Professional Documents
Culture Documents
Resume Iii
Resume Iii
Disusun Oleh:
Fajar Istiqomah
Evi Retno Palupi
Elvi Yohannes
Eri Eka Widyawati
Endro Sayekti
Eni Kumala Sari
Fatimah Ari Widayanti
Fatimah Nur Rohmah
Fauza Ardianto
Fretty Zulaika
Fitri Martha Ningrum
Fajar Wisnu Murti
Faris Isnawan
Fauzan Karim
Erni
BAB IV
RUANG KELAS
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Dari bahasa Latin, yaitu curere bermakna laluan atau jejak. Denngan
demikian kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu laluan atau jejak yang
ditelusuri.
Berdasarkan Undag-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajarab serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B. TIPOLOGI KURIKULUM
1. Kurikulum berdasarkan isi
a. Kurikkulum klasik
Kurikulum yang bersifat tradisional yang menekankan pada bahasa
asing, bahasa kuno, sejarah, sastra, metematika dan ilmu murni.
b. Kurikulum vokasional
Kurikulum vokasional diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
untuk bekerja. Berbagai keterampilan yang dipersiapkan bagi peserta
didik sesuai dengan kebutuhan pasar yang sedang berkambang.
c. Kurikulum life adjustment
Kurikulum life adjustment menekankan pada perkembangan
kepribadian, yang meliputi pada pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman tentang bagaimana bisa hidup adaptif dalam mengarungi
kehidupan berbagai dimensinya, seperti bagaimana menjaga kesehatan,
mengonstruksi hubungan sosial, membangun rumah tangga dan
sebagainya.
2. Kurikulum berdasarkan model pengembangan
a. Kurikulum model administratif
Merupakan kurikulum yang digaags dan dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip administratif oleh para administrator
pendidikan.
b. Kurikulum model akar rumput
Model kurikulum akar rumput tidak digagas dan dibangun dari
pemikiran elite birokrasi pendidikan yang cenderung bersifat sentralis
dan berdimensi top-down, melain dibangun oleh para guru dan sekolah
berdasarkan dengan visi, misi, dan tujuan yang akan mereka raih.
3. Kurikulum berdasarkan harapan kenyataan
a. Kurikulum ideal
Merupakan kurikulum yang dicita-citakan, diharapkan, dan
diinginkan oleh banyak orang, paling tidak oleh pembuatnya. Ia
mengandung gagasan konseptual ideal tentang apa seharusnya dan baik
dikandung oleh suatu kurikulum.
b. Kurikulum real
Merupakan kurikulum yang diimplementasikan dalam proses
pendidikan, pembelajaran dan pengajaran. Kenyataan (realitas)
memiliki kecenderungan yang tidak selalu sama dengan sesuatu yang
diharapkan, diinginkan dan dicita-citakan.
4. Kurikulum berdasarkan struktur dan materi pembelajaran
a. Kurikulum terpisah (separated curriculum)
Adalah kurikulum yang mata pelajarannya atau mata kuliahnya
dirancang untuk disajikan secara terpisah-pisah.
b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Adalah kurikulum dimana bahan ajarannya disajikan secara
terpadu. Biasanya disajikan dalam bentuk tematik, sehingga semua
mata pelajaran dapat terintegrasi atau terpadu ketika pendidik
menjelaskan suatu tema.
c. Kurikulum terkolerasi (correlated curriculum)
Adalah kurikulum yang bahan ajarannya dirancang, dikonstruksi,
dan disajikan secara terkolerasi dengan bahan ajar yanglain.
5. Kurikulum berdasarkan cakupan penggunaan
a. Kurikulum nasional
Merupakan kurikulum yang diinisiasi, dirancanng dan
dilaksanakn secara nasional.
b. Kurikulum local
Merupakan kurikulum yang diinisiasi, dirancang dan
dilaksanakan secara local.
c. Kurikulum sublokal (sekolah)
Adalah kurikulum yang operasionalnya diinisiasi, dirancang dan
dilaksanakan dalam lingkup sekolah.
D. KURIKULUM TERSEMBUNYI
Menurut Ballantine (1983: 179), dikembangkan oleh Benson Snyder
pada tahun 1971 dan digunakan oleh para pendidi, sosiolog, dan psikolog
dalam menjelaskan system informal. Kurikulum tersembunyi merujuk pada
peraturan, regulasi, dan rutin yang mana partisipan sekolah mesti
menyesuaikan diri. Itu dapat dilihat melalui bagaimana ruang kelas
diorganisasi, system penghargaan, dan sosialisasi moral berlangsung melalui
peraturan, regulasi, dan rutin.
Menurut Robinson (1983: 231) menemukan bahwa konsep kurikulum
tersembunyi diciptakan oleh Jackson untuk menunjukkan pelajaran yang
diperoleh para murid atas kenyataan bahwa mereka merupakan bagian dari
sekumpulan manusia, seperti belajar tentang menghadapi kenyataan kalau
‘keinginan dan hasrat pribadi mereka terus-menerus ditangguhkan, ditolak,
dan diganggu.’
Kurikulum tersembunyi saat ini
Sebagai sesuatu yang diajarkan dan dipelajari bersama dengan
kurikulum resmi atau formal, melekat dalam peraturan, regulasi dan rutin
tidak tertulis tentang perilaku dan sikap, seperti ketaatan pada pihak yang
berwenangndan norma yang berlaku umum, serta iklim.
E. KURIKULUM DAN EVALUASI
1. Evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum secara holistik (menyeluruh) meliputi:
a. Isi atau substansi
b. Proses pelaksanaan programpendidikan
c. Kompetensi lulusan
d. Pengadaan dan peningkatan kemampuan tenaga kependidikan
e. Pengelolaan (manajemen) pendidikan
f. Sarana dan prasarana
g. Pembiayaan
2. Penilaian pendidikan
Evaluasi kurikulum secara parsial meluputi sebagian komponen dari
semua yang disebutkan diatas, biasanya menyangkut penilaian hasil
belajar yang pada gilirannya diharapkan dapat memperbaiki cara belajar
peserta didik dan perbaikan program pembelajaran.
3. Dampak evaluasi kurikulum pada proses di sekolah
a. Dampak negatif
Sekolah tidak lagi menjadi lembaga pendidikan yang
mentransmisikan nilai dan norma yang dipandang penting
dalam menghadapi kehidupan.
Sosialisasi siwa disekolah tidak lagi sempurna
Lembaga sekolah diredukasi menjadi tempat pelatihan untuk
membahas dan menjawab materi soal yang tercakup dalam
kisi-kisi yang telah digariskan oleh departemen pendidikan
secara nasional
Murid menjadi meremehkan mata pelajaran yang tidak diujikan
secara nasional
Menghilangkan kejujuran, kerja keras dan nilai persaingan
sehat demi mencapai kelulusan evaluasi pendidikan (ujian
nasional)
b. Dampak positif
Memberikan peluang dan kesempatan yang adil kepada
seluruh peserta didik untuk memasukki sekolah lanjutan sesuai
kemampuan yang dimiliki
Memberikan kemungkinan anak-anak dari keluarga miskin
untuk bisa menikmati pendidikan di sekolah yang bermutu
karena prestasi yang dimiliki.
Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat
belajar demi mencapai nilai standar evaluasi