Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 3 MSDM - Kasus 5
Kelompok 3 MSDM - Kasus 5
Anggota :
1. Rozi hasymi erizal_N1A119139_5AKK
Identitas Mahasiswa 2. Nur nilam sari_N1A119040_5AKK
3. Andi Rezki Saputri_N1A119149_5AKK
4. Sundari_N1A119148_5AKK
5. Reza Dwi Wahyudi_N1A119202_5Kesling
1. HUBAYBAH SKM.,MKM
Nama Dosen
2. RUMITA ENA SARI SKM., MKM
Tanggal
Pengumpulan 2 DESEMBE 2021
Terakhir
Saya menyatakan bahwa tugas yang saya susun adalah hasil kerja sendiri. Materi
yang digunakan untuk pembuatan tugas ini dirangkum dari berbagai sumber dan
telah dicantumkan sumber bacaannya.
(Tanda tangan)
A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “MOVERE” yang berarti “Dorongan dan Daya
Pengerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada bawahan
atau pengikutu. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dan memberikan semua kemampuan dan
keterampilan untuk menwujudkan tujuan yang berkualitas. Pada dasarnya pemerintah
bukan saja mengharapkan perawat yang mampu, capap dan terampil. Tetapi, mereka
mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai kerja yang optimal, kemampuan
dan kecakapan yang keterampilan perawat tidak ada artinya bagi pemerintah jika
perawat tidak mau bekerja dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan
keterampilan yang dimilikinya. (Hasibuan, 2008).
Motivasi merupakan unsur yang paling penting dalam memacu karyawan agar
berbuat lebih baik dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Tanpa adanya motivasi
seorang karyawan tidak akan bekerja secara optimal karena ketiadaan dorongan bagi
dirinya dalam melaksanakan berbagai tugas yang diembankan kepadanya. Dengan
demikian untuk mencapai prestasi yang tinggi setiap individu dipengaruhi oleh
beberapa variabel. Salah satu determinan penting yang mempengaruhi hasil kerja
individu adalah motivasi (Ilyas, 2002).
Dalam melaksanakan suatu aktivitas atau pekerjaan diperlukan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut
termotivasi. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan
ataupun pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat agar mau
berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Purwanto
(2000), dikutip dari Nursalam (2002) motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Ilyas, (2002) motivasi dapat dipandang
sebagai bagian yang fundamental dari kegiatan manjemen dan motivasi merupakan
bagian integral dari bagian organisasi dalam menggerakkan dan mengarahkan
personil mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Motivasi menggunakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik
kondisi-kondisi extrinsic maupun intrinsic yang merangsang timbulnya suatu perilaku
tertentu maupun respon-respon intrinsic yang menunjukkan perilaku seseorang
manusia. Respon intrinsic didukung oleh sumber-sumber energi, yang dinamai motif.
Motif sering digambarkan sebagai kebutuhan, keinginan atau tuntutan, semua
manusia yang hidup mempunyai motif.
Motivasi diukur dari perilaku yang dapat diobservasi dan dicatat. Defisiensi
dalam kebutuhan merangsang orang untuk mencari dan mencapai tujuan untuk
memenuh kebutuhan mereka. Teori-teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau
kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan,
mempertahankan, dan menghentikan perilaku. (Martunis, 2002) melakukan penelitian
pada teori isi yang dinakmakan teori motivasi dua faktor. Satu faktor dinamai kondisi
intrinsic, hal ini termasuk:
1. Prestasi yaitu kepuasan pribadi karena telah mampu mnyelesaikan suatu tugas,
memecahkan masalah atau karena hasil-hasil yang sukses.
2. Penghargaan (pengakuan) yaitu, pengakuan atau pujian oleh atasan pada bawahan
atas pekerjaan yang terselesaikan pekerjaan dengan baik.
3. Pekerjaan yaitu kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan
mereka dan mewarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai
betapa baiknya mereka bekerja.
4. Tanggung jawab yaitu derajat kontrol terhadap pekerjaan, variasi kerja dan
kesempatan untuk menggunakan prakarsa pribadi. Tanggung jawab adalah suatu
kewajiban atau tugas. tanggung jawab merupakan penyelesaian suatu pekerjaan,
sebagai contoh tanggung jawab perawat yang sudah umum seperti penyusunan
unit tugas merawat klien sehari-hari.
5. Pertumbuhan (perkembangan), yaitu tumbuh dan berkembang guna meningkatkan
kemampuan dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap staf keperawatan
untuk meneruskan pendidikan atau pelatihan.
6. Kemampuan yaitu: kesempatan untuk promosi dalam organisasi
C. Teori Motivasi
Teori motivasi ini bertujuan untuk menentukan apa yang memotivasi orang-
orang dalam pekerjaan mereka. Pada mulanya banyak ahli yang berpendapat bahwa
hanya uang yang memotivasi mereka, dan kemudian juga dianggap kondisi kerja,
keamanan dan gaya supervise demokratis ikut memotivasi seseorang (Keenan, 1996).
Motivasi menggunakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik
kondisi-kondisi extrinsic maupun intrinsic yang merangsang timbulnya suatu perilaku
tertentu maupun respon-respon intrinsic yang menunjukkan perilaku seseorang
manusia. Respon intrinsic didukung oleh sumber-sumber energi, yang dinamai motif.
Motif sering digambarkan sebagai kebutuhan, keinginan atau tuntutan, semua
manusia yang hidup mempunyai motif.
Motivasi diukur dari perilaku yang dapat diobservasi dan dicatat. Defisiensi
dalam kebutuhan merangsang orang untuk mencari dan mencapai tujuan untuk
memenuh kebutuhan mereka. Teori-teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau
kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan,
mempertahankan, dan menghentikan perilaku. (Martunis, 2002) melakukan penelitian
pada teori isi yang dinakmakan teori motivasi dua faktor. Satu faktor dinamai kondisi
intrinsic, hal ini termasuk:
1. Prestasi yaitu kepuasan pribadi karena telah mampu mnyelesaikan suatu tugas,
memecahkan masalah atau karena hasil-hasil yang sukses.
2. Penghargaan (pengakuan) yaitu, pengakuan atau pujian oleh atasan pada bawahan
atas pekerjaan yang terselesaikan pekerjaan dengan baik.
3. Pekerjaan yaitu kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan
mereka dan mewarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai
betapa baiknya mereka bekerja.
4. Tanggung jawab yaitu derajat kontrol terhadap pekerjaan, variasi kerja dan
kesempatan untuk menggunakan prakarsa pribadi. Tanggung jawab adalah suatu
kewajiban atau tugas. tanggung jawab merupakan penyelesaian suatu pekerjaan,
sebagai contoh tanggung jawab perawat yang sudah umum seperti penyusunan unit
tugas merawat klien sehari-hari.
5. Pertumbuhan (perkembangan), yaitu tumbuh dan berkembang guna meningkatkan
kemampuan dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap staf keperawatan
untuk meneruskan pendidikan atau pelatihan.
6. Kemampuan yaitu: kesempatan untuk promosi dalam organisasi.
Dari rangkaian faktor-faktor lain adalah kondisi-kondisi intrinsic dan hal ini termasuk:
a. Gaji
Gaji atau upah adalah imbalan yang diterima oleh seseorang dari organisasi atas
jasa yang diberikannya, baik berupa waktu, tenaga, keahlian atau keterampilan.
b. Kondisi kerja
Yang dimaksud dengan kondisi kerja, tidak terbatas hanya pada kondisi kerja
ditempat pekerjaan masing-masing seperti nyamannya tempat kerja, ventilasi yang
cukup, penerapan lampu yang memadai, kebersihan tempat pekerjaan, keamanan
dan hal-hal lain yang sejenis, misalnya lokasi tempat kerja dikaitkandengan lokasi
tempat tinggal seseorang. Kondisi kerja yang mndukung antara lain, tersedianya
sarana dan prasaran kerja yang memadai dengan sifat tugas yang harus
diselesaikan.
c. Supervise
Supervise yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung
guna mengatasinya, dalam melaksanakan supervise ada dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1) Pengamatan langsung
Pengamatan langsung adalah observasi yang dilakukan atasan dalam
mengawasi pekerjaan staf dibawah tanggung jawabnya yang dilakukan secara
rutin.
2) Kerja sama
Untuk keberhasilannya kegiatan supervise, perlu terjalin kerja sama antara
pelaksana supervise dengan yang disupervisikan. Kerja sama seperti ini akan
terwujud jika berlangsung komunikasi yang baik antara pelaksana supervise
dengan yang disupervisikan, selain itu mereka akan disupervisikan merasakan
masalah tersebut juga masalah mereka sendiri.
d. Hubungan interpersonal, dengan atasan dan sejawat
Keharusan melakukan interaksi itu timbul karena adanya saling ketergantungan
dan keterkaitan antara satu tugas dengan tugas lain.
e. Kebijakan perusahaan
Mengakomodasi kebutuhan individu, jadwal kerja, liburan serta cuti sakit dan
pembiayaannya, menghargai staf tentang agama dan latar belakangnya, adil dan
konsisten.
f. Keamanan kerja
Beberapa pendapat yang memperkuat teori motivasi dua faktor yang dikemukakan
oleh Herzberg, antara lain:
1) Monica (2001), juga mengatakan bahwa pengakuan dan penghargaan dari
atasan sangat penting dalam meningkatkan motivasi kerja staf, pengakuan
dari seseorang manajer dapat mencakup pujian di depan umum, pernyataan
tentang pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik, atau berupa perhatian
khusus dari atasan.
2) Swanburg (2000), menekankan bahwa seseorang pekerja profesional akan
termotivasi untuk bekerja, didalam pekerjaan disamping mendapatkan
penghasilan yang layak, juga mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan diri melalui pendidikan lanjutan dan pelatihan- pelatihan
yang terkait dengan pekerjaannya.
3) Siagian (2005), memfokuskan faktor utama yang dapat meningkatkan
motivasi seseorang dalam bekerja adalah gaji atau upah yang sesuai.
Biasanya seseorang melihat upah atau gaji itu dengan “kaca mata”
perbandingan yang dikaitkan dengan harapan seseorang berdasarkan tingkat
pendidikan, pengalaman, masa kerja, jumlah tanggungan, status sosial dan
kebutuhan ekonomisnya.
4) Marquis (2000), mengatakan pengamatan atau supervise langsung oleh
atasan sangat berperan dalam meningkatkan motivasi kerja staf karena kan
membuat staf lebih giat dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
Memang pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, tidak senang atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan.
Untuk mencegah keadaan yang seperti ini dianjurkan pendekatan
pengamatan tersebut dilakukan secara mendidik dan sportif, bukan dengan
kekuasaan otoriter.
5) Azwar (1998), mengatakan kerja sama tim yang baik antara atasan dengan
staf dan antara staf dengan staf lainnya akan menciptaan iklim kerja yang
harmonis. Semakin harminisnya suasana kerja, biasanya semangat kerja
masing-masing anggota tim semakin meningkat.
Terdapat prinsip dalam memotivasi kerja staf (Mangkunegara, 2000 dikutip dari
Nursalam, 2002):
1. Prinsip partisipatif; dalam upaya memotivasi kerja staf perlu diberikan
kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai
oleh pemimpin.
2. Prinsip komunikasi; pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan upaya pencapaian tugas dengan informasi yang jelas, staf
akan lebih dimotivasi kerjanya.
3. Prinsip mengakui andil bawahan; pemimpin mengakui bahwa bawahan
mempunyai andil didalam usaha mencapai tujuan. Dengan pengakuan tersebut,
staf akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip pendelegasian wewenang; pemimpin akan memberikan otoritas atau
wewenang kapada staf bawahan untuk sewaktu-waktu mengambil keputusan
terhadap pekerjaan yang dilakukan, akan membuat staf bersangkutan menjadi
termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip memberi perhatian; pemimpin memberikan terhadap apa yang diinginkan
staf, sehingga bawahan akan termotivasi untuk bekerja sesuai dengan harapan
pemimpin.
KOMPENSASI
A.Pengertian kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu fungsi yang penting dalam manajemen sumber daya
manusia (MSDM). Karena kompensasi merupakan salah satu aspek yang paling sensitif di
dalam hubungan kerja. Kasus yang terjadi dalam hubungan kerja mengandung masalah
kompensasi dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan, kenaikan kompensasi, struktur
kompensasi dan skala kompensasi. Kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai langsung,
pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan, dan insentif untuk memotivasi
karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi. Kompensasi
ini dimaksudkan sebagai balas jasa (reward) perusahaan terhadap pengorbanan waktu, tenaga
dan pikiran yang telah diberikan mereka kepada perusahaan. Panggabean (2005), kompensasi
didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai
balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasinya, Saydam (2008)
kompensasi adalah sebuah bentuk balas jasa perusahaan terhadap pengorbanan waktu, tenaga
dan fikiran yang telah diberikan mereka (karyawan) kepada perusahaan.
Menurut Ardana, kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan
sebagai balas jasa atas kontribusinya kepada perusahaan/organisasi/ instansi yang apabila
tidak dikelola dengan baik akan mengganggu jalannya usaha. Sedangkan menurut Hasibuan,
kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak
langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan atau instansi tempat karyawan tersebut bekerja.
Kompensasi merupakan salah satu faktor penentu bagi pegawai pada sebuah
instansi/perusahaan untuk meningkatkan hasil kerjanya. Apabila pegawai Puskesmas merasa
puas akan kompensasi yang diberikan instansi/ perusahaan yang diberikan kepadanya, maka
akan terlihat jelas dari produktivitas kerja yang meningkat, kecintaan dan tanggung jawab
akan tinggi terhadap sasaran–sasaran perusahaan, namun apabila kompensasi yang diberikan
perusahaan/instansi dirasakan tidak sesuai dengan pengorbanan yang diberikan ataupun tidak
memadai maka prestasi, motivasi dan kepuasan serta produktivitas kerja pegawai Puskesmas
akan menurun.
Kompensasi merupakan semua pendapatan yang berbentuk uang, barang ataupun jasa yang
langsung atau tidak langsung diterima karyawan sebagai imbalan balas jasa yang diberikan
oleh perusahaan. Tujuan utama dari kompensasi adalah untuk meningkatkan produktifitas
karyawan sehingga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Kompensasi memberikan
kontribusi yang besar terhadap kepuasan kerja seseorang.
Kompensasi merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan
atas pekerjaan yang mereka hasilkan. Menurut Rivai dan Sagala (2011) kompensasi terdapat
dua macam, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Pemberian kompensasi
kepada karyawan harus layak dan adil, karena dapat menningkatkan kemampuan karyawan
dalam meningkatkan produktivitas kerjanya, hal tersebut dikarenakan karyawaan dapat
merasakan kepuasan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pemberian kompensasi kepada karyawan dapat memotivasi dan memberikan kepuasan kerja.
Menurut Mangkunegara (2013) kompensasi yang diberikan kepada pegawai sangat
berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja dan motivasi kerja, serta hasil kerja. Memberikan
kompensasi yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan jabatan kerja karyawan, maka karyawan
akan merasakan kepuasan dalam bekerja. Suatu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor
yang bisa menciptakan kapuasaan kerja bagi karyawan dan bisa memberikan kompensasi
yang secara tepat, sehingga bisa tercapai kepuasan kerja karyawan yang akan dapat
meningkatkan kinerja.
Kepuasan kerja dapat diamati secara langsung melalui ekspresi perasaan yang diungkapkan
dalam pernyataan atau perilaku tertentu. Pegawai yang merasa puas bekerja memiliki tingkat
kehadiran dan terkadang memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan pegawai tidak puas
bekerja.1 Selain itu pegawai yang merasa puas cenderung memiliki kinerja yang baik,
memiliki tingkat kemangkiran yang rendah dan keinginan yang rendah untuk pindah kerja.
Pegawai yang tidak puas bekerja cenderung lebih sering melamun, kurang memiliki semangat
dalam bekerja, cepat mengalami kelelahan, cepat bosan, emosi tidak stabil dan melakukan
kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.2 Hal tersebut menunjukkan kepuasan
kerja merupakan aspek yang penting untuk pegawai dan organisasi terutama karena mampu
menciptakan suatu keadaan positif di lingkungan organisasi.
Pemberian kompensasi pada dasarnya bertujuan untuk mendorong pekerja agar bekerja lebih
baik sehingga merasa puas dalam bekerja.12 Kompensasi yang baik adalah kompensasi yang
mampu menjamin kepuasan kerja pegawai sehingga memungkinkan organisasi untuk
memperoleh, memelihara dan mempekerjakan pegawai dengan sikap dan perilaku yang
positif dan mampu meningkatkan kinerja dalam bekerja
B.Tujuan Kompensasi
Handoko ( 1985 : 115 – 116 ) secara rinci menggambarkan tujuan dari pemberian
kompensasi adalah sebagai berikut :“Memperoleh personalia yang qualifeat, dalam rangka
mencari pelamar tenaga kerja. Mempertahankan pegawai yang telah ada sekarang, bila
tingkat kompensasi tidak kompetitif, niscaya pegawai yang baik akan keluar. Menjamin
keadilan administrasi pengupahan, penggajian dan berusaha memenuhi prinsip keadilan, serta
menghargai perilaku yang diinginkan yaitu mendorong pegawai Puskesmas dapat berprestasi
dalam bekerja dan memenuhi peraturan yang legal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa
pemberian kompensasi yang layak kepada pegawai Puskesmas berperan untuk meningkatkan
moral dan bekerja lebih semangat, rajin dan penuh percaya diri. Apabila kompensasi
dirasakan pegawai Puskesmas tidak layak maka akan menyebabkan rendahnya moral
pegawai serta mengurangi disiplin kerja.
2. Memberikan kepuasan kepada karyawan. Berarti bahwa melalui kepuasan yang dirasakan
para karyawan, maka karyawan akan memberikan prestasinya yang terbaik.
3. Untuk memotivasi karyawan dalam bekerja. Berarti agar karyawan bersemangat dalam
bekerja dalam rangka memnuhi kebutuhannya.
C.Jenis Kompensasi
Untuk memotivasi agar merasa tidak jenuh dan bekerja lebih rajin diberikan berbagai
kompensasi dalam bentuk moneter (uang), agar dapat menjamin mereka betah tinggal dan
bekerja dalam instansi tersebut.Kompensasi terbagi dua yaitu kompensasi finansial dan
kompensasi non finansial, kompensasi finansial terbagi lagi yaitu kompensasi langsung dan
tidak langsung
a. Finansial Langsung
Yaitu merupakan kompensasi yang diberikan secara tetap, yang terdiri dari
bayaran upah, gaji, bonus dan komisi, yang mana menurut Malayu S.P
Hasibuan ( 1994, 133 ) : “balas jasa yang dibayar secara periodik dengan tetap
serta mempunyai jaminan yang pasti. Sedangkan upah adalah balas jasa yang
dibayar pada kerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang
disepakati”.
b. Kompensasi Tidak Langsung
Merupakan jenis kompensasi yang diberikan perusahaan kepada pegawai
Puskesmas yang tidak diterimanya secara langsung akan tetapi mempengaruhi
kesejahteraannya. Kompensasi tidak langsung ini sering disebut dengan
kompensasi lengkap ( Fringle benefit ) atau kompensasi tambahan.
Kompensasi ini sebagai upaya penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang
menyenangkan dan secara tidak langsung berkaitan dengan prestasi kerja.
Sehubungan hal ini
Handoko ( 1995 : 135 ) mengemukakan : “Tipe kompensasi pelengkap sering disebut “
fringle benfit “adalah untuk mempertahankan pegawai perusahaan dalam jangka panjang.
Kompensasi pelengkap ini berbentuk penyediaan “ benefit “ dan program pelayanan
kesejahteraan pegawai. Benefit dan pelayanan tersebut merupakan kompensasi tidak
langsung karena biasanya diperlukan sebagai upaya penciptaan kondisi dan lingkungan kerja
yang menyenangkan dan secara tidak langsung berkaitan dengan prestasi kerja. Kompensasi
dalam bentuk upah dan gaji disebut kompensasi langsung karena hal ini didasarkan atas
faktor – faktor pekerjaan kritis”.Pendapat lain dikemukakan oleh Flippo (1988:56) yang
menyebutkan jenis–jenis kompensasi yang bersifat tunjangan ( insentif ) adalah :
“Pembayaran untuk waktu tidak bekerja, contohnya dalam bidang ini akan mencakup periode
istirahat yang dibayar seperti istirahat makan siang, hari libur, cuti dan alasan pribadi lainnya.
Perlindungan terhadap bahaya dan hal–hal yang tidak terelakkan : sakit, cedera, utang, usia
lanjut dan kematian dimana dalam keadaan demikian harus diberikan insentif.
Apa yang seharusnya dapat dicapai organisasi dengan menerapkan sebuah sistim
kompensasi tertentu "Pertanyaan tersebut mendasari organisasi dalam menilaikeberhasilan
suatu sistim dengan kreteria-kreteria sebagai berikut:
Mondy Noe (2008) membagi kompensasi menjadi dua bagian yaitu kompensasi
keuangan langsung dan tidak langsung berupa fasiltas dan tunjangan.
a. Ikatan kerjasama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah kerjasama formal antar majikan
dnegan karyawan, karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,
sedagkan pengusaha atau majikan membayar kompensasi sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
b. Kepuasan kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik, status sosial dan egoistik memperoleh kepuasan kerja dan jabatan.
c. Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah balas jasa yang diberikan
cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
d. Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turn over relative kecil
e. Disiplin
Dengan pemberian kompensasi balas jasa yang cukup besar maka disiplin
karyawan semakin baik, meraka akan menyadari serta mentaati peraturan yang
berlaku.
E.Indikator Kompensasi
Menurut Hasibuan (2013), ada beberapa indikator kompensasi antara lain sebagai
berikut :
Menurut Noe dalam Aulia dan Troena (2013) menyatakan bahwa indicator
kompensasi finansial terbagi menjadi tiga, yaitu:
Apabila permintaan tenaga kerja datang dari pihak perusahaan maka secara otomatis
kompensasi relatif tinggi, sebaliknya apabila individu yang membutuhkan pekerjaan maka
kompensasi relatif lebih rendah.
Bahwa ukuran besar atau kecilnya kompensasi yang akan diberikan kepada karyawan akan
sangan tergantung kepada kemampuan finansial yang dimiliki perusahaan.
Eksistensi karyawan dalam perusahaan akan membuat karyawan membentuk suatu ikatan
dalam rangka proteksi atas kesemena-menaan pimpinan, maka akan muncul rasa yang
menyatakan bahwa perusahaan tidak akan bisa mencapai tujuannya tanpa adanya karyawan.
Hal ini dapat mempengaruhi besarnya kompensasi.
Tingkat jabatan karyawan akan mempengaruhi besarnya kompensasi, selain itu berat
ringannya bebas dan tanggung jawab suatu pekerjaan pun mempengaruhi kompensasi.
Semakin tinggi pendidikan karyawan dan semakin banyak pengalaman kerja, maka semakin
tinggi kompensasinya.
G.Hubungan Kompensasi terhadap Kinerja
Adanya sistem kompensasi finansial yang baik pada suatu perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja para karyawan. Apabila karyawan mendapat tambahan kompensasi
finansial, maka mereka cenderung akan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Jika
karyawan merasa imbalan yang diterimanya telah sebanding dengan kontribusi yang telah
diberikan kepada perusahaan, maka karyawan tersebut akan berusaha mempertahankan dan
meningkatkan kinerjanya dikemudian hari. Namun apabila karyawan merasa kompensasi
finansial yang mereka dapatkan kurang sesuai dengan apa yang telah diberikan kepada
perusahaan atau karyawan merasa sistem pemberian kompensasi yang ada kurang sesuai,
maka karyawan cenderung enggan untuk berusaha meningkatkan kinerjanya.
Menurut Simamora dalam Dito (2010) mengemukakan bahwa Kompensasi dalam bentuk
finansial adalah penting bagi karyawan, sebab dengan kompensasi ini mereka dapat
memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan fisiologisnya.
Menurut (Siagian, 2010), mengatakan jika para anggota organisasi diliputi rasa tidak puas
atas kompensasi yang diterimanya, dampaknya bagi organisasi sangat bersifat negatif.
Artinya, ketidakpuasan tersebut tidaklah terselesaikan dengan baik merupakan hal yang wajar
apabila para anggota organisasi menyatakan keinginan untuk memperoleh imbalan yang
bukan saja lebih besar, kan tetapi juga lebih adil.
Pemberian kompensasi finansial yang sesuai dan adil kepada karyawan sangat bermanfaat
bagi perusahaan. Dengan memberi kompensasi finansial yang sesuai dan adil, maka
perusahaan dapat memberikan rangsangan agar karyawan bekerja dengan maksud mencapai
prestasi dan mengikat para karyawan yang berpotensial agar tetap bekerja dan loyal terhadap
perusahaan.
2. Serikat karyawan
3. Produktivitas
hidup dantumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak akan lagi bisa bersaing. Oleh karena itu,
perusahaan tidak dapat membayar para karyawannya melebihi kontribusi mereka kepada
perusahaan melalui produktivitas mereka. Bila ini terjadi (bisa karena kelangkaan atau
kekuatan serikat karyawan), Perusahaan biasanya merancang kembali pekerjaan-pekerjaan,
melatih para karyawan baru untuk menaikkan suplai, atau melakukan otomatisasi.
perusahaansebenarnya ingin membayar kompensasi secara adil dan layak. Oleh karena itu,
perusahaan juga merasa bahwa para karyawan seharusnya melakukan pekerjaan sesuai
dengan upah yang mereka terima. Manajemen perlumendorong para karyawan untuk
meningkatkan produktifitas mereka agarkompensasi yang lebih tinggi dapat dibayarkan.
6. Kendala-kendala pemerintah
3. Kerangka Konseptual
Keberhailan kinerja Pegawai Puskesmas akan tercapai bila didukung oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini faktor yang diangkat antara lain Kepemimpinan,
Kompetensi dan Kompensasi. Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arahan kepada individu atau
kelompok lainnya yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
diterapkan sebelumnya, Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan
serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan. Kompetensi menunjukkan
keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang
tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebutDemikian juga
halnya dengan kompensasi, sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kompensasi yang
dirasa seimbang dapat merangsang peningkatan kinerja pegawai. Menurut penelitian Dharma
(2004) bahwa tujuan pemberian kompensasi dapat meningkatkan kerjasama yang baik,
memberi kepuasan terhadap pegawai, pengadaan efektif, meningkatkan motivasi yang baik,
stabilitas pegawai, meningkatkan disiplin, memberi pengaruh serikat buruh dan pemerintah.
Bab 2. Masalah terkait motivasi dan kompensasi pada SDMK
Dalam dunia kerja, persaingan kerja semakin ketat karena adanya perkembangan
informasi dan teknologi yang semakin canggih tiap tahunnya yang mana mengakibatkan
persaingan secara menyeluruh di dunia. Keberadaan sumber daya manusia sangat penting
disuatu perusahaan, setiap potensi pada karyawan sangat penting dalam menjalankan
perusahaan dan perusahaan harus menjaga dengan sebaik-baiknya demi hasil yang maksimal.
Untuk mendorong semngat karyawan agar mencapai hasil yang maksimal, perlu
adanya hubungan yang saling menguntungkan antara karyawan dengan perusahaan. Dalam
hal ini memicu timbulnya motivasi karyawan untuk menunjukkan kinerja terbaiknya agar
tetap dipertahankan di perusahaan. Tingkat keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada
motivasi karyawannya dalam melakukan pekerjaan.
Motivasi kerja adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan yang mendorong
seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi
muncul karena ada keinginan untuk mencapai suatu tujuan. Peningkatan motivasi karyawan
sangat penting dilakukan oleh perusahaan, untuk memperlihatkan prilaku yang positif seperti
bekerja dengan sangat baik, lebih produktif, professional dalam bekerja, dapat bertahan lama
di perusahaan dan dapat menciptakan kualitas produk terbaik bagi konsumen.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Windi Yesika Putri (1) Melihat ciri-ciri
karyawan yang mengalami masalah pada motivasinya yaitu kurang berkonsentrasi, mudah
lelah, bersikap bermalas-malasan dan tidak fokus. Dalam hasil wawancara nya terhadap
karyawan PT. Pusaka Prima Mandiri, bahwa karyawan tidak termotivasi walaupun dia
melihat temannya mencapai target dan atasan kurang memotivasi bawahannya. Tapi
kompensasi juga bagian terpenting dalam pembentukan motivasi kerja pada karyawan.
Observasi yang dilakukan oleh Festy Debora Umpung, dkk (2) terhadap beberapa
tenaga kesehatan di Puskesmas dalam masa pandemic Covid-19 ini terlihat bahwa tenaga
kesehatan lebih waspada/hati-hati dalam bekerja, karena ada yang merasa takut terjangkit
Covid-19 saat bekerja. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan motivasi yang kuat dari
para tenaga kesehatan untuk bekerja. Dan juga perlu adanya upaya untuk meningkatkan
kompensasi bagi setiap karyawan di puskesmas agar mereka lebih termotivasi saat bekerja.
Menurut Saydam (Sutrisno 2014) kompensasi ini dimaksudkan sebagai balas jasa
(reward) perusahaan terhadap pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan
mereka kepada perusahaan untuk memotivasi karyawan.Pemberian kompensasi sangat
berpengaruh terhadap motivasi kinerja karyawan dalam meningkatkan mutu perusahaan.
Karyawan akan lebih giat bekerja jika merasa tenaga dan fikirannya di apresiasi oleh
perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Priliyan Pinandita, dkk dalam jurnal yang
berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat di puskesmas
Jambi kecil” Bahwa berdasarkan data kunjungan pasisen di Puskesmas Jambi kecil turun
pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2017. Namun pada tahun 2019 terjadi
peningkatan kunjungan dari pada tahun 2018. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien
yang dilakukan oleh peniliti diperoleh kinerja perawat ini belum maksimal, hal ini terlihat
dari masih terdapat pasien merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepadanya, seperti masih terdapat kurangnya kesigapan perawat pada saat pasien
membutuhkannya seperti saat penggantian infus, kadang perawat tidak menyediakan bantal
untuk pasien yang rawat inap, jarangnya perawat membangun komunikasi yang baik dengan
pasien, hal ini dapat juga terlihat dari indikator kepuasan pasien masih 50%.
Sedangkan hasil wawancara dengan perawat terdapat perawat yang memiliki motivasi
kerja yang baik sehingga kinerja yang diberikannya dapat dikatakan maksimal, tetapi terdapat
juga beberapa perawat yang menyatakan kurangnya motivasi mereka dalam hal hubungan
interpersonal di dalam kelompok kerja, dan hubungan kerja sama dengan teman-teman
seprofesi maupun dokter yang membuat kinerja perawat yang diberikan kepada pasien
kurang maksimal. Menurut kepala tata usaha Puskesmas Jambi Kecil menyampaikan bahwa
pencapaian kinerja perawat masih kurang dari 70 %.(3)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan mengenai masalah yang terkait
dengan motivasi dan kompensasi di Indonesia yaitu karyawan akan termotivasi untuk giat
bekerja karena adanya kompensasi dari pihak perusahaan, semakin tinggi kompensasi yang di
terima maka semakin tinggi motivasi seseorang untuk mengejar kompensasi sebagai bentuk
kebutuhan yang belum terpuaskan. Manfaat dari motivasi yang di tunjukan karyawan dapat
menguntungkan perusahaan dan menguntungkan karyawan juga. Di jambi sendiri, masalah
yang dialami yaitu kurangnya penghargaan yang diberikan oleh atasan sehingga kurangnya
motivasi perawat dalam bekerja. Sehingga kepuasan pasien terhadap layanan berkurang. Dan
juga kurangnya pihak puskesmas dalam hal memelihara hubungan dengan para tenaga
kesehatan seperti kurangnya komunikasi.
BAB 3. Motivasi dan Kompensasi
MOTIVASI
a. Ruang lingkup
Motifasi merupakan sebuah alasan atau dorongan yang menjadi semangat dalam diri
seseorang untuk mencapai tujuan yang dalam mengerjakan sesuatu, sedangkan Stoner dan
Freeman, 1995:134 memotifasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak. Terdapat
Tiga macam motifasi yaitu sebagai berikut;
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu seperti
prestasi, pengakuan diri, sifat pekerjaan tanggung jawab dan pengembangan karir.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu seperti yang
berhubungan dengan pekerjaannya saat itu sontoh lingkungan kerja, gaji, dan lain-
lain.
3. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit secara serentak
dan menghentak dengan cepat sekali.
b. Pencapaian Program
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVSI
KERJA PERAWAT DI PUSKESMAS JAMBI KECIL
Berdasarkan data kunjungan pasien di Puskesmas Jambi kecil pada tahun
2017 sebanyak 9.172 kunjungan, dan pada tahun 2018 turun menjadi 6.176
kunjungan, namun pada tahun 2019 terjadi peningkatan kunjungan menjadi 8.314
kunjungan. Berdasarkan hasil survei awal dan wawancara yang dilakukan Peneliti
pada tanggal 03 Agustus 2020 terhadap perawat dan pasien di Puskesmas Jambi
Kecil, menurut hasil wawancara dengan pasien diperoleh kinerja perawat ini
belum maksimal, hal ini terlihat dari masih terdapat pasien merasa kurang puas
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepadanya, seperti masih terdapat
kurangnya kesigapan perawat pada saat pasien membutuhkannya seperti saat
penggantian infus, kadang perawat tidak menyediakan bantal untuk pasien yang
rawat inap, jarangnya perawat membangun komunikasi yang baik dengan pasien,
hal ini dapat juga terlihat dari indikator kepuasan pasien masih 50%.
Puskesmas merupakan garda terdepan dalam memutus mata rantai penularan Covid-19
karena berada di setiap kecamatan dan memiliki konsep wilayah. Dalam kondisi pandemi
Covid-19 ini, puskesmas perlu melakukan berbagai upaya dalam penanganan pencegahan dan
pembatasan penularan infeksi. Pemutusan mata rantai Covid-19 saat ini hal tersebut menjadi
prioritas kerja bidang kesehatan. Namun puskesmas tidak dapat meninggalkan pelayanan lain
yang menjadi fungsi puskesmas yaitu melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama. Hal ini telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
(Kemenkes RI, 2020).
Keberhasilan puskesmas dalam melakukan tugas dan fungsinya sangat dipengaruhi oleh
penataan dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) untuk melaksanakan kegiatan pokok
puskesmas. SDM yang seimbang antara upaya kuratif dan upaya promotif dan preventif.
SDM di layanan kesehatan (tenaga kesehatan dan nonkesehatan) merupakan hal yang paling
utama dalam pencapaian keberhasilan suatu tujuan dari pembangunan kesehatan.
Meningkatnya suatu pelayanan kesehatan tergantung pada kemampuan SDM dalam
menjalankan aktivitasnya. Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) termasuk salah satu
subsistem yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan kesehatan yang dilakukan. Persoalan
SDMK harus diberi perhatian lebih dan dikelola secara optimal serta berkelanjutan dalam hal
memenuhi hak-haknya. Hal itu dilakukan agar bisa mendapatkan SDM yang mampu,
terampil, berkualitas, bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai produktivitas kerja yang
tinggi serta dapat menghadapi berbagai permasalahan dan memecahkannya secara cerdas,
baik dan benar (Kemenkes RI, 2020; Kemenkes RI, 2015).
Faktor utama yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan salah satunya yaitu motivasi
dalam bekerja. Motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam bekerja karena dengan
motivasi diharapkan setiap tenaga kesehatan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi adalah daya pendorong yang membuat seseorang
anggota organisasi mau dan rela menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian 2012). Menurut Mangkunegara
(2009), motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan banyak menentukan kualitas perilaku/
hasil kerja yang ditampilkannya. Motivasi merupakan suatu kebutuhan-kebutuhan
mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah untuk
tercapainya suatu tujuan tertentu. Motivasi juga hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan mencapai hasil yang optimal.
Beberapa penelitian telah dilaksanakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi kerja pada tenaga kesehatan. Penelitian dari Rusmitasari dan
Mudayana (2020) tentang kepemimpinan dan motivasi kerja tenaga kesehatan di puskesmas
kota Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi bekerja tenaga kesehatan di puskesmas. Penelitian dari
Nurbaeti dan Hartika (2016) tentang motivasi kerja tenaga kesehatan di puskesmas
Walenrang Kabupaten Luwu menunjukkan bahwa ada hubungan antara insentif, perhatian,
prestasi dengan motivasi kerja tenaga kesehatan di puskesmas. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Kementerian Kesehatan RI (2019) jumlah puskesmas di Sulawesi Utara
sebanyak 193 puskesmas yang terbagi menjadi 2 yaitu rawat inap (92 puskesmas) dan rawat
jalan (101 puskesmas). Pada tahun 2018, Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki 12
puskesmas. Tahun 2019 menjadi 13 puskesmas. Jumlah Kajian tentang motivasi kerja perlu
dilakukan karena dalam masa pandemi Covid- 19 ini dibutuhkan dorongan kerja dari para
tenaga kesehatan agar bisa bekerja dengan maksimal sehingga peran puskesmas pada masa
pandemi Covid-19 bisa optimal. Tingginya daya penularan dari penyakit ini menyebabkan
tenaga kesehatan khususnya di puskesmas rentan terkena penyakit ini. Berdasarkan data dari
Satgas Covid-19 Sulut, per tanggal 3 Juni 2020 telah ditemukan 40 perawat dan 17 dokter
yang terinfeksi dengan Covid-19.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap beberapa tenaga kesehatan di
Puskesmas terlihat bahwa hal ini menyebabkan para tenaga kesehatan lebih waspada/ hati-
hati dalam bekerja. Beberapa tenaga kesehatan puskesmas yang diwawancarai
menyampaikan bahwa ada yang merasa takut terjangkit Covid-19 saat bekerja. Berdasarkan
hal tersebut maka dibutuhkan motivasi yang kuat dari para tenaga kesehatan untuk bekerja.
KONPENSASI
kompensasi diartikan sebagai sejumlah uang atau penghargaan yang diberikan oleh
suatu organisasi atau perusahaan kepada karyawannya, sebagai imbalan atas jasanya dalam
melakukan tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Hal ini bukan
berarti imbalan intrinsik tidak penting. Memang bagi sebagian besar karyawan, terutama
yang dalam struktur organisasi perusahaan berada pada tingkat paling rendah, misalnya
buruh, kebutuhan fisiologis dirasakan sebagai kebutuhan yang utama. Hal inilah yang
menyebabkan imbalan ekstrinsik menjadi lebih mendominasi dan dirasa lebih penting
dibandingkan imbalan intrinsik. Menurut Hersey dan Blanchard (1995), bagi kelompok
karyawan yang telah memiliki jaminan kebutuhan fisiologis dan rasa aman, maka imbalan
intrinsik guna meningkatkan harga dirinya menjadi motivasi utama dalam bekerja.
karyawan adalah salah satu sumber daya yang amat dibutuhkan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Sebaliknya, bagi karyawan yang mempunyai berbagai macam kebutuhan,
perusahaan juga merupakan salah satu tempat yang dapat memuaskan kebutuhannya.
Kompensasi merupakan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, atas
jasanya dalam melakukan tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
Ada dua hal yang perlu diingat oleh perusahaan dalam pemberian kompensasi.
Pertama, kompensasi yang diberikan harus dapat dirasakan adil oleh karyawan dan kedua,
besarnya kompensasi tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan oleh karyawan. Apabila
dua hal ini dapat dipenuhi, maka karyawan akan merasa puas. Kepuasan akan memicu
karyawan untuk terus meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan maupun
kebutuhan karyawan akan tercapai secara bersama.
Untuk mencapai keadilan sebagaimana diharapkan oleh karyawannya, maka
perusahaan harus mempertimbangkan kondisi eksternal, kondisi internal dan kondisi
individu. Kompensasi harus diusahakan sebanding dengan kondisi di luar perusahaan,
khususnya perusahaan yang menjalankan bisnis sejenis, juga harus disesuaikan dengan
kondisi pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan, seperti tanggung jawab, dan risiko.
Kompensasi juga harus memperhatikan kondisi individu, sehingga tidak memberikan
kompensasi dengan pertimbangan subyektif dan diskriminatif. Untuk memenuhi harapan
karyawan, hendaknya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan dapat memuaskan
berbagai kebutuhan karyawan secara wajar.
Kompensasi yang diberikan berdasarkan pekerjaan atau senioritas tanpa
memperhatikan kemampuan dan keterampilan seringkali membuat karyawan yang
mempunyai keterampilan dan kinerja baik menjadi frustasi dan meninggalkan perusahaan,
sebab kompensasi yang diberikan oleh perusahaan dirasakan tidak adil dan tidak sesuai
dengan harapan mereka. Sebaliknya kompensasi ini akan membuat karyawan yang tidak
berprestasi menjadi benalu bagi perusahaan. Kompensasi yang diberikan berdasarkan kinerja
dan keterampilan karyawan nampaknya dapat memuaskan karyawan, sehingga diharapkan
karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan keterampilannya.
Hal ini disebabkan karena karyawan yang selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan
keterampilannya akan mendapatkan kompensasi yang semakin besar.
Untuk mengetahui tingkat capaian kinerja maka dibutuhkan suatu skala penilaian.
Dalam hal ini skala yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD dan RPJMD, serta
Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD, dan RKPD dengan tingkatan sebagai berikut:
1.
BAB 4. Solusi dan Permasalahan
Solusi Permaslahan Motivasi dan Kompensasi di kota jambi
Solusi yang dapat di tawarkan adalah puskesmas di Kota Jambi dapat meningkatkan
motivasi kerja dengan pemberian apresiasi khusus kepada karyawan yang berpengalaman
dan melayani dengan baik, misalnya seperti pengelompokan pengalaman kerja dan mutu
kerja kemudian dilakukan penilaian dalam kurun waktu tertentu. Memastikan hak-hak dari
nakes berpengalaman dan yang tidak dipenuhi dengan tepat. Untuk memaksimalkan upaya
tersebut perlu dilakukan dokumentasi terkait lama kerja dan hasil kinerja selama di
puskesmas tersebut sehingg tidak terjadi ketidaksesuaian antara yang ada dengan yang
diberikan apresiasi.
Referensi
1. Putri WY. Hubungan kompensasi dengan motivasi kerja karyawan pada pt. pusaka
prima skripsi. 2017;
2. Umpung FD, Pertiwi JM, Ester G, Korompis C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara Pada
Masa Pandemi Covid 19. Indones J Public Heal Community Med. 2020;1:18–27.
3. Pinandita P, Marisdayana R, Yenni M. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVSI KERJA PERAWAT DI PUSKESMAS
JAMBI KECIL. 2021;7(2):631–40.
Pedoman Penilaian
1. Aifa Al Hadawiyah
2. Rozi Hasymi Erizal
3. Nur Nilam Sari
4. Andi Rezki Saputri
5. Yulia Novita Sari
6. Sundari
7. Reza Dwi Wahyudi
Penilaian :
Total 100
Komentar: