Triterpenoids are the largest group of secondary metabolites in plants.

They have received

extensive attention due to their broad spectrum pharmacological activities coupled with a low
toxicity profile. They are known to be responsible for antiangiogenic, antipruritic, antiallergic,
antitumor, antiviral, antimicrobial, antioxidant and spasmolytic activities. Jatropha curcas is a
drought-resistant medical crop belonging to the family Euphorbiacea. Many plants of this family
exude tree sap latex containing large amounts of triterpenoids, and some of them could be used
for biofuel, rubber and medicinal applications. There are high content triterpenoids in J. curcas
leaves as reported by Suharti et al.. However, little information is available concerning the
actual yield, optimal extraction method and pharmacologic activity with regard to J. curcas
leaves (TJL).
Triterpenoids adalah kelompok metabolit sekunder terbesar pada tumbuhan. Mereka telah
menerima perhatian luas karena aktivitas farmakologi spektrum luas mereka ditambah dengan
profil toksisitas rendah. Mereka diketahui bertanggung jawab atas aktivitas antiangiogenic,
antipruritic, antiallergic, antitumor, antivirus, antimikroba, antioksidan dan spasmolitik. Jatropha
curcas adalah tanaman medis tahan kekeringan milik keluarga Euphorbiacea. Banyak tanaman
dari keluarga ini memancarkan getah pohon getah yang mengandung sejumlah besar triterpenoid,
dan beberapa dari mereka dapat digunakan untuk aplikasi biofuel, karet dan obat-obatan. Ada
kandungan triterpenoid yang tinggi pada daun J. curcas seperti yang dilaporkan oleh Suharti dkk.
Namun, hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai hasil aktual, metode ekstraksi optimal
dan aktivitas farmakologis berkaitan dengan J. curcas daun (TJL).

In the recovery and purification of bioactive compounds from plant materials, extraction is the
initial step and plays an important role. Many factors such as solvent-to-solid ratio, extraction
time, solvent composition and number of steps may influence the extraction efficiency and
compounds yield. Hence, it is necessary to optimize the extraction parameters to obtain the
highest triterpenoid recovery. Several traditional extraction techniques such as heating, boiling,
refluxing and soxhlet extraction have been used to extract triterpenoids, which consume a large
amount of solvent and time. However, ultrasound-assistant extraction has been developed with
advantages of shortening extraction time, decreasing solvent consumption and increasing
extraction yield. The enhancement in extraction obtained by using ultrasound is mainly
attributed to the effects of acoustic cavitations produced in the solvent by the passage of an
ultrasonic wave. Ultrasound also exerts a mechanical effect, allowing greater penetration of
solvent into the sample matrix, increasing the contact surface area between solid and liquid
phase; as a result the solute diffuses quickly from solid phase to the solvent.
Dalam pemulihan dan pemurnian senyawa bioaktif dari bahan tanaman, ekstraksi merupakan
langkah awal dan memainkan peran penting. Banyak faktor seperti rasio pelarut-ke-padat, waktu
ekstraksi, komposisi pelarut dan sejumlah langkah dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi dan
hasil senyawa. Oleh karena itu, perlu mengoptimalkan parameter ekstraksi untuk memperoleh
pemulihan triterpenoid tertinggi. Beberapa teknik ekstraksi tradisional seperti pemanasan,
perebusan, refluks dan ekstraksi soxhlet telah digunakan untuk mengekstrak triterpenoid, yang
mengkonsumsi sejumlah besar pelarut dan waktu. Namun, ekstraksi ultrasound-asisten telah
dikembangkan dengan keuntungan waktu pemendekan, mengurangi konsumsi pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi. Peningkatan dalam ekstraksi yang diperoleh dengan menggunakan
ultrasound terutama dikaitkan dengan efek dari kavitasi akustik yang dihasilkan dalam pelarut
oleh berlalunya gelombang ultrasonik. Ultrasound juga memberikan efek mekanis,
memungkinkan penetrasi pelarut ke dalam matriks sampel, meningkatkan luas permukaan
kontak antara fase padat dan cair; sebagai hasilnya zat terlarut berdifusi dengan cepat dari fase
padat ke pelarut.

Classical optimization method is laborious, time consuming and expensive, since it uses one
factor-at-a-time approach. Meanwhile, the interactions between variables are ignored and
dubious conclusions may be drawn. The response surface methodology (RSM) can overcome
these limitations, for it enables evaluation of the effects of several variables. RSM has been
successfully used in optimizing the extraction of phenolic compounds from plants such as wheat
and onion.
Metode pengoptimalan klasik adalah susah payah, memakan waktu dan mahal, karena
menggunakan satu pendekatan faktor-pada-waktu. Sementara itu, interaksi antara variabel
diabaikan dan kesimpulan yang meragukan dapat ditarik. Metodologi permukaan respon (RSM)
dapat mengatasi keterbatasan ini, karena memungkinkan evaluasi efek dari beberapa variabel.
RSM telah berhasil digunakan dalam mengoptimalkan ekstraksi senyawa fenolik dari tanaman
seperti gandum dan bawang merah.
Almost all parts of J. curcas are used in traditional medicine, including the treatment of mouth
disease and wounds. Meanwhile, triterpenoids also have evident activity against oral pathogens
in Miconia. Therefore, the objective of the work is to establish the optimal conditions of
ultrasound-assistant extraction of TJL and investigate TJL using in vitro models of relevance to
oral disease and wounds: antibacterial, antifungal and antioxidant assays. The results will
provide scientific evidence for further investigation of triterpenoids from J. curcas.
Hampir semua bagian J. curcas digunakan dalam pengobatan tradisional, termasuk pengobatan
penyakit mulut dan luka. Sementara itu, triterpenoids juga memiliki aktivitas yang jelas terhadap
patogen oral di Miconia. Oleh karena itu, tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menetapkan
kondisi optimal ekstraksi USG-asisten TJL dan menyelidiki TJL menggunakan model in vitro
yang relevan dengan penyakit mulut dan luka: antibakteri, antijamur dan uji antioksidan.
Hasilnya akan memberikan bukti ilmiah untuk penyelidikan lebih lanjut dari triterpenoid dari J.
curcas.

2.
2.1 J. curcas roots, stems, leaves, flowers and barks were collected from a Jatropha nursery in
Yanyuan County, Sichuan Province, China in August 2012. They were authenticated by a plant
taxonomist from the Department of Botany, Sichuan University, Chengdu. A voucher specimen of
the plant (NO. 10/08) was deposited in the herbarium of Sichuan University. All plant materials
were dried, ground into powder in amill, passed through a 60-mesh sieve and stored in an airer.
J. curcas akar, batang, daun, bunga dan kulit kayu dikumpulkan dari pembibitan Jatropha di
Kabupaten Yanyuan, Provinsi Sichuan, China pada Agustus 2012. Mereka diautentikasi oleh ahli
taksonomi tumbuhan dari Departemen Botany, Universitas Sichuan, Chengdu. Spesimen kupon
tanaman (NO. 10/08) disimpan di herbarium Universitas Sichuan. Semua bahan tanaman
dikeringkan, digiling menjadi bubuk dalam amill, dilewatkan melalui saringan 60 mesh dan
disimpan dalam airer.

2.2 16 common human pathogenic microbes were selected here and some were closely
associated with oral disease and wounds. Bacteria were Porphyromonas gingivalis ATCC
33277, Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 33384, Fusobacterium nucleatum ATCC
25586, Prevotella buccae, Peptoniphilus asaccharolyticus, Bacteroides fragilis, Bacteroides
vulgatus, Peptostreptococcus anaerobius, Bacteroides stercoris, Enterococcus faecalis ATCC
29212, Staphylococcus aureus ATCC 29213, Escherichia coli. ATCC 25922, Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853, Klebsiella pneumonia ATCC 700603, Salmonella dublin and
Stenotrophomonas maltophilia. Three fungi were two Monilia albican species ATCC 90029 and
10231, and Candida guilliermondii. The strains were recovered from clinical samples obtained
from the Clinical laboratory of West China Second University Hospital of Sichuan University.
All the strains were maintained at 4°C until use.
16 mikroba patogen manusia yang umum dipilih di sini dan beberapa terkait erat dengan
penyakit mulut dan luka. Bakteri adalah Porphyromonas gingivalis ATCC 33277,
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 33384, Fusobacterium nucleatum ATCC 25586,
Prevotella buccae, Peptoniphilus asaccharolyticus, Bacteroides fragilis, Bacteroides vulgatus,
Peptostreptococcus anaerobius, Bacteroides stercoris, Enterococcus faecalis ATCC 29212,
Staphylococcus aureus ATCC 29213, Escherichia coli. ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853, Klebsiella pneumonia ATCC 700603, Salmonella dublin dan Stenotrophomonas
maltophilia. Tiga jamur adalah dua spesies Monilia albican ATCC 90029 dan 10231, dan
Candida guilliermondii. Strain ditemukan dari sampel klinis yang diperoleh dari laboratorium
klinis Rumah Sakit Universitas China Barat Kedua Universitas Sichuan. Semua strain
dipertahankan pada 4 ° C sampai digunakan.

2.3 A Box–Behnken design (BBD) was used to determine the optimal conditions of ultrasound
assisted extraction for TJL. Liquid-to-solid ratio (A), ethanol concentration (B) and extraction
time (C) were chosen as independent variables. The range and center point values of them
presented in Table 1 were based on the results of preliminary single factor experiments. The
experimental design consisted of 12 factorial experiments and three replicates of the central
point (Table 2). The yield of TJL was selected as the response for the combination of
independent variables given in Table 2. Three triplicate experiments were carried out at each
experimental design point and the mean values were stated as observed responses. Experimental
runs were randomized to minimize the effects of unexpected variability in the observed
responses. The general form of the second degree polynomial equation is
Desain Kotak-Behnken (BBD) digunakan untuk menentukan kondisi optimal ekstraksi bantuan
ultrasound untuk TJL. Liquid-to-solid ratio (A), konsentrasi etanol (B) dan waktu ekstraksi (C)
dipilih sebagai variabel independen. Nilai kisaran dan titik tengah dari mereka yang disajikan
pada Tabel 1 didasarkan pada hasil percobaan faktor tunggal awal. Desain eksperimen terdiri
dari 12 percobaan faktorial dan tiga ulangan dari titik pusat (Tabel 2). Hasil TJL dipilih sebagai
respon untuk kombinasi variabel independen yang diberikan pada Tabel 2. Tiga percobaan
rangkap tiga dilakukan pada setiap titik desain eksperimental dan nilai rata-rata dinyatakan
sebagai tanggapan yang diamati. Eksperimental berjalan secara acak untuk meminimalkan efek
dari variabilitas yang tak terduga dalam respon yang diamati. Bentuk umum persamaan
polinomial derajat kedua adalah

where Y is the predicted response; a0 is the interception; b1, b2 and b3 are the linear
coefficients of liquid-to-solid ratio (A), ethanol concentration (B) and extraction time (C),
respectively; c12, c13, and c23 are the interaction coefficient of liquid-to-solid ratio, ethanol
concentration and extraction time, respectively; d1, d2 and d3 are the squared coefficient of
liquid-to-solid ratio, ethanol concentration and extraction time, respectively. Analysis of the
experimental design data and calculation of predicted responses were carried out using Design
Expert software (Version 7.0.0, Stat-Ease, Inc., Minneapolis, MN). Additional confirmation
experiments were subsequently conducted to verify the validity of the statistical experimental
design.
di mana Y adalah respons yang diprediksi; a0 adalah intersepsi; b1, b2 dan b3 adalah koefisien
linear rasio cair-ke-padat (A), konsentrasi etanol (B) dan waktu ekstraksi (C), masing-masing;
c12, c13, dan c23 adalah koefisien interaksi rasio cair-ke-padat, konsentrasi etanol dan waktu
ekstraksi, masing-masing; d1, d2 dan d3 adalah koefisien kuadrat rasio cair-ke-padat, konsentrasi
etanol dan waktu ekstraksi, masing-masing. Analisis data desain eksperimental dan perhitungan
tanggapan yang diprediksi dilakukan menggunakan peranti lunak Pakar Desain (Versi 7.0.0,
Stat-Ease, Inc., Minneapolis, MN). Percobaan konfirmasi tambahan kemudian dilakukan untuk
memverifikasi validitas desain eksperimental statistik.