Professional Documents
Culture Documents
TB Reklantas Ok
TB Reklantas Ok
REKAYASA LALULINTAS
Disusun Oleh;
NURUL
NIM : 219190027
FAKULTAS TEKNIK
2021
1
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca. Sehingga tugas akhir ini nantinya dapat menjadi lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamulaikum wr.wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Maksud dan Tujuan Survey
D. Manfaat Penulisan
E. Landasan Teori
1.5.1 Ruas Jalan
1.5.2 Karakteristik Jalan
1.5.3 Hubungan Arus dengan Kecepatan dan
Kepadatan
1.5.4 Persimpangan Jalan
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN LOKASI SURVEY
A. Lokasi Survey Arus Dan Kapasitas Ruas
B. Lokasi Survey Simpang Tak Bersinyal
BAB III ANALISA KAPASITAS RUAS
A. Perhitungan Arus Ruas Jalan Perkotaan
B. Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan Perkotaan
1. Kapasiatas Dasar (CO) Jalan Perkotaan
2. Faktor Pengaruh Lebar Lajur (FCW)
Faktor Pengaruh Distribusi Arah (FCSP)
3. Faktor Pengaruh Hambatan Samping Untuk Jalan
Dengan Bahu
4. Faktor Pengaruh Ukuran Kota ( FCCS)
C. Perhitungan Kecepatan Arus Bebas Jalan Perkotaan
1. Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVO)
2. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur (FVW)
3. Faktor Penyesuaian Hambatan (FVSF)
3
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FVCS)
D. Perilaku Lalu Lintas
1. Menghitung Derajat Kejenuhan (DS)
2. Kecepatan Rata-Rata Kendaraan Ringan
3. Tingkat Pelayanan Jalan
E. Analisa
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun
jalur luar kota yang diakobatkan bertambahnya kepemilikan
kendaraan,terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan
raya dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang
ada, merupakan persoalan utama dibanyak negara. Telah diakui
bahwa usaha benar diperlukan bagi penambahan kapasitas.
Dimana akan diperlukan metode efektif untuk perancangan dan
perencanaan agar dapat dinilai terbaik bagi suatu pembiayaan
dengan mempertimbangkan biaya langsung maupun keselamatan
dan dampak lingkungan.
Manual kapasitas jalan dengan metode perhitungan perilaku
lalu lintas yang benar merupakan fungsi dari rencana jalan dan
kebutuhan lalu lintas, diperlukan untuk maksud perencanaan lalu
lintas umum. Pengetahuan dasar tentang karakteristik jalan lalu
lintas yang terdapat dalam manual tersebut, juga merupakan
masukan yang penting bagi model manajemen tepat biaya bagi
pembinaan jaringan jalan peramalan lalu lintas dan distribusi
perjalanan dengan keterbatasan kapasitas.
Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas
tersebut diperlukan suatusistem penentuan fase dan pengaturan
lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh padakelancaran,
kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati
jalan tersebut.Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas
biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi
pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena
padapertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan adanya titik
konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu-lintas. Permasalahan
5
inilah yang terjadi pada Jl. Poros Pinrang-Polman dan simpang jl.
Matahari dan jl. Andi malarangeng, kelurahan Labukkang,
Kecamatan ujung, kota Parepare, Sulawesi Selatan. Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis terhadap
karakteristik dan kinerja dari ruas dan simpang tersebut agar
masalah-masalah yang terjadi bisa teratasi atau bisa diminimalisir.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada lokasi survey yang kami lakukan
diantaranya:
1. Bagaimana kondisi Arus (Q), Kapasitas (C), dan Perilaku
Lalu Lintas di Ruas Jalan H. Agussalim ?
2. Bagaimana kondisi Arus (Q), Kapasitas (C), dan Perilaku
Lalu Lintas di Simpang Tak Bersinyal Jalan Matahari dan
Jalan Andi Malarangeng?
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bentuk dari representasi dari ilmu yang didapatkan
pada mata kuliah yang telah diterima kedalam pengamatan
survey lansung di lapangan.
2. Sebagai bentuk dari tugas akhir mata kuliah rekayasa lalu
lintas untuk memenuhi nilai akhir ujian
6
3. Dapat digunakan sebagai suatu referensi untuk survey
kecepatan arus lalu lintas selanjutnya.
E. Landasan Teori
1. Ruas Jalan
Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang
disebut juga Jalan raya atau daerah milik Jalan (right of
way). Pengertian Jalan meliputi badan Jalan,trotoar,
drainase dan seluruh perlengkapan Jalan yang terkait,
seperti rambu lalulintas, lampu penerangan, marka Jalan,
median, dan lain lain.
7
3) Kereb
Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dan
trotoar berpengaruh terhadap dampak hambatan samping
pada kapasitas dan kecepatan. Kapasitas Jalan dengan
kereb lebih kecil dari Jalan dengan bahu. Selanjutnya
kapasitas berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat
tepi jalur lalul intas, tergantung apakah Jalan mempunyai
kereb atau bahu.
4) Bahu
Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya
mempunyai bahu pada kedua sisi jalur lalu lintasnya. Lebar
dan kondisi permukaan yang mempengaruhi penggunaan
bahu, berupa penambahan kapasitas, dan kecepatan pada
arus tertentu, akibat penambahan lebar bahu, terutama
karena pengurangan hambatan samping yang disebabkan
kejadian di sisi Jalan seperti kendaraan angkutan umum
berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.
5) Median
Median yang direncanakan dengan baik akan
meningkatkan kapasitas
6) Alinyemen Jalan.
Alinyemen Jalan adalah faktor utama untuk
menentukan tingkat aman dan efisiensi didalam memenuhi
kebutuhan lalu lintas. Alinyemen Jalan dipengaruhi oleh
tofografi, karakteristik Lalu lintas dan fungsi Jalan.
Lengkung horisontal dengan jari jari kecil mengurangi
kecepatan arus bebas. Tanjakan yang curam juga
mengurangi kecepatan arus bebas. Karena secara umum
kepadatan arus bebas didaerah perkotaan adalah rendah
maka pengaruh ini diabaikan.
8
b. Komposisi arus dan pemisah arah
1) Pemisah arus lalu lintas
Kapasitas Jalan dua arah paling tinggipada pemisah
arah 50-50 yaitu jika arus pada kedua arah adalah sama
pada periode waktu yang dianalisa (umumnya satu jam)
2) Komposisi lalu lintas
Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan
kecepatan-arus jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam
kendaraan/jam, yaitu tergantung pada rasio sepeda motor
ataukendaraanberatdalamaruslalulintas.Jikaarusdankapasit
as dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), maka
kecepatankendaraan ringan dan kapasitas (smp/jam) tidak
dipengaruhi oleh komposisi lalu lintas.
2. Karakteristik Jalan
Karakteristik utama jalan yang sesuai dengan lokasi
penelitian yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja
jalan jika dibebani lalu lintas diperlihatkan dibawah ini
sesuai dengan MKJI1997.
a. Kondisigeometrik
Sehubungan dengan analisis kapasitas ruas jalan
berbagai tipe jalanakan mempunyai kinerja yang berbeda
pada pembebanan lalu lintas tertentumisalnya jalan terbagi
dan tak terbagi, dan jalan satu arah. Tipe jalan pada jalan
perkotaan antara lain sebagai berikut.
misalnya
1) 2-lajur 1-arah(2/1)
2) 2-lajur 2-arahtak-terbagi(2/2D)
3) 4-lajur 2-arahtak-terbagi(4/2D)
4) 4- lajur 2-arah terbagi(4/2D)
5) 6-lajur 2-arahterbagi(6/2D)
9
b. Komposisi arus lalu lintas dan pemisah arah
Volume lalu lintas dipengaruhi komposisi aruslalu
lintas, setiap kendaraan yang ada harus dikonversikan
menjadi suatu kendaraan standar.
c. Pengaturan lalu lintas
Batas kecepatan jarang diberlakukan didaerah
perkotaan Indonesia, karenanya hanya sedikit kegiatan
samping berpengaruh pada kecepatan arus bebas.
d. Hambatan Samping
Banyaknya kegiatan hambatan samping jalan sering
menimbulkan konflik, hingga menghambat arus lalu lintas.
Misalnya:
1) Angkutan umum dan kendaraan berhenti.
2) Kendaraan lambat (becak, sepeda, dan lain-lain).
3) Kendaraan masuk dan kelua dari lahan samping
jalan.
e. Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan
Manusia sebagai pengemudi kendaraan merupakan
bagian dari arus lalu lintas yaitu pemakai jalan. Faktor
psikologis, fisik pengemudi sangat berpengaruh dalam
menghadapi situasi arus lalu lintas yang dihadapi.
10
tercapai kapasitas setelah itu kecepatan akan semakin
rendah lagi dan arus juga akan semakin mengecil.
c. Hubungan antara arus dengan kepadatan juga parabolik
semakin tinggi kepadatan arus akan semakin tinggi sampai
suatu titik dimana kapasitas terjadi, setelah itu semakin
padat maka arus akan semakin kecil
4. Persimpangan Jalan
Berdasarkan MKJI 1997, persimpangan adalah
pertemuan dua jalan ataulebih yang bersilangan. Umumnya
simpang terdiri dari simpang bersinyal dansimpangtak
bersinyalMenurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan,
persimpangan adalah pertemuan atau percabangan jalan,
baik sebidang maupun yang tidak sebidang. Menurut
Hobbs(1995), persimpangan jalan merupakan simpul
transportasi yang terbentuk dari beberapapendekat dimana
arus kendaraan dari beberapa pendekat tersebut bertemu
dan memencar meninggalkan persimpangan.
Lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan
menggunakan ruag jalan pada persimpangan secara
bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Persimpangan
merupakan faktor-faktor yang paling penting dalam
menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu
jaringan jalan, khususnya di daerahperkotaan.
1. Jenis simpangan
Menurut Direktorat Jendral Bina Marga dalam
Kapasitas yang luas Jalan Indonesia (1997), pemilihan jenis
simpang untuk suatu daerah sebaiknya berdasarkan
pertimbangan ekonomi, pertimbangan keselamatan lalu
lintas, dan pertimbangan lingkungan.
11
Menurut E.K.Morlok (1991) jenis simpang
berdasarkan cara pengaturannya dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) jenis yaitu:
a. Simpang bersinyal (Signalised Intersection) adalah
persimpangan jalan yang pergerakan atau arus lalu
lintas dari setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal
untuk melewati persimpangan secara bergilir, Jadi
pemakai jalan hanya boleh lewat pada saat sinyal lalu
lintas menunjukkan warna hijau pada lengan
simpangnya.
b. Simpang tak bersinyal (Unsignalised Intersection)
adalah pertemuan jalan yang tidak menggunakan
sinyal pada pengaturannya. Pada simpang ini pemakai
jalan harus memutuskan apakah mereka cukup aman
untuk melewati simpang atau harus berhenti dahulu
sebelum melewati simpang tersebut.
2. Karakteristik simpangan
Menurut Hariyanto (2004), dalam perencanaan suatu
simpang, kekurangan dan kelebihan dari simpang
bersinyal dan simpang tak bersinyal harus dijadikan
suatu pertimbangan. Adapun karakteristik simpang
bersinyal dibandingkan simpang tak bersinyal adalah
sebagai berikut :
a. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat
ditekan apabila tidak terjadi pelanggaran lalu
lintas.
b. Lampu lalu lintas lebih memberi aturan yang jelas
pada saat melalui simpang,
c. Simpang bersinyal dapat mengurangi konflik yang
terjadi pada simpang, terutama pada jam
sibuk, Pada saat lalu lintas sepi, simpang
12
bersinyal menyebabkan adanya tundaanya.
d. Pada saat lalu lintas sepi, simpang bersinyal
menyebabkan adanya tundaan yang seharusnya
tidak terjadi.
3. Pengendalian simpang
Tujuan dari pengendalian persimpangan adalah
mengurangi potensi konflik di antara kendaraan (termasuk
pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan kenyamanan
maksimum dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan.
Menurut Ofyar Z Tamin (2000), persimpangan merupakan
tempat sumberkonflik lalu lintas yang rawan terhadap
kecelakaan karena terjadi konflik antarakendaraan dengan
kendaraan lainnya ataupun antara kendaraan dengan
pejalan kaki. Oleh karena itu, merupakan aspek penting
didalam pengendalian lalu lintas. Masalah utama yang
saling kait mengkait pada persimpangan adalah :
a. Volume dan kapasitas, yang secara lansung
mempengaruhi hambatan.
b. Desain geometrik dan kebebasan pandang.
c. Kecelakaan dan keselamatan jalan, kecepatan,
lampu jalan.
d. Parkir, akses dan pembangunan umum.
e. Pejalan kaki jarak antar simpang.
Dalam upaya meminimalkan konflik dan melancarkan
arus lalu lintas ada beberapa metode pengendalian
persimpangan yang ada pada dilakukan, yaitu:
13
a. Merah (Red), artinya keadaan tidak aman, jadi
semua kendaraan harusberhenti.
b. Kuning (Amber), artinya peralihan antara merah
dan hijau,yang manapada posisi ini semua
kendaraan yang sedang berjalan harushati-hati
dan juga bagi yang sedang berhenti harus bersiap-
siap untuk berjalan.
c. Hijau (Green),artinya keadaan aman, kendaraan
boleh berjalan.
Isyarat lampu yang digunakan ditetapkan
berdasarkan ketentuan internasional Vienna Convention
on Road Signs and Signals tahun 1968, dimana isyarat
lampu merah berarti berhenti, isyarat lampu kuning berarti
bersiap untuk berhenti atau jalan, sedang isyarat lampu
hijau berarti berjalan.
Urutan lampu menyala seperti ditunjukkan dalam
gambar adalah:
a. Lampu merah menyala, kendaraan berhenti.
b. Lampu merah dan kuning menyala, kendaraan
bersiap untuk berjalan.
c. Lampu hijau, kendaran berjalan.
d. Lampu kuning, kendaraan berhenti kecuali terlalu
dekat dengan garis henti atau kalau berhenti dapat
mengakibatkan celaka kendaraan masih bisa
berjalan.
5. Signal Aspect dan Intergreen Period
Warna yang ditunjukkan oleh suatu lampu lalu lintas
disebut signal aspect. Urutan dari signal aspect adalah
merah, kuning, hijau. Di Inggris lamanya lampu kuning
adalah tiga detik. Matinya lampu hijau pada suatu fase
dan nyalanya lampu hijau diphase berikutnya diberi nama
14
Intergreen Period. Lamanya intergreen period ini berkisar
antara empat detik sampai dengan delapan detik, ini
tergantung dari konflik yang ada pada setiap masing-
masing phase. Misalnya untuk suatu phase yang yang
mempunyai volume kendaraan yang membelok ke kanan
jumlahnya cukup besar dan pada fase tersebut juga
memberikan kesempatan bagi para pejalan kaki untuk
menyeberang, maka lamanya Intergreen Period biasa.
6. Fase(Phase)
Pengaturan lalu lintas pada suatu persimpangan jalan
mempunyai banyak konflik. Hal ini dapat dilakukan
dengan pemisahan waktu. Pengaturan pemisahan arus
lalu lintas dikenal dengan nama phase. Pemilihan dan
penggunaan phase terlihat pada kejadian konflik, apabila
pada suatu persimpangan ada dua konflik utama dapat
diselesaikan dengan dua phase, jika ada tiga konflik
utama akan diselesaikan dengan tiga phase, dan jika ada
empat konflik maka diselesaikan dengan empat phase,
begitu seharusnya
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, maksud dan tujuan survei, landasan teori serta
sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan lokasi survei
Bagian ini berisi foto lokasi survey, dokumentasi survey, dan
foto lokasi.
15
Bagian ini Berisi Arus (Q), Kapasitas (C), dan Perilaku Lalu
Lintas di Ruas Jalan.
16
BAB II
17
gambar 2.2 Dokumentasi Lokasi Survey
18
Gambar 2.4. Gambar Lokasi Simpang jl. Matahari dan jl. Andi Malarangeng
19
Gambar 2.6. Gambar Lokasi Simpang Jl. Matahari dan Jl. Andi
Malarangeng
20
Tabel Kondisi Lingkungan di Lokasi Survey
Tipe
Hambatan
Lokasi Arah Lingkunga Median
Samping
n Jalan
Jl. H. Tidak
Barat Komersial Sedang
Agussalim Ada
Tidak
Jl. Matahari Selatan Komersial Sedang
Ada
Jl. H. Tidak
Timur Komersial Sedang
Agussalim Ada
21
BAB III
Waktu LV HV MC TOTAL
(Smp/jam/jalur)
07:30-09:00 672 98 932 654,615
11:00-12:15 494 74 648 528,695
13:00-15:30 942 216 1347 544,565
16:00-17:00 450 55 680 592,500
Keterangan: Analisa data hasil survey di Jl. H. Agussalim hari sabtu, 10
April 2021digunakan rentang waktu setiap 1.30 jam, adapun rekapitulasi
data diambil salah satu waktu dengan durasi waktu 1.30 jam yaitu pada jam
07.30-09.00. Lalu dikelompokkan dalam satuas smp/jam/lajur dengan
dikalikan sesuai emp masing-masing.
Waktu LV HV MC TOTAL
(Smp/jam/jalur)
07:30-09:00 360 200 1045 617,307
11:00-12:15 450 77 688 528,260
13:00-15:30 335 120 1507 426,521
16:00-17:00 417 113 619 574,500
Keterangan: Analisa data hasil survey di Jl. H. Agussalim hari Senin,12 April
2021 digunakan rentang waktu setiap 1.30 jam, adapun rekapitulasi data
diambil salah satu waktu dengan durasi waktu 1.30 jam yaitu pada jam
07.30-09.00. Lalu dikelompokkan dalam satuas smp/jam/lajur dengan
dikalikan sesuai emp masing-masing.
Tabel 3.2 Emp untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah
22
tersebut terdiri dari dua lajur dua arah tak terbagi. Karena jumlah kendaraan
tidak lebih 0 kend/jam maka arus lalu lintas perlajur yang digunakan adalah
lebih dari 0. Karena penentuan nilai emp berkaitan dengan nilai arus lalu
lintas per lajur maka untuk arus lalu lintas perlajur yang digunakan adalah
lebih 1050 maka nilai emp untuk HV adalah 1,3 dan emp dan MC adalah
0,40.
23
2. Faktor Pengaruh Lebar Lajur (FCW)
Tabel 3.4 Faktor pengaruh lebar lajur (FCW)
karena
lebar jalur
9
24
Keterangan: untuk tipe jalan 2/2 UD memiliki kelas hambatan
samping yang sedang karena pada Jl. H. Agussalim tersebut
merupakan daerah industri dengan beberapa toko di tepi jalan dan
memiliki lebar bahu efektif sebesar 1m sehingga nilai FCsf adalah
0,95.
Sehingga
C = CO nilai
x FCW C dapat
x FCSFdihitung
x FCCSdengan memasukkan nilai-
nilai yang terdapat pada tabel di atas :
C = 2900 x 1,25 x 0,95 x 1,04
C = 3581.5 smp/jam
25
C. Perhitungan Kecepatan Arus Bebas Jalan Perkotaan
1. Kecepatan arus bebas dasar(FVO)
Tabel 3.8 kecepatan arus bebas jalan perkotaan
Keterangan: Karena pada ruas jalan tersebut terdiri dari 2/2 maka
kecepatana arus bebas untuk kendaraan ringan (LV) adalah 42.
4
Keterangan: Karena pada ruas jalan tersebut terdiri dari 2/2 D yang
dilengkapi dengan median serta masing-masing lajurnya memiliki lebar 4
meter maka faktor penyesuaian lebar lajur adalah 4.
26
3. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FVsf) Untuk Jalan
Dengan Bahu
Tabel 3.10 faktor penyesuaian hambatan samping
27
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FVCS)
Tabel 3.11 faktor penyesuaian untuk ukuran kota
DS=
DS =
DS = 0,330
Menghitung derajat kejenuhan (DS) pada hari kerja
28
DS=
DS =
DS = 0,377
2. Kecepatan Rata-Rata Kendaraan Ringan
Dapat dilihat pada grafik hubungan Derajat Kejenuhan (DS)
dan Kecepatan Arus Bebas Jalan Perkotaan Kendaraan
Ringan (FVLV), seperti pada gambar.
42km/ 45.93
jam km/jam
0,377
29
3. Tingkat Pelayanan Jalan
Tabel 3.12. Standarinisasi tingkat pelayanan(VCR) berdasarkan
IHCM (Indonesian Highway Capacity Model).
30
E. Analisa
Perbandingan kondisi lalu lintas ruas jalan disetiap waktu
pengambilan data dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.13 Perbandingan kondisi lalu lintas ruas ja lan pada waktu
pengambilan data.
Tingkat
Waktu Q C DS FV LV
Pelayanan
07.30- Sangat
1066,4 1760,6 0,37 58,79 51
09.00 Baik
Pagi
11.00- Sangat
2817,95 3465 0,37 59,64 56
12.15 Baik
13.00- Sangat
1085,9 1760,6 0,37 60,83 58
15.30 Baik
Siang
15.00-
Sore 674,5 3581.5 0,37 45.926 44 Baik
17.00
1. Dari tabel hasil survey lalu lintas hari Sabtu 10 April 2016 dan
senin, 12 april 2021 di Jalan H. Agussalim, diketahui puncak arus
lalu lintas terjadi pada periode jam 07.30-09.00 sebesar 654,615
smp/jam. Sedangkan arus terendah diperoleh pada periode jam
11.00-12.15 yaitu 528,695 smp/jam.
2. Untuk kapasitas ruas Jalan H. Agussalim pada hari tersebut
dapat dilihat pada tabel bahwa nilai kapasitasnya (C) berdasarkan
parameter yang telah ditetapkan MKJI 1997 berbeda di setiap 2
jam. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan nilai
pada parameternya misalnya parameter yang dipengaruhi oleh
hambatan samping.
3. Untuk kecepatan arus bebas (FV) yang nilainya diperoleh
berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan MKJI
31
1997 dapat dilihat pada tabel diatas dimana FV tertinggi terjadi
pada periode jam 11.00-12.15 karena jalanan sepi karena orang-
orang sedang berada di tempat kerja.
32
BAB IV
A. PENGERTIAN SIMPANG
1. Menurut Hendarto, (2001) :
Persimpangan adalah daerah dimana dua atau lebih jalan
bergabung atau berpotongan/bersilangan.
33
B. ILUSTRASI SIMPANG SEBIDANG
34
C. SIMPANG TIDAK BERSINYAL
35
Perhitungan :
36
Perhitungan :
= (9,20+4,56)/2 = 3,39
= 6,88
G. TIPE SIMPANG
Jumlah
Jumlah lajur Jumlahlajur
Kode IT lengan
jalan minor jalan utama
simpang
322 3 2 2
324 3 2 4
37
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4
Fw = 0,70 + (0,0866 . W1 )
= 0,70 + 0,46331
= 0,3243
38
I. FAKTOR PENYESUAIAN UKKURAN KOTA (FCS)
39
J. FAKTOR PENYESUAIAN BELOK KIRI (FLT)
= 1,24 smp/jam
FRT = 1,0
40
L. FAKTOR PENYESUAIAN RASIO ARUS JALAN MINOR ( FMI )
= 0,89
M. KAPASITAS ( C )
= 1010,83 smp/jam
N. DERAJAT KEJENUHAN ( DS )
DS = QTOT / C
= 1033 / 1010,83
= 1,02
41
O. TUNDAAN
= 45,96
= 13,90
= 14206,39
5. Tundaan Simpang ( D )
D = DG + DTI
= 4 + 13,90
= 17,90 smp/jam
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang didapatkan dalam perhitungan
arus dan kapasitas jalan yang dilaksanakan pada Sabtu, 10 April
2021 dan senin, 11 April 2021 di Jl.H. Agussalim, didapatkan data
sebagai berikut:
Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan jalan cukup baik, dimana kendaraan
berjalan lancar tapi hambatan lalu lintas yang mengganggu.
Derajat Kejenuhan yang Tertinggi atau Puncaknya terdapat
pada waktu Pagi hari dimana aktivitas dimulai.
B. Saran
1. Jalan H. Agussalim merupakan salah satu jalan penghubung
antara kota Parepare dengan Kabupaten Makssaar dan yang
menjadi salah satu akses jalan yang sangat penting bagi
masyarakat kota Parepare. Pada jalan tersebut terdapat
beberapa tempat-tempat yang banyak dikunjungi oleh
masyarakat Parepare itu sendiri, seperti pertokoan, ruko-ruko,
cafe, restoran cepat saji, rumah makan dan sejumlah tempat-
tempat tertentu yang ramai pengunjung. Oleh karena itu,
sangatlah wajar jika terjadi kepadatan pada jalan tersebut.
Berdasarkan derajat kejenuhan yang didapatkan yaitu sebesar
1,02 maka jalan tersebut bisa dikatakan padat. Hal ini
disebabkan karena pada saat survey dilakukan pada hari sabtu,
10 April 2021 pada pukul 07.30-17.00 ruas jalan pada saat itu
tergolong ramai lancar. Namun, pada saat-saat tertentu tidak
menutup kemungkinan terjadinya kemacetan sehingga solusi
ataupun alternatif untuk menghindari hal-hal yang tidak
43
diinginkan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan rambu-rambu agar keadaan di jalan dapat lebih
terkontrol.
2. Persimpangan JL. Andi Malarangeng – JL. Matahari adalah
salah satu persimpangan yang ramai dilalui di Kota Parepare.
Pada jalan tersbut merupakan pusat menuju daerah kota maka
wajarlah bila persimpangan tersebut banyak dilalui kendaraan.
Besarnya derjat kejenuhan yang didapatkan pada pengamatan
hari sabtu, 10 April 2017 pukul 07.30-09.00 adalah 1,02.
Tingkat kepadatannya bisa dikatakan tinggi atau padat, hal ini
juga kemungkinan dikarenakan pada jam tersebut merupakan
jam kerja.
3. Dengan selesainya tugas besar ini, diharapkan agar pembaca
dapat mengerti mengenai permasalahan di jalan terutama yang
menyangkut tentang ruas dan persimpangan tepatnya pada
ruas Jalan H. Agusalim dan persimpangan JL. Andi
Malarangeng – JL.Matahari.
44
DAFTAR ISTILAH
45
FFVCS Faktor penyesuaian ukuran kota
M (Medium) Sedang
46
1997
Q (Quantity) Jumlah kendaraan bermotor yang
melewati suatu titik pada jalan per
satuan waktu, dinyatakan Smp (Satuan
Mobil dalam kend/jam (Qkend), smp/jam
(Qsmp)atau LHRT (Lalu-lintas Harian
Rata-rata Tahunan).
Smp( Satuan Mobil
Penumpang) Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari
berbagai tipe kendaraan telah diubah
menjadi kendaraan ringan (termasuk
mobil penumpang) dengan menggunakan
emp.
UD (Undivide) Tidak terbagi/tidak dipisah
UM Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan dengan roda yang digerakkan
oleh orang atau hewan( meliputi : sepeda,
becak, kereta kuda, dan kereta dorong
sesuai sistim klasitikasi Bina Marga).
Catatan: Dalam manual ini kendaraan tak
bermotor tidak dianggap sebagai bagian
dari arus lalu lintas tetapi sebagai unsure
hambatan samping.
47
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Bina Marga 1997. Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI), Departemen Pekerjaan Umum
, Jakarta
48