You are on page 1of 38

Nama : Indah Fitriyani

Nim : B200190510

Kelas : Teori Investasi dan Pasar Modal (N)

Materi 1.

Konsumsi, Investasi dan Pasar Modal

Konsumsi merupakan pemakaian sumber daya yang ada untuk mendapatkan kepuasan
atau utiliti. Ciri-ciri kegiatan konsumsi:

1. Barang yang digunakan dalam kegiatan konsumsi merupakan barang konsumsi.

2. Ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan.

3. Barang yang dipergunakan akan habis atau berkurang.

Tujuan kegiatan konsumsi:

1. Mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap.

2. Menghabiskan nilai guna barang sekaligus.

3. Memuaskan kebutuhan secara fisik.

4. Memuaskan kebutuhan rohani

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi:

• Barang substitusi dan barang • Jumlah keluarga


komplementer
• Mode
• Pendapatan
• Selera
• Harga barang
• Ketersediaan barang dan jasa
• Lingkungan social budaya
Utility /kepuasan /nilai guna adalah kepuasan yang diperoleh dalam mengkosumsi
barang dan jasa. Jadi utilitas menunjukkan kepuasan relatif yang diperoleh seorang
konsumen dari penggunaan berbagai komoditas. Total Utility /total utilitas/total
kepuasan/total nilai guna adalah kepuasan total dalam mengkonsumsi sejumlah barang
dan jasa. Marginal utility (MU) /utilitas marginal/tambahan kepuasan/tambahan nilai
guna dalah tambahan kepuasan yang diperoleh dalam menambah satu satuan
barang/jasa yang dikonsumsi. Jadi utilitas marginal menunjukkan utilitas tambahan yang
diperoleh dari suatu unit tambahan konsumsi dari suatu komoditas.

Investasi merupakan konsumsi yang ditunda dengan harapan konsumsi lebih


besar dimasa mendatang (Myers, 1977). Komitmen pendanaan ke dalam satu atau lebih
asset yang dipegang untuk beberapa periode waktu mendatang. (Jones, 2014).
Penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke asset produktif selama periode
waktu tertentu (Hartono (2017).

Alasan melakukan investasi:

1. Melakukan proteksi atas asset dari kenaikan harga-harga atau inflasi

2. Kenaikan konsumsi dimasa yang akan datang

3. ketidakpastian pembayaran dimasa yang akan datang

4. Meningkatkan kesejahteraan dalam bentuk kesejahteraan moneter untuk masa


kini dan akan datang

5. Membangun kebebasan keuangan saat pensiun

6. Pengembangan karir yang menjanjikan sebagai seorang bankir investasi, analis


sekuritas, manajer portofolio, kosultan finansial dan pialang saham

Jenis-jenis investasi:

• Berdasarkan asset (real asset, financial asset)

• Berdasarkan pengaruh (investasi outonomus, investasi induced)

• Berdasarkan sumber pembiayaan (investasi asing, investasi dalam negeri)

• Berdasarkan bentuk (investasi langsung dan investasi tidak langsung)

Cara melakukan investasi:

1. Investasi langsung

investor langsung membeli aset keuangan langsung di pasar uang (money


market), pasar modal (capital market) dan pasar turunan (derivative market)
tanpa harus melalui perusahaan investasi

2. Investasi tidak langsung

investor langsung membeli aset keuangan tidak langsung di pasar uang (money
market), pasar modal (capital market) dan pasar turunan (derivative market)
melalui perusahaan investasi. Perusahaan investasi menawarkan pembelian
portofolio dan investor bersedia walaupun ada biaya komisi karena karena
keterbatasan waktu investor, tidak ada keahlian yang dimiliki oleh investor dan
dana terbatas yang dimiliki oleh investor.

Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual


dengan risiko untung dan rugi. Tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka Panjang,
umumnya lebih dari 1 tahun. Perusahaan terkait di pasar modal:

1. Bursa efek

2. Perusahaan efek

3. Kliring penjamin efek Indonesia (KPEI)

4. Kustodian sentral efek Indonesia (KASEI)

Organisasi pasar modal:

Profesi Lembaga penunjang

1. Kantor akuntan public 1. Biro administrasi

2. Kantor konsultan hokum 2. Kustodian

3. Notaris 3. Wali amanat

4. Perusahaan penilai

Saham, Obligasi dan Opsi

Saham, “tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. Dengan menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor
memperoleh keuntungan saham dengan membeli atau memiliki saham.

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan


berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin
mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam
periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Resiko dari saham, antara lain:

 Capital Loss, kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual
saham lebih rendah dari harga beli.

 Risiko Likuidasi, Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh


Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan
dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa
dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham.
Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti
perkembangan perusahaan.

Obligasi, “surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindahtangankan, yang
berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada
periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada
pihak pembeli obligasi tersebut” . Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek
yang tercatat di Bursa di samping Efek lainnya seperti Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset
maupun Dana Investasi Real Estat. Obligasi dapat dikelompokkan sebagai efek bersifat
utang di samping Sukuk.

Efek bersifat utang yang tercatat di bursa:

1. Obligasi korporasi, obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional


termasuk BUMN dan BUMD.

2. Sukuk, Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided
share), atas aset yang mendasarinya.

3. Surat Berharga Negara , Surat Berharga Negara yang terdiri dari Surat Utang
Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.. Surat Utang Negara (SUN) adalah
surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Surat. Berharga
Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

4. Surat Beragun Aset, Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan Underlying Aset
sebagai dasar penerbitan.

Keuntungan membeli efek bersifat utang:

1. Mendapatkan kupon/fee/nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang


dibeli. Pada umumnya tingkat kupon/fee/nisbah berada di atas bunga Bank
Indonesia (BI rate).

2. Memperoleh capital gain dari penjualan efek bersifat utang di pasar sekunder.
3. Memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti
saham, dimana pergerakan harga saham lebih berfluktuatif dibandingkan harga
efek bersifat utang. Pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh pemerintah
dapat dikatakan sebagai instrumen yang bebas risiko.

4. Banyak pilihan seri efek bersifat utang yang dapat dipilih oleh investor di pasar
sekunder.

Opsi, Hak yang dimiliki oleh pihak untuk membeli (call option) dan atau menjual (put
option) kepada pihak lain atas sejumlah saham (Underlying Stock) pada harga (Strike
Price) dan dalam waktu tertentu. Opsi saham dapat digunakan untuk membantu
mengelola risiko dan bertaruh apakah harga saham akan naik atau turun.

Jenis-jenis opsi:

a. Call opstion, suatu hak untuk membeli sebuah asset pada harga kesepakatan (strike
price) dan dalam jangka waktu tertentu yang disepakati—baik pada akhir masa jatuh
tempo ataupun di antara tenggang waktu masa sebelum jatuh tempo.

b. Put option, suatu hak untuk menjual sebuah asset pada harga kesepakatan (strike
price) dan dalam jangka waktu tertentu yang disepakati, baik pada akhir masa jatuh
tempo ataupun di antara tenggang waktu masa sebelum jatuh tempo.

Nilai Saham dan Obligasi

Macam-macam saham;

Kepemilikan perusahaan ditunjukkan dalam bentuk saham (stock). Perusahaan dapat


mengeluarkan saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

1. Saham Preferen

saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan
saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen
juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Karakteristik saham
preferen, yaitu:

 Preferen terhadap dividen

 Hak dividen kumulatif

 Preferen pada waktu likuidasi

2. Saham Biasa

Perusahaan yang hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya
dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik perusahaan, pemegang
saham biasa mempunyai beberapa hak, yaitu:
• Hak pemegang saham biasa

a. Hak Kontrol

b. Hak Preemptif

c. Hak menerima pembagian keuntungan

• Pembayaran Dividen

Saham biasa dapat membayar dividen dan dapat tidak membayar dividen. Dividen
biasanya dibayar dari hasil laba perusahaan.

Hal yang penting dalam pembayaran dividen adalah tanggal-tanggal yang terkait
dengan pembayaran dividen. Ada beberapa tanggal yang perlu diperhatikan sebgai
berikut:

a. Tanggal deklarasi (declaration date) atau tanggal pengumuman (announcement


date)

b. Tanggal kum-dividen (cum date)

c. Tanggal ex-dividen (ex-date)

d. Tanggal catatan (record date)

e. Tanggal Pembayaran (payment date) atau tanggal distribusi (distribution date)

Obligasi, merupakan Utang jangka panjang yang akan dibayar kembali saat jatuh tempo
ditambah dengan bunga (jika ada). Jenis-jenis obligasi:

1. Obligasi pemerintah: (SUN) Surat Utang Negara, Surat Berharga Syari’ah Negara
(SBSN), Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI).

 SUN diterbitkan untuk:

a. Membiayai defisit APBN

b. Menutup kekurangan kas negara

c. Mengelola portofolio utang Negara

 Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI)

Adalah obligasi negara yang dijual kepada WNI melalui perantara Bank dan lembaga
keuangan yang ditunjuk. Pertama kali diterbitkan pada agustus 2006 dengan
pembelian minimal Rp 5juta sampai dengan Rp 5 milyar perindividu dengan jangka
waktu 3-5 tahun dengan bunga yang dibayar tiap bulan langsung ke rekening bank
investor.
 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

SBSN merupakan sukuk negara yaitu surat berharga negara berdasakan prinsip
syariah

2. Obligasi Municipal

Yakni obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, daerah dan PTN. Pembayaran
bunga dan principal dibiayai dari penghasilan proyek yang didanai dari obligasi ini.

3. Obligasi Perusahan/Corporate Bond

Surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta, jika terjadi
kebrangkutan, obligasi ini akan diutamakan untuk dibayar dari penjualan asset
perusahaan. Obligasi yang dijamin dengan surat hipotek disebut mortgage bond dan
obligasi yang tidak dijamin disebut debenture.

Risiko Obligasi

Risiko dari suatu obligasi adalah kemungkinan obligasi tidak terbayar atau
default. Risiko obligasi ditunjukkan oleh peringkat yang diberikan oleh lembaga
pemeringkat. Lembaga pemeringkat obligasi di Indonesia adalah PT. Fitch Ratings
Indonesia, PT ICRA, Moody’s Investor Service, dan Standard and Poor (S&P). Peringkat
obligasi dapat dikelompokkan dalam dua kategori peringkat obligasi yaitu Investment
grade securities dan Non-investment grade securities.

Hasil Obligasi, adalah return yang diterima oleh investor pada suatu waktu tertentu.

a. Hasil Sekarang adalah return yang diterima oleh investor pada saat membeli
obligasinya.

b. Hasil Sampai Maturiti (yield to maturity), adalah tingkat return dari obligasi yang
dibeli dengan harga pasar sekarang dan disimpan sampai jatuh tempo. Hasil
sampai maturiti juga untuk obligasi yang membayar kupon maupun obligasi
yang tidak membayar kupon.

c. Hasil Sampai Ditarik (yield to call), adalah return dari obligasi dari sekarang
sampai dengan tanggal obligasi ditarik kembali. Sebanarnya YTC mirip dengan
YTM. Perbedaannya adalah jika YTM nilai jatuh temponya dibayar waktu obligasi
sampai jatuh tempo, sedang YTC nilai jatuh temponya dibayar pada tanggal
ditarik.

Materi 2.

Konsep Pemilihan Portofolio


Investor yang melakukan investasi baik itu disektor riil maupun di sector
keuangan dalam bentuk finansial maka investor mempunyai harapan atau keinginan
adakah balas jasa atas investasi yang dilakukan.

Utilitas adalah suatu variable yang besaran relatifnya menunjukkan arah dari
preferensi. Preferensi tersebut bisa hanya satu bisa majemuk atau bisa merupakan
pilihan diantara beberapa. Pada kasus investasi maka preferensinya terletak pada pilihan
antara risiko dan tingkat pengembalian. Macam-macam utilitas:

a. Utillitas kardinal, Dapat diukur dengan kuantitas, memiliki nilai, dapat


ditambahkan dan dikurangkan. Seseorang akan puas dengan apa yang
dipilihnya jika utilitas meningkat maka kepuasannya yang diperoleh akan
semakin besar

b. Utilitas ordinal, Konsep order yaitu konsep yang berdasarkan pada


preferensi rangking atau urutan. Utilitas seseorang diukur berdasarakan
urutannya atau preferensinya misalnya dari tertinggi ke terendah.

Jenis-jenis resiko:

1. Interest riskkenaikan atau penurunan tingkat suku bunga

2. Reinvestment riskresiko yang dihadapi akibat investasi atas bunga yang


diperoleh atas hasil strategi reinvestment

3. Call riskpenerbit obligasi memiliki hak untuk membeli kembali obligasi

4. Default risk penerbit obligasi tidak dapat membayar obligasi pada saat jatuh
tempo

5. Inflation riskresiko karena inflasi

6. Exchange riskresiko karena nilai tukar

7. Liquidity riskmenjual kembali asset investasi tetapi nilai jualnya rendah

8. Volatility riskasset investasi dikaitkan dengan opsi yang tergantung kepada


tingkat suku bunga

Dalam portofolio, pemilikan asset investasi lebih dari satu dan melakukan
penyebaran resiko untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dua faktor penting yang
masih digunakan untuk pengambilan keputusan portofolio yaitu return ekspektasian
portofolio dan risiko portofolio. Portofolio yang dibentuk dari kombinasi banyak aset
dapat digambarkan dalam dua sumbu return ekspektasian portofolio (E(RP)) dan sumbu
risiko portofolio (σp). Kumpulsn bsnysk portofolio yang dapat dibentuk ini disebut
dengan kumpulan yang dapat diperoleh (attainable set atau feasible set). Portofolio
optimal berada di set efisien (efficient set). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
portofolio optimal, maka set efisien harus ditentukan terlebih dahulu. Set efisien
(efficient set) dapat digambarkan berupa kurva.

Portofolio efisien, dapat didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan


return ekspektasian terbesar dengan risiko yang tertentu atau memberikan risiko yang
kecil dengan return ekspektasian yang tertentu.

Materi 3.

Pembuatan Rekening Saham

Investasi saham merupakan salah satu bentuk investasi yang paling banyak diminati oleh
masyarakat. Saham sebagai surat utang yang menunjukkan kepemilikan suatu
perusahaan, saham banyak diminati karena merupakan salah satu instrumen investasi
yang memiliki imbal hasil yang besar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Rekening
saham dibuat dengan tujuan untuk digunakan pada kegiatan jual-beli saham.

Pembuatan rekening saham sendiri dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Calon investor perlu menyiapkan dokumen pribadi

Dokumen pribadi tersebut antara lain Fotocopy KTP untuk Warga Negara Indonesia
(WNI) atau KITAS?Passport untuk Warga Negara Asing (WNA) dan Fotocopy Nomor
Peserta Wajib Pajak (NPWP).

2. Memilih Sekuritas

Membuka rekening saham bukan di Bursa Efek, melainkan di perusahaan sekuritas. Oleh
karena itu, investor menentukan perusahaan sekuritas tempat invstor ingin membuka
rekening saham.

Perusahaan sekuritas juga disebut dengan pialang atau broker yaitu perusahaan yang
telah mendapatkan izin usaha dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk
melakukan kegiatan sebagai perantara perdagangan efek (broker)

Cara memilih perusahaan sekuritas yang tepat adalah investor dapat mengecek
perusahaan sekuritas yang dituju telah memiliki izin sebagai perantara Perdagangan Efek
(PPE) atau Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan tercatat oleh Bursa Efek Indonesia.

3. Mengisi Formulir Perusahaan Sekuritas

Selanjutnya investor mengisi formulir pembukaan rekening saham di perusahaan


sekuritas yang dipilih oleh investor. Formulir pembukaan rekening saham ada dua jenis
yaitu, rekening efek untuk transaksi jual dan transaksi beli efek yang dibayarkan atau
diterima secara tunai pada waktu jatuh tempo.
Kemudian ada juga Rekening Dana Investor (RDI), yakni rekening bank atas nama
investor yang terpisah dari rekening sekuritas (atas nama sekuritas) yang digunakan
untuk keperluan transaksi jual beli saham oleh investor. Rekening ini bertujuan untuk
memisahkan dana nasabah dengan dana perusahaan efek.

Pembuatan rekening saham saat ini dapat dilakukan dengan mudah, dengan
mendatangi langsung perusahaan sekuritas. Bahkan formulir pembukaan rekening dapat
diunduh melalui situs perusahaan tersebut.

4. Menyetor Deposit Awal

Masing masing sekuritas menetapkan besaran setoran awal minimum yang berbeda-
beda mulai dari Rp 1 Juta, Rp 3 Juta, hungga Rp 10 Juta atau lebih.

Materi 4.

Return dan resiko aktiva tunggal

A. Pengukuran Return Realisasian

Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah return total
(total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative),
dan return disesuaikan (adjusted return). Sedang rata-rata dari return dapat dihitung
berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik
(geometric mean).

1. Return total (total return)


Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return ini
terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut

RETURN = Capital Gain (loss) + Yield

2. Relatif return (return relative)


Return total dapat bernilai negatif atau positif. Kadang kala, untuk
perhitungan tertentu, misalnya rata-rata geometrik yang menggunakan
perhitungan pengakaran, dibutuhkan suatu retur yang harus bernilai positif.
Relatif return dapat digunakan, yaitu dengan menambahkan nilai 1 terhadap
nilai return total sebagai berikut:

Relatif Return = Return Total +1

Atau

Relatif Return =(P_t + D_t)/P_(t-1) +1


3. Kumultaif return (return cumulative)
Return total hanya mengukur perubahan kemakmuran pada saat waktu
tertentu saja, tetapi tidak mengukur total dari kemakmuran yang dimiliki.
Untuk mengetahui total kemakmuran, indeks kemakmuran kumulatif
(Cumulative Wealth Index) dapat digunakan. IKK (indeks kemakmuran
kumulatif) mengukur akumulasi semua return mulai dari kemakmuran awal
(KK0) yang dimiliki sebagai berikut :
IKK = KK0 (1+R1) (1+R2) ............. (1+Rn)
Indeks kemakmuran kumulatif dapat juga dihitung berdasarkan perkalian nilai-
nilai komponennya sebagai berikut :
IKK = PHK – YK
4. Return disesuaian (adjusted return)
Return yang dibahas sebelumnya adalah return nominal (nominal return) yang
hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak mempertimbangkan
tingkat daya beli dari nilai uang tersebut. Return ini disebut dengan return riel
(real return) atau return yang disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted
return) sebagai berikut:

RIA

5. Rata-rata geometrik
Rata-rata goemetrik (geometric mean) digunakan untuk menghitung rata-rata
yang memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu.
Rata-rata geometrik dihitung dengan rumus :
RG = [(1 + R1) (1 + R2) …..... (1 + Rn)]1/n – 1
B. Pengukuran Return Ekepektasian
Return ekspetasian (expected return) merupakan return yang digunakan untuk
pengambilan keputusan investasi. Return ekspektasian (expected return) dapat
dihitung berdasarkan beberapa cara :
1. Bedasarkan nilai ekspektasian masa depan.
E(Ri) =
Notasi:

E(Ri) = return ekspektasian suatu aktiva sekuritas ke-i,

Rij = hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke i

Pj = probabilitas hasil masa depan ke-j (untuk sekurtias ke-i),

n = jumlah dari hasil masa depan


2. Berdasarkan nilai-nilai return historis.
Tiga metode ini dapat diterapkan untuk menghitung return ekspektasian
dengan menggunakan data historis yaitu :
a. Metode rata-rata ( Mean Method ).
b. Metode Trend ( Trend Method ).
c. Metode Jalan Acak ( Random Walk Method )
3. Berdasarkan model return ekspektasian yang ada.
Model-model untuk menghitung return ekspetasian sangat dibutuhkan.
Sayangnya tidak banyak model yang tersedia. Model yang tersedia yang
popular dan banyak digunakan adalah Single Index Model dan model CAPM.
C. Cara Menghitung Resiko
1. Risiko Berdasarkan Probabilitas
Penyimpangan standar atau deviasi standar merupakan pengukuran yang
digunakan untuk menghitung risiko. Deviasi standar (standard deviation) dapat
dituliskan sebagai berikut:
SDi = (E([Ri – E(Ri)]2))1/2
Selain deviasi standar (standard deviation), risiko juga dapat dinyatakan dalam bentuk
varian (variance). Varian (variance) adalah kuadrat dari deviasi standar (standard
deviation) sebagai berikut
Materi 5.

DIVERSIFIKASI AKTIVA INVESTASI

A. Pengertian Diversifikasi
Diversifikasi investasi merupakan bagian dari alokasi aset. Artinya, berapa
banyak portofolio yang harus Anda investasikan dalam berbagai kelas aset atau
kelompok investasi serupa. Diversifikasi merupakan cara paling sederhana untuk
meningkatkan hasil investasi Anda sekaligus mengurangi risiko.
B. Pentingnya Diversifikasi Investasi
1. Risiko Keuangan Dapat Diminimalisir
Manfaat utama dari diversifikasi investasi adalah meminimalisir risiko
keuangan saat kamu mulai bermain investasi. Terkadang sebagian orang merasa
diversifikasi adalah hal yang rumit.
2. Efisiensi dalam Pengalokasian Dana
Investasi yang baik adalah investasi yang memperhitungkan pengalokasian dana
dengan cermat dan jeli. Pengalokasian dana ini memang tidak mudah. Harus
bisa memilih aset manakah yang paling tepat untuk investasi, terutama jika
digunakan dalam jangka waktu yang panjang misalnya.
3. Kepastian terhadap Nilai Return Investasi
Kekhawatiran dalam investasi yang tak kasat mata adalah nilai return yang tidak
pasti. Apakah mengalami peningkatan dalam kurun waktu tertentu, atau justru
malah sebaliknya mengalami kerugian. Namun, dengan adanya diversifikasi
investasi tak perlu khawatir mengenai nilai return yang akan didapatkan.
4. Meningkatkan Daya Saing
Dalam bermain investasi reksadana, keberadaan portofolio yang membuat
sangatlah penting. Apabila diversifikasi investasi dalam portofolio semakin
beragam, maka potensi keuntungan yang diraih pun juga lebih besar. Hal ini bisa
diperoleh dari adanya market share pada beberapa aset yang dinvestasikan.
5. Keuntungan Lebih Besar
Jika memilih pasar internasional nantinya keuntungan yang diperoleh cukup
besar. Dengan catatan performa portofolio yang dimiliki bagus. Meskipun pasar
lokal sedang lesu, setidaknya jika pasar internasional menunjukkan tren yang
positif, keuntungan tinggi pun bisa didapat. Begitu juga sebaliknya, jika tren
pasar internasional menurun masih ada pasar lokal yang mem-backup.
C. Manfaat Strategi Diversifikasi Investasi
Diversifikasi adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi kinerja investasi
dari potensi kegagalan. Tingkat return jika dirata-rata tidak akan seburuk jika
dibandingkan kondisi tanpa diversifikasi.
Selain itu, ada pula manfaat diversifikasi yang lain:
a. Memberikan paparan terhadap peluang return lebih tinggi, misalnya
melalui keputusan untuk melebarkan jaringan sosial atau bisnis.
b. Melindungi investor dari siklus investasi yang umumnya terdiri atas
beberapa fase yang cenderung berulang secara periodik (akumulasi, tren
naik, distribusi, tren turun).
c. Mengurangi volatilitas atau fluktuasi kinerja saham.
Cara diversifikasi dibagi menjadi 2, yakni secara menurut kelas asset.
Diversifikasi menurut kelas asset dibagi menjadi tiga yaitu dengan uang tunai,
saham, dan obligasi. Cara diversifikasi yang kedua menurut diluar kelas asset,
Diversifikasi dapat melampaui kelas aset tradisional yang ditemukan di akun
investasi biasa. Akun investasi memiliki pengembalian yang tidak dijamin karena
tunduk pada fluktuasi pasar. Namun, ada jenis produk lain seperti pensiun,
anuitas dan produk asuransi yang dapat memberikan aliran pendapatan dan
pengembalian yang terjamin. Untuk mengurangi risiko, investor sering
mendiversifikasi portofolio mereka dengan menyebarkan dolar investasi mereka
di antara berbagai jenis produk ini juga.
Diversifikasi dengan Banyak Aktiva, Dengan asumsi ini, deviasi standar yang
mewakili risiko dari portofolio dapat dituliskan sebagai berikut:

Dari rumus di atas terlihat bahwa risiko dari portofolio akan menurun dengan
cepat dengan semakin besarnya jumlah sekuritas (n). Semakin banyak sekuritas
yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya.
Kenyataannya, asumsi tingkat hasil (rate of return) yang independen untuk
masing-masing sekuritas adalah kurang realistis, karena umumnya return
sekuritas berkorelasi satu dengan lainnya.
Diversifikasi secara random (random atau naive diversification)
merupakan pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas
secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan
seperti misalnya return dari sekuritas itu sendiri. Investor hanya memilih
sekuritas secara acak.
Diversifikasi markowitz ini berbeda dengan diversifikasi random, karena
pada diversifikasi ini mempertimbangkan berbagai informasi mengenai
karakteristik setiap sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio.
Diversifikasi Markowitz juga menjadikan pembentukan portofolio menjadi lebih
selektif terutama dalam memilih aset-aset sehingga diharapkan memberikan
manfaat diversifikasi yang paling optimal.
Kelebihan & Kekurangan Teori Portofolio Markowitz
1. Kelebihan
a. Kajian yang dilakukan Markowitz merupakan suatu titik awal dalam
kajian pemilihan portofolio yang mempergunakan analisis alamiah dan
modern.
b. Markowitz memberikan suatu kemudahan dalam memahami kedekatan
hubungan antara imbal hasil yan diharapkan dari risiko portofolio, serta
tidak mengesampingkan analisis dari segi portofolio efisien.
c. Riset serta publikasi tulisan dan penjelasan lisan yang dikemukakan oleh
Markowitz telah meletakkan asas dasar bagi pengkajian teori portofolio
selanjutnya (CAPM, APT, risko, dan imbal hasil, serta nilai daham daan
obligasi).
2. Kekurangan
a. Permasalahan klasik dari sudut pandang manajemen keuangan yang
selalu muncul, yaitu pada saat data yang digunakan dalam kajian adalah
data masa lalu.
b. Studi yang dilakukan Markowitz tidak menjelaskan bahwa waktu, yaitu
berapa lama waktu yang tepat untuk memperhitungkan diversifikasi
tersebut. Maka analisis tersebut menjadi tidak meyakinkan.
c. Data yang diambil (pada saat analisis) menggunakan varians dan
berbagai alat lainnya sulit untuk dipahami dan diprediksi karena
merupakan data masa lalu.
Materi 6.
Perhitungan dan analisis resiko menggunakan single index model dan beta
A. MODEL INDEKS TUNGGAL

William Sharpe (1963) mengembangkan model yang disebut dengan model indeks
tunggal (single-indeks model ). Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan
perhitungan di model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input
yang dibutuhkan didalam perhitungan model Markowitz. Model Indeks Tunggal juga
digunakan untuk menghitung return ekspektasian dan risiko portofolio.

Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu
sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat
diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika
indeks harga saham naik. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return
dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan:

Ri = ai + βi . RM

Keterangan :

Ri = Return sekuritas ke-i

ai = Suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas


ke-i yang independen terhadap kinerja pasar

β = Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Riakibat dari


perubahanRM

RM = Tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel acak

Model indeks tunggal dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasi (E(Ri)),
varians dari sekuritas (σi2), dan kovarians antar sekuritas (σij) yang merupakan
parameter-parameter input untuk analisis portofolio
menggunakan model Markowitz. Return atau imbal hasil dalam konteks investasi,
diartikan sebagai akibat yang diperoleh investor melalui kegiatan investasinya.
Akibat tersebut dapat berupa keuntungan maupun kerugian, sehingga pada
umumnya tujuan investor melakukan investasi adalah memaksimalkan return
tersebut. Return dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu return realisasi
(realized return) dan return ekspektasi (expected return).

 Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, yang dapat dihitung
menggunakan data-data historis.
 Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan di peroleh
investor di masa yang akan datang. Perhitungan return ini bisa menggunakan
peluang (probability) maupun rata-rata dari return dari suatu periode.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan portofolio optimal dengan
menggunakan Model Indeks Tunggal berdasarkan data yang dikumpulkan adalah:
 Menghitung Return dari Masing-Masing Saham Serta Pasar
Return saham adalah tingkat pengembalian yang didapatmelalui sejumlah investasi
pada saham, return saham dihitung dengan rumus :
Ri= (pt-pt – 1) / pt – 1

Keterangan:
Ri: returndari saham i
pt: Harga pada periode t
pt-1: Harga pada periode sebelumnya
 Return pasar adalah tingkat pengembalian yang didapatmelalui investasi pada
seluruh saham yang ada di bursa dimana pada penelitianreturn pasar tercermin
padareturn Indeks LQ 45, return pasar dapat dihitung dengan rumus :
Rm = (It – It- 1)/ It-1
Keterangan:
Rm : Return pasar
It :Indeks pasar periode pengamatan
It -1:Indeks pasar pada periode sebelumnya
 Menghitung Expected Return dari Masing-Masing Saham serta Pasar Expected
Return adalah return yang diharapkan oleh investor akan dapat dihasilkan oleh
investasi yang dilakukannya, dihitung dengan rumus :
E(Ri) =∑n t -1 Rit/ n
Keterangan:
E(RI) : Expected Return saham i
Rit : Return saham i
N :Jumlah observasi
 Menghitung Risiko Pasar
Risiko pasar adalah selisih antara expected return pasar dengan return pasar dan
dapat dihitung dengan rumus:
Beta m kuadrat =∑n t =1 *Rmt – E(Rm)^2]/ n - 1
Keterangan:
Beta m^2 : Variance return pasar
Rmt :Return pasar pada periode t
E(Rm) :Expected return pasar
n : Jumlah observasi
Model pasar (market model) merupakan bentuk dari model indeks tunggal dengan
batasan yang lebih sedikit. Model pasar bentuknya sama dengan model indeks tunggal.
Perbedaannya terletak di asumsinya. Di model indeks tunggal, diasumsikan bahwa
kesalahan residu masing masing sekuritas tidak berkovari satu dengan yang lainnya atau
cov(ei+ej)=0 . Di model pasar , asumsi ini tidak digunakan atau kesalahan residu masing
masing dapat di korelasi. Kenyataanyya bahwa sekuritas berkovari atau berkorelasi satu
dengan yang lainnya membuat model pasar lebih realistis. Model pasar ini banyak
digunakan oleh peneliti peneliti pasar modal untuk menghitung abnormal return.
Materi 7.
Perhitungan dan Analisis Return Menggunakan Capital Asset Pricing Model
Kehadiran Capital Asset Pricing Model (CAPM) saat ini sangat berguna dan dibutuhkan
oleh setiap orang, yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas
dianggap sangat penting dalam bidang keuangan. Model yang dikembangkan CAPM
menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah dari return bebas dan resiko
dan premium resiko. Asumsi – Asumsi:
 Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama seperti
memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utility harapan dalam
satu periode yang sama.
 Investor mengambil keputusan investasi berdasarkan pertimbangan nilai return
ekspektasian dan deviasi standar return dari portfolio.
 Investor mempunyai harapan yang sama terhadap faktor faktor input yang
digunakan untuk mengambil keputusan portfolio. (Faktor input: return
ekspektasian, varian dari return, dan ovarian antara return return sekuritas).
 Investor dapat meminjam dan meminjamkan sejumlah dana.
 Penjualan pendek (short sale) diijinkan.
 Semua aktiva bisa dipecah-pecah menjadi bagian kecil yang tidak terbatas.
 Semua aktiva bisa dipasarkan secara likuid sempurna.
 Tidak ada biaya transaksi.
 Tidak terjadi inflasi.
 Tidak ada pajak pendapatan pribadi.
 Investor adalah penerima harga.
 Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium
Ekulibrium Pasar Modal. Implikasi dari asumsi ekuilibrium ini adalah sebagai berikut:
1. Semua investor akan memilih portofolio pasar, yaitu portofolio yang berisi dengan
semua aktiva yang ada di pasar.
2. Portofolio pasar ini merupakan portofolio Aktiva berisiko yang optimal, yaitu
berada di efficient frontier menurut Markowitz.
Garis Pasar
 Pada Kondisi pasar yang seimbang, semua investor akan memilih portofolio pasar
(portofolio optimal yang berada di sepanjang kurva efficient frontier).
 Dalam Kondisi Pasar yang seimbang, semua investor akan memilik portofolio pada
titik M sebagai Portofolio yang optimal (terdiri dari aset-aset berisiko).
 Garis Pasar Modal menggambarkan hubungan antara return harapan dengan
risiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang.
 Jika kurva efficient frontier pada gambar dihilangkan, dan titik M sebagai
portofolio aset berisiko yang optimal diambil, maka akan mendapatkan garis R-L
yang merupakan garis pasar modal (CML).
Garis Pasar Modal
Keadaan Equilibrium pasar yang menyangkut Return ekspektasi an dan resiko dapat
digambarkan oleh garis pasar modal (GPM) atau capital market line (CML). Garis pasar
modal menunjukkan semua kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari
aktiva aktiva berisiko dan aktiva bebas resiko. Jika Portofolio pasar hanya berisi aktiva
tidak beresiko, maka risikonya akan sama dengan nol (σP=0) dan return ekspektasian
sama dengan RBR. Jika Portofolio ini terdiri dari semua aktiva yang ada, maka risikonya
adalah sebesar E[RM]. Return ekspektasian untuk portofolio dengan Aktiva beresiko,
yaitu E(RM), lebih besar dibandingkan dengan return ekspektasian portofolio dengan
aktiva tidak berisiko (RBR). Selisih kedua return ini sebesar [E(RM) – RBR] merupakan
premium dari portofolio pasar karena menanggung resiko lebih besar, yaitu sebesar σM.
Dengan demikian slope dari GPM adalah harga pasar dari risiko sebesar:
Harga Pasar dari Risiko = E(RM) - RBR
σM

Slope dari GPM merupakan harga pasar dari resiko untuk portofolio efisien. Harga pasar
dari risiko menunjukkan tambahan return yang dituntut oleh pasar karena adanya
kenaikan risiko portofolio relatif terhadap resiko pasar.
Garis Pasar Sekuritas, GPS merupakan garis yang menunjukkan tradeoff antara risiko dan
return ekspektasian untuk sekuritas individual dan merupakan penggambaran secara
grafis dari model CAPM. Bentuk standar Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama
kali dikembangkan secara terpisah oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Mossin
(1969), sehingga model ini sering disebut model CAPM Sharpe-Lintner-Mossin. Model ini
mampu memaparkan bagaimana hubungan antara rata-rata return saham dengan factor
resiko. Resiko yang diperhitungan adalah resiko sistematis yang diwakili oleh Beta (β),
karena resiko yang tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi.Penjabaran
Model CAPM : Telah diketahui resiko portofolio yang diukur dengan standard deviasi
sesuai dengan model Markowitz berisi dengan n varian return dan [n.(n-1)] kovarian
return. Portofolio pasar diasumsikan bahwa return sekuritas individual berkorelasi
dengan return pasar, resiko portofolio pasar dapat diserderhanakan dengan:

Dengan asumsi bahwa proporsi masing-masing sekuritas di dalam portofolio pasar


adalah sama, yaitu W1=W2=…=Wn, dapat dikatakan bahwa resiko kontribusi masing-
masing sekuritas terhadap resiko portofolio pasar adalah tergantung dari besarnya
kovarian return sekuritas dengan portofolio pasar. Maka untuk sekuritas ke-I, kontribusi
resiko sekuritas ini terhadap resiko portofolio pasar adalah:

Kontribusi resiko sekuritas ke-i terhadap resiko portofolio pasar =

Model CAPM merupakan subtitusi dari persamaan GPM yaitu:


E(Rp) = RBR+

Persamaan ini adalah untuk return ekspektasian portofolio. Untuk return sebuah
sekuritas tunggal, maka perlu disubtitusikan dengan resiko sekuritas individual
terhadap resiko portofolio pasar. Maka persamaan return ekspektasian untuk sekuritas
individu ke-I adalah:
E(Ri) = RBR+

Atau:

E(Ri) = RBR+[

Atau:

E(Ri) = RBR+ [

Maka, untuk dapat diartikan sebagai kovarian return sekuritas ke-i dengan return
portofolio dibagi dengan varian return portofolio sebagai berikut:

Pengujian Empiris CPAM


Model dari CPAM : E(Ri)=RBR+βi∙*E(RM) − RBR] merupakan model untuk return
ekspektasian. Model ini tidak dapat diuji, karena ekspektasian adalah nilai yang belum
terjadi dan belum dapat diobsevarsi. Yang dapat diobservasi sehingga dapat diuji adalah
nilai yang sudah terjadi atau nilai hostoris (ex post). Maka dari itu, supaya model CAPM
ini dapat diuji, maka harus diubah menjadi model ex post sebagai berikut:
Ri,t = RBR,t+βi.*Rm,t − RBR,t]+ei,t

Jika CAPM secara empiris akan diuji, umumnya model ini dinyatakan sebagai berikut:
R'i,t = δ0+δ1. βi+ei,t

Notasi :

R'i,t = R'i,t – RBR,t

δ1 = (RM,t– RBR,t)

Prediksi dari pengujian ini adalah :


 Intercept δ0 diharapkan secara signifikan tidak berbeda dengan nol.
 Beta harus signifikan dan merupakan satu-satunya faktor yang menerangkan return
sekuritas berisiko.
 Koefisien dari Beta, yaitu δ1 seharusnya sama dengan nilai (RM,t – RBR,t).
 Hubungan dari return dan risiko harus linier.
 Dalam jangkapanjang, δ1 harus bernilai positif atau return dari risiko pasar lebih besar
dari tingkat return bebas risiko.

Materi 8.
Efesiensi Pasar dan Pengujiannya
Secara umum, efisiensi pasar (market eficiency) didefinisikan sebagai hubungan antara
harga-harga sekuritas dengan informasi. Profesor Eugene fama membagi efesiensi pasar
dalam tiga tingkatan yaitu:
 The weak efficient market hypothesis
Efesiensi pasar dikatakan lemah (weak-form) karena invetor di dalam proses
pengambilan keputusan jual-beli saham menggunkan data harga dan volume masa lalu.
Berdasarkan harga dan volume masa lalu dilakukan berbagai model analisis teknikal
untuk menentukan arah harga apakah akan naik atau akan turun.
 The semistrong efficient market hypothesis
Efesiensi pasar dikatakan setengah kuat (semistrong-form), karena investor di dalam
proses pengambilan keputusan jual-beli saham menggunakan data harga masa lalu,
volume masa lalu dan semua informasi yang di publikasikan misalnya, laporan keuangan,
laporan tahunan, pengumuman bursa, informasi keuangan internasional, peraturan
perundangan pemerintah, peristiwa politik, peristiwa hukum, peristiwa sosial dan lain
sebagainya yang sekiranya dapat mempengaruhi perekonomian nasional.
 The strong efficient market hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan bentuk kuat (strong-form) karena penggunaan data yang lebih
lengkap yaitu: harga masa lalu, volume masa lalu, informasi yang di publikasikan dan
informasi privat yang tidak dipublikasikan secara umum. Berdasarkan tingkat efisien
pasar, terdapat tiga macam efisien pasar (Anoraga dan Pakarti, 2001:85), yaitu :
 Pasar efisien dalam bentuk lemah (weakform)
Adalah suatu pasar modal dimana semua informasi dimasa lalu (seperti
harga dan volume peragangan dimasa lalu) lalu susah terefleksikan dalam
harga saham saat ini. Oleh karena itu, informasi historis tersebut tidak bisa
digunakan oleh investor untuk memprediksi perubahan dimasa yang akan
datang karena sudah tercermin pada harga saham saat ini. Dalam pasar weak
form, investor tidak akan mendapatkan abnormal return dari informasi harga
di masa lalu. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, mereka saat ini
susah untuk mendapatkan return dari hanya sekedar prediksi harga masa lalu
melalui analisis teknikan saja sehingga harus di tambah dengan analisis yang
lain.
 Pasar efisien bentuk setengah kuat (semi strong)
Pasar efisien bentuk setengah kuat adalah pasar dimana harga saham
saat ini pada pasar modal sudah merefleksikan semuan informasi semua
informasi yang dipublikasikan (seperti earning, deviden, pengumuman stock
split, penerbitan saham baru dan kesulitan keuangan yang dialami
perusahaan) sampai ke masyarakat keuangan.
 Pasar efisien bentuk kuat (strong form)
Pasar efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisien pasar yang
tertinggi (konsep pasar yang tertinggi). Konsep pasar efisien dalm bentuk
kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga baik
informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan
(privat information), sehingga dalam pasar bentuk ini tidak akan ada seorang
yang bisa memperoleh abnormal return.
 Efisiensi pasar secara keputusan
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar dalam
bentuk setengah kuat menurut Fama yang didasarkan pada informasi yang
didistribusikan. Perbedaannya adalah jika efisiensi pasar secara informasi
hanya mempertimbangkan dua buah faktor, yaitu ketersediaan informasi dan
kecanggihan pelaku pasar.
Beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi efesien:
1. Investor ialah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai pelaku
pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas.
2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang
bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
3. Informasi dihasilkan secara acak dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya
random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai
arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan
informasi yang baru.
4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat,
sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi
tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru.
Pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut terjadi

1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari
sekuritas
2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara
pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama.
3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelaku-
pelaku pasar
Peraturan dan undang-undang yang dibuat pemerintah untuk mengatur berbagai
kegiatan ekonomi dalam sesuatu Negara dapat mencapai dua tujuan utama di dalam
usaha untuk untuk mempertinggi efesiensi mekanisme pasar yaitu:

 pertauran dan undang-undang akan dapat menciptakan suasana ekonomi dan


sosial yang akan memberikan galakan kea rah terciptanya system mekanisme
pasaryang efesien dan lancar.
 Peraturan dan undang-undang dapat digunakan untuk memastikan agar persaingan
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dilakukan sebebas mungkin dan
kekusaan monopoli sedapat mungkin dilenyapkan .
BAB 9
Perhitungan Abnormal Return

Return Taknormal
Studi peristiwa menganalisis return taknormal (abnormal return) dari sekuritas yang
mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau
excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap
return normal. Return normal merupakan return ekspektasian (return yang
diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tak normal (abnormal return)
adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian,
sebagai berikut:

RTN i,t = R i,t • E [R I,t]

Notasi :

RTN i,t = return taknormal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke-t. Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke-t

E [Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.

Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada
waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t – Pi,t-1) / Pi,t-1. Sedang return
ekspektasian merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985)
mengestimasi return ekspektasian menggunakan model estimasi mean-adjusted
model, market model dan market-adjusted model.

Mean-adjusted model, model sesuaian-rata-rata (mean-adjusted model) ini


menganggap bahwa return ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-
rata return realisasian sebelumnya selama periode estimasi (estimation period),
sebagai berikut :

𝑡2

𝐸 [𝑅𝑖, 𝑡+ = ∑ Ri, j (17 − 2)

𝑗=𝑡1

Notasi :

E [Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Ri,j
= return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.

T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2.


Market Model, perhitungan return ekspektasian dengan model pasar (market
model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan
model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasian di periode jendela.
Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least
Square) dengan persamaan:

Ri,j = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖 ∙ 𝑅𝑀𝑗 + 𝜀𝑖, 𝑗 (17 − 3)

Notasi:

Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.

𝛼𝑖 = intercept untuk sekuritas ke-i

𝛽𝑖 = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan
rumus RMJ = (IHSG – IHSGj-I) / IHSGj-I dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham
Gabungan.

𝜀𝑖𝑗 = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.

Market-Adjusted Model, model sesuaian-pasar (market-adjusted model)


menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu
sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan
model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk
model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return
indeks pasar.

Rata-Rata Return Taknormal

Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi
dilakukan secara agregat dengan menguji rat-rata return taknormal seluruh
sekuritas secara cross- section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Rata-rata
return taknormal (average abnormal return) untuk hari ke-t dapat dihitung
berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut:

𝑅𝑅𝑇𝑁1 = ∑ RTNit

𝑖=1

k
Notasi:

RRTNt = rata-rata return taknormal (average abnormal return) pada hari ke-t

RTNi,t = return taknormal (abnormal return) untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t.

𝐾 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑢𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎

Akumulasi Return Tak Normal

Akumulasi return taknormal (ARTN) atau cumulative abnormal return (CAR)


merupakan penjumlahan return taknormal hari sebelumnya di dalam periode
peristiwa untuk masing- masing sekuritas sebagai berikut :

Notasi:

1. ARTNi,t = akumulasi return taknormal (cumulative abnormal return)


sekuritas ke-i pada hari ke-t, yang diaakumulasi dari return taknormal
(RTN) sekuritas ke-i mulai hari awal periode peristiwa (t.3) sampai hari
ke-t.

2. RTNi,a = return taknormal (abnormal return) untuk sekuat ke-i pada hari
ke-a, yaitu mulai t3 (hari awal periode jendela) sampai hari ke-t.

Jika terdapat k buah sekuritas, maka akumulasi rata-rata return taknormal (ARRTN)
atau cumulative average abnormal return (CAAR) dapat dihitung sebagai berikut :

Notasi:

1. ARRTNt = akumulasi rata-rata return taknormal (cumulative average


abnormal return) pada hari ke-t.

2. AARTNi,t = akumulasi return tak normal (cumulative abnormal return)


sekuritas ke-I padahari ke-t.

3. K = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa

Pengujian Statistik Terhadap Return Tak Normal


Pengujian ini memiliki tujuan untuk melihat signifikan return tak normal yang ada di
periode peristiwa. Signifikasi yang dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut
secara static signifikan tidak sama dengan nol (positif untuk kabar baik dan negative
untuk kabar buruk). Pengujian (t-test) digunakan untuk maksud ini. Secara Umum,
pengujian (t-test) yang menguji hipotesis nol adalah sebagai berikut :

Notasi :

t = t-hitung

ᵦ (Delta) = parameter yang akan diuji signifikasnsinya (misalnya koefisien dari


regresi, rata-rata suatu nilai dan sebagainya).

Penjelasan Return Tak Normal

Beberapa penelitian berusaha untuk menemukan factor-faktor spesifik-perusahaan


yang dapat menjelaskan terjadinya abnormal return tersebut. Untuk menjawab
pertanyaan ini, teknik regresi banyak digunakan. Akumulasi return taknormal (ARTN)
digunakan sebagai dependen variabel dan factor-faktor spesifik-perusahaan
digunakan sebagai independen variabel sebagai berikut :

ARTNi,t4 = f(factor-faktor spesifik-perusahaan)

Keterangan :

ARTNi,t4 = akumulasi return taknormal pada hari terakhir di periode jendela, yaitu
pada hari ke-t4 untuk perusahaan ke-i. akumulasi return taknormal ini juga dapat
dihitung dengan menjumlahkan semua return taknormal dalam periode jendela
untuk masing-masing perusahaan ke-i.

BAB 10

Manajemen Poortofolio

Ada beberapa macam proses manajemen portofolio yang ditawarkan oleh beberapa
penulis dan praktisi. Akan tetapi tidak ada satu proses manajemen porttofolio yang
paling benar. Alasan memilih manajemen portofolio ini karena alasan sebagai berikut.

 CFA (Chartered Financial Analyst) merupakan institusi terkenal yang


mengembangkan standar professional investasi untuk para anggotanya.

 Manajemen portofolio ini menyediakan tahapan sistematik yang mudah


dipahami.

 Selain itu, manajemen portofolio ini banyak digunakan di kurikulum


Pendidikan oleh banyak institusi professional
Proses Managemen Portofolio

Manajemen portofolio adalah suatu proses yang dilakukan oleh investor mengatur
uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatnya. Proses
manajemen portofolio yang diusulkan oleh CFA dapat dibagi menjadi tiga bagian utama :
planning,execution,feedback.

Perencanaan Portofolio

Ada 3 input yang digunakan untuk membentuk portofolio, yaitu 1) return ekspektasian
individual sekuritas (input ini digunakan untuk membentuk return ekspektasian
portofolio), 2) varian return individual sekuritan, dan 3) kovarian return individual
sekuritas.Faktor-faktor yang menentukan input-input ini berasal dari diri investor sendiri
(sasaran-sasaran hambatan-hambatan dan preferensi-preferensi) dan dari pasar modal
(dengan mempertimbangkan keadaan ekonomik,social,political dan sector yang
relevan).

Eksekusi Portofolio. Yang dimaksud dari mengeksekusi portofolio yaitu membuat


portofolionya jika portofolio belum dibuat dan merevisi dikemudian hari berdasarkan
umpan balik yang diterima. Tahapan meneksekusi portofolio yaitu:

 Alokasi Aktiva

 Optimisasi Portofolio

 Implementasi dan Eksekusi Portofolio

Umpan Balik Kinerja Portofolio. Proses ini membedakan antara manajemen portofolio
dengan hanya sekedar membuat portofolio. Portofolio yang sudah dibuat tidak hanya
dibiarkan saja karena knerjanya dapat menurun setiap saat dimasa depan. Kondisi pasar
harus selalu dipantau untuk menjaga portofolio akan tetap optimal. Jika kinerja
portofolio menjadi tidak optimal karena kondisi pasar yang berubah maka portofolio ini
perlu diseimbangkan Kembali. Dalam memantau kondisi pasar yang harus diperhatikan
yaitu kondisi pasar. Kondisi pasar yang dipantau yaitu kondisi makroekonomi, inflasi,
tingkat suku bunga, politik, sosial, keamanan dan juga keadaan dan preferensi investor.

Mengukur Kinerja Portofolio. Untuk mengetahui apakah sasaran investor masih


tercapai, maka kinerja portofolio perlu dihitung dan diukur setiap saat dan dibandingkan
dengan benchmark sasaran investor. Kinerja portofolio dapat dihitung berdasarkan
return portofolionya saja. Karena adanya tukaran (trade-off) antara return dan risiko,
pengukuran portofolio berdasarkan returnnya saja mungkin tidak cukup, tetapi harus
dipertimbangkan keduanya yaitu return dan risikonya. Pengukuran yang melibatkan
kedua faktor ini disebut dengan return sesuaian risiko (risk-adjusted return)

Return Portofolio. Perhitungan return portofolio dapat dihitung dengan cara yang sama
dengan yang dilakukan untuk menghitung return aktiva tunggal. Kinerja portofolio yang
hanya didasarkan pada returnnya saja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut
Notasi:

= Return portofolio

= Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang


(t)

= Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu (t-1)

Return-Sesuaian Risiko. Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi
yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika
return yang rendah disebabkan oleh resiko yang rendah pula. Oleh karena itu return
yang dihitung perlu disesuaikan dengan resiko yang harus ditanggungnya. Beberapa
model perhitungan return sesuaian-resiko (risk-adjusted return) adalah reward to
variability, reward to volatility, reward to market risk, reward to diversification, Jansen’s
alpha, , dan rasio informasi (information ratio).

Reward to Variability (Sharpe Measure)

Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi
return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return portofolio.
Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure)
atau disebut juga dengan nama reward to variability (RVAL) yang dikenalkan oleh
Wiliam F. Sharpe pada tahun 1966 sebagai berikut ini

Notasi:

= reward to variability atau pengukur Sharpe

= rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu

= rata-rata return aktiva bebas resiko dalam perioda tertentu

= variability yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio


dalam perioda tertentu
= return lebih (excess return) portofolio

a. Reward to Volatility (Treynor Measure)

Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi
return lebih (excess return) dengan volatilitas (volatility) portofolio. Pengukur
kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Trenor Meansure atau disebut juga
dengan nama reward to volatility (RVOL) yang dikenalkan oleh Jack L. treynor pada
tahun 1966 sebagai berikut

Notasi:

= reward to volatility atau pengukur Treynor

= rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu

= rata-rata return aktiva bebas resiko dalam perioda tertentu

= volatility yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio dalam
perioda tertentu

= return lebih (excess return) portofolio

c. Perbandingan Pengukur Sharpe dan Pengukur Treynor

Pengukuran Sharpe dan Treynor menggunakan pembagi yang berbeda. Pengukur


Sharpe menggunakan pembagi variabilitas yang diukur dengan deviasi standar
return portofolio (p), sedang pengukur Treynor menggunakan pembagi volatilitas
yang diukur dengan pengukur resiko sistematik atau beta portofolio (βP). Karena
pembaginya berbeda, pertanyaannya adalah pengukur mana yang akan digunakan,
pengkur Sharpe atau pengukur Treynor? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ini
adalah tabel yang membandingkan antara hasil kedua pengukur ini yang diambil dari
contoh-contoh sebelumnya.

d. Reward to Market Risk

Hartono (2014) menyebut Reward to Market Risk sebagai modifikasian dari indeks
Treynor. Pengukur Sharpe menggunakan deviasi standar bukan varian sebagai
pengukur risikonya, maka pengukur Treynor modifikasian ini akan menggunakan
(risiko sistematik/risiko pasar) 14 agar hasilnya dapat dibandingkan dengan metode
Sharpe.
Reward to Market Risk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Notasi :

RMAR = Reward to Market Risk atau pengukur Treynor modifikasian

= rata-rata return portofolio periode tertentu

= rata-rata return bebas risiko periode tertentu

= beta portofolio

= risiko pasar portofolio periode tertentu

e. Reward to Disverfication

Pengukur reward to market risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur Treynor
masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya
dicapai oleh portofolio. Hartono (2009) mencoba memberikan suatu pengukur
kinerja portofolio yang menunjukkan besarnya diversifikasi yang seharusnya
dilakukan, yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Besarnya diversifikasi

yang tidak dilakukan oleh portofolio adalah sebesar risiko total yang terjadi ( )

dikurangi dengan risiko sistematiknya ( ) atau sebesar ( ).


Nilai ini adalah besarnya diversifikasi yang tidak mampu dilakukan oleh portofolio.

Semakin besar nilai ( ) semakin jelek kinerja dari portofolionya.


Dengan demikian, RDIV menurut Hartono (2009) dapat dirumuskan sebagai:

Notasi :

RDIV = Reward to diversification

= Risiko pasar (risiko sistematik) portofolio jika terjadi diversifikasi penuh

= Risiko yang tidak mampu didiversifikasi oleh portofolio

f. Jensen’s Alpha
Samsul (2006) menyebutkan bahwa model Jensen Alpha hanya menerima investasi
Reksa Dana apabila dapat menghasilkan return yang melebihi expected return atau
minimum rate of return. Return yang dimaksud adalah average return masa lalu,
sedangkan minimum rate of return adalah expected return, yang dihitung dengan
Capital Asset Pricing Model. Selisih antara average return dengan minimum rate of
return disebut alpha. Istilah minimum rate of return digunakan untuk membedakan
istilah expected return yang diartikan sama dengan average return dalam model
Sharpe dan Treynor.

=( )- ( )

Notasi :

= Jensen Alpha

= Rata-rata return portofolio perioda tertentu

= Rata-rata return aktiva bebas risiko perioda tertentu

= Rata-rata return pasar perioda tertentu

= Rata-rata premium risiko portofolio (portofolio risk premium)

= Rata-rata premium risiko pasar (market risk premium)

g.Pengukur

Pengukur Sharpe dan Treynor dapat digunakan untuk mengukur kinerja portofolio,
tetapi hasilnya sulit untuk diinterpretasikan jika kinerja dari portofolionya
dibandingkan dengan kinerja pasar. Pengukur yang lebih mudah untuk
membandingkan kinerja portofolio dengan kinerja pasar diusulkan oleh John G.
Graham dan Campbell R. Havey pada 1994 dan selanjutnya dipopulerkan oleh
Franco Modigliani dan cucunya bernama Leah Modigliani, sehingga dikenal dengan
pengukur M² (M Square). Indeks ini bertujuan untuk memudahkan interpretasi hasil
dari perbandingan kinerja portofolio dengan kinerja pasar. Indeks M² dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

M² = ( +

Notasi :

M² = Indeks Modigliani
= Rata-rata return portofolio periode tertentu

= Rata – rata return bebas risiko periode tertentu

= Risiko pasar

= Risiko portofolio

= Rata-rata risiko pasar portofolio tertentu

h. Rasio Informasi

Pengukur lain kinerja suatu portofolio adalah rasio informasi. Pengukur ini

merupakan rasio antara alpha ( ) dengan risiko unik portofolio atau risiko

nonsistematik portofolio yang disebut sebagai tracking error dari industri ( )


sebagai berikut ini :

RI =

Notasi :

RI = Rasio Informasi

= alpha portofolio

= risiko unik portofolio

BAB 11

Evaluasi Kinerja Portofolio, Kondisi Pasar Modal dan Kondisi yang


Mempengaruhi bergeraknya Pasar Modal

p]
Di mana:

= Indeks Jensen portofolio.

= Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan.

= Rata -rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan.

= Beta portofolio p.
1. Pasar Modal
 Definisi Pasar Modal
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari instrumen ekonomi yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Berinvestasi melalui pasar modal, khususnya di
Indonesia saat ini banyak dilirik oleh para investor, hal ini dapat dilihat dari semakin
bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan tingginya volume perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar modal dipandang menjadi alternatif pilihan
dalam berinvestasi yang dapat menghasilkan keuntungan yang optimal. Pasar modal
juga menjadi sarana dalam penyediaan dana untuk pembangunan nasional, karena
pasar modal dapat menghimpun dana jangka panjang dari masyarakat atau investor
untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif.(Jeklin 2016)
 Jenis-Jenis Pasar Modal
a. Pasar Perdana
b. Pasar Sekunder
c. Pasar Lelang
d. Pasar Negosiasi
 Kondisi Pasar Modal
Kondisi pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut ini :
1. Kondisi pasar bullish adalah kondisi dimana pasar saham mengalami
tren naik atau menguat. Kondisi pasar dalam keadaan bullish
investor akan beranggapan bahwa harga saham akan terus
mengalami peningkatan, termasuk saham-saham undervalued.
Kondisi pasar bullish menghasilkan pendapatan saham positif
2. Kondisi pasar bearish adalah kondisi dimana pasar saham
mengalami tren turun atau melemah. Kondisi pasar bearish akan
ditandai dengan semakin sulitnya investor memperoleh capital gain,
kejadian tersebut berdampak pada ekspektasi bahwa harga saham
cenderung akan mengalami penurunan. Akibat selanjutnya adalah
panic selling yang berakibat harga saham cenderung merosot.
kondisi pasar bearish akan menghasilkan
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pasar Modal
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pasar modal. Adapaun kedua faktor tersebut
dibagi ke dalam faktor – faktor sebagai berikut :
1. Faktor Internal
 Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
 Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
 Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi.
 Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakusisian dan diakuisisi.
2. Faktor Eksternal
 Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
 Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan
perusahaan terhadap manajernya.
 Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
 Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
 Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
 pendapatan saham negatif.
ANALISIS ABNORMAL RETURN
A. IDENTITAS JURNAL
1. Nama Jurnal : E-JRA

2. Volume : Vol 08, Nomor 10

3. Tahun : 2019

4. Halaman : 68-81

5. Judul Jurnal : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Dan Kondisi


Makro Ekonomi Terhadap Abnormal Return PerusahaanIndustri
Pertambangan Di BEI (Bursa Efek Indonesia)

6. Nama Penulis : Jumiati Halima

B. ISI JURNAL
1. PENDAHULUAN
Pasar modal adalah tempat untuk membeli dan menjual berbagai instrumen keuangan
jangka panjang seperti uang, saham, produk turunan dan produk lainnya. Pasar modal
adalah cara untuk mengumpulkan uang bagi perusahaan dan institusi lainnya
(pemerintah) dan juga dapat digunakan sebagai sarana investasi.. Pada setiap modal
atau dana yang diinvestasikan terdapat 2 unsur penting yaitu hasil (return) dan risiko
(risk). Saham perusahaan publik, sebagai komoditinya investasi, tergolong mempunyai
risiko yang tinggi karena sifat komoditinya investasi produk investasi digolongkan
berisiko tinggi karena sifat produk yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi
di dalam dan di luar perusahaan. Namun, ada risiko dalam pengembalian yang
diharapkan dari investor. Sebagai investor tentu sangat membutuhkan informasi yang
akurat agar dapat mengambil keputusan dalam melakukan investasi. Efisiensi pasar
dapat ditinjau dari segi kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Terlepas dari informasi yang di peroleh
dalam perusahaan, investor juga dapat membuat pertimbangan dengan
mempertimbangkan kondisi eksternal dan kondsi ekonomi makro sebagai bahan
pertimbangan. Sementara itu analisis fundamental dapat dijadikan proses perkiraan
harga saham di masa yang depan dengan memperkirakan faktor fundamental yang
berpengaruhi terhadap harga saham. Analisis top-down dari tes empiris yang dilakukan
oleh Kurniawan (2008), dari kondisi makro ekonomi hingga masalah situasional
perusahaan, menunjukan DER, ROA, ROE, EPS dan SBI, inflasi berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan, hingga variabel ini dijadikan sebagai bahan yang menunjang
pengambilan keputusan investor dalam hal melakukan investasi.
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi makro ekonomi
dan variabel fundamental terhadap Abnormal Return pada industri pertambangan.
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Pengambilan
data melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id yang berupa
data sekunder waktu penelitian dimulai pada bulan september 20 2018 sampai april
2019.. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu harga saham dan variabel
independen yaitu DER, ROA, ROE, EPS, tingkat suku bunga dan inflasi. Untuk ujinya
menggunakan regresi linier berganda, uji simultan, uji parsial dan uji koefesien
determinan.
4. HASIL PEMBAHASAN
a. Pengaruh kondisi makro ekonomi dan faktor fundamental terhadap
abnormal return
Variabel X1 (Return On Equity) memiliki statistik uji t senilai 0,243 dengan sig. t senilai
0,809 ˃ ɑ (0,05) maka pengujian tersebut menjelaskan bahwa H1 di terima dan H0 di
tolak oleh sebabnya bisa di simpulkan bahwa variabel X1 (Return On Equity) tidak
memiliki pengaruh positif terhadap variabel Abnormal return. Hasil analisa variabel DER
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini akan mengurangi minat investor dalam
menanamkan dananya di perusahaan. Penurunan minat investor dalam menanamkan
sahamnya akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun. Namun hipotesis variabel DER tetap ditolak karena
nilai probabilitas > 0,05.

b. Pengaruh fundamental perusahaan dan kondisi makro ekonomi terhadap


abnormal return

Variabel X2 (Debt to Equity Ratio) memiliki uji t sebesar 0,590 dengan sig. t sebesar
0,557 ˃ ɑ (0,05) maka pengujian tersebut menjelaskan bahwa H1 di terima dan H0 di
tolak sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel X2 (Debt to Equity Ratio) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Abnormal return. “Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun hasil keuangan perusahaan secara rasio dianggap baik
dan perusahaan tersebut cukup besar di mata investor, akan tetapi harga saham yang
cukup tinggi tersebut membuat investor menjadi kurang tertarik.

c. Pengaruh fundamental perusahaan dan kondisi makro ekonomi terhadap


abnormal return
Variabel X3 (Return On Equity) memiliki statistik uji t sebesar 2,131 dengan sig. t
sebesar 0,036 < ɑ (0,05) maka pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel X3 (Return On Equity)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Abnormal return. Hasil ini
menunjukkan gambaran besarnya pengembalian atas modal yang ditanamkan atau
kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.

d. Pengaruh fundamental perusahaan dan kondisi makro ekonomi terhadap


abnormal return

Variabel X4 (Earning Per Share) memiliki statistik uji t sebesar -3,372 dengan sig. t 0,001
< ɑ (0,05) maka pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat di simpulkan bahwa variabel X4 (Earning Per Share) berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel Abnormal return. Hal ini berarti EPS menunjukkan laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada pemegang saham.

e. Pengaruh fundamental perusahaan dan kondisi makro ekonomi terhadap


abnormal return

Variabel X5 (Suku Bunga Indonesia) memiliki statistik uji t sebesar -9,146 dengan sig. t
0,000 < ɑ (0,05) maka pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel X5 (Suku Bunga Indonesia) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap variabel Abnormal return. Hal ini menunjukkan bahwa
besarnya nilai Suku Bunga perusahaan mampu memberikan kontribusi yang signifikan
dalam mempengaruhi tingkat Return Saham perusahaan. Jika nilai Suku Bunga turun
akan menyebabkan laba yang dihasilkan juga akan besar. Hal tersebut akan sangat
menarik investor untuk berinvestasi. Suku Bunga yang rendah akan merangsang
investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat.

f. Pengaruh fundamental perusahaan dan kondisi makro ekonomi terhadap


abnormal return

Variabel X6 (Inflasi) memiliki statistik uji t sebesar -3,552 dengan sig. t 0,007< ɑ (0,05)
maka pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat di
simpulkan bahwa variabel X6 (Inflasi) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
variabel Abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa Inflasi yang meningkat akan
mengakibatkan penurunan harga saham.

5. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi makro ekonomi dan faktor
fundamental terhadap Abnormal Return melalui Debt to Equity Ratio, Return on Asset,
Return on Equity, Earning per Share, Suku Bunga Indonesia dan Inflasi. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel
fundamental dan kondisi makro ekonomi memiliki pengaruh signifikan
terhadap abnormal return.
2. Hasil uji yang dilakukan secara parsial Debt to Equity Ratio bahwa tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Abnormal return.
3. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial Return On Asset tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Abnormal return.
4. hasil pengujian secara parsial Return On Equity berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel Abnormal return.
5. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial Earning Per Share)
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Abnormal return.
6. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial Suku Bunga Indonesia
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Abnormal return.
7. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial Inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap variabel Abnormal return.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


1. KELEBIHAN
Penilitian ini menggunakan data dari sumber yang jelas dan terpecaya. Bahasa yang
digunakan dalam penelitian ini juga mudah dipahami.
2. KEKURANGAN
 Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya diperoleh dari
perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
 Penelitian ini hanya meneliti pengaruh faktor fundamental dan kondisi
makro ekonomi yaitu Debt to equity ratio (DER), Return on assets (ROA),
Return on equity (ROE), Earning Per share (EPS) SBI, inflasi pada hal faktor
fundamental dan kondisi makroekonomi sangat luas cakupannya.

You might also like