You are on page 1of 19

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI


ACARA 2 : THEODOLITE

LAPORAN

OLEH :
NURUL HASANAH
D061211052

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-

cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi

relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,

dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu

daerah. Pemetaan situasi adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang

mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama

dalam suatu gambar peta.

Theodolite adalah Alat yang didesain untuk mengukur sudut dan jarak optis

dalam bidang geodesi dan pengukuran tanah dikenal dengan namatransit atau theodolit.

Theodolite dapat diklasifikasikan atas dasar beberapa hal, antara lain:

a. Atas dasar konstruksi sumbu I-nya ( sumbu vertikal )

b. Atas dasar tingkat ketelitiannya

c. Atas dasar bacaan lingkaran

d. Atas dasar kegunaan

e. Atas dasar ada atau tidaknya boussole/kompas

f. Atas dasar sistem senteringnya

g. Atas dasar piranti bacaannya


Perbedaan data yang diperoleh dari rata- ratanya. Pengukuran penyimpangan

akan membahas rentangan (range), Simpangan Baku (Standar Deviasi), dan Varians.

a. Rentangan ( Range ) Range adalah data tertinggi dikurangi data terendah

b. Simpangan Baku ( Standar Deviasi ) Standar deviasi adalah suatu nilai yang

menunjukkan tingkat (derajat) variasi kelompok data atau ukuran standar

penyimpangan dari meannya.

c. Variasi ( Varians )Varians adalah kuadrat dari standar deviasi.

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dari praktikum acara theodolite adalah agar peserta dapat

membuat peta topografi berupa peta kontur pada polygon tertutup dengan

menggunakan alat theodolite.

Sedangkan tujuan dari praktikum acara theodolite ini adalah

1. Peserta dapat mengetahui koordinat serta ketinggian semua patok

yang telah diukur.

2. Peserta dapat memperoleh jarak optik horizontal antar patok.

3. Peserta dapat mengetahui besar kesalahan pengukuran slope,

1.3 Waktu dan lokasi penelitian

Praktikum Pemetaan Topografi acara satu tapping kompas dilaksanakan pada

hari Jumat, 16 September 2021 dimulai pada pukul 13.00 WITA sampai selesai

dengan keadaan cuaca hujan rintik berawan dan bertempat di Bukit Samata

kecamatan , Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.


1.4 Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum tapping kompas

adalah :

1. Patok kayu berjumlah 13 patok

2. Theodolite satu set (2)

3. Roll meter 50 m

4. Kertas HVS A4

5. Alat tulis

6. Kertas grafik A3

7. Kertas kalkir A1

8. Pensil mekanik 0.3 dan 0.5 mm

9. Drawing pen 0.3 dan 0.5 mm

10. Kalkulator

11. Map cabinet

12. Penggaris 30 dan 60 cm

13. Busur derajat 180ᴼ dan 360ᴼ

14. Hekter dan isi hekter

15. Double tape

16. Sticker ayam Unhas

17. Penggaris sablon 0.3 dan 0.5

1.5 Prosedur praktikum

Pengaturan Theodolite :
1. Temukan sepetak tanah tingkat dengan pandangan yang bagus diantara
lahan yang akan diukur.
2. Memperpanjang kaki tripod sehingga theodolite akan berada pada tingkat
yang nyaman untuk Anda gunakan, sejauh mungkin (kebanyakan tripod
theodolite akan memiliki mekanisme yang akan mengunci mereka ketika
mereka mencapai pemisahan dan ekstensi maksimum) , dan tempelkan
ujung kaki ke tanah.
3. Sesuaikan tiga sekrup pengatur di dasar teodolit sehingga rata. Tingkat
sekrup yang dipasang pada theodolite akan memberi Anda gambaran bidang
yang sejajar.
4. Sejajarkan tingkat panjang dengan dua dari tiga sekrup dan atur ulang
dengan kedua sekrup tersebut untuk mencapai tingkat yang lebih akurat
pada sumbu tersebut. Kemudian putar theodolite 90 derajat pada alasnya
dan sesuaikan lagi menggunakan sekrup ketiga.
5. Lepaskan dua klem pengatur horisontal (biasanya kenop besar di kedua sisi
theodolite, sedikit diimbangi secara vertikal).
6. Sejajarkan bagian atas teodolit dengan tanda pada cincin di antara kedua sisi
yang terhubung ke klem horisontal, kemudian kunci klem atas.
7. Buka penutup lensa di sisi teodolit, dan lihat melalui lensa mata kecil. Anda
akan melihat tiga skala: penyesuaian horizontal, vertikal, dan halus.
Gunakan tombol penyesuaian di bagian atas theodolite untuk menyesuaikan
tanda dengan 0’00 “(0 menit dan 0 detik dari busur).
8. Gunakan tombol penyesuaian horisontal atas untuk menyelaraskan garis
tunggal yang Anda lihat dalam ruang lingkup di bagian bawah skala
horizontal tepat di antara garis ganda yang duduk di bawah angka 0.
9. Buat garis referensi dengan menyusun theodolite secara horizontal dengan
tengara tinggi dalam tampilan yang mudah. Buka kunci klem bawah untuk
membuat rotasi ini, luruskan pandangan dengan tengara, dan kunci klem
bawah lagi. Pengukuran horizontal akan tetap nol. Mulai sekarang, hanya
kendurkan klem atas untuk membuat penyesuaian horizontal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peta

Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau

sebagian unsur permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu dan

sistem proyeksi tertentu. Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan

lokasi dari objek-objek alamiah maupun objek buatan manusia, baik ukuran

maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Sebagaimana

dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis

apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Secara

umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang

digambarkan seolah olah dilihat dari atas pada bidang datar melalui satu

bidang proyeksi dengan dilengkapi tulisan-tulisan untuk identifikasinya.

Peta adalah tempat penyimpanan dan juga tempat penyajian data dengan

kondisi lingkungan, sehingga menjadi sumber informasi penting bagi

masyarakat untik kemudian dipergunakan dalam merencanakan serta

mengambil keputusan pada tahap pembangunan (Bacosurtanal, 2005).

Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal

atau Channel antara si pengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima

pesan (pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim

pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi. Peta pada

dasarnya adalah sebuah data yang didesain untuk mampu menghasilkan

sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi


data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis,

memperkirakan, dan menghasilkan gambaran kartografi. Informasi ruang

mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi

mengandung 4 aspek penting, yaitu lokasi-lokasi yang berkenaan dengan

ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada sistem koordinat

(projeksi sebuah peta). Kemudian, atribut (ciri bahan), informasi yang

menerangkan mengenai objek-objek ruang yang diperlukan. Hubungan

ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek ruang. Waktu

merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang. Pemetaan

adalah suatu proses menyajikan informasi muka bumi yang berupa fakta,

dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumber daya

alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol

dari unsur muka bumi yang disajikan. Penyajian unsur- unsur permukaan

bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas serta grid atau gratikul. Di

luar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagai

keterangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta

dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta. Penyusunan dan

penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena

semua informasi yang terletak disekitar peta harus memperlihatkan

keseimbangan.

Peta terdiri dari bagian-bagian yang menyusunnya, antara lain judul

peta, diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet

peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan
badan koordinasi survai dan pemetaan nasional (Bakosurtanal). Legenda

peta, penjelasan dari symbol-simbol yang tercantum dalam peta. Bagian ini

adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam

membaca peta jika tidak ada legendanya. Skala Peta, bagian yang

menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan sebenarnya. Skala ini

ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka.Dalam peta topografi

biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan : jarak dimedan

sebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta 1:25000;

1:50000; 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm dalam

peta adalah 25000 cm di medan sebenarnya atau 25 km.

2.1.1 Fungsi Peta

Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta kita dapat mengetahui

atau menentukan lokasi yang kita cari, walaupun kita belum pernah

mengunjungi tempat tersebut. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.

2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di

permukaan bumi.

3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua,

negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.

4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui

kondisi daerah yang akan diteliti.

5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.


6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-

fenomena (gejala- gejala) geografi di permukaan bumi.

2.3 Peta Topografi

Peta Berasal dari bahasa yunani, Topos yang berarti tempat dan

grafik yang berarti menggambar peta topografi dan tempat-tempat

dipermukaan bumi yang berketinggian sama daripermukaan laut menjadi

bentuk garis-garis kontur, dengan garis kontur mewakili satu ketinggian.

Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat

diidentifikasi, apakah alami atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi

tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief

(berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran

permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan datayang diperlukan

tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi

secaraumum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga digambarkan

sebanyak mungkin ciri-ciripermukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-

batas skala.

Peta topografi juga dapat diartikan sebagai peta yang

menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia,

yang ditunjukkan pada posisi yang benar. Selain itu, peta topografi dapat

diartikan sebagai peta yang memberikan informasi spasial tentang unsur-

unsur di permukaan bumi dan di bawah bumi, termasuk batas-batas


administrasi, vegetasi, dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi

memiliki garis lintang dan garis bujur dan titik pertemuannya menghasilkan

koordinat. Koordinat merupakan titik potong antara garis lintang dan garis

bujur.

Peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan

manusia diatas permukaan bumi. Peta topografi disebut jugs peta umum.

Peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan, selain itu

peta topografi dapat dipakai sebagai peta dasar pembuatan peta tematik.

Skala peta topografi dapat dikelompokkan dalam: 1. Skala 1:1000 sampai

1:5000 adalah skala sangat besar. 2. Skala 1:5000 sampai 1:100000 adalah

skala besar. 3. Skala 1:25000 sampai 1:100000 adalah skala sedang. 4. Skala

1:100000 sampai 1:1000000 adalah skala kecil.

2.2.1 Garis Kontur

Garis Kontur adalah garis yang menghubungkan lokasi-lokasi berbeda yang

berada pada ketinggian yang sama. Jika dua lokasi dihubungkan oleh garis

kontur yang sama, maka dapat dipastikan kedua lokasi tersebut memiliki

ketinggian yang sama. Peraturan dasar garis kontur adalah semakin dekat

jarak antar garis, maka semakin terjal daerah tersebut. Garsi kontur tidak

pernahh memotong garis kontur lainnya, namun selalu menutup. Garis

kontur jika memotong sungai, akan berbentuk V terbalik dengan arah ke

hulu sungai. Jika memotong jalan, garis kontur akan selalu berbentuk U ke

arah lokasi yang lebih rendah. Garis kontur selalu menunjukkan ketinggian

yang sama.
2.4 Theodolit

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan

yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop

yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang

dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan

sudut horisontal untuk dibaca. Sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat

ketelitian sangat tinggi.

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang

akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila

situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan

menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat

dipetakan dengan cepat dan efisien.

Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk

mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menetukan

tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk

mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan tegak lurua,

mendatar diperlukan sudut-sudut yang harus diukur dengan menggunakan

teodolite.

Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak

dan sudut. Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur jarak

mendatar (d) dan beda tinggi (∆h). Sedangkan unsur sudut dibagi menjadi

sudut sudut horizontal, vertical dan sudut jurusan. Sudut ini berperan

penting dalam kerangka dasar pemetaan yang datanya diperoleh dari


lapangan dengan alat yang dirancang sedemikian rupa konstruksinya sesuai

dengan ketelitian. Alat ini dikenal sebagai alat ukur ruang (Theodolit).

Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih

dipermukaan bumi digunakan alat ukur penyipat datar (waterpass). Untuk

pengukuran jarak dari suatu titik ke titik lain dapat digunakan pita ukur,

waterpass dengan bantuan rambu ukur, atau dengan metoda Tachymetri

(Darfis, 1995).

Pengukuran sudut Azimuth dapat diukur dengan bantuan kompas

yang ada pada pesawat theodolit, metoda ini dapat dilakukan dengan cara

memposisikan kompas pada arah utara magnetis, kemudian set 0 pada

keadaan tersebut. Yang dibaca pada skala lingkaran mendatar adalah suatu

sudut yang dinamakan azimuth, dan karena menggunakan ujung utara jarum

magnit, dinamakan pula azimuth magnetis. Azimuth adalah suatu sudut

yang dimulai dari arah utara, searah putaran jarum jam, dan diakhiri pada

ujung obyektif garis bidik atau garis yang dimaksud, dan yang besarnya

sama dengan angka pembacaan (Wongsotjitro, 1967).

2.4.1 Jenis-jenis Theodolite

2.4.1.1 Jenis Theodolit Berdasarkan Kontruksinya

- Theodolite Reiterasi

Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal)

menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.

Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat

sekrup pengunci plat nonius.


- Theodolite Repetisi

Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar

ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri

dengan tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup

pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius

2.4.1.2 Jenis Theodolit Berdasarkan Sistem Pembacaannya

1) Teodolit sistem bacaan dengan Index Garis

2) Teodolit sistem bacaan dengan Nonius

3) Teodolit sistem bacaan dengan Micrometer

4) Teodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi

5) Teodolit sistem bacaan dengan Digital

2.4.1.3 Jenis Theodolith Berdasarkan Skala Ketelitian

1) Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)

2) Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)

3) Theodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)

4) Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)

5) Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)


2.5 Sejarah Theodolit

Gambar 2.1 theodolite

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk

menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda

dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di

dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon

(detik).Theodolite merupakan alat yang paling canggih diantara peralatan yang

digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang

ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat

diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut

horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua

dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga

memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca

dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan

dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs

tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan


menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat

dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997) .

Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit benar adalah

kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl)

di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth

instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap

vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah

lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek

untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang

pada vertikal setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada

vertikal setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah

terpasang sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal

secara langsung. Pada akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan

pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada

1725.

Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen

1787 dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar

yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari

desain sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan

ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon,

pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah

fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya


dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat

dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit

sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /

pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian

suatu bangunan bertingkat.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang kami peroleh diantaranya adalah

1. Koordinat serta ketinggian patok yang diukur dengan melakukan

pengolahan data terlebih dahulu dan dengan mengetahui bilangan

azimuth,

Tabel 4.1.1 koordinat Patok Utama

Patok Koordinat X Koordinat Y Koordinat Z


3.2.8.4 3.2.9.4 3.2.4
1 0 0 35

2 11,01 5,65 34,61

3 23,66 -10,21 33,33

4 23,49 -18,94 35,71


5 19,66 -25,03 35,11

6 6,67 -27,63 34,82

7 0,00 -15,72 36,53

Tabel 4.1.2 Koordinat Patok Detail

Patok Koordinat X Koordinat Y Koordinat Z


3.3.1.4 3.3.2.2 3.2.5.4

1 0,74 -5,48 33,62

2 10,81 -1,01 33,32

3 18,52 -16,00 31,32


4 16,16 -22,11 36,12

5 13,94 -21,01 34,70

6 7,30 -23,20 34,32

7 3,27 -10,94 36,30

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk Departemen

- Agar memberikan fasilitas yang baik untuk praktikan.

- Agar mempertahankan kelengkapan insfrastruktur yang berhubungan

dengan praktikum.

- Agar memfasilitasi keberlangsungan kegiatan secara maksimal.

4.2.2 Saran untuk Asisten

- Sebaiknya mempertahankan ketegasan terhadap praktikan

- Sebaiknya mempertahankan cara pemberian materi yang jelas

- Sebaiknya mempertahankan metode penyampaian kepada praktikan


DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari (2012).Peta Topografi.Dikutip 26 September 2019 dari Bab 7 Peta
Topografi.
Setiawan, Leony (2018).Bab I Kompas Geologi.Dikutip 26 September 2019 dari
Bab I Kompas Geologi
Sholeha, Wardatus Adelia.2016.Konsep Dasar Peta Dan Pemetaan. Malang:
Universitas Negeri Malang
Darfis, Irwan. 1995. Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Padang: Faperta
Universitas Andalas.
Wongsotjitro, Soetomo. 1967. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta: Penerbit Swada.
Gabungan Asisten Survey. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur
Tanah I. Padang: Fakultas Teknik Universitas Andalas.

You might also like