Professional Documents
Culture Documents
Hukum Dalam Rangka Menegakkan Keadilan 2 PDF Free
Hukum Dalam Rangka Menegakkan Keadilan 2 PDF Free
Rta yang menyatu-padukan alam dengan hukum alam merupakan disiplin hidup
dan juga merupakan disiplin untuk menciptakan keindahan dan keharmonisan
dalam hidup ini, Rta juga mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam
hidup ini, karena memberikan kesempatan pada setiap mahluk untuk tumbuh dan
berkembang seperti uraian mantram ini :
“Lokasamgrahasamyuktam
widartrwihitam pura
Suksma dharmathaniyatam
Artinya :
Para dharma adalah peraturan yang berlaku pada setiap orang, apapun
profesinya ataupun warnanya apapun jenis kelaminnya, di dalam setiap tingkatan
umur, dimanapun berada, diikat oleh aturan tersebut. Apabila melanggar aturan ini
akan terjadi benturan-benturan yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidup ini.
Di samping hal tersebut, masih ada sumber dalam Weda untuk menuntun
umatnya, untuk sadar dan taat pada hukum sebagai berikut :
manutisthanti manawah
iha kirtimawapnoti
Artinya :
“Orang mengikuti hukum diajarkan oleh pustaka-pustaka suci dan mengikuti adat
istiadat yang keramat mendapat kemasyuran di dunia ini dan setelah meninggal
mendapat kebahagiaan yang tak terbatas.
2. Smerti
Smrti sebagai Sumber Hukum Hindu Kedua Smrti merupakan kitab-kitab
teknis yang merupakan kodifikasi berbagai masalah yang terdapat di dalam Sruti.
Smrti bersifat pengkhususan yang memuat penjelasan yang bersifat authentik,
penafsiran dan penjelasan ini menurut ajaran Hukum Hindu dihimpun dalam satu
buku yang disebut Dharmasastra. Dari semua jenis kitab Smrti yang terpenting
adalah kitab Dharmasastra, karena kitab inilah yang merupakan kitab Hukum
Hindu.
Ada beberapa penulis kitab Dharmasastra antara lain:
Manu
Apastambha
Baudhayana
Wasistha
Sankha Likhita
Yanjawalkya
Parasara
Dari ketujuh penulis tersebut, Manu yang terbanyak menulis buku dan dianggap
sebagai standard dari penulisan Hukum Hindu itu.
3. Sila
Sila sebagai Sumber Hukum Hindu Ketiga. Sila di sini berarti tingkah laku.
Bila diberi awalan “su” maka menjadi susila yang berarti tingkah laku orang-
orang yang baik atau suci. Tingkah laku tersebut meliputi pikiran, perkataan dan
perbuatan yang suci. Pada umumnya tingkah laku para maharsi atau nabi
dijadikan standar penilaian yang patut ditauladani. Kaedah-kaedah tingkah laku
yang baik tersebut tidak tertulis di dalam Smerti, sehingga sila tidak dapat
diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya, walaupun nilai-
nilainya dijadikan sebagai dasar dalam hukum positif.
4. Sadacara
Sadacara sebagai Sumber Hukum Hindu Keempat Sadacara dianggap sebagai
sumber hukum Hindu positif. Dalam bahasa Jawa Kuno Sadacara disebut Drsta
yang berarti kebiasaan. Untuk memahami pemikiran hukum Sadacara ini, maka
hakekat dasar Sadacara adalah penerimaan Drsta sebagai hukum yang telah ada di
tempat mana Hindu itu dikembangkan. Dengan demikian sifat hukum Hindu
adalah fleksibel.
5. Atmanastuti
Atmanastuti sebagai Sumber Hukum Hindu Kelima. Atmanastuti artinya rasa
puas pada diri sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran untuk suatu hukum, karena
setiap keputusan atau tingkah laku seseorang mempunyai akibat. Atmanastuti
dinilai sangat relatif dan subyektif, oleh karena itu berdasarkan
Manawadharmasastra109/115, bila memutuskan kaedah-kaedah hukum yang
masih diragukan kebenarannya, keputusan diserahkan kepada majelis yang terdiri
dari para ahli dalam bidang kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan
dapat menjamin rasa keadilan dan kepuasan yang menerimanya.
Penegakan hukum yang adil dalam ajaran Hindu mempunyai konsep yang
jelas dijabarkan atau diaplikasikan dalam konsep sraddha atau keimanan Hindu di
bagian yang ketiga, yaitu Karma Phala. Karma Phala merupakan hukum universal
yang memberikan dalil atau rumusan yang pasti. Karma Phala berasal dari dua
kata yaitu “karma” yang berasal dari urat atau akar kata dari bahasa sansekerta
yang berarti membuat yang berarti perbuatan, sedangkan phala yang berarti hasil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karma phala adalah sebuah perbuatan akan
mendatangkan hasil, juga bisa disebut hukum sebab akibat, yaitu segala sebab
berupa perbuatan akan membawa hasil dari perbuatan tersebut dimana hasil
tersebut dapat berupa baik maupun buruk. Untuk lebih pasti kita perhatikan sloka
dibawah ini :
“Karma Phala ngaran ika paraning gawe ala ayu (slokantara)”
Artinya :
Karma Phala adalah akibat dari perbuatan baik dan buruk
b) Kriyamana Karma Phala yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini
tetapi hasilnya akan diterima setelah mati di alam baka.
Contoh : Jika seseorang berbuat baik, suka menolong, dan jujur maka
setelah meninggal akan mendapatkan sorga, begitu juga sebaliknya, jika
seseorang berbuat kurang baik, maka setelah meninggal akan mendapatkan
neraka.
c) Sancita Karma Phala yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang hasilnya akan di
peroleh pada kelahiran yang akan datang.
Contoh : Ada seseorang yang dalam kehidupan sekarang selalu berbuat
jahat namun dia tetap menikmati kebahagiaan. Itu berarti karma baik yang
terdahulu pada kehidupan sebelumnya dinikmati pada kehidupan sekarang.
Dalam Pustaka Suci Weda dan Pustaka Suci Agama Hindu lainnya,
terdapat ungkapan-ungkapan yang merupakan fungsiprofetik dalam hukum, dari
sudut pandang Agama Hindu, di antaranya ialah “Weda Smerti” (Manu Smerti) :
VII.20.31.VII.14:15
“Bila Raja tidak menghukum dengan tidak jemu-jemunya kepada orang-oprang
yang patut dihukum, maka yang kuat akan melalapnyang lemah, seperti ikan
dalam tempayan”.
“Hukum dapat divonis tepat (bijaksana) hanya oleh orang-orang yang suci, setia
kepada janji yang bertindak selalu menurut Dharma (Lembaga Dharma) oleh
orang yang mempunyai pembantu ahli dan bijaksana”.
“Dimana keadilan dirusak oleh ketidak adilan atau kebenaran atau kelobaan,
sedangkan hakim melihatnya, mereka akan dihancurkan pula”.
“Seperti halnya si kambing, takut, hormat ia pada kayu yang tegak, bila condong
sambil main- main ia minta naik. Senang tiada khawatir ia berlari”.
“Bila jelas jahat hendaknya dihukum, bila perilakunya salah lenyaplah ia yang
besar dosanya. Perbincangkan dan pertimbangkan dengan sungguh-sungguh.
Demikianlah bila orang berjasa berilah Anugerah, berilah kesenangan. Itulah yang
patut diberi Anugerah, dan yang patut dihukum”.