You are on page 1of 80

1

PENGARUH LATIHAN BERFIKIR POSITF TERHADAP


KECEMASAN AKIBAT PANDEMI COVID-19
PADA SISWA KELAS X DI SMAN
1 KERUAK KABUPATEN
LOMBOK TIMUR

PROPOSAL

Disusun Oleh:

WIDYA WARDANI
018.01.3616

Kepada

PRODI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN
2

PROPOSAL

PENGARUH LATIHAN BERFIKIR POSITF TERHADAP KECEMASAN AKIBAT


PANDEMI COVID-19 PADA SISWA KELAS X DI SMAN 1 KERUAK
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Disusun oleh:

WIDYA WARDANI
018.01.3616

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

DR. H. HADI SURYATNO, SE.,M.Kes Ns. NI MADI SUMARTYAWATI, M.Kep


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul

“PENGARUH LATIHAN BERFIKIR POSITF TERHADAP KECEMASAN AKIBAT

PANDEMI COVID-19 PADA SISWA KELAS X DI SMAN 1 KERUAK

KABUPATEN LOMBOK TIMUR”.

Selama penyusunan Proposal ini, peneliti banyak

mendapat dukungan, bimbingan dan motivasi dari berbagai

pihak, untuk itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima

kasih terutama kepada:

1. Allah Subhannallahuwata’ala, yang telah memberi kita

segalanya sampai saat ini

2. Dr. Chairun Nasirin, M.Pd.,MARS, Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram

3. Dr. H. Hadi Suryatno, SE.,M.Kes, Ketua Yayasan Al-Amin

Mataram

4. Ns. Endah Sulistiyani, M.Kep.,Sp.Kep.An, Wakil Ketua 1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram

5. Ns. Sukardin, M.Ns, Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram

6. Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep, Wakil Ketua III

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram


4

7. Ns. Dina Fithriana, M.Si.,Med, Ketua Program Studi

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Mataram

8. DR. H. Hadi Suryatno, SE.,M.Kes, Pembimbing 1 yang

dengan sabar membimbing, telah banyak meluangkan waktu

untuk membimbing, memberikan arahan dan masukan sehingga

Proposal ini dapat terselesaikan

9. Ns. Ni Madi Sumartyawati, M.Kep, pembimbing 2 yang

dengan sabar membimbing, banyak meluangkan waktu untuk

membimbing, memberikan arahan dan masukan sehingga

Proposal ini dapat terselesaikan.

10. Ns. Suhartiningsih , M.Kes, penguji yang dengan sabar

membimbing, banyak meluangkan waktu untuk membimbing,

memberikan arahan dan masukan sehingga Proposal ini

dapat terselesaikan.

11. Kedua orang tua dan semua keluarga yang telah

banyakmemberikan dukungan moril dan spiritual

12. Bapak/Ibu Dosen, Sahabat-sahabat dan teman-teman

seperjuangan semester VIII angkatan 2017 yang banyak

memberikan dukungan dalam penyusunan Proposal ini

13. Semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikanProposal ini .

Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan Proposal ini. Akhir kata peneliti mengucapkan


5

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

terlibat dalam penyusunan Proposal ini.

Mataram, 17 Juni 2021

Peneliti
6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................... ii

KATA PENGANTAR......................................... iii

DAFTAR ISI............................................. v

DAFTAR TABEL........................................... viii

DAFTAR BAGAN........................................... ix

BAB I PENDAHULUAN....................................

A. Latar Belakang.............................. 1

B. Rumusan Masalah............................. 7

C. Tujuan...................................... 7

D. Manfaat Penelitian.......................... 7

E. Keaslian Penelitian......................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................... 11

A. Konsep Kesehatan Masyarakat.................... 11

1. Definisi Kesehatan Masyarakat………………………………………11

2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat.......... 13

3. Sasaran Kesehatan Masyarakat................ 14

B. Konsep Penyakit Menular........................ 18

1. Pengertian Penyakit Menular................. 18

2. Karakteristik Penyakit Menular.............. 19

3. Mekanisme Penularan Penyakit................ 20

c. Konsep Covid-19................................ 21

1. Definisi Covid-19.......................... 21
7

2. Klasifikasi gejala Covid-19............... 21

3. Kelompok Intervensi....................... 23

4.Factor-Faktor Yang Menyebabkan

Kecemasan Pada Covid-19................... 25

D. Konsep Kecemasan............................... 27

1. Pengertian................................ 27

2.Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Kecemasan.................................... 28

3. Factor-Faktor Yang Dapat Mengurangi

Kecemasan.................................... 30

4. Manifestasi Klinik........................ 31

5. Pengukuran Kecemasan...................... 33

6. Alat Ukur Kecemasan....................... 35

E. Konsep Berfikir Positif........................ 38

1. Pengertian Berfikir Positif............... 38

2. Prinsip Berfikir Positif.................. 39

3. Aspek-Aspek Berfikir Positif.............. 40

4. Ciri-Ciri Karakter Berfikir Positif....... 43

5. Manfaat Berfikir Positif.................. 43

6. Macam-Macam Berfikir Positif.............. 46

F. Pelatihan Berfikir Positif..................... 47

G. SOP Kegiatan Latihan Berfikir Positif.......... 49

H. Kerangka Konsep................................ 50

I. Hipotesis...................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN.............................. 52

A. Subjek Penelitian.............................. 52
8

B. Populasi dan Sampel............................ 52

C. Desain Penelitian.............................. 55

D. Teknik Pengumpulan Data........................ 55

E. Pengolahan Data................................ 59

F.Identifikasi Variabel dan Definisi

Operasional............................................ 60

G. Analisa Data................................... 64

H. Kerangka Kerja Penelitian...................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
9

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep.............................. 50

Bagan 3.1 Kerangka Kerja............................... 65


10

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Keaslian Penelitian............................ 10

Tabel 3.1 Definisi Operasional........................... 62


11
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal

pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya

kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya

kesehatan masyarakat.

Kesehatan masyarakat juga merupakan kombinasi

antara ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah

penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya pengorganisasian

masyarakat.

Upaya pengorganisasian masyarakat dengan cara

persiapan social yaitu adanya peran serta masyarakat

sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan

perencanaan program, pelaksanaan hingga pengembangan

program masyarakat.

Peran masyarakat dibidang kesehatan sangat penting

agar individu, keluarga maupun masyarakat umum

bertanggung jawab terhadap kesehatannya, selain itu

kesehatan setiap individu dalam lingkungan sekolah juga

perlu dijaga karena melihat kondisi penyakit menular yang

merupakan pandemi saat ini.


12

Penyakit menular menjadi salah satu penyebab

kematian di Dunia, munculnya penyakit baru (new emerging

disease) membuat Indonesia menanggung beban berlebih

dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease)

(Kemenkes, 2013). Kondisi ini semakin buruk dengan

kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti penularan

melalui droflet infection menyebabkan beberapa penyakit

infeksi berbahaya yang menyerang manusia seperti Corona

Virus Desaese 2019

Corona Virus Desaese 2019 (COVID-19) merupakan

penyakit menular yang disebabkan oleh Corona Virus, yang

menjadi krisis kesehatan dunia karena penyebarannya yang

sangat cepat (WHO, 2020). Covid-19 dimulai pada 19

desember 2019, wabah virus ini pertama terjadi di Kota

Wuhan Provinsi Hubei Tengah China (Holsue et al, 2020).

Pada tangal 11 Januari China mengumumkan kematian Covid-

19 yang pertama yaitu pada seorang pria berusia 61 tahun,

yang terpapar saat kepasar makanan laut. Di tengah

meningkatnya kematian di Tiongkok, kematian pertama

diluar China yaitu pada seorang pria yang berasal dari

Tiongkok di Filifina pada 02 Februari (WHO, 2020).

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh sindrom pernafasan akut Corona Virus 2(Severe Acut

Respiratory Syndrome Coronavirus 2 Atau SARS-Co V-2)

(Setiawan, 2020). Penularan virus corona sangatlah cepat

karena inilah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan


13

Virus Corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020

(Mona,2020). Status pandemi atau epidemi global

menandakan bahwa penyebaran COVID-19 berlangsung sangat

cepat. Beberapa langkah dilakukan oleh WHO agar virus

corona ini tidak menular dengan cepat pada Negara yang

terkena covid-19 salah satunya di Indonesia menerapkan

Pembatasan social berskala besar, melakukan Work From

Home (WFH) dan Social Distancing (TURSINA, 2020).

Menurut WHO pada tanggal 27 Maret 2020 total kasus

kejadian Covid-19 yang terkonfirmasi diseluruh dunia

yaitu 167.515 jiwa, kasus dengan kematian sebanyak 3.218

jiwa, sedangkan diluar China kasus Covid-19 yang

terkonfirmasi sebanyak 86.438 jiwa, dan di Indonesia

kasus pertama kali muncul pada tanggal 02 Maret 2020

dengan kasus 2 jiwa yaitu seorang Ibu berusia (64)tahun

dan putrinya (31) tahun yang diduga tertular oleh warga

Negara Jepang yang datang ke Indonesia, sedangkan pada

saat itu di Provinsi Nusa Tenggara Barat belum ada

laporan terkonfirmasi tentang Covid-19 (Kemenkes, RI).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan, Provinsi Nusa

Tenggara Barat termasuk 5 besar kumulatif positif covid-

19 yang terdiri dari wilayah Kota Mataram dengan jumlah

167 jiwa, Kabupaten Sumbawa Barat 146 jiwa, Kabupaten

Sumbawa 84 jiwa, Kabupaten Dompu 35 jiwa, Kabupaten Bima

6 jiwa dan Kota Bima 12 jiwa, Kabupaten Lombok Barat 97


14

jiwa, Kabupaten Lombok Tengah 11 jiwa, Kabupaten Lombok

Utara 45 jiwa, dan Kabupaten Lombok Timur 21 jiwa.

Kejadian covid-19 yang semakin meningkat diakibatkan

oleh arus mudik, masih terjadinya mobilitas masyarakat

yang masif terutama di masa libur panjang dan cuti

bersama, selain itu juga masyarakat belum berdispilin

mematuhi protocol kesehatan, hal ini diperburuk oleh

perilaku masyarakat yang berkerumunan sehingga

meningkatkan resiko penularan.

Akibat dari meningkatnya kasus Covid-19 di Nusa

Tenggara Barat tentunya pemerintah mengambil kebijakan

dengan meliburkan seluruh aktifitas pendidikan sehingga

membuat lembaga pendidikan harus menghadirkan alternatif

proses pendidikan seperti penggunaan program belajar

jarak jauh dengan peserta membuka flatform pendidikan

yang dapat digunakan sekolah atau perguruan tinggi untuk

menjangkau pelajar dan mahasiswa dari jarak jauh berupa

perpustakaan online, system edukasi di televisi, ruang

guru, google classroom, zoom, video simulasi serta

program online yang lainnya.

Pencegahan terhadap penyebaran virus COVID-19 dalam

waktu yang begitu singkat semua mengalami perubahan

dimana hampir seluruh wilayah di Indonesia terkena dampak

mewabahnya Covid-19 ini, Pemerintah kemudian melakukan

tindakan tegas dengan membatasi ruang gerak masyarakat

khususnya di lingkungan pendidikan. Penutupan semua


15

instansi yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka

segera diubah menjadi pertemuan daring/Online tak

terkecuali di Lombok Timur.

Lombok Timur merupakan daerah pertama kali

terkonfirmasi Covid-19 di NTB, juga mempunyai bagian

wilayah salah satunya di desa Keruak yang terletak

dibagian wilayah Kabupaten Lombok Timur. Di Desa Keruak

terdapat SMAN 1 Keruak yang lokasinya cukup jauh dari

pusat kota, akses informasi yang kurang, selain itu

jangkauan sinyal yang sering mengalami gangguan juga

memperlambat proses belajar yang saat ini menggunakan

metode pembelajaran daring.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh

calon peneliti pada tanggal 01 Februari 2021 dengan

melakukan wawancara kepada 15 orang siswi di SMAN 1

KERUAK, hasil wawancara 15 orang siswi mempunyai jawaban

yang sama, mengatakan bahwa mereka cemas terhadap situasi

pandemi Covid-19 dan juga khawatir dengan mulainya

pembelajaran luring karena mereka khawatir takut

terinfeksi Covid-19, tetapi menjadi dilema juga ketika

belajar melalui media online yang kurang efektif dan

tidak memahami apa yang disampaikan, belum lagi tugas

yang banyak, tentunya hal ini mengakibatkan kecemasan

bagi kalangan pelajar di SMAN 1 KERUAK.

Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam

perasaan (affectiv) yang ditandai dengan perasaan


16

ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih

tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam

batas–batas normal (Jadman, 2011).

Berdasarkan teori yang ada penanganan kecemasan

bisa dilakukan dengan cara melatih berfikir positif.

Pengertian Berfikir positif adalah sikap mental yang

melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata,

dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) bagi

perkembangan pikiran (Arifin, 2011:18).

Cara berfikir positif dapat dipelajari melalui

pelatihan berfikir positif merupakan salah satu dari

terapi kognitif yang bertujuan untuk mengenali pola pikir

yang negatif dengan latihan-latihan, dan menggunakan pola

pikir baru untuk menghadapi peristiwa kehidupan yang akan

datang (Ellis dalam Corey, 1988).

Pelatihan befikir positif adalah salah satu

pengembangan atas model kognitif yang bertujuan untuk

membantu seseorang mengenali pola pikirnya dan

memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif menjadi

positif melalui serangkaian pelatihan dimulai dengan

identifikasi pikiran yang paling mengganggu, tarik nafas

dalam,tutup mata dan kosongkan pikiran, kemudian

bayangkan pikiran yang mengganggu hitung sampai hitungan

tertentu dan katakan STOP pada pikiran tersebut, dan


17

rasakan pikiran positif yang muncul ulangi sampai 2 atau

3 kali dalam sehari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

diatas, calon peneliti tertarik untuk mengetahui apakah

ada “Pengaruh Latihan Berfikir Positif Terhadap Kecemasan

Akibat Pandemi Covid-19 Di SMAN 1 Keruak Kabupaten Lombok

Timur”?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh latihan berfikir

positif terhadap kecemasan akibat pandemi covid-19 di

SMAN 1 Keruak Kabupaten Lombok Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi cara latihan berfikir positif

sebelum dilakukan perlakuan

b. Mengetahui cara latihan berfikir sesudah diberikan

perlakuan

c. Mengetahui pengaruh latihan berfikir positif

terhadap kecemasan akibat pandemi covid-19 sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman kepada peneliti dalam

melakukan penelitian tentang manfaat pentingnya latihan

berfikir positif terhadap kecemasan.


18

2. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi bagi siswa-siswi di SMAN

1 KERUAK dan menyadari pentingnya berfikir positif

disaat masa pandemi agar menghindari terjadi kecemasan

baik dilingkungan rumah maupun di sekolah.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil peneltian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan terhadap pembelajaran dalam

pendidikan, khusunya pada mata ajar keperawatan jiwa

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data

dasar ataupun sebagai pembanding bagi peneliti

selanjutnya dalam mengadakan penelitian tentang

pengaruh Latihan berfikir positif terhadap kecemasan

akibat pandemi Covid-19.


19

E. Keaslian Penelitian

Table 1.1 Keaslian Penelitian

Perbedaan dengan
No Nama Judul Desain Tehnik sampling Hasil penelitian
sebelumnya

1 Maya Pengaruh latihan Dengan design Teknik Skor kecemasan Perbedaan


pangastuti berfikir positif Pre test-post purvosive menghadapi UN penelitian
(2017) terhadap test desain sampling mengalami sebelumnya
penurunan perubahan antara dengan calon
kecemasan sebelum dan peneliti
menghadapi ujian sesudah terletak pada
nasional pada penelitian faktor penyebab
siswa sekolah
menengah atas

2 Lainatussy Pengaruh Quasi Accidental Pemberian Perbedaan


ifa Zulni Pelatihan eksperimen Sampling pelatihan penelitian
(2019) berfikir positif penelitian berfikir positif sebelumnya
untuk menurunkan yang digunakan mampu menurunkan dengan calon
kecemasan adalah the kecemasan peneliti
menghadapi masa untreated menghadapi masa terletak pada
bebas pada anak control group bebas pada anak faktor penyebab,
di lembaga with pretest- di lembaga desain dan
pembinaan khusus posttest pembinaan khusus teknik sampling
anak kutorajo anak kutorajo
20

3 Atina Efektifitas Design Teknik Quota Ada perbedaan Perbedaan


Machmudahi pelatihan pretest- Sampling tingkat kecemasan penelitian
d & Diana Berfiir positif postest pada kelompok sebelumnya
R.Rachmy untuk menurunkan eksperimen dengan calon
(2017) kecemasan sebelumdan peneliti
mengerjakan sesudah diberikan terletak pada
skripsi pada perlakuan faktor penyebab
mahasiswa dan teknik
sampling

4 Muhammad Pengaruh Design Teknik Ada pengaruh yang Perbedaan


Nur Fauzi pelatihan pretest- Purposive signifikan pada penelitian
(2019) berfikir positif postest Sampling tingkat setres sebelumnya
untuk menurunkan akademik subjek dengan calon
setres akademik sebelum dan peneliti
pada mahasiswa setelah pelatihan terletak pada
universitas berfikir positif faktor penyebab
mercu buana diberikan
Yogyakarta

5 Widya Pengaruh latihan Pre- Teknik - -


wardani(20 berfikir positif experimental purvosive
21) terhadap design dengan sampling
kecemasan akibat rancangan
pandemi covid-19 penelitian One
pada siswa kelas grup pretest-
X di sman posttest
1keruak design
kabupaten lombok
timur
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Masyarakat

1. Definisi Kesehatan Masyarakat

Banyak ahli kesehatan masyarakat membuat definisi

kesehatan masyarakat. Adapun definisi kesehatan

masyarakat sebagai berikut:

a. Kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi

masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan

kata lain, kesehatan masyarakat sama dengan

sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan

sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan

masyarakat.

b. Kegiatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang

terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi

lingkungan dan pencegahan penyakit melalui

imunisasi.

c. Kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya

integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu

kedokteran. Sementara itu, ilmu kedokteran itu

sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan

ilmu social.

d. Kesehatan masyarakat dapat diartikan sebagai

aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan

pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit

11
12

yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena

masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran

dan sanitasi mempunyai aspek social ekonomi dan

budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan

masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan

antara ilmu kedokteran dan ilmu sanitasi dan ilmu

social dalam mencegah penyakit yang terjadi di

masyarakat.

e. Winslow (1920) mendefinisikan kesehatan masyarakat

yang sampai sekarang masih relevan, yakni kesehatan

masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni,

mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan

meningkatkan kesehatan melalui “usaha-usaha

pengorganisasian masyarakat” untuk :

1) Perbaikan sanitasi lingkungan,

2) Pemberantasan penyakit-penyakit menular,

3) Pendidikan untuk kebersihan perorangan,

4) Pengorganisasian pelayanan medis, perawatan,

diagnosis dini dan pengobatan,

5) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin

setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak

dalam memelihara kesehatannya.

f. Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni

memelihara, melindungi, dan meningkatkan ksehatan

masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam

pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan


13

pemberantasan penyakit.Dari perkembangan batasan

kesehatan masyarakat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya

berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu

kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan,

sampai dengan ilm social.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Beberapa disiplin ilmu yang mendasari ilmu

kesehatan masyarakat mencakup ilmu biologi, ilmu

kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan,

sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan,

dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan

masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.

Pilar utama masyarakat masyarakat atau disiplin

ilmu yang menopang ilmu kesehatan msyarakat antara

lain:

a. Epidemiologi,

b. Biostatistik/statistic kesehatan,

c. Kesehatan lingkungan,

d. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku,

e. Administrasi kesehatan masyarakat,

f. Gizi masyarakat,

g. Kesehatan kerja.

Kesehatan masyarakat pada praktiknya mempunyai

kegiatan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung

maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit


14

(preventif), meningkatkan kesehatan (promotif),

terapi(terapi fisik, mental, dan social) atau kuratif,

maupun pemulihan (rehabiliatif) kesehatan (fisik,

mental, dan social) adalah upaya kesehatan masyarakat.

Misalnya, pembersihan lingkungan, penyediaan air

bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi,

penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara

pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah,

pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan

sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007).

3. Sasaran Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat sasarannya adalah seluruh

masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok, baik

yang sehat maupun yang sakit, khususnya mereka yang

berisiko tinggidalam masyarakat.

a. Individu

Individu adalah kesatuan utuh dari aspek

biologi, psikologi, social dan spiritual. Masalah

kesehatan yang dialami individu karena ketidak

mampuan merawat dirinya sendiri sebab suatu hal

akan mempengaruhi anggota keluarga lainnnya dan

keluarga yang ada di lingkungan sekitar tempat

tinggal mereka. Maka disini, peran tenaga teknis

farmasi komunitas adalah membantu individu agar

dapat memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat


15

dipenuhi sendiri karena kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan, pengetahuan, atau kurangnya kemauan

menuju kemandirian dengan jalan melalukan promosi

kesehatan.

b. Keluarga

Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga lain yang berkumpuldan tinggal

dalam satu rumah karena pertalian darah dan ikatan

perkawinan atau adopsi dinamakan dengan keluarga.

Antara anggota keluarga saling bergantung dan

berinteraksi. Akibatnya, jika salah satu atau

beberapa anggota keluarga mempunyai masalah

kesehatan, halite akan berpengaruh terhadap anggota

yang lainnya dan pada lingkungan di sekitarnya.

Dari permasalahan tersebut, keluarga merupakan

focus pelayanan kesehatan yang strategis. Berikut

merupakan alasan yang menyebabkan keluarga menjadi

focus sasaran pelayanan:

1) Keluarga sebagai lembaga yang perlu

diperhitungkan

2) Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan

kesehatan seluruh anggota keluarga

3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan

4) Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan

(decision making) dalam perawatan kesehatan.


16

5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam

berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat.

c. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah sekumpulan individu

yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur dan

permasalahan. Kegiatan yang terorganisasi atau

sekelompok masyarakat atau individu sangat rawan

terhadap masalah kesehatan karena ketidakmampuan

dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan

dan merawat diri sendiri. Keterbatasan yang dialami

dapat berupa fisik,mental, budaya dan ekonomi

sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan pelayanan

kesehatan. Kelompok khusus yang ada dimasyarakat

dan diinstitusi dapat diklasifikasikan berdasarkan

permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi,

yaitu sebagai berikut.

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai

akibat perkembangan dan pertumbuhan (growth and

development).

1) Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan).

2) Kelompok ibu nifas

3) Kelompok bayi dan anak balita

4) Kelompok anak usia sekolah

5) Kelompok usia lanjut


17

b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang

memerlukan pengawasan dan bimbingan sebagai

berikut:

1) Penderita penyakit menular antara lain sebagai

berikut:

a) Kelompok penderita penyakit kusta

b) Kelompok penderita penyakit TBC

c) Kelompok penderita penyakit diare

d) Penyakit malaria di Indonesia masih tergolong

penyakit yang berbahaya dan mematikan

e) Kelompok penderita penyakit kelamin seperi

gonoroe, sifilis dan penyakit HIV/AIDS.

2) Penderita penyakit tidak menular, antara lain

kelompok penderita hipertensi, diabetes mellitus,

penyakit jantung, kanker, strok, kecelakaan lalu

lintas, dan lain sebagainya. Angka kesakitan dan

kematian karena penyakit tidak menular

sepertipenyakit kanker dan kardiovaskuler

cendrung meningkat.

3) Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi

a) Kelompok cacat fisik, seperti kehilangan

anggota tubuh

b) Kehilangan cacat mental

c) Kelompok cacat social

4) Kelompok khusus yang mempunyai resiko tinggi

terserang penyakit
18

a) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika

b) Kelompok wanita tunasusila (WTS) atau pekerja

seksual komersial.

c) Kelompok pekerja tertentu.

B. Konsep Penyakit Menular

1. Pengertian Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat

ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang

yang lainnya, baik secara langsung maupun perantara).

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan

oleh transmisi infectiusagent/produk toksinnya dari

seseorang /reservoir keorang lain/suspectable host.

Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi)

merupakan konsep dasar dalam epidemiologi yang

menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang

berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah

kesehatan yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen

(penyebab), dan environment. Timbulnya penyakit

terjadi akibat ketidakseimbangan ketiga faktor

tersebut.

Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan

kondisi yang dialami oleh manusia meliputi : interaksi

pertama dikatakan berada pada equilibrium

(keseimbangan antara, Host, Agent, dan Environment),

individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat yang

kedua Agen memperoleh kemudahan menimbulkan penyakit


19

interaksi ini dapat dikatakan bahwa agen mendapat

kemudahan untuk menimbulkan penyakit pada host.

2. Karakteristik Penyakit Menular

Karakteristik penyakit menular secara umum

memiliki gejala klinik yang berbeda-beda sesuai

dengaan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan

manifestasi klinik maka karakteristik penyakit menular

terdiri dari:

a. Spectrum penyakit menular

Pada proses penyakit menular secara umum

dijumpai berbagai manifestasi klinik, mulai dari

gejala klinikyang tidak tampak sampai keadaan yang

berat disertai komplikasi dan berakhir

cacat/meninggal dunia. Akibat dari proses penyakit

adalah sembuh, cacat atau meninggal.

Penyembuhan dapat lengkap atau dapat

berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan

gejala sisa yang berat.

b. Infeksi terselubung (tanpa gejala klinis)

Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak

menampakan secara jelas dan nyata dalam bentuk

gejala klinisyang jelas sehingga tidak dapat di

diagnosa tanpa cara tertentu seperti tes

tuberculin, kultur tenggorokan, pemeriksaan

antibody dalam tubuh dan lain-lain.


20

c. Sumber penularan

Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit

tersebut bisa menyebar kepada seseorang. Sumber ini

meliputi : penderita, pembawa kuman,binatang sakit,

tumbuhan /benda, cara penularan. Penyakit dapat

menyerang seseorang dengan beberapa cara

diantaranya, kontak langsung, melalui udara,

melalui makanan, minuman, melalui vector, keadaan

penderita.

3. Mekanisme Penularan Penyakit menular

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam

masyarakat adalah mekanisme penularan (mode of

transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur

penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai

penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi

cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir,

cara penularan untuk mencapai penjamu potensial, serta

cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang

yang sehat sebagai seorang penjamu potensial dalam

masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit

menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam

masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir

yang ada disekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat

dipengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain :


21

a. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan

media yang ikut mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas unsure penyebab

b. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis

vector dan reservoir penyakit serta unsur biologis

yang hidup berada disekitar manusia.

c. Faktor lingkungan social yakni kedudukan setiap

orang dalam masyarakat, termasuk kebiasaan hidup

serta kegiatan sehari-hari.

C. Konsep Covid-19

1. Definisi covid-19

Covid-19 merupakan jenis penyakit menular dari

satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet)

dari pernafasan saat batuk atau bersin (DKJPS, 2020).

COVID-19 adalah jenis virus baru (Zulva, 2020),

yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah

diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (World

Health Organization, 2019).

COVID-19 merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh sindrom pernapasan akut corona virus 2

(severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau

SARS-CoV-2) (Setiawan, 2020).

2. Klasifikasi Gejala Covid-19

Menurut DKJPS, 2020, klasifikasi gejala covid-19

di bagi menjadi 3 yaitu:


22

a. Gejala ringan

1) Demam > 38 derajat Celsius

2) Batuk

3) Nyeri tenggorokan

4) Hidung tersumbat

5) Malaise (tanpa pneumonia, tanpa komorbid)

b. Gejala sedang

1) Demam > 38 derajat Celsius

2) Sesak nafas, batuk menetap dan sakit tenggorokan

3) Pada anak: batuk dan takipneu, anak dengan

pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan

nafas ditambah nafas cepat.

4) Frekuensi nafas: < 2 bulan, lebih besar dari

60x/menit, 2-11 bulan lebih besar dari 50x/menit,

1-5 tahun lebih besar dari 40x/menit, dan tidak

ada tanda pneumonia berat.

c. Gejala berat

1) Demam > 38 derajat Celsius yang menetap

2) ISPA berat/pneumonia berat: klien remaja atau

dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi

saluran nafas, ditambah satu dari frekuensi nafas

lebih besar dari 30x/menit, ditres pernafasan

berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada

udara kamar.
23

3) Klien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas,

ditambah setidaknya satu dari berikut ini:

a) Sianosis sentral atau SpO2 <90%

b) Distress pernafasan berat (seperti

mendengkur, tarikan dinding dada yang berat)

c) Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan

menyusui atau minum, letargi atau penurunan

kesadaran, atau kejang

d) Dalam pemeriksaan darah: leukopenia,

peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit

atipik

3. Kelompok intervensi

Menurut DKJPS, 2020, kelompok intervensi dibagi

menjadi 6 yaitu:

a. Orang Sehat (OS) orang yang tidak memiliki gejala,

tidak kontak dengan orang dengan COVID-19 (tenaga

kerja dari rumah sakit atau serumah dengan yang

sakit COVID-19), tidak berada di daerah terjangkit

luar negeri atau dalam negeri.

b. Orang Tanpa Gejala (OTG) seseorang yang tidak

memiliki gejala dan mempunyai riwayat kontak erat

dengan orang yang terkonfirmasi COVID‐19. Kontak

Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik

atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam

radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan

atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus muncul


24

gejala dan hingga 14 hari setelah kasus muncul

gejala.

c. Orang Dalam Pemantauan (ODP)

Orang yang mengalami demam (≥38oC) atau riwayat

demam; atau gejala gangguan system

1) Pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk

dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran

klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir

sebelum muncul gejala memiliki riwayat perjalanan

atau tinggal di negara/ wilayah yang melaporkan

transmisi lokal.

2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem

pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk

DAN pada 14 hari terakhir sebelum muncul gejala

memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi

COVID‐19.

d. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam;

disertai salah satu gejala/tanda penyakit

pernapasan dan tidak ada penyebab lain

berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan

pada 14 hari terakhir sebelum muncul gejala

memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara/wilayah yang melaporkan transmisi local.


25

2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam

atau ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum

muncul gejala memiliki riwayat kontak dengan

kasus konfirmasi COVID‐19

3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak

ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis

yang meyakinkan.

e. Klien konfirmasi covid-19 Pasien yang terinfeksi

COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif

melalui pemeriksaan PCR, dilakukan pengambilan

spesimen pada hari ke‐1 dan ke‐14

f. Orang rentan adalah kelompok orang yang

berisiko/peka terkena infeksi COVID-19 karena

kondisi saat ini.

1) Lansia

2) Orang dengan komorbid penyakit kronis

3) Ibu hamil, postpartum dan menyusui

4) Anak‐anak

5) Disabilitas fisik

6) ODGJ

7) Petugas kesehatan yang menangani secara langsung

klien COVID-19

4. Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada covid-19


26

Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat

masyarakat tidak siap menghadapinya baik secara fisik

ataupun psikis (Sabir & Phil, 2016). Diantara kondisi

psikologis yang dialami oleh masyarakat adalah rasa

anxiety apabila tertular (Fitria, 2020), (Hanifah,

Yusuf Hasan, Nanda Noor, Tatang Agus, & Muhammad,

2020). Menurut American Psychological Association

(APA), kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul

saat individu sedang stres, dan ditandai oleh perasaan

tegang, pikirang yang mebuat individu merasa khawatir

dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang,

naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya (Okazaki,

1997), (Beaudreau & O'Hara, 2009). Kartini Kartono

bahwa anxiety adalah bentuk ketidakberanian ditambah

kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas (Kartono &

Andari, 1989), (Annisa & Ifdil, 2016).

Sarlito menjelaskan anxiety merupakan perasaan

takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula

alasannya (Sarlito, 2012). Anxiety ini juga dialami

oleh para remaja (Gozali, Tjahyo, & Vidyarini, 2018),

karena usia remaja dapat dikatakan usia yang masih

labil dalam menghadapi kondisi-kondisi yang tidak

terduga (Tjukup, Putra, Yustiawan, & Usfunan, 2020).

Kondisi emosi remaja akan mudah terguncang seperti,

anxiety yang berlebihan, ketakutan akan tertular virus

ini dan sebagainya (Dani & Mediantara, 2020).


27

D. Konsep Kecemasan

1. Pengertian

Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam

bahasa Jerman “angst” kemudian menjadi “anxiety” yang

berarti kecemasan, merupakan suatu kata yang

dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek

negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti

pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah

dialami setiap orang dalam rangka memacu individu

untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi sebaik –

baiknya (Hawari, 2000).

Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan

alam perasaan (affectiv) yang ditandai dengan perasaan

ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih

tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas–batas normal. Ada segi yang disadari dari

kecemasan itu sendiri seperti rasa takut, tidak

berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain

itu juga segi–segi yang terjadi di luar kesadaran dan

tidak dapat menghindari perasaan yang tidak

menyenangkan (Jadman, 2001).


28

Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional

yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang

dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa

terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan

pengalaman individu yang subyektif yang tidak

diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas berbeda

dengan takut, seseorang yang mengalami kecemasan tidak

dapat mengidentifikasikan ancaman. Cemas dapat terjadi

tanpa rasa takut namun ketakutan tidak terjadi tanpa

kecemasan (Kaplan HI & Sadock BJ, 1998).

2. Faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang terkait meliputi hal berikut:

a. Potensi stresor

Stresor psikososial adalah setiap keadaan

atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam

kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa

mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya.

b. Maturasi (kematangan)

Individu yang matang yaitu yang memiliki

kematangan kepribadian sehingga akan lebih sukar

mengalami gangguan akibat stres, sebab individu yang

matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap

stressor yang timbul. Sebaliknya individu yang

berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka


29

terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami

gangguan akibat adanya stres.

c. Status pendidikan dan status ekonomi

Status pendidikan dan status ekonomi yang

rendah akan menyebabkan orang tersebut mengalami

stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan

dan status ekonomi yang tinggi.

d. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada

seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah

stres.

e. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik

seperti cidera, penyakit badan, operasi, cacat badan

lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang

yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah

mengalami stres.

f. Tipe kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih

mudah mengalami gangguan akibat adanya stres dari

individu dengan kepribadian B. Adapun ciri – ciri

individu dengan kepribadian A adalah tidak sabar,

kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa

buru–buru waktu, sangat setia (berlebihan) terhadap

pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat


30

tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah

tersinggung, otot–otot mudah tegang. Sedangkan

individu dengan kepribadian tipe B mempunyai ciri –

ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian

tipe A.

g. Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang

dianggap asing akan lebih mudah mangalami stres.

3. Faktor-faktor yang dapat mengurangi kecemasan antara

lain:

a. Represi, yaitu tindakan untuk mengalihkan atau

melupakan hal atau keinginan yang tidak sesuai

dengan hati nurani. Represi juga bisa diartikan

sebagai usaha untuk menenangkan atau meredam diri

agar tidak timbul dorongan yang tidak sesuai dengan

hatinya (Prasetyono, 2007).

b. Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan

tidak memikirkan masalah (Prasetyono, 2007).

Sedangkan Dale Carnegie (2007) menambahkan bahwa

relaksasi dan rekreasi bisa menurunkan kecemasan

dengan cara tidur yang cukup, mendengarkan musik,

tertawa dan memperdalam ilmu agama.

c. Komunikasi perawat, yaitu komunikasi yang

disampaikan perawat pada pasien dengan cara memberi

informasi yang lengkap mulai pertama kali pasien

masuk dengan menetapkan kontrak untuk hubungan


31

profesional mulai dari fase orientasi sampai dengan

terminasi atau yang disebut dengan komunikasi

teraupetik (Tamsuri, 2006).

d. Psikofarmaka, yaitu pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat- obatan seperti diazepam, bromazepam,

alprazolam, lorazepam, chloridazepoxide, clonazem,

dan midazolam yang berkhasiat memulihkan fungsi

gangguan neurotransmiter (sinyal penghantar saraf)

di susunan saraf pusat otak (lymbic system) (Hawari,

2001).

e. Psikoterapi, merupakan terapi kejiwaan dengan

memberi motivasi, semangat dan dorongan agar pasien

yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi

keyakinan serta kepercayaan diri (Hawari, 2001).

f. Psikoreligius, yaitu dengan doa dan dzikir. Doa

adalah mengosongkan batin dan memohon kepada Tuhan

untuk mengisinya dengan segala hal yang kita

butuhkan. Dalam doa umat mencari kekuatan yang dapat

melipatgandakan energi yang hanya terbatas dalam

diri sendiri dan melalui hubungan dengan doa

tercipta hubungan yang dalam antara manusia dan

Tuhan (Prasetyono, 2007).

4. Manifestasi Klinik

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung

melalui perubahan fisiologis, perilaku dan secara

langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk


32

melawan ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat

sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan (Stuart

dan Sundeen, 1998).

Berikut tanda dan gejala berdasarkan klasifikasi

tingkat kecemasan yang timbul secara umum adalah:

a. Tanda fisik

1) Cemas ringan:

a) Gemetaran, renjatan, rasa goyang

b) Ketegangan otot

c) Nafas pendek, hiperventilasi

d) Mudah lelah

2) Cemas sedang:

a) Sering kaget

b) Hiperaktifitas autonomik

c) Wajah merah dan pucat

3) Cemas berat:

a) Takikardi

b) Nafas pendek, hiperventilasi

c) Berpeluh

d) Tangan terasa dingin

4) Panik

a) Diare

b) Mulut kering (xerostomia)

c) Sering kencing

d) Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)

e) Sulit menelan
33

b. Gejala psikologis

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri, mudah tersinggung

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah

terkejut.

3) Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga

berlebihan)

4) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak

orang

5) Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang

menegangkan

6) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

7) Libido menurun

8) Rasa menganjal di tenggorokan

9) Rasa mual di perut

5. Pengukuran kecemasan

a. tingkatan kecemasan

Ansietas sangat berkaitan denagn perasaan tidak

pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak

memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara

subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut

yang merupakan penilaian intelektual terhadap

sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon

emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas

untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,


34

tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan

dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1998).

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) membagi

ansietas ke dalam 4 tingkatan sesuai dengan rentang

respon ansietas yaitu :

b. Ansietas ringan

Ansietas ini adalah ansietas yang normal yang

memotivasi individu dari hari ke hari sehingga dapat

meningkatkan kesadaran individu serta mempertajam

perasaannya. Ansietas pada tahap ini dipandang

penting dan konstruktif.

c. Ansietas Sedang

Pada tahap ini lapangan persepsi individu

menyempit, seluruh indera dipusatkan pada penyebab

ansietas sehingga perhatian terhadap rangsangan dari

lingkungannya berkurang.

d. Ansietas Berat

Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus

pada hal–hal yang kecil, sehingga individu tidak

mampu memecahkan masalahnya, dan terjadi gangguan

fungsional.

e. Panik

Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi

disorganisasi dan dapat membahayakan dirinya.

Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau


35

hiperaktif. Ansietas tidak dapat langsung dilihat,

tetapi dikomunikasikan melalui perilaku

klien/individu, seperti tekanan darah yang

meningkat, nadi cepat, mulut kering, menggigil,

sering kencing dan pening.

6. Alat ukur kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan skala

Zung Self-Rating Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian

kecemasan pada pasien dewasa dirancang oleh William

W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan

dalam diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders (DSM-II).

Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) adalah

kuesioner yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala

yang berkaitan dengan kecemasan. Kuesioner ini didesain

untuk mencatat adanya kecemasan dan menilai kuantitas

tingkat kecemasan.

Zung telah mengevaluasi validitas dan

reliabilitasnya dan hasilnya baik.Penelitian

menunjukkan bahwa konsistensi internalnya pada sampel

psikiatrik dan non-psikiatrik adekuat dengan korelasi

keseluruhan butir-butir pertanyaan yang baik dan

reliabilitas uji yang baik.

Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS)

menitikberatkan pada keluhan somatik yang mewakili

gejala kecemasan. Kuesioner ini mengandung 20


36

pertanyaan, yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan

15 pernyataan negatif yang menggambarkan gejala-gejala

kecemasan.

Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) telah

digunakan secara luas sebagai alat skrining kecemasan.

Kuesioner ini juga sering digunakan untuk menilai

kecemasan selama dan setelah seseorang mendapatkan

terapi atas gangguan kecemasan yang dialaminya.

skala Zung Self-Rating Scale (SAS/SRAS) yang

dirancang oleh William WK Zung, yang dikembangkan

berdasarkan gejala kecemasan.

Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan skala

Zung Self-Rating Scale (SAS/SRAS). Untuk mengetahui

kecemasan pada remaja,dimana kuesioner ini diadopsi

dari buku Metode Penelitian Ilmu Keperawatan oleh

Nursalam (2016) yang meliputi 20 pertanyaan :

a. Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari

biasanya

b. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

c. Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau hancur

d. Saya mudah marah, tersinggung atau panic

e. Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala

sesuatu yang jelek yang akan terjadi

f. Kedua tangan dan kaki saya gemetar

g. Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher

atau nyeri otot


37

h. Saya merasa badan saya lemah dan mudah lemah

i. Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang

j.Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras

dan cepat

k. Saya sering mengalami pusing

l. Saya sering pingsan atau merasa pingsan

m. Saya mudah sesak nafas tersengal-sengal

n. Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada

jari-jari saya

o. Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan

p. Saya sering kencing daripada biasanya

q. Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah oleh

keringat

r. Wajah saya terasa panas dan kemerahan

s. Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam

t. Saya mengalami mimpi-mimpi buruk

Setiap pertanyaan dari instrumen kuesioner Zung

Self-Rating Scale (SAS/SRAS) diberikan nilai 1-4

pilihan jawaban dengan pembobotan sebagai berikut :

1 : tidak pernah

2 : kadang-kadang

3 : sebagian waktu

4 : hampir setiap waktu

Setelah semua nilai terkumpul, kemudian dihitung

menggunakan skor standar derajat kecemasan dengan


38

penilaian 20-80, dengan pengelompokkan sebagai

berikut:

Skor 20-44 (normal/tidak ada kecemasan)

Skor 45-59 (kecemasan ringan)

Skor 60-74 (kecemasan sedang)

Skor 75-80 (kecemasan berat)

E. Berpikir Positif

1. Pengertian Berpikir Positif

Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawai mengatakan,

pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk

memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih

menjamin masa depan diri dan keluarganya. Dengan

berpikir, kata James Allan, seseorang bisa menentukan

pilihannya.

Berpikir yang diberi tambahan kata positif, dapat

diartikan bukan sekedar berpikir yang menggunakan

akal, tetapi lebih memerankan perasaan, salah satunya

adalah prasangka. Menurut Ahmad Mufid, berpikir

positif adalah memedulikan hal-hal yang buruk untuk

kemudian dicari kebaikan apa saja yang memungkinkan

diambil. Sedangkan menurut Raihan Adi Prabowo,

berpikir positif adalah sikap mental yang melibatkan

proses masukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan

gambaran-gambaran yang membangun perkembangan

pikiran.
39

Berpikir positif merupakan satu kesatuan yang

terdiri tiga komponen, yaitu muatan pikiran,

penggunaan pikiran dan pengawasan pikiran. Berpikir

posiif merupakan suatu pemikiran yang membawa langkah

seseorang menuju kesuksesan dalam hidupnya, karena

segala sesuatu yang dilakukan dengan berpikir positif

akan menghasilkan hal yang positif juga.

2. Prinsip Berpikir Positif

a. Mengubah Pola Pikir

Mengubah pola pikir berarti mengubah

kenyataan, pikiran baru menciptakan kenyataan baru.

Jika seseorang ingin melakukan perubahan positif

dalam hidupnya, maka pertama kali yang harus ia

lakukan adalah mengubah pikirannya. Gantilah

pikiran negatif dengan pikiran positif. Sebab

pikiran baru melahirkan kenyataan baru. Oleh karena

itu, jika anda benar-benar ingin menciptakan

perubahan positif dalam hidup, maka mulailah

mengubah bagian dalam diri anda.

b. Belajar Dari Masa Lalu

Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa

kini, dan rencanakanlah masa depan. Masa lalu

adalah mimpi, masa depan adalah proyeksi, kehidupan

saat ini yang diwarnai cinta membuat masa lalu

menjadi mimpi yang indah dan masa depan yang penuh

harapan. Banyak orang mengeluhkan masa lalu dan


40

masa depan. Keduanya tidak ada saat ini. Masa lalu

dan segala peristiwa yang ada di dalamnya telah

berlalu sebagai pengalaman.

c. Mengubah Persepsi

Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam

persepsi. Kenyataan adalah persepsi yang muncul

dari pikiran. Jika ingin mengubah kenyataan hidup,

langkah pertama adalah dengan memulai mengubah

persepsi. Akal manusia hanya bisa fokus pada satu

informasi dalam satu waktu.

3. Aspek-Aspek Berpikir Positif

Berpikir positif sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh beberapa ahli di atas dapat

menimbulkan kebahagiaan, optimisme, ketenangan, dan

semangat hidup pada seseorang. Oleh karena itu,

seseorang harus senantiasa melatih dan

mempertahankan cara berpikir positif ini dalam

kehidupannya. Menurut Albrecth, terdapat 4 aspek

dalam berpikir positif, yaitu :

a. Harapan yang positif

Harapan yang positif yaitu melakukan sesuatu

dengan lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan,

optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri

dari perasaan takut akan kegagalan. Individu yang

berpikir positif akan memiliki harapan-harapan


41

positif yang akan mendorong perilakunya ke arah

yang konstruktif.

b. Afirmasi diri

Afirmasi diri yaitu memusatkan perhatian pada

kekuatan diri, melihat diri secara positif.

Individu yang berpikir positif akan memandang

dirinya berharga, memiliki bakat dan kelebihan

dalam bidang tertentu, sehingga akan mencintai

diri sendiri dan memiliki rasa percaya diri yang

tinggi. Afirmasi diri mencakup beberapa aspek,

antara lain:

1) Penghargaan terhadap diri (Self Esteem)

Penghargaan terhadap diri sendiri (Self

esteem) merupakan salah satu aspek penting dalm

pengembangan diri individu. Penghargaan

seseorang terhadap dirinya sendiri akan

mempengaruhi bagaimana akan memandang dan

menghargai orang lain. Menurut Ubaedy,

“Penghargaan terhadap diri sendiri atau self.

Steem adalah sejauh mana seseorang

memiliki perasaan positif terhadap diri, sejauh

mana seseorang memiliki sesuatu yang dirasakan

bernilai atau berharga, serta sejauh mana

seseorang meyakini adanya sesuatu yang


42

bernilai, bermartabat atau berharga di dalam

diri.

2) Kepercayaan diri (Self Confidence)

Self Confidence adalah keyakinan

seseorang atas kapabilitasnya dalam menjalankan

tugas. Hal ini termasuk ekspresi keyakinannya

dalam menghadapi tantangan atau masalah,

keputusannya dalam merealisasikan ide atau

gagasan, dan ketangguhannya dalam menangani

kegagalan. Individu yang berpikir positif akan

memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga

pengembangan kemampuan berpikir positif akan

dapat meningkatkan kepercayaan diri.

c. Pernyataan yang tidak menilai

Pernyataan yang tidak menilai yaitu suatu

pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan dari

pada menilai keadaan. Pernyataan atau penilaian

ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat

seseorang cenderung memberi pernyataan atau

penilaian yang negatif.

Berbicara positif adalah berbicara dengan

cara, tujuan dan menggunakan kata-kata yang baik.

d. Penyesuaian diri yang realistis


43

Penyesuaian diri yang realistis yaitu

mengalami kenyataan dan segera berusaha

menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari

penyesalan, frustrasi dan menyalahkan diri.

Seorang yang berpikir positif akan mampu

menyesuaikan diri terhadap setiap kondisi yang

dihadapi. Penyesuaian diri berarti mengubah diri

sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga

mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri.

4. Ciri-Ciri Karakter Berpikir Positif

Individu yang cenderung berpikir positif dapat

didedikasi melalui beberapa kriteria diantaranya:

a. Percaya pada kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

b. Selalu menjauh dari perilaku negatif seperti

berbohong, menggunjing, mengadu domba.

c. Memiliki cara pandang tujuan, dan alasan

menginginkan sesuatu, kapan serta bagaimana cara

mendapatkannya dengan mengarahkan seluruh potensi

serta kemungkinan yang ada.

d. Memiliki keyakinan dan proyeksi tentang sesuatu

secara positif.

e. Selalu mencari jalan keluar dari berbagai masalah

yang dihadapi.

f. Belajar dari masalah dan kesulitan.

g. Tidak membiarkan masalah atau kesulitan

mempengaruhi hidupnya.
44

h. Memiliki rasa percaya diri, menyukai

perubahan, dan berani menghadapi tantangan.

5. Manfaat Berpikir Positif

Pikiran merupakan landasan atau penggerak tubuh

manusia dalam berperilaku dan bertutur kata, karena

tubuh merespons perintah dari otak, sehingga pikiran

memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.

Penjelasan mengenai pentingnya berpikir positif

adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kesehatan Jiwa dan Raga

Dengan berpikir positif, jiwa dan raga manusia

akan menjadi lebih sehat, hal ini telah dibuktikan

secara ilmiah oleh para ahli kesehatan dunia. Hasil

penelitian itu menyebutkan bahwa orang yang selalu

berpikir positif, adrenalinnya cenderung menjadi

antibodi, sehingga seseorang tidak mudah terserang

penyakit.

b. Melemahkan Gen yang Berpotensi Menimbulkan Penyakit

Pikiran dan perasaan positif memang sangat

penting untuk menjaga tubuh tetap sehat. Menurut

Kazuo Murakami, seorang ahli genetika dari Jepang,

sebagian besar gen yang sedang tidur dapat

diaktifkan oleh kekuatan pikiran dan perasaan.

Dipertegas oleh hasil penelitian Pais-Ribeiro

bahwa berpikir positif akan terkait dengan baiknya

persepsi terhadap kesehatan fisik dan mental.


45

c. Lebih Percaya Diri dan Siap Menjalani Kehidupan

Rasa percaya diri seseorang, disadari atau

tidak, sangat dipengaruhi oleh positif atau

negatifnya dalam memandang kehidupan, hal itu

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Loehr

bahwasannya berpikir positif berkaitan dengan hidup

positif yang berorientasi pada keyakinan sehingga

mampu membentuk sikap percaya diri.

d. Tidak Mudah Putus Asa dan Lebih Tegar

Berpikir positif akan membentuk manusia

menjadi tidak mudah putus asa dan lebih tegar dalam

menghadapi permasalahan hidupnya. Pendapat serupa

juga dinyatakan oleh Kiki Nurmayasari bahwa

berpikir positif termanifestasi dalam harapan yang

positif pada individu sehingga memiliki kemampuan

untuk menghadapi tantangan dan hambatan dalam

hidupnya.

e. Membangun Rasa Toleransi dan Empati

Orang dengan pikiran positif akan senantiasa

memiliki rasa toleransi, empati dan juga pemaaf

terhadap sesame. Hasil penelitian dari Lyubomirsky

menyatakan bahwa proses berpikir positif sangatlah

penting karena berhubungan dengan perilaku dan

berbagai keberhasilan hidup seseorang dalam

bermasyarakat.

f. Membentuk Jiwa Yang Optimis dan Pantang Menyerah


46

Orang yang berpikir positif berusaha memandang

suatu masalah dari nilai positif serta mencoba

mencari solusi yang lebih baik dan tidak

melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Berpikir

positif akan menjadikan individu lebih optimis

menghadapi hidup dan memudahkannya untuk

beraktifitas dengan baik.

g. Menjadikan Hidup Terasa Ringan dan Rileks

Orang yang berpikir positif selalu memandang

kejadian apapun pasti mengandung hikmah dan

pelajaran di balikya sehingga membuat hidupnya

terasa lebih rilaks. Penelitian Gilbert menemukan

bahwa orang berpikir positif, akan dapat merasakan

rileks dan dapat mengontrol stress dengan lebih

baik.

6. Macam-macam Berfikir Positif

Terdapat macam-macam berfikir positif menurut

Ibrahim (2013H, 2101-216):

a. Berfikir Positif Untuk Menguatkan Cara Pandang

Berfikir positif jenis ini digunakan seseorang

untuk mengukuhkan cara pandangnya tentang sesuatu

dengan demikian ia merasa pandangannya benar walau

hasilnya salah.

b. Berfikir Positif Karena Pengaruh Orang Lain

Pengaruh berfikir positifseperti ini bisa jadi

negatif bagi sebagian orang yang terpengaruh oleh


47

orang lain, tapi kemudian kehilangan semangat dan

merasa frustasi.

c. Berfikir Positif Karena Momen Tertentu

Pikiran dan perilaku positif sangat bergantung

pada momen tertentu, bukan pada nilai-nilai yang

berlaku sepanjang masa. Selain bisa dimanfaatkan

untuk memperbaiki perilaku, berfikir positif yang

berkaitan dengan waktu ini,bisa pula dimanfaatkan

untk membangun kebiasaan-kebiasaan positifyang

baru.

d. Berfikir Positif Saat Menghadapi Kesulitan

Dalam menghadapi kesulitan seseorang dapat

berhenti pada sikap menerima, berusaha untuk tetap

maju, berfikir positif, dan focus ada upaya

penyelesaian masalah. Sebagian orang menghadapi

masalah dalam hidupnya dengan sikap negative dan

menjadi dendam pada segala sesuatu. Pikirannya

negatif, konsentrasinya pada kemungkinan terburuk

dan perasannnya negatif.

e. Selalu Berfikir Positif

Inilah jenis berfikir positif yang paling baik

dan paling kuat karena tidak terpengaruh oleh

ruang, waktu, dan pengaruh lainnya. ia telah

menjadi kebiasaan. Berfikir positif dijadikan

sebagai kebiasaan dengan tidak mengeluhkan

permasalahan yang ada tetapi dijadikan sebagai


48

motivasi.

F. Pelatihan Berfikir Positif

Pelatihan berfikir positif merupakan salah satu

pengembangan atas model kognitif. Pelatihan ini ditujukan

untuk membantu seseorang mengenali pola pikirnya dan

memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif menjadi

pola pikir yang positif melalui serangkaian pelatihan dan

menggunakan pola pikir positif yang terbentuk itu dalam

menghadapi masalah kehidupan yang akan datang (Ellis

dalam Corey, 1988).

Ellis (dalam Corey, 1988) menekankan bahwa pada

dasarnya orientasi perilaku itu berpusat pada kognitif-

tingkah laku–tindakan dalam arti menitikberatkan pada

berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, menganalisis

dan bertindak.

Corey juga menekankan pendekatan menurut Ellis

yaitu manusia itu lahir dengan potensi dan memiliki

kecenderungan untukmemelihara diri, berbahagia,

mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta

tumbuh dan mengaktualkannya dirinya, akan tetapi, manusia

juga memiliki kecenderungan untuk menghancurkan diri,

menghindari pemikiran, menyesali, intoleransi, menghalau

aktualisasi dirinya.

Ellis (dalam Corey, 1988) juga menekankan bahwa

manusia secara simultan dan integritas berfikir,

beremosi, dan berprilaku. Semuanya merupakan suatu


49

kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan sifatnya

reversible. Sikap yang disfungsional dipandang sebagai

pengulangan atas pemikiran irasional yang diterima pada

masa kini yang dilakukan oleh diri kita sendiri. Pikiran

dapat mempengaruhi segala bentuk kondisi psikologis

manusia. Jika seseorang merasakan buruk tentang sesuatu,

maka efeknya akan dirasakan buruk. Kalimat-kalimat

pernyataan dan arti-arti yang dipersepsikan negatif akan

berpengaruh terhadap aspek perilaku manusia.

Asumsi yang mendasarkan perancangan pelatihan

berfikir positif dari Ellis ini yaitu bahwa manusia

memiliki kesanggupan untuk berfikir , maka manusia mampu

untuk melatih dirinya sendiri untuk mengubah atau

menghapus keyakinan yang merusak dirinya sendiri. System

–sistem yang dibutuhkan adalah disiplin diri, berfikir

positif dan belajar dari kesalahan serta keberhasilan

lalu.

G. SOP Kegiatan latihan berfikir positif

Kegiatan latihan berfikir positif untuk menurunkan

kecemasan ada 5 langkah:

1. Identifikasi pikiran yang paling mengganggu

2. Tarik nafas dalam, tutup mata, dan kosongkan pikiran

3. Kemudian bayangkan atau ingat pikiran yang mengganggu,

hitung sampai hitungan tertentu misalnya 5,7 dan 10


50

dan pada hitungan terakhir 5, 7, 10 katakan STOP pada

pikiran tersebut

4. Rasakan pikiran positif yang muncul ulangi latihan 2

sampai 3 kali

5. Latih setiap hari jika ada pikiran yang mengganggu.


50

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan alur kaitan konsep

penelitian yang akan dilakukan, dimana perlu penjelasan-

penjelasan dari variabel dalam konsep penelitian yang

akan dilakukan melalui penjelasan di dalam definisi

operasional (Imas Masturoh dan Nauri Anggita 2018).

Latihan Berfikir Kecemasan


Positif

Menilai Memutuskan menganalisis bertindak


Ringan

Sedang

Berat

Panic
Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Latihan Berfikir Positif


Terhadap Kecemasan Akibat Pandemic Covid-19 Pada
Siswa Kelas X di SMAN 1 Keruak Kabupaten Lombok
Timur

I. Hipotesis
51

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan

diuji kebenarannya. Hipotesis ini merupakan jawaban

sementara berdasarkan pada teori yang belum dibuktikan

dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan

pengujian hipotesis melalui uji statistik. Hasil

pengujian yang diperoleh dapat disimpulkan benar atau

salah, berhubungan atau tidak, diterima atau ditolak.

Hasil akhir penelitian tersebut merupakan kesimpulan

penelitian sebagai generalisasi dan representasi dari

populasi secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalahyang

telah dituliskan memberi dasar pada peneliti dalam

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh Latihan berpikir positif terhadap

kecemasan akibat covid 19 pada siswa kelas X di SMAN

1 Keruak Kabupaten Lombok Timur.

H0 : Tidak ada pengaruh Latihan berpikir positif terhadap

kecemasan akibat covid 19 pada siswa kelas X di SMAN

1 Keruak Kabupaten Lombok Timur


52

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu

masalah yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah. Pada

bagian metode penelitian difokuskan pada bagaimana

penelitian dilaksanakan agar tujuan atau masalah dapat

dijawab.

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti (sugiyono,

2012). Subjek pada penelitian ini adalah Siswa - siswi di

SMAN 1 Keruak.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

dari atas, obyek atau subjek yang mempunyai kwantitas

dan krateristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa siswi kelas X SMAN 1 Keruak yang berjumlah 140

orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

52
53

2010). Populasi dalam penelitian ini sebesar 140

siswa-siswi Sman 1 Keruak, maka perlu menentukan besar

sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin:

n = N

1 + N(d)²

Keterangan:

n = besar sampel

N = Besar populasi

d = tingkat ketepatan yang diinginkan 5%

(0,05) (Nursalam, 2014).

n = 140

1 + 140 (0,05)²

n = 140

1+141.(0,0025)

n = 140

1,35

n = 104

3. Tehnik pengambilan sampel

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi

porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi

(Nursalam, 2008).

Dalam penelitian ini pemilihan sampel dengan cara

Purposive Sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel


54

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang

telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013).

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau

ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Siswa kelas X Sman 1 Keruak

2) Siswa yang mengalami kecemasan sedang

3) Siswa yang mengalami kecemasan ringan

4) Siswa yang bersedia menjadi responden

5) Siswa yang mengisi kuesioner

b. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi krteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab,(Nursalam,

2008).

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :

1) Siswa-siswi yang tidak mau mengikuti aturan

saat dilakukan perlakuan

2) Siswa kelas X yang tidak bersedia menjadi

responden

3) Siswa yang tidak mengikuti latihan dengan benar

dan tidak bisa kooperatif.


55

C. Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian merupakan kerangka

acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antara

variabel dalam suatu penelitian (Ryanto,2011).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Pre-experimental design dengan rancangan

penelitian One group pretest-posttest design merupakan

desain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberi

perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan pelatihan

berpikir positif.

D. Tehnik Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006).

a. Lembar Angket/kuesioner

Angket/kuesioner merupakan cara pengumpulan

data melalui pemberian angket atau kuesioner dengan

beberapa pertanyaan kepada responden.

Instrument yang digunakan yaitu berbentuk

kuesioner dengam menggunakan skala Zung Self-Rating

Scale (SAS/SRAS). Untuk mengetahui kecemasan

remaja, kuesioner diadopsi dari Buku Metode

Penelitian Ilmu Keperawatan oleh Nursalam (2016)


56

untuk mengukur tingkat kecemasan responden.

Terdapat 20 pertanyaan sebagai berikut :

1) Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas

dari biasanya

2) Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

3) Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau

hancur

4) Saya mudah marah, tersinggung atau panic

5) Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala

sesuatu yang jelek yang akan terjadi

6) Kedua tangan dan kaki saya gemetar

7) Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri

leher atau nyeri otot

8) Saya merasa badan saya lemah dan mudah lemah

9) Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan

tenang

10) Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan

keras dan cepat

11) Saya sering mengalami pusing

12) Saya sering pingsan atau merasa pingsan

13) Saya mudah sesak nafas tersengal-sengal

14) Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan

pada jari-jari saya

15) Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan

16) Saya sering kencing daripada biasanya


57

17) Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah

oleh keringat

18) Wajah saya terasa panas dan kemerahan

19) Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam

20) Saya mengalami mimpi-mimpi buruk

setiap pertanyaan dari instrumen kuesioner

yang diberikan dinilai 1- 4 pilihan jawaban dengan

pembobotan sebagai berikut:

1 : Tidak pernah

2 : Kadang-kadang

2 : Sebagian waktu

3 : Hampir setiap waktu

Setelah semua nilai terkumpul, kemudian dihitung

menggunakan skor standar derajat kecemasan dengan

penilaian 20-80, dengan pengelompokan sebagai

berikut :

Skor 20 - 44 (Normal/tidak ada kecemasan)

Skor 45 – 59 (Kecemasan ringan)

Skor 60 – 74 (Kecemasan sedang)

Skor 75 -80 (Kecemasan berat)

2. Proses Penggumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang

dilakukan dalam pengumpulan data penelitian. Cara

pengumpulan data tersebut meliputi wawancara

berstruktur, observasi, angket, pengukuran, atau


58

melihat data statistik (data sekunder) seperti

dokumentasi (Hidayat, 2017).

Langkah-angkah pengumpulan data

a. Tahap persiapan

1) Peneliti mengurus perizinan ke bagian

akademik sekolah tinggi ilmu kesehatan

(stikes)mataram,yang kemudian diserahkan ke

badan perencanaan pembangunan daerah (bappeda)

Lombok timur

2) Peneliti menyerahkan surat pengantar BAPPEDA

Lombok Timur ke Dinas Kesehatan dan Sman 1

Keruak

3) Peneliti mendapat lembar persetujuan dari Kepala

Sekolah Sman 1 Keruak Kecamatan Keruak Kabupaten

Lombok timur mengenai penelitian yang akan

dilakukan

4) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden

untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden

dan memberitahukan bahwa penelitian akan

merahasiakan identitas responden.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti

melakukan penelitian kepada siswi di Sman 1

Keruak kecamatan keruak kabupaten Lombok timur

2) Peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi

responden kepada siswa-siswi


59

3) Peneliti memberikan lembar kuesioner untuk diisi

kepada siswa-siswi Sman 1 Keruak Lombok Timur

4) Selesai lembar kuesioner diisi, peneliti

melakukan pretest serta mengukur skala kecemasan

sebelum diberikan perlakuan kepada responden.

5) Setelah pretest diberikan kepada responden

peneliti kemudian memberikan perlakuan latihan

berfikir positif selama 3 hari dan dilakukan

setiap hari selama 5-10 menit.

6) Latihan berpikir positif dilakukan selama 3 hari

kemudian peneliti melakukan posttest untuk

mengetahui tingkat kecemasan yang dialami

siswa-siswi setelah dilakukan latihan berpikir

positif.

7) Hasil pengukuran tingkat kecemasan pre-test dan

post-test dari masing-masing responden kemudian

disusun dan dibuat rekapitulasi, selanjutnya

diolah dengan uji T-test untuk mengetahui apakah

ada pengaruh latihan berfikir positif terhadap

kecemasan remaja kelas X.

E. Pengolahan Data

Data yang diperoleh merupakan data mentah sehingga

belum memberikan gambaran yang diharapkan, oleh karena

itu perlu di olah untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data

yang telah diambil adalah :


60

1. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan

pemeriksaan kelengkapan data, keseragaman data.

2. Coding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu

memberikan simbol-simbol dari setiap apa yang diamati.

3. Processing

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang

telah dikumpulkan kedalam master table atau database

computer, kemudian membuat distribusi frekunsi

sederhana.

4. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah dientri apakah

ada kesalahan atau tidak.

5. Melakukan teknik analisa

Dalam melakukan teknik analisa, khusus teknik

data penelitian akan menggunakan uji wilcoxon signed

ranks test melalui program SPSS Versi 16.

F. Indentifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variabel merupakan gejala yang menjadi focus

penelitian untuk diamati, variabel itu sebagai

atribut dari sekelompok orang atau subjek yang

mempunyai variabel antara satu dengan yang lainnya

dalam kelompok itu (Sugiyono, 2006).


61

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen,

jadi variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah latihan berpikir positif.

b. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah kecemasan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau

pemberian makna pada masing-masing variabel untuk

kepentingan akurasi komunikasi dan replikasi agar

memberikan pemahaman yang sama kepada setiap orang

mengenai variabel-variabel yang diangkat dalam suatu

penelitian.
62

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala data Skor

1. Independen: Kegiatan latihan berfikir Mengubah pola SOP ordinal 0=tidak


Latihan positif untuk menurunkan pikir yang dilakukan
berpikir kecemasan ada 5 langkah : negatif 1=dilakukan
positif menjadi pola
6. Identifikasi pikiran yang pikir yang
paling mengganggu positif
7. Tarik nafas dalam, tutup
mata, dan kosongkan pikiran
8. Kemudian bayangkan atau
ingat pikiran yang
mengganggu, hitung sampai
hitungan tertentu misalnya
5,7 dan 10 dan pada
hitungan terakhir 5, 7, 10
katakan STOP pada pikiran
tersebut
9. Rasakan pikiran positif
yang muncul ulangi latihan
2 sampai 3 kali
10. Latih setiap hari jika
ada pikiran yang mengganggu
63

2. Dependen : Reaksi emosional yang timbul Untuk Kuesioner Interval Skor 20-44
Kecemasan oleh penyebab yang tidak menilai (Normal/tid
spesifik maupun spesifik tingkat ak ada
sehinnga menimbulkan perasaan kecemasan kecemasan)
tidak nyaman dan kehawatiran. Skor 45–59
(Kecemasan
ringan)
Skor 60–74
(Kecemasan
sedang)
Skor 75-80
(Kecemasan
berat)
64

G. Analisa Data

Analisa data dengan menggunakan wilcoxon signed

rankings test dengan taraf kesalahan 5%. Uji wilcoxon

signed ranks merupakan uji komparasi pada satu sampel

berpasangan (dua pengamatan), yakni ingin membandingkan

dua pengamatan yang berasal dari satu sampel. Prinsipnya

adalah ingin menguji apakah ada perbedaan dampak dari

dua perlakuan (Hidayat, 2017). Pengolahan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer melalui

program SPSS Versi 16.


65

H. Kerangka Kerja Penelitian

Populasi : remaja siswa kelas X sman


1 keruak berjumlah 140 siswa

Sample : remaja
siswa-siswi kelas X Purposive sampling
berjumlah 104

Informed Consent

Pre test Pos test


Memberikan
Mengisi lembar Pelatihan Mengisi kembali
kuesioner kecemasan berfikir lembar kuesiner
positif kecemasan

Membandingkan apakah ada


pengaruh latihan berpikir
positif terhadap kecemasan pre
test dan pos test

Analisa data

Hasil

Bagan 3.1 : Kerangka Kerja Pengaruh Latihan Berpikir


Positif Terhadap Kecemasan Akibat Pandemi
Covid-19 pada siswa kelas X di SMAN 1 Keruak
Kabupaten Lombok Timur.
66

Daftar Pustaka

Pangastuti, Maya.2017.“ Efektifitas Pelatihan Berfikir


Positif Untuk Menurunkan Kecemasan  Dalam
Menghadapi Ujian Nasional (UN) Pada Siswa SMA”
dalam Jurnal Psikologi Indonesia, VOL .3,
No.01 (hal 32-41) surabya ; Universitas 17
Agustus 1945.
Fauzi Muhammad Nur .2019. “Pengaruh Latihan Berfikir
Positif Untuk Menurunkan Setres Akademik
Pada Mahasiswa “Yogyakarta ; Universitas Mercu
Buana.
Nursalam. 2016.Metode Penelitian Ilmu Keperawatan .
edisi 4. Salemba Medika.
Kholifah, Nanik. 2006.”Peran Teman Sebaya Dan Kecemasan
Social Pada Remaja “ dalam Jurnal  Psikologi
Vol.3.No.2. (hal 60-68).Pasuruan : Fakultas
Psikologi Universitas Yudharta.
Hardiyati, Widianti,E dan Hernawaty, T. 2020. “
Kecemasan Saat Pandemi Covid-19”dalam Jurnal
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mamuju.
Volume 6, Nomor  Khusus. PP .27-40. Bandung :
Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran.
Machmudati, A dan Diana, R, Rachmy. 2017.“Efektifitas
Pelatihan Berfikir positif Untuk menurunkan
kecemasan mengerjakan skripsi pada
mahasiswa”                   
Linda Fitria dan Ifdil .2020. “Kecemasan Remaja Pada
Pandemi Covid-19”
Zulni, L dan Koentjoro .2019. “ Pelatihan Berfikir
Positif Untuk Menurunkan Kecemasan  Menghadapi
Masa Bebas Pada Anak Di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kutoarjo”  dalam Journal Of
Professional Psychology. Yogyakarta ;
Universitas Gadjah Mada.
DKJPS. 2020. Tim Dukungan Kesehatan Jiwa dan
Psikososial Covid-19 Keperawatan Jiwa, Prodi
Ners Spsialis Keperawatan Jiwa FIK UI.
Elliana & Sri Sumiati . 2016.Kesehatan Masyarakat.
Jakarta Selatan. PD.Intruksional.
COVID-19 NTB. 2020. Data Dinas Kesehatan NTB. Diakses
pada 02 februari
2021.https: //www.ntbprov.go.id.
67

COVID-19 NTB.2020.diakses pada 02 februari 2021.


https;//corona.ntbprov.go.id
WHO, (2020). #Covid-19 Corona Virus Disease 2019 .
Situasional Report 72. Droneemprit,
2019 (april), 1-19 Retrieved
fromhttps://pers.droneemprit,id/covid19.
WHO, 2020. Masalah kesehatan mental pada pandemic
covid-19 yaitu peningkatan setres dan
kecemasan. Scholar .unand.ac.id
Kertajaya, Rudi . 2011. 20 Keajaiban Berfikir Positif .
Jakarta pusat : Sinar Ilmu.
Ekawarna ,H.2018. Manajmen Konflik dan Setres .Jakarta
Timur : PT.Bumi Aksara.
Bab II tinjauan pustaka . diakses pada 26 maret 2021
pada jtptunimus-gdl-weningcitr-5497-3-bab 2
new.
Hakiki Nadzir.2018. Konsep Berfikir Positif Menurut
Dr.Ibrahim Elfikry Serta Relevansinya Dengan
Bimbingan dan Konseling Islam . Yogyakarta ;
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga.
Bab II Tinjauan Teori Kecemasan . diakses pada 13
feruari 2021.pada unimus.ac.id.
Bab II Landasan Teori Berfikir Positif . diakses pada
10 februari 2021.
http//repo.iain.- tulungagung.ac.id.
Notoatmodjo,Soekidjo.2010.Metodologi Penelitian
Kesehatan . Jakarta : rineka cipta.
Suwanto ,Musis.2015. Implementasi Metode Bayesian Dalam
Menentukan Kecemasan. Jember :universitas
Muhammadiyah.
Marwoko, Gatot.” Psikologi Perkembangan Masa Remaja”.
Gresik : Prodi Pendidikan Agama Islam.
Nursalam. 2014. Metologi penelitian ilmu keperawatan:
Pendekatan praktis : Jakarta : Salemba Medika
Dr.Irwan SKM.M.Kes. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular
.Yogyakarta ; CV. Absolute Media
68

You might also like