You are on page 1of 31

Makalah Seminar pustaka

PERAN KELOMPOK TANI TERNAK UNTUK


MENINGKATKAN ADOPSI TEKNOLOGI PETERNAKAN SAPI
POTONG

MUH. WIRANTO KAMAL


I111 15 557

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muh. Wiranto Kamal

NIM : I111 15 557

Departemen : Sosial Ekonomi Peternakan

Judul : Peran kelompok tani ternak untuk meningkatkan adopsi


teknologi peternakan sapi potong

Makassar, November 2020

Telah Disetujui :

Panitia Seminar Pembimbing

Vidyahwati Tenrisanna, S.Pt, M.Ec, Ph.D Ilham Syarif S.Pt,M.Si


NIP.197508311999032002 NIP. 199212242020053001

Mengetahui
Ketua Program Studi Peternakan

ii
Dr.Ir.Muh. Ridwan, S.Pt., M.Si.,IPU
NIP. 19760616 200003 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan

seluruh rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah

seminar studi pustaka tertulis yang berjudul Peran kelompok tani ternak untuk

meningkatkan adopsi teknologi peternakan sapi potong.

Makalah studi pustaka ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada

Mata Kuliah Seminar Studi Pustaka, dengan terselesaikannya makalah tertulis ini,

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen Mata Kulih Seminar Jurusan Sosial Ekonomi yang telah memberikan

gambaran umum materi mengeni isi makalah ini.

2. Ilham Syarif S.Pt,M.Si selaku pembimbing yang banyak memberikan bantuan

dan pengarahan dalam menyusun makalah ini.

Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah seminar

studi pustaka ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa gagasan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah

ini.semoga makalah tertulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

bagi penulis pada khususnya.

Penulis

iii
Muh. Wiranto Kamal
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iv

ABSTRAK........................................................................................................... vi

PENDAHULUAN................................................................................................ 1

PERMASALAHAN............................................................................................ 3

PEMBAHASAN.................................................................................................. 4

Tinjauan Umum Kelompok Tani Ternak...................................................... 4


Peran dan Fungsi Kelompok Tani Ternak............................................. 9
Tinjauan Umum Adopsi.............................................................................. 11
Teknologi Peternakan................................................................................. 17

PENUTUP............................................................................................................ 22

Kesimpulan................................................................................................. 22
Saran .......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 23

iv
ABSTRAK

Muh. Wiranto Kamal. I11115557. Peran kelompok tani ternak untuk meningkatkan
adopsi teknologi peternakan sapi potong (Dibimbing oleh Ilham Syarif S.Pt,M.Si).

Abstrak. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran
kelompok tani dalam meningkatkan adopsi teknologi peternakan sapi potong dan
bagaimana masyarakat mengetahui perkembangan pemanfaatan teknologi peternakan
dimasyarakat melalui pendekatan kelompok tani yang berfungsi sebagai kelas belajar,
wahana kerja sama dan penyedia sarana dan prasarana kelompok. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka perlunya kita melakukan studi pustaka ini agar teknologi
peternakan dapat dikembangkan dikelompok tani ternak sapi potong pada
masyarakat. Maka dari itu kesimpulan yang saya dapatkan adalah kita perlu
memahami tahapan-tahapan dalam melakukan adopsi yaitu sebagai berikut Tahap
kesadaran (awareness), dalam hal ini Petani mulai sadar tentang adanya sesuatu yang
baru, lalu Tahap minat (Interest), Tahap ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari
keterangan-keterangan tentang hal-hal yang baru diketahuinya. Tahap penilaian
(Evaluation), Setelah keterangan yang diperlukan diperoleh, mulai timbul rasa
menimbang-nimbang untuk kemungkinan melaksanakannya sendiri. Selanjutnya
tahap mencoba (Trial).Tahap adopsi (Adoption). Petani sudah mulai mempraktekkan
hal-hal baru dengan keyakinan akan berhasil.

Kata kunci  :  Adopsi, Teknologi, Sapi Potong, Kelompok Tani.

v
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan usaha peternakan yang sangat potensial di Negara

berkembang seperti Indonesia sangat membutuhkan beberapa subsektor penting

seperti adanya adopsi teknologi dalam proses keberlangsungan usaha peternakan

yang kemudian akan mampu meningkatkan daya saing diruang lingkup global atau

mendunia agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas maupun kapasitas

pengetahuan yang peternak miliki. Penggerak baru salah satu kelembagaan yang

dikembangkan adalah kelompok tani ternak, yaitu kelompok yang berfungsi sebagai

kelas belajar mengajar, unit produksi, wahana kerja sama, serta kegiatan usaha.

Mekanisme terbentuknya kelompok tani ternak adalah melalui interaksi antara para

anggota kelompok tani ternak yang mendapat dukungan dari tokoh formal maupun

informal masyarakat. Tujuan kelompok adalah untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas usaha dari tani ternak, serta meningkatkan kesejahtraan peternak.

Namun kenyataannya anggota dapat mengadopsi teknologi peternakan.

Peraturan Menteri Pertanian (Deptan) No 67 Tahun 2016 tentang Pembinaan

Kelembagaan Petani menyebutkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,

kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota.

1
Upaya ini diarahkan untuk terbentuknya kelompok-kelompok peternak,

kerjasama antar kelompok sehingga terbentuk kelompok yang produktif yang

terintegrasi dalam satu koperasi dibidang peternakan (Ditjen Bina Produksi

Peternakan, 2002). Melalui kelompok peternak sapi potong diharapkan para peternak

dapat saling berinteraksi, sehingga mempunyai dampak saling membutuhkan, saling

meningkatkan, saling memperkuat, sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan dalam mengelola sistem usaha agribisnis dan agroindustri secara

potensial.

Peternak dan kelompok tani ternak secara makro belum sesuai dengan

harapan, oleh sebab itu dalam rangka pemberdayaan peternak, pemerintah telah

mengembangkan metode pembinaan serta berbagai kelembagaan yang diarahkan

kepada tercapainya landasan yang kuat bagi peternak untuk mengadopsinya setelah

menerima inovasi (Rogers dan Shoemaker, 1971). Hal senada disampaikan oleh

Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa adopsi merupakan proses mental dalam

diri seseorang melalui pertama kali mendengar tentang suatu inovasi sampai akhirnya

mengadopsi. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya penulisan makalah studi

pustaka dengan judul “ Peran Kelompok Tani Ternak Untuk Meningkatkan

Adopsi Teknologi Peternakan Sapi Potong ”.

2
PERMASALAHAN

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka permasalahan dapat

dirumuskan yaitu bagaimana peran kelompok tani ternak untuk meningkatkan adopsi

teknologi peternakan sapi potong?

Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan penulisan makalah pustaka ini yaitu

untuk mengetahui peranan kelompok tani ternak dalam meningkatkan adopsi

teknologi peternakan sapi potong.

3
PEMBAHASAN

Tinjauan Umum Kelompok Tani Ternak

Kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri

menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Kelompok adalah kumpulan

manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat-istiadat dan sistem norma

yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia. Kelompok tani ternak adalah

kelompok tani yang beranggotakan peternak-peternak atau pemelihara ternak dan

dimasyarakat lebih dikenal dengan kelompok ternak (Rusidi, 1978). Biasanya

komoditas ternak yang dipelihara adalah sejenis sehingga memunculkan kelompok

ternak sapi, kelompok ternak kambing, kelompok ternak domba, kelompok ternak

ayam dan sebagainya (Hamijoyo,1974).

Kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri

atas petani dewasa pria atau wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang

kontak tani (Setiana, 2005).

Menurut Kartasapoetra (1994), kelompok tani ternak bukan hanya

sekumpulan anggota yang memiliki keinginan dan kepentingan bersama yang

tergabung dalam sebuah wadah kelompok tani akan tetapi juga sebagai sarana untuk

pengembangan diri dalam berorganisasi  dan pengembangan ternaknya. Kelompok

menjadi wadah kelas belajar mengajar yang didalamnya setiap anggota memperoleh
4
pengetahuan sehubungan dengan bidang usaha yang ditekuni dan sumber

pembelajarannya dapat berasal dari sesama anggota, kelompok lain, lembaga swasta

maupun pemerintah.

Anggota dapat menarik manfaat yang lebih baik dengan berkelompok

daripada ketika tidak berkelompok. Kelompok tani ternak yang baik mampu

mengembangkan diri dengan selalu kreatif dan berinovasi menyesuaikan dengan

perkembangan teknologi dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya. Kelompok yang

demikian memiliki kegiatan yang penuh variasi sehingga keberadaan kelompok

sangat mendukung untuk peningkatan kesejahteraan anggota. Variasi kegiatan

kelompok tani ternak, berupa pengolahan pakan ternak dari limbah pertanian,

pengawetan pakan ternak, peningkatan angka kelahiran ternak dengan penerapan

teknologi reproduksi modern berupa embrio transfer dan inseminasi buatan,

pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik, pengolahan kotoran ternak

menjadi energi terbarukan berupa biogas dan sebagainya.

Adapun menurut Mardikanto (2009) pengertian kelompok tani ternak adalah

sekumpulan orang-orang tani atau petani atau peternak yang terdiri dari petani

peternak dewasa (pria/wanita) maupum petani-taruna yang terikat secara informal

dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta

berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontaktani, sedangkan

menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan

kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk


5
meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani dalam mengembangkan

usahanya.

Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek pendekatan

kelompok, agar lebih berperan dalam pembangunan. Aktifitas usahatani yang lebih

baik dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam produktivitas usahatani yang pada

gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga akan mendukung

terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan keluarganya. Pembinaan

kelompok tani perlu dilaksanakan secara lebih intensif, terarah sehingga mampu

meningkatkan peran dan fungsinya (Ikbal, 2014).

Kelompok tani dapat disusun dengan baik melalui pendekatan beberapa aspek

yang terdiri dari aspek manejemen (perencanaan pengorganisasian dan pengendalian)

dan satu aspek kepemimpinan. Upaya tersebut dapat diawali dengan melakukan

pemetaan atas keberadaan dan kemampuan kelompok tani yang ada dengan cara

menentukan kelas kelas kelompok tani ternak itu sendiri. Kelas kelompok tani adalah

kemampuan kelompok tani yang disebut kelas kemampuan kelompok, peningkatan

peningkatan pertumbuhan kemampuan tersebut diukur dengan skor nilai yang ada.

Berdasarkan nilai tingkat kemampuan, masing-masing kelompok tani ditetapkan

kelasnya dengan ketentuan sebagai berikut: Kepala Badan Penyuluhan dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian melalui surat keputusannya

No.168/Per/SM.170/J/11/2011 :

6
A. Kelas Pemula, merupakan kelas terbawahan terendah, dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Kurang mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana.

2. Kurang mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati

perjanjian dengan pihak lain.

3. Kelompok kurang mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok

tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, kurang mampu secara terus-

menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD,

kurang mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan

pemasaran melalui KUD dan kurang mampu memanfaatkan pelayanan yang

disediakan KUD.

4. Kelompok kurang mampu secara terus-menerus dan teratur mencari,

menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok,

melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok kurang mampu

menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani.

B. Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula dimana

kelompok tani sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih

terbatas,dengan kriteria sebagai berikut:

1. Cukup mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana.

2. Cukup mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati

perjanjian dengan pihak lain.

7
3. Kelompok cukup mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok

tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, cukup mampu secara terus-

menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD,

cukup mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan

pemasaran melalui KUD dan cukup mampu memanfaatkan pelayanan yang

disediakan KUD.

4. Kelompok cukup mampu secara terus-menerus dan teratur mencari,

menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok,

melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok cukup mampu

menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

C. Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana

kemampuan kelompok ternak lebih tingggi dari kelas lanjut, dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana.

2. Mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian

dengan pihak lain.

3. Kelompok mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani

untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, mampu secara terus-menerus

melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, mampu

secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui

KUD dan mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

8
4. Kelompok mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan

dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan

pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok mampu menerapkan

rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani.

D. Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi dimana

kelompok tani sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya

sendiri, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Sangat mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana.

2. Sangat mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati

perjanjian dengan pihak lain.

3. Kelompok sangat mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok

tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, sangat mampu secara terus-

menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD,

sangat mampu secarateratur dan terus menerus melakukan prosesing dan

pemasaran melalui KUD dan sangat mampu memanfaatkan pelayanan yang

disediakan KUD.

Kelompok sangat mampu secara terus-menerus dan teratur mencari,

menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok,

melakukan pencatatan analisa usahatani.

Peran dan Fungsi Kelompok Tani Ternak

9
Pengertian peran menurut Soekanto (2002), yaitu peran merupakan aspek

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Kelompok tani ternak mempunyai fungsi: sebagai wadah proses

pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit

produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang (Israel, Arturo.

1990).

Kelas Belajar

Wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam

berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta

kehidupan yang lebih sejahtera.

Wahana Kerjasama

Untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani

dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. sehingga usaha taninya akan lebih

efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,

Unit penyedia sarana dan prasarana kelompok

Peningkatan kualitas dan kuantitas setiap individu dari peternak yang ada

dalam suatu kelompok kelembagaan dapat berbentuk kelompok, gabungan kelompok,

asosiasi, atau korporasi. Kelembagaan difasilitasi dan diberdayakan oleh Pemerintah

dan atau pemerintah daerah agar tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang

10
kuat dan mandiri sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan para

anggotanya.

Menurut Mauludin, dkk (2012) bahwa peran kelompok meliputi:

1. Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh

kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Indikatornya terdiri (1)

pertemuan berkala dan berkelanjutan, (2) pengembangan kader

kepemimpinan, (3) fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan

teknologi.

2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh

kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien.

Indikatornya terdiri: (1) fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola

usaha, (2) fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi,

dan (3) fasilitasi dalam penerapan teknologi.

3. Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok

dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak

anggota. Indikatornya: (1) fasilitasi penyediaan input produksi, (2)

fasilitasi permodalan, dan (3) fasilitasi pemasaran.

4. Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan

kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar

kelompok. Indikatornya: (1) kerjasama pengelolaan kelompok, (2)

kerjasama permodalan, (3) kerjasama dengan pihak luar.


11
Tinjauan Umum Adopsi

Adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal

yang baru sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan,

menggunakan) hal baru tersebut. Dalam proses adopsi ini, petani sasaran mengambil

keputusan setelah melalui beberapa tahapan. Pada awalnya, petani sasaran

mengetahui suatu inovasi, yang dapat berupa sesuatu yang benar-benar baru atau

yang sudah lama diketemukan tetapi masih dianggap baru oleh petani sasaran. Jika

petani sasaran tersebut menerapkan suatu inovasi, maka petani sasaran tersebut

meninggalkan cara-cara yang lama (Ibrahim, dkk, 2003).

Menurut Samsudin (1982), adopsi adalah suatu proses yang dimulai dari

keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai

diterimanya ide tersebut oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Seseorang menerima

suatu hal atau ide baru selalu melalui tahapan-tahapan. Tahapan ini dikenal sebagai

tahap proses adopsi.

Pengertian adopsi dalam proses penyuluhan menurut Departemen Kehutanan

(1996) dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa:

pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric)

pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh

masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”,

tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar

serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya.

12
Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai

cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak

seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima

atau menolaknya kemudian mengukuhkannya. Keputusan inovasi merupakan suatu

tipe pengambilan keputusan yang khas (Suprapto dan Fahrianoor, 2004).

Diartikan oleh Mardikanto dan Sutarni (1982) mengartikan adopsi sebagai

penerapan atau penggunaan sesuatu ide, alat-alat atau teknologi baru yang

disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasi dari bentuk

adopsi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metoda, maupun peralatan

dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya.

Adopsi merupakan perubahan perilaku seseorang setelah menerima inovasi

yang disampaikan sedangkan teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan

untuk menciptakan alat, tindakan pengolahan dan ekstraksi benda. Teknologi

peternakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan. Oleh itu

untuk mengembangkan usaha peternakan telah banyak dihasilkan teknologi. Di

bidang komoditi peternakan sapi terdapat beberapa teknologi yang telah berkembang

seperti pengolahan pakan hijauan, pengolahan limbah pertanian menjadi pakan ternak

sapi, inseminasi buatan, pemuliaan, pencegahan dan pengendalian penyakit. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi proses adopsi suatu teknologi diantaranya

adalah karakteristik penerimanya. Karakteristik penerima dapat berupa umur,

pendidikan, pengalaman, pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah ternak/ luas

lahan, kontak dengan penyuluh, infomasi yang diperoleh, media massa, motivasi,
13
persepsi dan sikap. Perilaku pengguna juga dipengaruhi pemilihan sistem

teknologinya, kondisi lingkungan fisik, biologis, sosial ekonomi dan norma sosial

(Sinja et al. 2004).

Adopsi merupakan perubahan perilaku seseorang setelah menerima inovasi

yang disampaikan sedangkan teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan

untuk menciptakan alat, tindakan pengolahan dan ekstraksi benda. Teknologi

peternakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan. Oleh itu

untuk mengembangkan usaha peternakan telah banyak dihasilkan teknologi. Di

bidang komoditi peternakan sapi terdapat beberapa teknologi yang telah berkembang

seperti pengolahan pakan hijauan, pengolahan limbah pertanian menjadi pakan ternak

sapi, inseminasi buatan, pemuliaan, pencegahan dan pengendalian penyakit.

Secara singkat inovasi berarti ide, gagasan, praktek baru. Sehingga secara

keseluruhan dapat diartikan “Sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan,

perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima,

dan digunakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu,

yang dapat mendorong terjadinya perubahan–perubahan di segala aspek kehidupan

masyarakat (Mardikanto dan Sri Surtani, 1993).

Adopsi merupakan proses keluarnya ide (inovasi) sampai diterima dan

dilaksanakan masyarakat maupun peternak sehingga menjadi perilaku. Perilaku

dalam hal ini adalah perpaduan antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

keterampilan (psikomotorik). Menurut Suprapto dan Fahrinoor (2004), adopsi adalah

keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang
14
paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak seseorang

mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau

menolaknya kemudian mengukuhkannya.

Setelah kita melihat beberapa definisi adopsi diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa fungsi adopsi adalah sebagai berikut :

1. Sebagai wadah untuk menerima hal baru dalam suatu individu maupun

kelompok.

2. Menjadi wadah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan

individu maupun kelompok.

3. Sebagai tempat untuk menerapkan eksperimen baru didalam masyarakat.

4. Sebagai tempat menggunakan hal baru setelah melalui tahapan-tahapan

dari adopsi.

Proses adopsi melalui beberapa tahapan yaitu kesadaran (awareness),

perhatian (interest), penaksiran (evaluation), percobaan (trial), adopsi (adopsi),

konfirmasi (confirmation) (Mundy, 2000). Untuk mempermudah dalam memahami

proses adopsi, berikut ini akan diberikan illustrasi tentang adopsi teknologi fermentasi

jerami padi sebagai sapi potong. Jika peternak telah diperkenalkan teknologi

fermentasi jerami padi sebagai pakan sapi potong, maka sejak itu, peternak

mengalami proses mental untuk menerima atau menolak teknologi tersebut, dengan

tahapan sebagai berikut :

Tahapan-tahapan proses adopsi teknologi (Mundy, 2000).

15
1. Peternak menyadari bahwa pemanfaatan jerami padi melalui teknologi

fermentasi sebagai pakan dapat meningkatkan produktivitas sapi potong

dan memanfaatkan potensi limbah.

2. Peternak mulai tertarik terhadap teknologi fermentasi jerami padi sebagai

pakan dan mencari informasi tambahan dan lainnya mengenai hal tersebut.

3. Selanjutnya peternak memikirkan dan menimbang apakah mampu

membiayai segala biaya yang ditimbulkan dari teknologi fermentasi jerami

padi, apakah teknologi benar-benar bermanfaat atau apakah petemak

lainnya mau membantu mengerjakan teknologi tersebut.

4. Peternak mencoba teknologi fermentasi jerami padi pada saat musim panen

padi, dan jika tahap ini berhasil maka akan berlanjut ke tahap adopsi, dan

jika gagal maka akan ke tahap penolakan.

5. Pada musim penen berikutnya, peternak memutuskan untuk tetap

melakukan teknologi fermentasi jerami padi dalam jumlah yang lebih

besar. Jika tahap ini berhasil maka adopsi akan berlanjut, dan jika gagal

maka akan ke tahap penolakan.

6. Setelah mengadopsi teknologi fermentasi jerami padi, peternak akan

meminta informasi kepada peternak lainnya atau petugas penyuluh tentang

apa yang dialami terkait teknologi fermentasi jerami padi.

7. Bila peternak mengalami hambatan, dan kegagalan selama pada tahap

mencoba/konfirmasi/adopsi, maka peternak akan memutuskan untuk tidak

menggunakan atau menerapkan teknologi fermentasi jerami padi.


16
Sedangkan yang dinyatakan oleh Rogers (1983) bahwa perubahan seseorang

untuk mengadopsi suatu perilaku yang baru tersebut terjadi dalam beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. Tahap kesadaran (awareness), dalam hal ini Petani mulai sadar tentang

adanya sesuatu yang baru, mulai terbuka akan perkembangan dunia

luarnya, sadar apa yang sudah ada dan apa yang belum.

2. Tahap minat (Interest), Tahap ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari

keterangan-keterangan tentang hal-hal yang baru diketahuinya.

3. Tahap penilaian (Evaluation), Setelah keterangan yang diperlukan

diperoleh, mulai timbul rasa menimbang-nimbang untuk kemungkinan

melaksanakannya sendiri.

4. Tahap mencoba (Trial). Jika keterangan sudah lengkap, minat untuk

meniru besar, dan jika ternyata hasil penilaiannya positif, maka dimulai

usaha mencoba hal baru yang sudah diketahuinya.

5. Tahap adopsi (Adoption). Petani sudah mulai mempraktekkan hal-hal baru

dengan keyakinan akan berhasil.

Dari kedua pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa Rogers berusaha

menggambarkan bagaimana model mengadopsi teknologi sedangkan Mundy

menggambarkan bagaimana merealaisasikan tahapan adopsi dipeternak.

Teknologi peternakan

17
Teknologi peternakan adalah Teknologi Peternakan dalam dunia usaha ternak

merupakan suatu elemen strategi dan sekaligus menjadi prasarat dalam peningkatan

ketahanan pangan dan pengembangan sistem agribisnis peternakan di Indonesia.

Penciptaan inovasi tak lepas dari peran lembaga penelitian dalam

menghasilkan teknologi (invensi) yang kemudian dapat dikembangkan menjadi

sesuatu yang memiliki nilai manfaat ekonomi lebih (inovasi), maka pada posisi ini

lembaga penilitian dan pengembangan memiliki posisi yang sangat penting, Pabeta

(1999) mengungkapkan bahwa di era globalisasi ini perhatian yang lebih besar

bahkan kebijakan yang strategis seharusnya diarahkan pada peran lembaga litbang,

lebih lanjut disampaikan bahwa hakekatnya litbang adalah untuk membantu

pemecahan masalah ekonomi, sosial dan teknologi yang berorientasi pada kebutuhan

masyarakat dan pembangunan, seperti yang secara nyata dihasilkan oleh lembaga

litbang di negara industri maju dan menyampaikan bahwa pentingnya hasil litbang

(iptek) dan penerapannya dalam meningkatkan sektor ekonomi, sosial dan teknologi

terlihat pada negara maju di dunia dengan memberikan kedudukan yang strategis bagi

lembaga litbang.

Partisipasi petani dan masyarakat juga ikut mempengaruhi keberhasilan

proses penyebaran atau adopsi teknologi peternakan (Ponniah et al., 2008). Partisipasi

petani peternak dilakukan untuk menjalin adanya pertukaran ide dan pengetahuan di

kalangan petani. Partisipatif akan terbangun interaksi antara petani dan pemangku

kepentingan lainnya sehingga tercipta saling percaya dan terjalinnya komunikasi yang

terbuka. Hubungan kerjasama yang erat antara lembaga-lembaga penelitian, lembaga


18
swadaya masyarakat dan petani menjadi penting dan efektif untuk mengembangkan

dan menyebarkan suatu teknologi. Beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya

hubungan kemitraan antar kelompok dan lembaga yang terlibat adalah peningkatan

pengetahuan dan keterampilan, dukungan pembiayaan, mengembangkan kepercayaan

dan keyakinan di antara mitra, memungkinkan berbagi.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai: ide-ide baru,

praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang

baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger dan Gwin

(1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas

dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya

pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.

Adopsi inovasi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan.

Difusi inovasi menurut Margono  (1978) adalah; Menumbuhkan kebutuhan untuk

perubahan menuju kondisi yang diinginkan, Membangun hubungan yang semakin

erat antara penyuluh dan adopter, Mendiagnosis permasalahan yang dihadapi adopter,

Menumbuhkan keinginan-keinginan adopter menjadi suatu tindakan nyata,

Menumbuhkan keinginan-kenginan yang belum terpikir sebelumnya, Memperkokoh

perubahan-perubahan yang telah berlansung/terjadi untuk memungkinkan adanya

tindak lanjut, Memutuskan hubungan untuk perubahan, dimana adopter mampu

berdiri/berubah sendiri.

Peranan Kelompok Tani Ternak Terhadap peningkatan Adopsi Teknologi


19
Kelembagaan peternakan diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan adopsi

teknologi dan sarana dalam bertukar informasi diantara peternak. Pambudy (2006)

menyebutkan beberapa kendala peningkatan peranan kelompok dalam

mengembangkan usahannya, diantarannya :

1. pengetahuan dan manajemen anggota yang relatif rendah,

2. kurangnya jaminan terhadap ketersediaan faktor produksi,

3. kurangnya akses dan pengetahuan terhadap pasar,

4. kurangnya akses mendapatkan modal, serta kurangnya kesadaran anggota

akan fungsi dan peran kelompok dalam pengembangan usaha,

5. kualitas produk yang dihasilkan oleh anggota masih rendah.

Namun demikian selama ini kelembagaan peternak masih dipandang sebagai

obyek untuk melaksanakan suatu hasil kepeutusan institusi yang lebih tinggi dengan

perencanaan yang sentralistik “Top Down” yang mengakibatkan kelembagaan

peternak menjadi lemah, ketergantungan, dan tidak berkembang. Akibanya

kelembagaan peternak tidak mendorong anggotanya untuk melakukan melakukan

kreativitas dalam mengembangkan ideide baru, dan kurang mendorong partisipasi

anggotanya. Adapun yang menjadi tolak ukur peningkatan adopsi teknologi

peternakan adalah peran kelembagaan peternakan yang ditujukan untuk kemandirian

dan ketangguhan kelompok peternak untuk melakukan adopsi teknologi. Unsur yang

dilihat dalam peran kelembagaan yaitu penyebaran teknologi dan informasi, wadah

kerjasama, edukasi peternak, peningkatan pendapatan peternak. Suradisastra (2009)

dan hasil analisis dari masing-masing unsur dijelaskan seperti berikut:


20
1. Penyebaran Teknologi dan Informasi Penyebaran teknologi dan informasi

oleh kelembagaan peternakan sangat diperlukan untuk meningkatkan proses

adopsi teknologi.

2. Wadah kerjasama Kelembagaan peternakan amat penting perannya untuk

menjadi wadah kerjasama diantar setiap anggota kelompok untuk mencapai

tujuan.

3. Edukasi peternak Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

peternak maka edukasi peternak menjadi sangat penting.

4. Peningkatan Pendapatan Peternak Peran kelembagaan dalam hal

meningkatkan pendapatan peternakan sudah sangat baik.

21
PENUTUP

Kesimpulan

Adopsi teknologi peternakan dalam kelompok tani ternak dapat menjadi

wadah proses belajar memimpin dan meningkatkan tanggungjawab, mengembangkan

kerjasama juga melatih anggota berfikir dan bermusyawarah, dan mempererat ikatan

silaturrahmi antara anggota, serta meningkatkan kepercayaan dari pihak luar, maka

dari itu peran kelembagaan dalam adopsi teknologi dinilai sangat penting.

Saran

Diharapkan kepada kelompok tani ternak mampu meningkatkan edukasi

kepada anggota kelompok tani ternak dalam penerapan adopsi teknologi.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 2016. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


67/Permentan/SM.050/12/2016 Tentang Pembinaan Kelembagaan Petani.
Departemen Pertanian , Jakarta.

Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2002. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis


Peternakan. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan Deptan. Jakarta.

Dutta, Soumitra; Dutton William H dan Law, Ginette. 2013. The New Internet Word;
A Global Perspective On Freedom of Expreession, Privecy, Trust, and Security
Online”. Social Science Research Network.

Ibrahim, J.T., A. Sudiyono, dan Harpowo, 2003. Komunikasi dan Penyuluhan


Pertanian. Bayumedia Publishing dan UMM Press, Malang.

Ikbal, M. 2014. Peranan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani


Padi Sawah di Desa Margamulya Kecamatan Bungku Barat Kabupaten
Morowali. e-JAgrotekbis. 2(5): 505-509. ISSN : 2338-3011. Palu

Israel, Arturo. 1990. Pengembangan Kelembagaan. Pengalaman Proyek-proyek Bank


Dunia. LP3ES. Jakarta.

Kartasapoetra, G.1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Lionberger, H.F. and P.H. Gwin, (1982). Communication strategies Illinois: the
interstate orienters & publishers, inc.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press.
Surakarta, Jawa Tengah.

Mardikanto,dan Sri Surtani. 1993. Pengantar Penyuluhan Pertanian Dalam Teori


dan Praktek. Surakarta: Hapsara.

Margono, Slamet. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. IPB. Bogor.

Mauludin, M. A., S. Winaryanto dan S. Alim. 2012. Peran Kelompok dalam


Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Potong (Kasus Di Wilayah
Selatan Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ilmu Ternak. 12(1). Bandung.

Mundy,P. 2000.Adopsi dan Adaptasi Teknologi Baru. PAATP3. Bogor.


24
Muslim, C. 2006. Pengembangan Sistem Integrasi Padi Ternak dalam Upaya
Pencapaian Swasembada daging di Indonesia : Suatu Tinjauan Evaluasi.
Analisis Kebijakan Pertanian Volume 4 No. 3.

Pabeta., & Aziz, T. (1999). Komersialisasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan


Industri Hasil Pertanian, Tekstil, Kulit dan Plastik. Jakarta (ID): Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.

Pambudy, R. 2006. Ketahanan pangan dalam sistem dan usaha agribisnis :


pemberdayaan petani dan organisasi petani. Prosiding Seminar Hasil Pangan
Sedunia XXVI ; Jakarta, 13 September 2006.

Ponniah, A, R. Puskur, S.Workneh and D. Hoekstra. 2008. Concepts and


practices in agricultural extension in developing countries: A source book.
International Livestock Research Institute (ILRI), Addis Ababa, Ethiopia.

Rogers, E.M., dan F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovations. London:


The Free Press.

Rusidi, 1978. Dinamika Kelompok Tani dalam Mencapai Tujuannya. Studi Kasus di
Desa Amansari. Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Tesis.
Bogor : IPB.

Sinjaa J, Karugiab J, Baltenwecka I,Waithakac M,Mianoc MD, Nyikalb R, Romney


D. 2004. Farmer perception of technology and its impact on technology uptake:
the case of fodder legume in Central Kenya Highlands. Proceedings of the
Inaugural Symposium: Shaping the Future of African Agriculture for
Development: The Role of Social Scientists, Kenya.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.

Suprapto, dan Fahrinoor. 2004. Komunikasi Penyuluhan Dalam Teori Dan Praktek.
Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Suradisastra. 2009. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisis


Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi.
26(2):82-91. Desember 2009.

25
26

You might also like