You are on page 1of 17

MAKALAH

TINJAUAN YURIDIS NOTARIS MEMPROMOSIKAN DIRI MELALUI


MEDIA SOSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG JABATAN
NOTARIS DAN KODE ETIK NOTARIS

Disusun oleh :

RACHMAT SATYO KRISMANTO

11000221410155

PROGRAM STUDI S2 KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2021/2022
I

DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Perumusan Masalah......................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Tindakan Promosi Media Sosial Atau Cetak Yang Merupakan Pelanggaran
Terhadap Undang-Undang Jabtan Notaris dan kode etik Notaris........................7
A. Sanksi Yang Diberikan Terhadap Notaris Yang Melanggar Tindakan
Promosi...............................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh masyarakat secara
umum agar tidak terjadinya petimpangan sosial dimasyarakat, dimana sesuai
dengan dasar negara Indonesia, Sila ke-5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia dan diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945. Dari kedua dasar itulah diinginkan untuk dapat terwujudnya ketertiban,
kepastian, dan perlindungan hukum, yang berdasarkan keadilan tanpa
memandang siapapun orang tersebut, karena dimata hukum semua orang
sama. Maka perlu diingat bahwa semua perbuatan yang kita lakukan, hal
tersebut tidak dapat terlepas dari sebuah tanggung jawab. Karena
padadasarnya semua hal yang seseorang itu lakukan baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja hal ini tetap dimintai pertanggung jawaban, apalagi
yang berkenaan dengan hak dan nasib dari seseorang. Bebrbicara mengenai
sebuah tanggung jawab maka tidak jauh dari sebuah profesi pekerjaan
seseorang, apalagi yang berkaitan dengan profesi hukum. Penjelasan diatas
maka memiliki hubungna dengan profesi hukum yakni, Notaris yang
menentukan langusng nasib dan hak seseorang, karena hal ini tidak hanya
mengenai kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan secara general di
masyarkat. Dengan tanggun jawab yang berat bagi profesi hukum makan
sangat diperlukannya suatu lingkup peraturan yang jelas karena sedikit
kesalahan perlu dipertanggung jawabkan.

Hal dasar yang harus dimiliki seorang Notaris yaitu, membangun sebuah
kepercayaan dengan masyarakat yang berada didaerah tersebut. Disebutkan
tugas dari seorang Notaris tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, Notaris
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan
memiliki kewenangan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang lainnya.1

1
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomoe 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

3
Disisi lain juga diaturnya kwenangan seorang notaris dimana dalam Pasal
15 UUJN menerangkan bahwa notaris berkewenangan untuk membuat alat
bukti autentik mengenai perbuatan, erjanjian dan ketetapan sesuai dengan
perundang-undangan yang dinyatakan dalam akta autentik,menjamin
kepastian tunggal akta tersebut, sepanjang tidak ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain.2 Melihat dari tugas seorang Notaris hal ini diimbangi
dengan besarnya juga tanggung jawab yang perlu ditanggung selama menjadi
Notaris.Oleh karena itu peraturan etika profesi hukum agar memberikan
batasan-batasan agar menahan seseorang tersebut terhadap godaan atas
kepercayaan yang diembankan kepadanya, secara moralitas menjadi hal yang
wajib untuk dibangun dari awal oleh Notaris karena memiliki peran luas
terhadap masyarakat.3

Pejabat notaris memiliki 2 aturan pokok yang perlu difahami dalam


menjalankan prakteknya, yang pertama dalam undang-undang Jabatan Notaris
yang mengatur pedoman dan sanksi-sanksi yang akan diberikan apabila
melakukan pelanggaran, kedua Kode etik yang mengatur kewajiban yang
harus dilaksanakan, berikut dengan larangan dan sanksinya, sampai dengan
berupa pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat keanggotaan
perkumpulan. Notaris terikat terhadap kode etik, untuk menjaga harkat dan
martabat profesionalisme Notaris tetap terjaga.

Salah satu hal yang berkaitan dengan kode etik ialah sebuah tindakan
promosi atau publikasi melaui media sosial atau elektornik, melihat
perkembang teknologi dan media sosial begitu pesat, maka perlu adanya
peraturan yang mengatur mengenai hal tersebut. Tercantu didalm Pasal 18
Ayat 1 poin D Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
REpublik Indonesia Nomor: M-01.HT.03.01 Tahun 2003 yang menyatakan
tentang mengadakan promosi yang menyangkut jabatan Notaris melalui media
cetak maupun media elektronik.

2
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, Tentang Jabatan Notaris
3
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga kenotariatan Indonesia Perpektif Hukum dan Etika, Uii
Pres,Yogyakarta, hlm 1.

4
Media sosial atau internet telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat pada
zaman ini. Namun bagi Notaris tidak diperbolehkan untuk terlalu aktif dalam
media sosial apalagi sampai melakukan tindakan yang mengiklankam atau
mempromosikan berupa kartu nama, brosur elektronik dan tindakan lain yang
bertujuan untuk memperkenalan pekerjaannya sebagai Notaris. Maka dalam
Pasal 4 ayat (3) Kode Etik Notaris, hal ini merupakan tindakan pelanggaran
kode etik dan akan diberikan sanksi terhadap notaris tersebut.

Hal berupa promosi di media sosial atau cetak ini dilarang dikarenakan,
perbuatan tersebut secara tidak langsung merendahkan martabat jabatan
Notaris itu sendiri. Seakan-akan sebuah akta autentik yang dibuat notaris
merupakan barang yang bisa dengan mudah diperjualbelikan.

Secara definisi sendiri promosi masuk dalam upaya membangun citra


penjual agar terlihat baik di mata pembeli dengan bertujuan untuk
mendapatkan penjualan barang yang bertambah setiap bulannya.4 Sedangkan
Iklan adalah upaya untuk memberikan informasi terhadapa konsumen dengan
tujuan untuk mendorong konsumen baik melanjutkan atau memulai pembelian
produk atau jasa tertentu5 Berdasarkan uraian yang terdapat diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa iklan merupakan tidak dimuka publik secara tidak
langsung diakrenakan melalui media.

Maka sesuai penjelasan yang telah penulis lakukan maka didalam makalah
ini, penulis bermaksud untuk membahas mengenai permasalahan dengan judul
: “TINJAUAN YURIDIS NOTARIS MEMPROMOSIKAN DIRI
MELALUI MEDIA SOSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
JEBATAN NOTARIS DAN KODE ETIK NOTARIS”

4
Michael L. Ray, 1982, Advertising and Communication Management, Englewood Cliffs,
Prentice Hall, dalam, Morison, 2010, Periklanan :Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana,
Jakarta, hlm.16
5
Departemen Pendidikan Nasional. 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Cetakan Pertama, Edisi Keempat, PT Gramedia, Jakarta, hlm.521

5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka berikut
susunan rumasan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah tindak promosi di media sosial atau cetak merupakan


pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabtan Notaris dan kode etik
Notaris?
2. Bagaimana sanksi yang diberikan terhadap Notaris yang melanggar
tindakan tersebut?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tindakan Promosi Media Sosial Atau Cetak Yang Merupakan


Pelanggaran Terhadap Undang-Undang Jabtan Notaris dan kode
etik Notaris.
Sebagai profesi Notaris diberkan kewenangan untuk melakukan
pembuatakn akta, kewenangan, larangan dan tugas sebagai profesi
notaris dimana diatur didalam Undang-Undang Jabaatan Notaris dan
Kode Etik Notaris. Sebuah kode etik itu dibuat untuk sebagai pedoman
dan sebagai batasan agar notaris tidak melakukan tindakan
penyalahgunaan perbuatan yang tidak etis sebagai pejabat publik. 6
Apabila peraturan – peraturan tersebut tidak dilaksanakan maka akan
ada sanksi yang dikenakan kepada yang melanggar akan hal tersebut.

Suatu tindakan promosi Notaris yang dinyatakan melanggar


UUJN dan Kode Etik yaitu apabila Notaris melakukan suatu promosi
diri didepan publik dengan memperkenalkan dirinya sebagai Notaris
dengan tujuan untuk menarik masyarakat kepada dieinya, baik
menggunakan sarana media sosial maupun media cetak. Seperti juga
dengan memsponsori kegiatan dibidang sosial maupun kemasyarakatan
maupun hal tersebut bertujuan baik tetapi tidak diperbolehkan
memberikan keterangan berupa nama dan jabatan, dikarenakan
tindakan tersebut dapat menurunkan marwah dan martabat Notaris itu
sendiri.

6
AbdulKadir Muhammad, Etika Hukum Profesi, Citra Aditya Bakti;Bandung, 1997. hlm 14

7
Terdapat beberapa jenis promosi yang tidak dipernolehkan bagi
seorang notaris dalam media sosial, sebagai berikut:

1. Melakukan promosi melalui media sosial;


2. Melalui internet untuk mempromosikan jasa kenotariatan;
3. Melalui blog yang dijadikan media iklan dan promosi diri.

Diineternet tradapat website-website yang secara komersial


yang mewadahi pengiklanan dengan berbagai macam bidang
pekerjaan, yang dimana apabila dicari, dapat diakases secara umum
dengan menggunakan koneksi internet.

Sebagaimana didalam Pasal 2 Undang-Undang Jabatan


Notaris, maka, Notaris tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan yang
memiliki tujuan untuk menguntukan dirinya sendiri.

Notaris sebagai pejabat umum yang diberikan untuk membuat


akta autentik, maka dalam prosedurnya harus sesuai dengan koridor
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris
serta Kode Etik Notaris. Notarsi merupakan jabatan yang sebagai
fungsi sosial, bertanggung jawab serta mempunyai integritas dan
moral yang baik, serta menjaga martabat profesi tersebut.

a. Pasal 2 Undang-Undang Jabatan Notaris


“Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri” dari
pasal ini dabat diartikan bahwa notaris diangkat oleh Menteri dan
apabila melanggar peraturan dapat diberhentikan oleh menteri
juga. Maka oleh karena itu perlunya Notaris menjaga nama baik
dan wibawa jabatan.
b. Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris
“Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena :
a) Dalam proses penundaan kewajiban dikarenakan adanya utang
tertentu; b) Melakukan Perbuatan yang melanggar; c)Orang
tersebut dibawah pengampuan; atau d) Adanya tindakan yang

8
melanggat dari kewajiban dan larangan. “Dalam ayat ini telah
diterangkan bahwa apabila Notaris dengan kesadaran melakukan
tindakan tercela serta adanya pelanggaran yang diakibatkan
ketidak sesuaian peraturan mengenai hak dan kewajiban seperti
melangsungkan promosi melalui jejaring media sosial.
c. Pasal 12 huruf c
Pada pasal ini memiliki pengertian bahwa marwah dan
kehoramatan seorang notaris akan turun apabila dia melaksanakan
kegiatan promosi media sosial dengan maksud agar mendapat
banyak client.
d. Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris

Pada pasal ini memiliki pengertian bahwa seorang notaris


melanggar pada ayat (1) makan akan dikenakan sanksi berupa,
pertama, peringatan secara tertulis, kedua dilakukan
pemberhentian sementara, ketiga pemNotaris yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai
sanksi berupa: a) Peringatan tertulis; b) Pembehentian sementara;
c) Diberhentikan secara hormat; atau d) Diberhentikan secara
tidak hormat”7

Tindakan Prmosi dimedia sosial merupakan pelanggaran


Kode Etik Notaris yang diterangkan sepertin pasal di sebagai
bawah ini:

a. Pasal 4 angka 3
Pasal ini memiliki pengertian bahwa Notaris dilarang melakukan
promosi diri secara media sosial maupun media cetak dengan
terang-terangan mencantumkan nama dan jabatanya.Seperti
Ucapan selamat, Ucapan terima kasih, dan kegiatan sponsor”8
b. Pasal 4 angka 4
7
Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 perubahan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
8
Pasal 4 angka 3 Ikatan Notaris Indonesia Kode Etik Notaris

9
Pasal ini menerangkan bahwa sebagai Pejabat umum dalam hal ini
adalah Notaris tidak diperkenankan untuk bekerjasama dengan biro
jasa/orang badan hukum yang berfungsi untuk mencari klien”9

c. Pasal 4 angka 15 huruf a


Pasal ini menerangkan bahwa bagi mereka yang memiliki profesi
Notaris harus taat dan patuh terhadap Undang-Undang Nomor 30
tahun 2004 tentang jabatan jabatan Notaris dan Etika Profesi
Notaris. Apabila hal itu tidak ditaati maka Notaris tersebut juga
melanggar Pasal 4 angka 15 huruf a ini.”

B. Sanksi Yang Diberikan Terhadap Notaris Yang Melanggar


Tindakan Promosi
Suatu pelanggaran Notaris dilapangan selalau diawasi oleh
Majelis Pengawas Daerah. Jika suatu pelanggaran ditemukan maka
yang bersangkutan dalam hal ini adalah notaris akan langsung dipanggil
untuk dimintai klarifikasi apakah perbuatan tersebut disengaja atau
tidak, namun tetap akan diberikan peringatkan bahwa Notaris telah
melanggar Kode Etik Notaris dengan alasan apapun.

Pemerikasaan oleh Majelis Pemeriksaan Daerah diatur Pasal 23


Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun
2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian
Anggota, Sususan Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Pemeriksaan
Majelis Pengawas Notaris, sebagai berikut:

1) Pemeriksaan diadakan tertutup secara umum


2) Pemeriksaan dilaksanakan paling lambat 7 hari setelah
laporan.
3) Majelis Pemeriksaan Daerah menyapaikan hasil pemeriksaan
paling lambat 30 sejak laporan diterima.
4) Hasil pemeriksaan dibuatkan dalam berita acarapemeriksaan.
9
Pasal 4 angka 4 Ikatan Notaris Indonesia Kode Etik Notaris

10
5) Surat pengirimana berita acara kepada Majelis Pengawas
Wilayah ditembuskan kepada pelapor, Majelis Pengawas
Pusar, dan Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia.

Dewan kehormatan sendiri dapa memberikan beberapa


sanksi dimana tentu dilihat dari hasil pemeriksaan yang
bersangkutan, adapaun yang menjadi sanksi kode etik bagi notaris
yang melanggar berhubungan dengan pelanggaran promosi atau
publikasi diri di media sosial maupun cetak adalah sebagai
berikut :

1) Teguran;
2) Penringatan;
3) Pemberhentian sementara dari anggota perkumpulan;
4) Pemberhentian dengan hormat dari anggota perkumpulan;
5) Pemberhentian dengan tidak hormat dari anggota
perkumpulan.10

Dari penjelasan pemberian sanksi tersebut ditentukan oleh


Dewan kehormatan pusat yang berwenang menjatuhkan sanksi
terhadap notaris yang terbukti secara sah baik sengaja maupun
tidak melakukan pelanggaran kode etik. Hal ini dilakukan agat
tidak terjadi kekeliruan didalam masyarakat kedepannya. Maka
dari itu diharpkan untuk dewan kehormatan dapat berperan aktif
agar tidak menimbulkan tindakan yang dapat mencoret nama baik
profesi Notaris.11

Dalam Pasla 67 sampai Pasal 81 Undang-Undang tentang


Jabatan Notaris (UUJN) terdapat sarana untuk mengawasi
tindakan dan perilaku jabatan notaris tersebut. PEngawasan

10
Susanto, S. N. H. (2019). Good Governance Dalam Konteks Hukum Administrasi. Administrative
Law & Gov-ernance Journal, 2(2), hlm. 205
11
Gaol, Selamat Lumban. (2018) Kedudukan akta notaris sebagai akta di bawah tangan
berdasarkan undang-undang jabatan notaris. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara,Volume 8 No. 2,
Maret 2018.hlm. 91-109

11
Notaris dibedakan berdasarakna tindakan yang dilakukan oleh
Notaris tersebut dala menjalankan jabatanya oleh Majelis
Pengawas, sedangakan tindakan Notaris diluar menjalankan
jabtannya diawasi oleh Dewan Kehormatan Notaris. 12 Disisi lain
selain untuk memberikan kedisiplinan dan juga profesionalitas, ini
juga berfungsi untuk wadah perlindungan hukum terhadap Notaris
itu sendiri oleh karena dengan adanya suatu pengawasan, maka
setiap Notaris dalam berperikalu dan tindakannya selalu dalam
koridor hukum yang telah ditetapkan.

Selain itu Majelis Pengawas tidak hanya memberikan


pengawasan dan sanksi namun, institusi ini bertugas memberikan
perlindungan hukum terhadap Notaris, sehingga dapat
meminimalisir adanya pihak-pihak yang tidak berkepentingan ikut
masuk dalam permasalahan tersebut. Dimana hal ini telah diatur
dalam Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) terdapat kata
“Perlindungan Hukum”, memberikan perlindungan dan
pengarahan yang lebih baik agar Notaris dapat menjalankan
profesinya secara professional.13

Dalam memberikan sanksi Dewan Kehormatan tidak dapat


secara langsung namun harus melalui beberapa tahapan yang perlu
dilalui,hal ini diperlukan agar keputusan tersebut dapat bersifat
final dan mengikat dan terhadap mekanisme pemberian sanksi
tkepada notaris ini telah dijelaskan didalam kode etik notaris dan
anggaran dasar notaris.

Untuk mengambil putusan Majelis Pengawasan perlu


berlandaskan UUJN, hal ini diperlukan karena sebagian anggota

12
Konradus, Danggur. (2016). Politik hukum berdasarkan konstitusi. Jurnal Masalah-Masalah
Hukum (MMH). Vol 45, No 3.hlm. 198-206.
13
Kezia, SE. & Safitri, W. (2017). Peranan Majelis Pengawas Wilayah Notaris Dalam Melakukan
Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris Terkait Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Jabatan Notaris. Yuriska : Jurnal Ilmiah Hukum, 9(2),hlm. 65-78.

12
dari Majelis Pengawas bukan dari Notaris14, Sehingga putusan
tersebut harus menggambarkan sebuah keadilan dan kesusilaan
yang adil.

Kewajiban dari lembaga Majelis Pengawasan Daerah telah


diatur dalam Pasal 23 ayat 5 jo. Pasal 71 huruf e UndangUndang
No.30 tahun 2004 yang menjelaskan kewajibannya adalah
memeriksa laporan masyarakat dan menyampaikan hasil
pemeriksaan kpeada Majelis Pengawasan Pusat dalam jangka
waktu maximal 30hari,dengan tembusan kepada pihak yang
melaporkan,Notaris yang bersangkutan, dan Majelis Pengawas
Pusat”.15

Selain itu dalam perkara tersebut Notaris juga diberikan


kewajiban untuk koperatif terhadap penyidikan mengenai
pelanggaran yang dilakukannya. Apabila tidak koperatif maka akan
dilakukan pemanggilan yang kedua selambat-lambatnya dilakukan
14 hari setelah pemanggilan yang pertama, pemanggilan terhadap
notaris yang tidak hadir dilakukan paling banyak sebanyak 3 (tiga)
kali pemanggilan, apabila tetap tidak hadir maka dewan
kehormatan dapat langsung melaksanakan sidang dan menjatuhkan
sanksi sebagai mana yang diatur dalam Pasal 6 Kode etika
Notaris.16. Setelah adanya pemeriksaan dan sidang jika terbukti
yang bersangkutan tidak melakukan pelanggaran maka yang
bersangkutan akan dibersihkan namanya dengan dikeluarkannya
surat oleh dewan kehormatan notaris.

14
Wikantha, A. (2017). Peran majelis pengawas dan kehormatan terhadap notaris yang
membuat akta perjanjian nominee. Jurnal Cakrawala Hukum, 8(2), 181-190.
15
Intan, L. (2016). Akibat pelanggaran oleh notaris terhadap pembuatan akta notariil. Jurnal
Cakrawala Hukum, 7(2), 206-215.
16
Lasatu, Asri. (2019). Radio pemerintah daerah sebagai instrumen pemerintah daerah dalam
pemenuhan hak konstitusional warga negara untuk memperoleh informasi, Maleo Law Journal,
Vol 3,No 2. Hlm. 143-162

13
Sanksi merupakan alat pemksa, selain hukuman, juga
untukmenaati ketetapan yang telah diatur didalam peraturang
perundang-undangan.Pelanggaran mengenai promosi telah diatur
dalampasal 6 Kode Etik Notaris, dimana peraturan ini dikatakan
tidak efisien karena tidak dapat memberikan Efek Jera Bagi Notaris
yang melakukan Promosi di media sosial maupun cetak.
Hal-hal yang dapat dikategorikan bahwa notaris tersebut
melakukan pelanggaran kode etik terkait publikasi atau promosi di
media, ialah sebgai berikut :
a. Mencantumkan nama dan jabatan sebagai notaris di media;
b. Secara aktif dan pasif melakukan promosi di media;
c. Publikasi oleh notaris yang mencantumkan nama dan jabatan
yang tidak dikategorikan sebagai pelanggatan kode etik ketika
promosi tersebut dilakukan di media notaris yang dikeluarkan
oleh Ikatan Notaris Indonesia.

BAB III

PENUTUP

14
A. Kesimpulan
1. Tindakan memporomosikan diri secara tidak langusn termasuk
pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode
Etik. Diamana ciri-cirinya mencantumkan nama dan jabatannya,
menggunakan sarana media sosial dan cetak dan hal-hal yang dapat
mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris.
2. Tanggung jawab Notaris yaitu akan diberikannya beberapa jenis sanksi
seperti sanksi adminstratif yang berupa teguran dan pembinaan, dan
apabila Notaris tersebut tidak memperdulikan terguran tersebut maka
Notaris tersebut harus siap menerima sanksi berupa pemberhentian
sementara dari keanggotaan perkumpulan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat
disampaiakan antaran lain adalah:
1. Kode Etik Notaris sangatlah penting bagi profesi ini dikarenakan
mereka langsung mengangai masyarakat secara umum. Maka hal ini
sangat berpengaruh besar untuk pengembangan diri yang lebih
baik Pendidikan Kode Etik Notaris secara berkala bagi Notaris yang
telah praktik..
2. Terdapat Notaris yang memang diberikan sanksi karena terbukti
melakukan pelanggaran terhadap UUJN dan Kode Etik Notaris,
namun sayangnya hasil tersebut tidak disampaikan secara umum,
akankah lebih baik apabila hal tersebut dipublikasi agar mendapatkan
efek sosial di masyarakat berupa malu terhadap tindakan pelanggaran
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang

15
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

Perangtuan Ikatan Notaris Indonesia Kode Etik Notaris

Buku

AbdulKadir Muhammad, Etika Hukum Profesi, Citra Aditya Bakti;Bandung,


1997
Departemen Pendidikan Nasional. 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Cetakan Pertama, Edisi Keempat, PT Gramedia, Jakarta
Michael L. Ray, 1982, Advertising and Communication Management, Englewood
Cliffs, Prentice Hall, dalam, Morison, 2010, Periklanan :Komunikasi
Pemasaran Terpadu, Kencana, Jakarta.
Jurnal
Susanto, S. N. H. (2019). Good Governance Dalam Konteks Hukum Administrasi.
Administrative Law & Gov-ernance Journal, 2(2)
Gaol, Selamat Lumban. (2018) Kedudukan akta notaris sebagai akta di bawah
tangan berdasarkan undang-undang jabatan notaris. Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara,Volume 8 No. 2, Maret 2018
Konradus, Danggur. (2016). Politik hukum berdasarkan konstitusi. Jurnal
Masalah-Masalah Hukum (MMH). Vol 45, No 3
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga kenotariatan Indonesia Perpektif Hukum
dan Etika, Uii Pres,Yogyakarta.
Kezia, SE. & Safitri, W. (2017). Peranan Majelis Pengawas Wilayah Notaris
Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris
Terkait Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.
Yuriska : Jurnal Ilmiah Hukum, 9(2)
Wikantha, A. (2017). Peran majelis pengawas dan kehormatan terhadap
notaris yang membuat akta perjanjian nominee. Jurnal Cakrawala
Hukum.
Intan, L. (2016). Akibat pelanggaran oleh notaris terhadap pembuatan akta
notariil. Jurnal Cakrawala Hukum, 7(2)
Lasatu, Asri. (2019). Radio pemerintah daerah sebagai instrumen pemerintah
daerah dalam pemenuhan hak konstitusional warga negara untuk
memperoleh informasi, Maleo Law Journal, Vol 3,No 2.

16
17

You might also like