You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses perawatan merupakan suatu metode bagi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Suatu aktifitas yang
dinamika dan berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan proses
pemecahan masalah (Schultz dan Videbeck). Proses keperawatan bukan
hanya sekedar pendekatan sistematik dan terorganisir melalui enam langkah
dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode
pemecahan masalah baik secara episodic maupun secara linier. Kemudian
dapat dirumuskan diagnosa keparawatannya, dan cara pemecahan masalah.
Didalam suatu proses keperawatan atau dalam keperawatan kita tidak
boleh melupakan esensi dari keperawatan yaitu Caring. Dalam keperawatan,
caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan. Adapun hal yang tidak dapat dipisahkan dari caring adalah
Curing. Curing merupakan ilmu yang empiric, mengobati berdasarkan
bukti/data. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekundernya. Begitu pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan
caring sebagai tugas sekundernya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari caring curing konsep dalam keperawatan ?
2. Apa saja perbedaan antara caring dan curing?
3. Apa saja aplikasi dari curing dan caring?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui caring dan curing dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien
2. Tujuan Khusus

1
a. Untuk mengetahui pengertian dari caring dan curing dalam konsep
pelayanan keparawatan di RS
b. Untuk mengetahui perbedaan antara caring dan curing
c. Untuk mengetahui aplikasi dari caring dan curing dalam
memberikan pelayanan keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Caring
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama
dalam praktik keperawatan. Caring secara umum juga dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan
waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi. Sehingga konsep caring menurut beberapa ahli diantaranya
Pasquali dan Arnold (1989), serta Watson (1979), human care terdiri dari
upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. Watson yang terkenal
dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Marriner dan
Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal.
Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki
makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan
yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al, 1999).
Menurut Laininger (1991), care adalah fenomena yang berhubungan dengan
bimbingan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu
lain / kelompok dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan
orang lain.  Caring  dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam

3
filosofi dan perspektif etik. Human care merupakan hal yang mendasar
dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson
(1979),  human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain
mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu
orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. Watson
(1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh. Selebihnya Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang
berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-
sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel
mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai
orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. 
Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat
harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian
terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai
pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral
pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan.  Caring juga sebagai
suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau
empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada
dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik
dan filosofikal.  Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring  juga didefinisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)

4
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat
baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja
bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada
disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan
(Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para
perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk
memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring .
Spirit caring harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang
dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan
siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang
berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien .

2. Pengertian Curing
Curing yaitu upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk
mengobati pasien. Selain itu juga dapat dipahami bahwa curing merupakan
ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/ data dan mengobati dengan
patofisiologi yang bisa dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini tugas untuk
melakukan curing dilaksakan oleh tenaga dokter. Curing merupakan
komponen dalam caring. Antara caring dan curing merupakan hubungan yang
saling melengkapi. Dalam caring lebih ditekankan pada kebutuhan dan respon
dari klien untuk ditanggapi dengan perawatan, berbeda dengan curing yang
lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta bagaimana pengobatan dan
penanggulannya. Dalam tindakan melakukan proses curing dibutuhkan caring,
dan setelah tindakan curing dibutuhkan caring untuk memulihkan kondisi
pasien. Bisa dikatakan tindakan caring sebenarnya mendominasi dalam
kegiatan medis. Selain itu caring dan curing juga bisa dilihat berbeda
tujuannya. Tujuan dari perilaku caring yaitu memenuhi kebutuhan
dasar klien dalam membantu pelaksanaan pengobatannya. Sedangkan

5
tujuan dari kegiatan curing untuk menyingkirkan dengan menentukan
penyakit klien serta bagaimana pengobatan dan penanganannya.

3. Konsep Caring dan Faktor-Faktor Karatif Caring

Menurut Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring.


Ketujuh asumsi tersebut adalah
1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara
interpersonal.
2. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.
3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga
4. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat
itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut
nantinya.
5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih
tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri
6. Caring lebih kompleks dari pada curing, praktik caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia
yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien
yang sakit,
7. Caring merupakan inti dari keperawatan

Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh


faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu
pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai
manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman
nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam
melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.

6
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu
kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri
dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
2. Memberikan kepercayaan-harapan 
Dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang
holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam
mencari pertolongan kesehatan
3. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia
sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang
lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter
yang diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan
kehangatan.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan klien.
6. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan
keputusan.
Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan asuhan kepada klien.
7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan
asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan
eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.

7
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke
tingkat selanjutnya.
10. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. 

Dari sepuluh faktor tersebut diatas, Watson menyimpulkan tiga faktor


karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif
tersebut adalah: pembentukan sistem nilai  humanistik  dan altruistik,
memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas
terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995). Untuk mewujudkan praktek
keperawatan yang bermutu serta profesional maka sepuluh faktor tersebut
harus dilakukan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga
dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang lain
(Nurahmah, 2006). Proses Keperawatan merupakan suatu proses profesional
yang melakukan perawatan secara konprehensif bio, psiko, sosio, spiritual,
dan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti
dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan
perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk
interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat
memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

4. Dimensi Caring
Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson
Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep
caring yaitu :
1) Maintaining Belief
Adanya kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam melalui proses
kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi
masa depan dengan penuh keyakinan, menumbuhkan bersikap
optimisme, memaknai arti atau mengambil hikmah dari setiap

8
peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun.
Tujuannya adalah untuk membantu orang lain dalam batas-batas
kehidupannya sehingga dapat menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari
caring dalam praktek keperawatan. Subdimensi yang terdapat dalam
maintaining belief yaitu:
2) Believing In (Percaya / Memegang Kepercayaan)
Perawat mendengarkan keluhan-keluhan pasien dan mempercayai
semua yang dirasakan pasien yang mungkin terjadi pada semua
orang yang mengalami masa transisi.
3) Offering A Hope-Filled Attitude(Memberikan Harapan)
Memberikan dorongan dengan berperilaku sebagai perawat penuh
dengan pehatian dan kepedulian/care terhadap masalah yang dialami
dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.
4) Maintaining Realistic Optimism (Menawarkan Keyakinan Yang
Realistis)
Menunjukkan dan memelihara sikap optimisme perawat dan harapan
terhadap masalah yang menimpa klien secara realistis serta
mendorong dan meningkatkan sikap optimisme dan harapan yang
dimiliki klien.
5) Helping To Find Meaning (Membantu Menemukan Arti).
Membantu klien memaknai hal yang sedang dialami klien sehingga
secara perlahan klien dapat memahami dan menerima bahwa setiap
orang dapat mengalami masalah seperti yang dialami klien.
6) Going The Distance (Menjaga Jarak).
Mempererat hubungan dengan klien dengan tetap mempertahankan
peran sebagai antara perawat dan klien sehingga menumbuhkan rasa
kepercayaan klien terhadap perawat dan tanggung jawab serta caring
secara menyeluruh oleh perawat kepada klien.

9
7) Knowing
Berusaha mengerti kejadian-kejadian yang memberikan makna
dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar
dari caring keperawatan, knowing dianggap suatu pembelajaran
terhadap pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi
perawat yang mengetahui kebutuhan klien Subdimensi yang terdapat
dalam knowing yaitu:
a) Avoiding Assumptions (Menghindari Asumsi).
Menghindari adanya perbedaan asumsi-asumsi dengan
menyamakan persepsi antara klien dan perawat.
b) Assessing Thoroughly (Penilaian Menyeluruh)
c) Melakukan pengkajian secara holistic yaitu berdasarkan aspek
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural.
d) Seeking Clues(Mencari Petunjuk)
Upaya untuk menemukan informasi-informasi yang mendalam
dan menyeluruh tentang klien.
e) Centering On The One Cared For(Fokus Pada Pelayanan Satu
Orang)
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan fokus kepada
klien.

B . PERBEDAAN CARING DAN CURING


Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian
dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau
sebagai advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya. Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan
masyarakat adalah ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan
keperawatan atau The Health Science of Caring (Lindberg,1990).

10
Sedangkan curing  adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam
prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya,
konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:

a. Caring merupakan tugas primer perawat sedangkan Curing adalah tugas


sekunder. Maksudnya adalah tugas utama seorang perawat melakukan
tindakan kepedulian( caring ) terhadap klien daripada memberika tindakan
medis. Dengan demikian caring lebih identik dengan perawat.
b. Curing merupakan tugas utama dari seorang dokter sedangkan  Caring 
adalah tugas kedua. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan
medis tanpa melakukan tindakan caring yang berarti. Dengan demikian
pengobatan atau curing lebih identik dengan dokter.
c. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼nya adalah  curing.
d. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada Curing. Maksudnya caring 
lebih menekankan pada upaya peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mempersatukan pengetahuan
biofisik dan pengetahuan perilaku manusia dalam meningkatkan derajat
kesehatan dan memberikan pelayanan kepada yang sakit.
e. Tujuan caring  adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi
dan membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan
f. Diagnosa dalam konsep curing  dilakukan dengan mengungkapkan
penyakit yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan
dengan identifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan
respon klien.

11
C. APLIKASI CARING DAN CURING
Caring merupakan suatu proses yang tidak bisa diajarkan tetapi hasil
tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari
hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan
caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami
klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

1. Kehadiran
suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat
caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada
dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik,
melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan”
berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993).
Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut
klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian
dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan
sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung
kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak
mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a. Sentuhan Berorientasi-tugas, Saat melaksanakan tugas dan prosedur,
perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan
ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada
klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b. Sentuhan Pelayanan (Caring), Yang termasuk dalam sentuhan caring
adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien, menempatkan
klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan. Sentuhan ini
dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan

12
harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan
Watson, 1994).
c. Sentuhan Perlindungan, Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan
yang digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson,
1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya
kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak
terjatuh. Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu
harus digunakan secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan
merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan
ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami
dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara
untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien.
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam
membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman
perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan
sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan
saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual.
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang
baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya
sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan,
serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin
hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan
bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,

13
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan
sumber daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan
caring menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga.
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam
proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu
keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

Contoh :
- ketika klien sedang mengalami nyeri. Biasanya seseorang akan
mengungkapkan rasa nyerinya dengn berteriak atau menangis. Tetapi bagi
perawat berteriak akan dianggap tidak sopan, maka dari itu perawat akan
memintanya untuk bersuara pelan- pelan agar tidak mengganggu pasien
lain, atau memintanya untuk berdoa.
- Pada pasien yang mengalami luka Diabetes Mellitus (DM) pada bagian
kaki dan pasien tidak bisa berjalan dengan baik maka hal yang seharusnya
di lakukan perawat adalah menolong pasien berjalan dalam melakukan
pelatihan. Dan jika pasien merasa kurang percaya diri untuk berinteraksi
dengan orang di sekitarnya maka tugas seorang perawat yaitu
memberikan motivasi dan dukungan bahwa tidak selamanya
orang yang mengalami DM tersebut akan dijauhi oleh setiap orang.
Perhatian yang lebih kepada pasien sangat mendukung semangat pasien
untuk sembuh dan meningkatkan derajat kesehatannya.

14
BAB III
KESIMPULAN

Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan


terorganisir melalui enam langkah dalam mengenali masalah-masalah klien,
namun merupakan suatu metode pemecahan masalah baik secara episodic
maupun secara linier. Kemudian dapat dirumuskan diagnosa keparawatannya,
dan cara pemecahan masalah.
Dalam praktik keperawatan, caring merupakan bagian yang sangat
penting. Salah satu komplemen untuk menjadi seorang perawat itu adalah
caring atau peduli. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk memahami diri orang lain, perasaan perduli juga
berempati kepada seorang klien. Perawat dituntut untuk bersikap care dengan
sekitarnya. Tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan
secara total. Perilaku caring dan curing sangatlah berbeda karena caring
identik dengan tindakan asuhan keperawatan, sedangkan curing adalah
pengobatan terhadap penyakit pada klien. Tetapi antara caring dan curing
adalah suatu tindakan yang saling berhubungan dan tidak bisa terpisahkan.
Caring lebih kompleks daripada curing, dan curing hanya bagian dari
caring. Sebagai perawat dapat melaksanakan perannya dengan sangat baik
dan harusmampu membedakan serta menyeimbangkan keduanya dengan
sebaik-baiknya. Caring tidak akan pernah lepas dari profesi keperawatan,
karena caring adalah esensi dari keperawatan itu sendiri.
Spirit caring harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam.  Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang
dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan
siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang
berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien

Daftar Pustaka

15
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses &
Praktik.Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: WidyaMedika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

16

You might also like