Professional Documents
Culture Documents
A. HASIL
Resep 1
B. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan kajian resep secara klinis. Pengkajian resep
secara klinis dilakukan setelah kajian secara administratif, lalu kajian secara
farmaseutik dan dosis maka selanjutnya kajian secara klinis. Pada pengkajian resep
dilakukan untuk menghindari terjadinya medication errors. Yang menurut t
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 Tahun 2004 merupakan suatu kejadian yang
merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan,
yang sebetulnya dapat dicegah (Anonima , 2004).
Menurut Cohen (1999) , faktor penyebab medication errors adalah sebagai
berikut: 1) Kurangnya pengetahuan tentang obat, 2) Kurangnya informasi tentang
pasien, 3) Kesalahan dan kehilangan arsip, 4) Kesalahan pada tulisan, 5) Kesalahan
interaksi dengan pemberi pelayanan yang lain, 6) Kesalahan dalam perhitungan dosis,
7) Masalah dalam memasukkan obat melalui selang infus lewat parenteral, 8)
Pengontrolan yang kurang, 9) Masalah dalam penyimpanan dan pengantaran obat, 10)
Kesalahan dalam preparasi, dan 11) Kekurangan standarisasi
Resep 1 :
Pada resep pertama pasien diresepkan tiga jenis obat antara lain, norvask 10
mg, simvastatin 40 mg dan magasida. Norvask sendiri merupakan obat antihipertensi
yang di dalamnya mengandung amlodipine dan berdasarkan diagnosa maka tepat
indikasi, dosis yang diberikanpun sudah tepat yaitu 10 mg/hari karena menurut
literatur dosis normal norvask yaitu 5-10 mg/hari. Namun, bila dikaji secara aturan
pakai dan cara penggunaan maka resep tersebut kurang tepat karena seharusnya dan
sebaiknya norvask dikonsumsi sekali sehari pada pagi hari. Sebab dikhawatirkan bila
dikonsumsi pada malam hari, keesekon harinya tekanan darah pasien akan mengalami
penurunan yang drastis, sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dan untuk penderita
tekanan darah tinggi atau hipertensi tidak boleh untuk menghentikan pengobatan
secara mendadak, sebaiknya dihentikan secara perlahan yaitu dengan menurunkan
dosis obat sedikit demi sedikit. Dan boleh dihentikan ketika tekanan darah pasien
dalam setahun stabil atau tidak terjadi kenaikan atau penurunan tekanan darah.
Selanjutnya dilakukan kajian pada obat simvastatin yang merupakan obat
untuk pasien hiperlipidemia atau yang memiliki kadar kolesterol tinggi. Pada resep ini
obat termasuk tepat indikasi karena sesuai dengan diagnosa dokter. Selain itu, obat ini
juga tepat dosis yaitu 40 mg yang menurut literatur obat ini memiliki dosis normal
antara 20-40 mg/hari. Dalam resep dituliskan bahwa simvastatin diminum sekali
sehari pada pagi hari. Hal itu merupakan ketidaktepatan aturan dan cara penggunaan
simvastatin, karena seharusnya simvastatin dikonsumsi sekali sehari pada malam hari.
Sebab, pada malam hari merupakan waktu kerjanya enzim yang membuat kolestrol.
Sehingga, lebih efektif jika dikonsumsi pada malam hari. Simvastatin dan norvask
memiliki interaksi, yaitu dapat meningkatkan level atau kadar dari simvastatin.
Sehingga keberadaan simvastatin dalam darah akan tinggi dan disarankan untuk
mengurangi dosis simvastatin menjadi kurang dari 20mg/hari. Dan diperiksa kadar
kolesterolnya setelah tiga bulan penggunaan.
Kemudian dilakukan kajian klinis untuk magasida. Magasida merupakan
obat untuk mengatasi tukak lambung. Secara ketepatan dosis tidak ditulis di dalam
resep, seharusnya 1-2 tablet dan diminum maksimal 4xsehari. Untuk aturan dan cara
pakainya tidak ditulis dalam resep, seharusnya diminum 4xsehari dalam keadaan
perut kosong yaitu satu jam sebelum makan atau satu jam sesudah makan. Obat ini
juga dapat menimbulkan interaksi dengan obat lain yaitu menghambat absorpsi obat
lain. sehingga dalam resep ini, seharusnya diinformasikan untuk waktu minum obat
norvask sebaiknya dua jam sebelum atau dua jam sesudahk mengonsumsi magasida.
Resep 2 :
Pada resep dua terdapat tiga jenis obat, yaitu daonil, corsamag dan siproxin.
Daonil merupakan obat diabetes di dalamnya terkandung glibenklamid. Obat ibi tepat
indikasi untuk diabetes. Untuk ketepatan dosis kurang tepat sebeb tidak tertulis dalm
resep, seharusnya 2,5-20 mg/hari. Untuk ketepatan aturan juga tidak tepat, seharusnya
diminum pada pagi hari dan sebaiknya bersamaan dengan makanan.
Selanjutnya corsamag yang di dalamnya terkandung antasida. Ketepatan
dosis sudah tepat, yaitu 1-2 tab dan diminum 3-4x sehari. Ketepatan aturan, pakai
tidak tepat sebab, seharusnya diminum 3x sehari sesudah makan. Terdapat interaksi
dengan glibenklamid, yaitu dapat meningkatkan efek dari glibenklamid karena
peningkatan pH lambung. Kemudian ciproxin, obat ini merupakan antibiotik. Setelah
dikaji secara klinis ditemukan ketidak tepatan dosis, aturan dan cara penggunaan.
Seharusnya, dosis ciproxin adalah 2x(100-750)mg/hari. Dan aturan penggunaannya
1x sehari diminum setelah makan serta tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antasida. Ciproxin juga terdapat interaksi dengan gliburid namun merupakan interaksi
yang sinergis.