. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu,
keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses
penyampaian.
c. Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan
keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta
bermanfaat sebagai acuan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
d. Efisiensi dan Efektivitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan
waktu dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
e. Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik, kemampuan
tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan perubahan/perkembangan masyarakat.
f. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis bidang studi,
sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan program yang akan dilaksanakan.
g. Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang
membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
h. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan tahapan,
jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
i. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan
pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
j. Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu, sehingga
turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan secara keseluruhan.
6. Sifat Perencanaan Kurikulum
1. Bersifat stategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
2. Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek – aspek
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
3. Bersifat integratif, yang mengintegrasikan rencana yang luas, mencakup
pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.
4. Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan kebutuhan
masyarakat.
5. Bersifat humanistik, menitikberatkan pada pengembangan sumber daya
manusia, baik kuantitatif maupun kualitatif.
6. Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan
masyarakat yang maju.
7. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan
kondisi dan potensi daerah.
7. Fungsi Perencanaan Kurikulum.
1. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang
berisi petunjuk tentang jenis dan sumber belajar, media, bahan ajar, jenjang pendidikan, biaya
dan sarana yang diperlukan, serta sistem kontrol dan evaluasi untuk mencapai tujuan
managemen yang telah dirancang sebelumnya.
2. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai alat atau penggerak roda organisasi
dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan
organisasi. Oleh karenanya perumusan kurikulum perlu memuat informasi kebijakan yang
relevan antara seni kepemimpinan dan pengetahuan yang telah dimiliki.
3. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem
pendidikan sehingga mencapai hasil optimal.[5]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum merupakan suatu ilmu atau seni untuk merumuskan pedoman
dalam peyelengaraan kegiatan belajar, baik diluar maupun didalam kelas. Yang didalamnya
didukung dengan berbagai sarana prasarana. Untuk merumuskan suatu kurikulum diperlukan
perencaan yang matang, dimana perencanaan tersebut merupakan kegiatan awal dalam suatu
manajemen. Proses perencanaan dalam manajemen kurikulum memiliki beberapa faktor-
faktor perencanaan yang diatas perlu di pertimbangkan sedemikian rupa hingga akan
terciptanya seperangkat pembelajaran yang sesuai dengan keberadaan dalam suatu ruang
lingkup pendidikan lebih tepatnya dalam sektor sekolah-sekolah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, saya sebagai penulis makalah ini mengaharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih
baik dalam pembuatan makalah ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap.html
(diakses tanggal 06 Nopember2015)
(http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/manajemen-perencanaan-
pengembangan.html ,diakses 06 Nopember 2015)
Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004

You might also like