Professional Documents
Culture Documents
Hadist Sebagai Dasar Hukum Ke Ii
Hadist Sebagai Dasar Hukum Ke Ii
Makalah Ini Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata
Kuliah
AZAS EKONOMI ISLAM
Dosen Pengampu : Aris Fauzin, S.E.I., MH.
Disusun oleh:
Muahamad Aris Munandar ( 4.2020.1.0394 )
Erik Saparudin ( 4.2020.1.0013 )
Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga penyusunan
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Azas Ekonomi Islam.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin
yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya yang diajukan
sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk menyempurnakan Makalah ini
dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
b. Rumusan Makalah.......................................................................................... 1
c. Tujuan Masalah.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
a. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam......................................... 2
b. Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits......................................................................... 5
c. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an................................................................. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia untuk
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka bahagia dunia dan
akhirat. Rosululloh lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam, petunjuk yang
benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’(seruan Alloh sebagai pembuat hukum) baik
yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan Hadis, maupun ketetapan
yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut) seperti hadits yang bukan tergolong
mutawatir.
Hadits merupakan sumber syari’at islam yang kedua setelah Al Qur’an. Hadis
memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Al qur’an. Dalam fungsi tersebut hadis
menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada penjelasan yang dapat dimengerti di
dalamnya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang fungsi hadis
terhadap Al Qur’an dan dalil - dalil kehujahan hadis.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaigamana kedudukan Hadits dalam sumber hukum Islam?
B. Apa saja dalil- dalil kehujahan Hadis ?
C. Bagaimana fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an ?
C. TUJUAN
A. Mengetahui sumber hadits dalam keedudukan hukum Islam
B. Mengetahui apa saja dalil dalil yang berkaitan dengan kehujahan Hadist
C. Mengetahui fungsi Hadis terhadap Al Qur’an
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an
Banyak ayat al-Qur’an yang menunjukkan akan kehujjahan Sunnah
diantaranya adalah ayat-ayat yang memerintahkan kepada kaum muslim untuk taat
kepada Rasulullah saw. firman Allah Swt :
ُ ُر ُّدوهHHَل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَِإ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فHَ هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُوHيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َأ ِطيعُوا
)59( ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل َ ُِول ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اَآْل ِخ ِر َذل
Hِ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرس
ل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُواHُ َو َما َآتَا ُك ُم ال َّرسُو
Artinya : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah”. (QS. Al-Hasyr :7)
Allah Swt telah memperingatkan kita untuk tidak menyelisihi segala apa yang
diperintahkan oleh Rasulullah Saw, Allah berfirman:
ِ َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َو َعلَّ َمكَ َما لَ ْم تَ ُك ْن تَ ْعلَ ُم َو َكانَ فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْيكَ ع
َظي ًما َ ك ْال ِكت
َ َوَأ ْن َز َل هَّللا ُ َعلَ ْي
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan sanadnya dari sahabat Abu
Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
4
mentaatiku akan masuk surga dan orang yang mendurhakaiku (melangkar
ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak mau”.
َاب هَّللا ِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه ِ َم َأ ْم َري ِْن لَ ْن تHْ ت فِي ُك
َ َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكتHضلُّوا ُ تَ َر ْك
Artinya : “Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak
akan sesat untuk (selamanya) selama kalian berpegangteguh kepada keduanya
yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”
مHْ ِذ َوِإيَّا ُكHاج ُّ ا َوعHHَ ُكوا بِهHَعلَ ْي ُك ْم بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة ْال ُخلَفَا ِء ْال َم ْه ِديِّينَ الرَّا ِش ِدينَ تَ َم َّس
ِ ا بِالنَّ َوHHَوا َعلَ ْيهHَض
ٌضاَل لَة
َ ور فَِإ َّن ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة َو ُمحْ َدثَا ِ ُأْل
ِ ت ا ُم
Artinya : “Hendaklah kalian (mengikuti) Sunnahku dan Sunnah para khalifah
ra>syidah yang telah mendapatkan hidayah, berpegangteguhlah kepadanya,
dan gigitlah (Sunnah tersebut) dengan gigi grahammu, dan jauhilah oleh kalian
perkara-perkara yang baru, krena segala bentuk yang bersifat baru adalah
bid’ah dan semua bentuk bid’ah adalah sesat”.
Hadis yang menjelaskan bahwa telah diturunkan kepada Rasulullah saw al-
Quran dan yang semidal dengannya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu
Daud dari sahabat al-Miqdam bin Ma’di Karib ra, Rasulullah saw bersabda:
ِ فَِإ َذا َرَأيْـتُ ُم ْال ِهالَ َل فَصُوْ ُموْ ا َوِإ َذا َرَأيْـتُ ُموْ هُ فََأ ْف
)طرُوْ ا (رواه مسلم
)ي (رواه البخارى َ صلُّوْ ا َك َما َراَ ْيتُ ُموْ نِي ُأ
ْ ِّصل َ
“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam al-Qur’an
tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahkan shalat
adalah:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'.” (QS. Al-Baqoroh[2]: 43)
b. Men-taqyid ayat-ayat yang mutlaq
Kata mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata itu sendiri
apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah maupun sifatnya. Men-
7
taqyid dan mutlaq artinya membatasi ayat-ayat mutlaq denngan sifat, keadaan,
atau syarat-syarat tertentu. Sebagai contoh hadis Rasul SAW berikut:
8
Kata nasakh secarabahasaberarti ibthal (membatalkan), izalah (menghilangkan
), tahwil (memindahkan), dan taghyir (mengubah). Para ulama mengartikan bayan
al-nasakh ini banyak yang melalui pendekatan bahasa, sehingga di antara mereka
terjadi perbedaan pendapat dalam menta’rifnya. Menurut ulama mutaqoddimin,
bahwa terjadinya nasakh ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu
hukum (ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakuannya
serta tidak bisa diamalkan lagi, dan syar’i (pembuat sayari’at) menurunkan ayat
tersebut tidak diberlakukan untuk selama-lamanya (temporal).
Diantara para ulama yang membolehkan adanya nasakh hadith terhadap al-
Qur’an juga berbeda pendapat dalam macam hadith yang dapat dipakai untuk me-
nasakh-nya. Dalam hal ini mereka terbagi menjadi tiga kelompok.
Pertama, yang membolehkan me-nasakh al-Qur’an dengan segala hadith,
meskipun dengan hadith Ahad. Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh para
ulama mutaqaddimin dan Ibn Hazm serta sebagian para pengikut Zahiriyah.
Kedua, yang membolehkan me-nasakh dengan syarat hadith tersebut harus
mutawatir. Pendapat ini diantaranya dipegang oleh Mu’tazilah.
Ketiga, ulama yang membolehkan me-nasakh dengan Hadith masyhur, tanpa
harus dengan hadith mutawatir. Pendapat ini dipegang diantaranya oleh ulama
Hanafiyah.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an, hadis tampil untuk menjelaskan
(bayan) keumuman isi al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Al-Nahl[16]:
44.
Artinya “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.”
Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini dapat
dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan kandungan
dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadis-hadisnya.
Adapun Dalil-dalil yang menunjukkan kehujjahan Hadis telah dibuktikan oleh hal
hal berikut antara lain ;
1. Al Qur’an karim
2. Hadis Nabi
3. Ijma’ (Kesepakatan)
Oleh karena itu, fungsi hadis Rasul SAW sebagai penjelas (bayan) al-Qur’an itu
bermacam-macam. Berikut beberapa hal yang yang merupakan fungsi hadis terhadap
Al Qur’an
1. Bayan At-taqrir
2. Bayan At-tafsir
3. Bayan At-tasyri
4. Bayan Al-nasakh
10
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan, Mohammad Nor (2007). Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media Group
Abdurrahman, Mifdhol (2008). Pengantar Studi Ilmu Hadits. jakarta: Pustaka
Al-Kautsar
Saleh, Faisal (2008). Mutiara Ilmu Atsar. Jakarta: Akbar Media
Rofiah, Khusniati (2010). Studi Ilmu Hadith .Ponorogo: STAIN PO Press
Suparta, Munzier (2008). Ilmu Hadis .Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
11