You are on page 1of 10

RESUME PASAR UANG DAN PASAR

BARANG

Dosen Pengampu : Muhammad Qodri S.E., M.Si


Nama Mahasiswa : Devi Febriana
Nim : C1C019128

MATA KULIAH EKONOMI ISLAM


PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN 2020
PASAR UANG DAN PASAR BARANG
1. Keseimbangan Sektor Riil (Pasar Barang) dalam Ekonomi
Konvensional
Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi
perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena ini, sektor
riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang (pasar untuk barang-barang dan jasa-jasa).
Berikut ini merupakan variabel-variabel agregatif yang termasuk sebagai pasar komoditi yaitu
- Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
- Saving atau tabungan (S)
- Pendapatan nasional (Y)
- Investasi (I)
- Tingkat harga (P)
- Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
- Transfer pemerintah (Tr)
- Ekspor (X)
- Impor (I)
 Fungsi Investasi
Investasi (I) diperlakukan sebagai variabel endogenous, yaitu variabel yang nilainya ditentukan di
dalam persamaan fungsi. Investasi dapat di formulasikan dalam bentuk persamaan fungsi sebagai
berikut: I = I0 + re
Di mana,
I = Besarnya investasi
I0 = Besarnya investasi pada tingkat bunga (r) sebagai nol (0)
e = Marginal Propensity to Invest (hasrat investasi marjinal) adalah besarnya angka perbandingan
antara perubahan investasi dengan perubahan tingkat bunga, secara singkat dapat diformulasikan :
e=  ∆I/∆r
t = tingkat bunga
 Fungsi Konsumsi (Consumption Curve)
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan berbagai tingkat konsumsi
dengan tingkat pendapatan nasional dalam suatu perekonomian. Pada umumnya fungsi konsumsi
diasumsikan mempunyai persamaan fungsi sebagai berikut:
C = C0 + Cl
Di mana,
C : Besarnya tingkat konsumsi rumah tangga
C0 : Besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol (0)
c = MPC Marginal Propensity to Consume (besarnya hasrat atau keinginan masyarakat dalam
berkonsumsi) adalah angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya
perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi termaksud atau
secara matematis dapat di ungkapkan:
c = MPC = ∆C/∆Y
Y : Pendapatan nasional
 Fungsi Saving
Fungsi saving (saving curve) adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan berbagai tingkat
pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.
S = S0 + sY
Di mana,
S : Besarnya tingkat tabungan rumah tangga
S0 = -C0 : Besarnya tabungan masyarakat pada saat pendapatan sebesar 0 (nol) konsumsi pada saat
tingkat pendapatan (Y) sebesar 0 (nol)
s = MPS Marginal Propensity do Save (besarnya hasrat atau keinginan masyarakat dalam menabung)
adalah angka perbandingan antara besarnya peruahan pendapatan nasional.
Y : Pendapatan nasional
A. Analis Keseimbangan Sektor Riil dengan Grafik
Dalam analisis keseimbangan di sektor riil, kondisi keseimbangan perekonomian dapat
digambarkan ke dalam sebuah kurva yang di sebut kurva IS. Kurva IS adalah tempat kedudukan titik-
titik yang menghubungkan tingkat bunga (i) dan pendapatan nasional (Y), di mana pasar barang
berada dalam kondisi keseimbangan.
Untuk menghasilkan kurva IS kita mulai dari diagram I dengan mengambil salah satu titik
tingkat bunga, misalnya i0. Pada tingkat bunga sebesar i0, investasi yang dilaksanakan sebesar I 0 dan
dalam keadaan keseimbangan, besarnya tabungan adalah S 0. Tabungan sebesar S0 terjadi apabila
pendapatan sebesar Y0. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka kita memperoleh
satu titik dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik A). Untuk menggambarkan suatu kurva (kita
anggap kurva IS adalah linier) minimal harus ada dua titik sehingga dengan demikian kita perlu
mengambil salah satu titik tingkat bunga lagi misalnya i 1. Pada tingkat bunga sebesar i1, investasi
yang diinginkan sebesar I1, dan dalam keadaan seimbang besarnya tabungan sebesar S 1. Tabungan
sebesar S1, terjadi apabila pendapatan sebesar Y 1. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV,
maka kita memperoleh satu titik lagi dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A
dan titik B kita hubungkan maka kita akan memperoleh kurva IS, yaitu kurva yang menggambarkan
keseimbangan di sektor riil (pasar barang) yang berlereng negatif. Ini memberi petunjuk bahwa pada
sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan tingkat bunga, maka turunnya investasi dan
turunnya investasi secara langsung akan menyebabkan turunnya pendapatan nasional. Sebaliknya,
apabila tingkat bunga turun maka pendapatan nasional akan naik. Karena, turunnya tingkat bunga
akan menyebabkan naiknya investasi.
Diagram I menunjukkan hubungan antara tingkat bunga (i) dan jumlah investasi (I), diagram
II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, di mana tabungan sama dengan investasi S=I.
Diagram III menunjukkan hubungan antara tabungan (S) dengan pendapatan (Y), dan diagram IV
menunjukkan kurva IS, yaitu kurva yang menghubungkan antara titik-titik tingkat bunga (i) dan
pendapatan (Y).
Kurva IS dapat pula diturunkan dengan cara lain seperti ditunjukkan dalam gambar. Diagram I
menunjukkan fungsi investasi, dimana penurunan di dalam tingkat bunga yaitu dari i 0 ke i1 telah
menyebabkan investasi naik dari I0 ke I1 . Dalam diagram II ditunjukkan bagaimana kenaikan dalam
investasi akibat dari penurunan tingkat bunga telah menyebabkan kurva permintaan atau pengeluaran
agregat (AD) bergeser ke kiri atas yaitu dari AD 0 ke AD1 , yang selanjutnya akan mendorong
pendapatan naik dari Y0 ke Y1 . Sedangkan diagram III menunjukkan kurva IS yang menghubungkan
tingkat bunga dan pendapatan, dimana tingkat bunga yang semakin rendah telah menyebabkan
pendapatan semakin besar, dan sebaliknya.

B. Menurunkan Kurva IS Metode Matematik


Cara lain yang dapat digunakan untuk memperoleh (menurunkan) kurva IS adalah dengan cara
(metode) matematika. Dengan syarat Diana keseimbangannya adalah :
S = I , maka dapat diturunkan kurva (fungsi) IS sebagai berikut :
S=I
Y–C=I
Y=C+I
Y = ( C0 + cY) + ( I0 + er )
Y = C0 + cY + I0 + er
Y – cY = C0 + I0 + er
( 1 – c ) Y = C0 + I0 + er
Y= 1/(1-c)(C0 + I0 + er)
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurva IS
1.    Bilangan pengganda (multiplier).
Besar kecilnya pengganda mempengaruhi, baik intercept maupun slope dari fungsi IS. Semakin
besar pengganda, maka intercpt dan slope kurva IS juga akan semakin besar pula. Sedangkan besar
kecilnya pengganda itu sendiri dipengaruhi oleh kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC) atau
b dan elastisitas investasi terhadap pendapatan (f).
2.    Kepercayaan masyrakat terhadap kondisi perekonomian (consumer and business confidence).
Kepercayaan konsumen dan dunia bisnis terhadap perekonomian masing-masing dicerminkan
oleh perubahan dalam peubah konsumsi otonom (a) dan peubah investasi otonom (I 0). Perubahan
yang terjadi pada kedua peubah ini akan mempengaruhi intercept dari kurva IS, yang berarti kalau a
dan I0 meningkat, maka kurva IS akan bergeser ke kanan, dan sebaliknya kurva IS akan bergeser ke
kiri kalau terjadi penurunan pada salah satu dari kedua peubah tersebut.
3.    Kepekaan pengeluaran investasi terhadap perubahan dalam tingkat bunga (interest elasticity of
investment).
Semakin peka (sensitive) investasi terhadap perubahan dalam tingkat bunga, maka slope kurva
IS akan semakin curam (steeper). Sedangkan intercept-nya adalah tetap atau tidak berubah.
Sebaliknya, semakin tidak sensitif (insensitive) investasi terhadap perubahan dalam tingkat bunga,
maka slope kurva IS akan semakin datar (flatter). Jadi, elastisitas investasi terhadap tingkat bunga
hanya mempengaruhi kemiringan (slope) kurva IS, sementara intersept-nya tetap, yang berarti pula
tidak akan menyebabkan kurva IS tersebut bergeser.
4.    Kebijakan Fiskal (fiscal policy)
Posisi kurva IS akan berubah apabila terjadi perubahan pada sektor riil (pasar barang).
Perubahan di sektor riil dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan/ kebijakan pemerintah. Kebijakan
pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi sektor riil disebut kebijakan fiskal (fiscal policy).
Variabel ekonomi yang biasanya dipengaruhi melalui kebijakan fiskal ini adalah pengeluaran
pemerintah (G), pajak (Tx), dan pembayaran transfer (Tr). Setidaknya ada tiga macam kebijakan
fiskal, yaitu kebijakan fiskal yang ekspansif, kebijakan fiskal yang konstruktif, dan kebijakan fiskal
yang murni.
a.Kebijakan Fiskal yang Ekspansif
Kebijakan fiskal yang ekspansif yaitu kebijakan ekonomi makro yang mempunyai tujuan untuk
memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian, dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah (G), menurunkan pajak (Tx) atau menaikkan pembayaran transfer (Tr). Naiknya
pengeluaran pemerintah, turunnya pajak, dan naiknya pembayaran transfer mengakibatkan kurva IS
bergeser ke kanan atas.
b.   Kebijakan Fiskal yang Kontradiktif
Kebijakan fiskal yang kontradiktif yaitu kebijakan ekonomi makro yang tujuannya untuk
menurunkan kegiatan ekonomi dalam perekonomian. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan cara
menurunkan pengeluaran pemerintah (G), menaikkan penerimaan pajak (Tx) atau menurunkan
pembayaran transfer (Tr). Turunnya pengeluaran pemerintah, naiknya penerimaan pajak, dan naiknya
pembayaran transfer mengakibatkan kurva IS bergeser ke kiri bawah.
c.   Kebijakan Fiskal yang Murni
Kebijakan fiskal yang murni merupakan kebijakan yang tidak disertai dengan berubahnya
jumlah uang yang beredar.
2. Keseimbangan Sektor Riil ( Pasar Barang) dalam Ekonomi Islam
Keseimbangan pasar barang pada sistem ekonomi Islam sangat berbeda dengan
keseimbangan pasar barang pada sistem ekonomi konvensional. Hal ini karena pada sistem
ekonomi Islam, bunga (i) dihapuskan dan diganti dengan keuntungan yang diharapkan (r).
B.     ANALISIS KESEIMBANGAN SEKTOR RIIL DENGAN GRAFIK
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dipengaruhi oleh pendapatan (Y). Hubungan
ini dapat ditunjukkan dengan fungsi matematis: C = f(Y) dengan C = C1+C2
 Dimana C1 = pendapatan muzakki ; C2= pendapatan mustahiq
Dalam ekonomi Islam, investasi tergantung dari besarnya tingkat keuntungan yang
diharapkan dan biaya aset yang kurang produktif. Semakin besar tingkat keuntungan yang
diharapkan dan semakin tinggi biaya aset yang kurang produktif, maka semakin  besar pula
investasi yang dilakukan, demikian sebaliknya. Kondisi keseimbangan dalam sektor riil dapat
digambarkan secara grafis ke dalam sebuah kurva yang disebut kurva ISI. Kurva ISI
menggambarkan kedudukan titik-titik yang menunjukkan hubungan antara tingkat
keuntungan yang diharapkan (r) dan  pendapatan nasional (Y), dimana pasar barang berada
dalam kondisi keseimbangan. Untuk menurunkan kurva ISI secara grafis, maka langkah
pertama adalah menggambarkan empat buah kurva yang terdiri dari diagram I, II, III dan IV
(dimulai dari kurva kanan bawah berputar kebalikan dengan arah jarum jam).
Diagram I menunjukkan fungsi investasi. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara
tingkat keuntungan yang diharapkan (r) dan besarnya investasi yang dilakukan (I).
Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, dimana besarnya tabungan
(S) sama dengan besarnya investasi (I), atau dapat dituliskan S = I. Bila tingkat keuntungan
yang diharapkan adalah r 1
 maka menuntut agar investasi bersih menjadi I1
Keseimbangan investasi tabungan mengharuskan bahwa simpanan mesti menjadi sebesar
S1 = I.
Diagram III menunjukkan fungsi tabungan. Pada diagram ini tampak bahwa hanya
satu tingkat pendapatan tertentu yang dapat mendorong masyarakat untuk menyediakan
tabungan pada tingkat yang disebutkan. Bila tingkat tabungan berada pada S1.
, maka dapat diperhitungkan bahwa tingkat pendapatan nasional berada pada Y1
  Diagram IV menunjukkan kurva ISI, kurva yang menghubungkan antara titik-titik
tingkat keuntungan yang diharapkan (r), dan pendapatan nasional (Y). Karena kurva ISI
adalah kurva yang menghubungkan tingkat keuntungan yang diharapkan, serta pendapatan
nasional, maka masing-masing sumbu pada diagram IV kita tentukan sumbu-sumbu yang
akan ditempati variabel tingkat keuntungan yang diharapkan dan variabel pendapatan
nasional. Pada sumbu horisontal kita tempatkan variabel pendapatan nasional (Y) dan  pada
sumbu vertikal kita tempatkan variabel tingkat keuntungan yang diharapkan (r). Dengan
demikian, diagram yang berada di atas diagram IV yaitu diagram III adalah diagram yang
menghubungkan besarnya tabungan pada berbagai tingkat pendapatan nasional (fungsi
tabungan). Hubungan antara tabungan dengan pendapata nasional adalah  positif, artinya
makin besar pendapatan nasional, maka tabungan yang terjadi juga makin  besar.
Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, yaitu suatu kondisi dimana
besarnya investasi (I) sama dengan besarnya tabungan (S), atau dapat ditulis I = S. Diagram
II merupakan kurva bantu yang menggambarkan keseimbangan di pasar barang, dimana I =
S.
Kurva kesamaan investasi dan tabungan adalah kurva yang ditarik dari titik (titik pusat
sumbu) yang membentuk sudut 450 terhadap masing-masing sumbu, yang  berarti jarak dari
suatu titik tersebut ke sumbu tegak akan sama jaraknya dengan titik tersebut ke sumbu datar.
Pada diagram I ditunjukkan hubungan positif antara tingkat keuntungan yang
diharapkan (r), dan besarnya investasi (I). Bila tingkat keuntungan yang diharapkan naik,
maka investasi yang dilakukan juga akan naik, demikian sebaliknya. Hal ini ditunjukkan
dengan kurva investasi berlereng positif. Sumbu tegak pada diagram I menunjukkan variabel
tingkat keuntungan yang diharapkan sedangkan sumbu datar menunjukkan  besarnya
investasi.
Untuk menghasilkan kurva ISI kita mulai dari diagram I dengan mengambil titik salah satu
titik tingkat keuntungan yang diharapkan, misalnya r 1. Pada kondisi tersebut, investasi yang
dilakukan sebesar I1 dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya tabungan adalah S1
. Tabungan sebesar S1 terjadi apabila pendapatan sebesar Y1.Apabila keadaan tersebut kita
bawa ke diagram IV, maka kita peroleh satu titik di kurva ISI (misalnya kita  beri nama titik
A). Untuk menggambarkan suatu kurva (kita anggap kurva ISI adalah linear) minimal harus
ada dua titik I. Dengan demikian, kita perlu mengambil salah satu titik pada tingkat
keuntungan yang diharapkan lagi, misalnya titik I2 Pada kondisi tersebut, investasi yang
diinginkan sebesar I2
, dan dalam keadaan keseimbangan besarnya tabungan sebesar S2. Tabungan sebesar S2
 terjadi apabila pendapatan sebesar Y2.
Apabila keadaan tersebut kita bawa pada diagram IV, maka kita memperoleh satu titik lagi
dari kurva ISI (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B tersebut kita
hubungkan, maka kita memperoleh kurva ISI, yaitu kurva yang menggambarkan
keseimbangan di sektor riil (pasar barang) yang berlereng positif. Hal ini menunjukkan
bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan keuntungan yang diharapkan,
maka pendapatan nasional akan naik. Kenaikan keuntungan yang diharapkan akan
menyebabkan naiknya investasi dan naiknya investasi secara langsung akan menyebabkan
naiknya pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkst keuntungan yang diharapkan turun
maka pendapatan nasional juga akan turun. Karena turunnya tingkat keuntungan yang
diharapkan akan menyebabkan turunnya investasi. Pergeseran
fungsi investasi dan fungsi tabungan (atau fungsi konsumsi) akan mengakibatkan
pergeseran kurva ISI. Kenaikan biaya atas aset yang kurang produktif (menganggur) akan
menyebabkan meningkatnya permintaan investasi, dan sepanjang tidak ada perubahan fungsi
tabungan, akan menyebabkan pergeseran kurva ISI ke kanan  bawah.
 
C.     KESEIMBANGAN DI PASAR UANG DALAM EKONOMI ISLAM
Dalam ekonomi Islam, ada dua motif utama memegang uang yaitu:
1.      Motif untuk melakukan transaksi
2.      Motif untuk berjaga-jaga
Sedangkan motif untuk spekulasi, seperti yang dikemukan oleh Keynes, tidak pernah
akan ada di dalam ekonomi Islam. Sehingga permintaan uang untuk tujuan spekulasi (yang
merupakan fungsi dari tingkat bunga) akan sebesar nol. Oleh karena itu,  permintaan uang
dalam ekonomi Islam selalu berhubungan dengan tingkat pendapatan. Besarnya persediaan
uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Jika
seseorang menerima pendapatan dalam bentuk uang tunai dan dalam waktu yang bersamaan
dikeluarkan juga secara tunai, maka tidak perlu memegang uang untuk tujuan transaksi. Di
sana tidak ada interval waktu untuk menjembataninya. Dalam hubungannya dengan
kebutuhan pribadi, persediaan akan uang tunai yang dipegang akan lebih besar proporsi
dalam interval antara penerimaan dan  pendapatan. Seseorang yang mendapat bayaran
bulanan akan memerlukan persediaan uang tunai rata-rata lebih besar dibandingkan dengan
seseorang yang mendapat bayaran harian, dengan asumsi bahwa perilaku konsumsi mereka
sama.
Perusahaan juga memerlukan uang tunai sebagai penghubung antara pengeluaran
untuk  bahan baku dan penerimaan dari penjualan produk dalam bentuk tunai. Kebutuhan
uang tunai tersebut akan berubah dalam interval waktu dan tingkat aktivitas usaha.
Pembayaran dari seorang pengusaha kepada pengusaha yang lain akan berubah menurut
tingkatan proses produksi dan tingkatan integrasi dalam perekonomian dengan anggapan hal-
hal lain tetap, meningkatkan integrasi ini, menurunkan permintaan uang tunai.
Motivasi berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu
memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk transaksi, guna memenuhi
kewajiban dan berbagai kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian di muka.

D.    MENURUNKAN KURVA LM DENGAN METODE GRAFIK


Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk
tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat. Secara matematik dirumuskan sebagai
berikut:

MD =f ( ) ( dµ-0 > 0

Dimana:
MD= Permintaan uang dalam masayarakat islam
Y= Pendapatan
M= tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas
Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat pendapatan tertentu akan
cenderung mengurangi jumlah permintaan uang.
Kenaikan tingkat biaya ke m2 akan mengakibatkan penurunan jumlah  permintaan uang
dari M1D menjadi M2D. Kenaikan biaya selanjutnya menjadi m3 akan menurunkan jumlah
permintaan uang menjadi M3D.
Penawaran uang dalam ekonomi Islam dikontrol oleh negara sebagai pemegang
monopoli atas penerbitan mata uang sebagai alat tukar yang sah (legal tender). Islam
membuat suatu ketentuan yang jelas tentang suatu ”Badan Keuangan Nasional” (Central
National Finance House) dengan cabang-cabang yang tersebar di seluruh negeri. Badan ini,
yang  pada masa awal Islam disebut ”Baitul Mal”, merupakan prototype dari semua bank
sentral modern milik negara, yang melaksanakan seluruh fungsi seperti yang dilakukan oleh
bank sentral, dengan mengecualikan penerbitan mata uang (issue of currency) dan fungsi lain
yang telah dipercayakan Islam kepada Bendahara Negara. Negara melakukan sendiri kontrol
terhadap penerbitan uang dan kepemilikan atas semua bentuk uang baik uang logam, uang
kertas atau kredit. Negara melalui Badan Keuangan Nasional beserta  perwakilan cabang-
cabangnya berkuasa penuh untuk mengontrol uang logam, pencetakan uang kertas, dan
pengadaan bahan-bahan uang dengan proporsi yang layak antara  perunggu, nikel, perak, dan
emas serta kertas, sesuai yang dipandang paling praktis. Benda-benda ini akan mempunyai
status penuh sebagai uang sesuai dengan denominasinya, dan mesti diterima sebagai alat
tukar yang sah dala semua bentuk transaksi, tanpa terpengaruh oleh keadaan apakah ia
diberikan secara terpisah atau  bersama-sama.
Penawaran uang diasumsikan bebas dari tingkat biaya yang dikenakan atas aset yang tidak
produktif dan ditetapkan oleh otoritas moneter sebagai proporsi bagi nilai transaksi atau
tingkat pendapatan, yaitu: Ms= f(µ)
dan
Ms= aY ; α > 0 Asumsi tentang pengaruh perluasan penawaran uang ini dengan mudah dapat
dimodifikasi tanpa berpengaruh pada analisanya.
Suatu kondisi yang penting bagi keseimbangan pasar uang ialah bahwa penawaran uang
harus seimbang dengan permintaan uang. Ms = MD Bila kebutuhan akan uang melebihi
penawaran, maka kelebihan penawaran itu dieliminir dengan meningkatnya biaya atas uang
menganggur. Dengan kata lain, jika misalnya pada tingkat pendapatan (Y 0) dan tingkat biaya
(m0) maka:
Md0 ( Y0 / µ1) > Ms0 = α Y0
 Jika otoritas Islam akanmeningkatkan biaya atas uang menganggur untuk mencapai tingkat
keseimbangan. Dengan pengandaian bahwa tingkat biaya yang baru mencapai m1, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Md0( Y0 / µ1 ) = Ms0 = α Y0
 Kenaikan m akan mendorong sekaligus investasi dan konsumsi, dan ini akan menaikkan
tingkat pendapatan menjadi Y1.
Tingkat pendapatan yang baru akan meningkatkan tingkat permintaan uang (menjadi
Md1), selanjutnya tingkat keseimbangan baru akan diperoleh seperti: Md1
 ( Y1 / µ1 ) = Ms1 = α Y1
 
Sumbu horisontal mengukur jumlah uang (dalam penawaran-permintaan) sementara
sumbu vertikal mengukur tingkat biaya atau uang menganggur. Kurva yang menunjukkan
jumlah penawaran uang adalah vertikal, mengindikasikan bahwa penawaran uang ditetapkan
oleh negara, tanpa terkait dengan tingkat biaya atas uang menganggur. Permintaan akan uang
(untuk motivasi transaksi maupun berjaga-jaga) nampak bervariasi sebagai kebalikan dari
tingkat biaya atas uang menganggur. Pada tingkat biaya m 1 keseimbangan akan tercapai pada
titik E1.
Jika pada tingkat pendapatan sekarang dan dengan biaya-biaya yang berlaku terdapat
kecenderungan untuk menahan uang (katakanlah M2D) pada tingkat biaya yang ada, maka
negara akan menaikkan biaya-biaya itu ke tingkat yang cukup tinggi untuk menahan
kecenderungan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nanga, Muana. 2005, Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Edisi Kedua.
Rosyadi, Imron., dan Didit Purnomo. 2001, Ringkasan Teori : Teori Ekonomi Makro Soal dan
Penyelesaiannya. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

http://www.academia.edu/6667035/
Keseimbangan_Pasar_Barang_Dan_Uang_Kurva_Is_Lm_Dalam_Ekonomi_Konvensio
nal
http://egha02.blogspot.co.id/2012/10/keseimbangan-ekonomi.html

You might also like