Professional Documents
Culture Documents
Makalah Tata Busana
Makalah Tata Busana
Dosen Pengampu :
OLEH :
NIM : 2203141015
Kelas :B
Stambuk : 2020
JURUSAN SENDRATASIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya kepada saya dalam menyelesaikan makalah busana tradisi di delapan etnis
sumatera utara, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih
saya ucapkan kepada Bunda Dra. Diliniar adlin, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
tata rias busana tradisi yang telah membimbing kami. Dalam makalah ini saya membahas dan
menjelaskan mengenai tugas busana tradisi delapan etnis Sumatera Utara. Selaku manusia
biasa, saya menyadari bahwa dalam hasil makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
1. MELAYU
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya.
”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian
berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan
dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan
pakaian sebagai penolak bala.
Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian melayu. Pertama, baju melayu cekak musang
yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara
keluarga seperti kenduri. Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam
sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk
belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan penutup kepala atau songkok.
Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain,
baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di
leher pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.
Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelangan tangan sehingga gelang yang
dikenakan kaum perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan
lengan. Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas. Bagi
perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas tiga macam
yaitu, siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. dan tudung atau penutup kepala.
2. BATAK KARO
Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan
salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo)
yaitu Tanah Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap
Karo.
3. BATAK TOBA
Batak Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak. Suku Batak Tobameliputi
Kabupaten Toba Samosir sekarang yang wilayahnya meliputi Balige, Laguboti, Parsoburan,
dan sekitarnya.
Menurut sejarah, tari tortor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh
tersebut dipanggil dan masuk ke patung-patung batu yang merupakan simbol leluhur. Patung-
patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.
Gerakan tersebut berupa gerakan kaki jinjit-jinjit
4. BATAK MANDAILING
Suku Mandailing merupakan nama suku bangsa yang mendiami Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan sebagian Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sebagian pihak mengatakan bahwa Mandailing
merupakan bagian dari Suku Batak. Namun pihak lainnya berpendapat bahwa Mandailing
merupakan kelompok masyarakat yang berbeda. Hal ini terlihat dari perbedaan sistem sosial,
asal usul, dan kepercayaan.
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini
lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan (sunat rasul) atau
malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi
gembira masyarakat sehari- hari. Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari
daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh
pemain yakni dua orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang
pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang
kecil). Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini
memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria,
sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan.
5. BATAK ANGKOLA
Pakaian adat Batak Angkola hampir serupa dengan busana adat Batak Mandailing.
Yang membedakan adalah pakaian wanita didominasi dengan warna merah dan
dikenakan dengan selendang yang disalempangkan pada badan. Hiasan kepalanya
mirip dengan Batak Mandailing. Untuk pria memakai penutup kepala
disebut ampu. Ampu memiliki bentuk khas, dan merupakan mahkota yang biasanya
digunakan raja-raja di Mandailing dan Angkola pada masa lalu. Warna hitam ampu
mengandung fungsi magis, sedangkan warna emas mengandung lambang kebesaran.
Sementara untuk wanita, memakai hiasan kepala berupa bulang berwarna emas.
6.SIMALUNGUN
Suku Simalungun atau juga disebut Batak Simalungun adalah salah satu suku asli dari
provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya.
Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerahIndia Selatan.
Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk
Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba.
Tari Manduda
Tari ini berasal dari daerah Simalungun, menggambarkan kehidupan petani yang sedang
turun kesawah dengan suasana gembira, mulai menanam padi hingga sampai kepada suasana
menuai padi. Gerak memotong padi, mengirik dan menampis padi tergambar melaui motif-
motif gerakannya yang lemah gemulai dan lincah.
7. PAKPAK
Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia dan
tersebar di beberapa kabupaten/kota diSumatera Utara dan Aceh, yakni di Kabupaten Dairi,
Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera
Utara), Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (Provinsi Aceh).
8. NIAS
BUSANA ADAT NIAS
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya,
orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia)
dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih
tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi
kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya
megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang
masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias
mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah
"Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar
dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-
hari.
Tari Baluse
Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan.
Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan.
9. BALI
Baju safari adalah pakaian tradisional Bali yang diperuntukkan untuk laki-laki. Desain baju
safari mirip seperti kemeja yang dilengkapi dengan kerah dan kancing. Pada bagian kanan
dan kiri baju juga dilengkapi kantong atau saku. Baju ini berwarna putih bersih yang
merupakan warna simbol kesucian.