Professional Documents
Culture Documents
Referat Insomnia Pada Lansia
Referat Insomnia Pada Lansia
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Alimurdianis, Sp. PD K-Ger
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-
Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Insomnia pada
Lansia ”. Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Mengingat pengetahuan dan pengalaman
penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun referat ini sangat
terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran
pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4
1.1Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1 Lansia..................................................................................................................7
2.1.1 Definisi..........................................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi......................................................................................................7
2.1.3 Karakteristik................................................................................................8
2.1.4 Tipe .............................................................................................................8
2.1.5 Teori..............................................................................................................9
2.1.6 Perubahan pada lansia......................................................................................11
2.2 Insomnia.................................................................................................................12
2.2.1 definisi...........................................................................................................12
2.2.2 Faktro penyebab..............................................................................................12
2.2.3 Klasifikasi......................................................................................................14
2.2.4 Gejala............................................................................................................15
2.2.5 Dampak.........................................................................................................16
2.2.6 Kebutuhan Tidur.............................................................................................17
2.2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................17
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
4
intelektual seperti demensia dan delirium), Incontinence (inkontinensia urin
dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immuno-deficiency
(penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction
(konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan
iatrogenic) dan Impairment of hearing, vision and smell (gangguan
pendengaran, penglihatan dan penciuman).
Gangguan tidur atau insomnia merupakan salah satu gangguan yang
paling sering dialami lanjut usia. Sekitar 60% lansia mengalami insomnia
atau sulit tidur. Hal ini diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis
dan kemunduran kognitif seperti suka lupa dan hal-hal yang mendukung
lainnya kecemasan yang berlebihan, kepercayaan diri menurun, insomnia,
juga kondisi biologis yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia. Lebih dari
70%, penyakit mempunyai hubungan dengan stress , salah satunya yaitu
insomnia.
Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia yaitu
kesulitan untuk tidur, sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari,
kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang lebih luas akan
terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi pada saat mengerjakan
pekerjaan rumah maupun berkendara,serta aktivitas sehari-hari dapat
terganggu. Jika lansia kurang tidur yaitu persaan bingung, curiga, hilangnya
produktifitas kerja, serta menurunnya imunitas. Kurang tidur menyebabkan
masalah pada kualitas hidup lansia, memperburuk penyakit yang
mendasarinya, mengubah perilaku, suasana hati menjadi negatif,
mengakibatkan kecelakaan, seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah
tangga. Insomnia juga dapat menyebabkan kematian pada lansia.
Berkenaan dengan hal diatas, penyembuhan terhadap
insomnia sangat diperlukan. Upaya penyembuhan dapat berupa terapi
farmakologi dan non- farmakologi. Salah satu upaya non-farmakologi untuk
mengatasi insomnia adalah terapi massage dan untuk terapi farmakologinya
adalah benzodiazepin.
5
1.2 Tujuan
6
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
7
menjadi 3 kelompok yaitu: young old usia 70-75 tahun, old usia 75-80
tahun, dan very old usia lebih dari 80 Tahun.
2.1.3 Karakteristik
4. Multipatologi
2.1.4 Tipe
8
2. Tipe Mandiri
Tipe lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
4. Tipe Pasrah
Tipe lansia ini selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5. Tipe Bingung
Tipe lansia ini yang sering terkejut, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh,
9
2. Teori Radikal Bebas
Teori mikrobiologi yang membahas mengenai proses penuaan
adalah teori radikal-bebas (free-radical theory), yang menyatakan bahwa
yang menyebabkan orang bertambah tua adalah karena ketika sel-sel
melakukan metabolism energi. Sel-sel itu melepaskan molekul oksigen yang
tidak stabil, yang disebut radikal bebas (free radical). Radikal bebas
memantul disekitar sel-sel, merusak DNA dan struktur sel-sel lainnya.
Makan berlebihan berkaitan dengan peningkatan radikal bebas. Akhir-akhir
ini peneliti menemukan bahwa pembatasan kalori-diet yang terbatas pada
kalori, namun cukup protein, vitamin, dan mineral dapat mengurangi
kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas.
3. Teori Mitokondria
Teori yang menyatakan bahwa penuaan dalam sistem hormone
tubuh bisa menurunkan resistensi terhadap stress dan memperbesar
kemungkinan terkena penyakit. Menurut teori mitikondria, kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas mengawali siklus abadi, dimana kerusakan
oksidatif menghambat fungsi mitokondria yang menyebabkan terbentuknya
radikal bebas yang cukup besar jumlahnya. Hasilnya adalah, seiring dengan
waktu, mitokondria tidak dapat membangkitkan cukup energi untuk
memenuhi kebutuhan struktur sel.
Kerusakan mitikondria berkaitan dengan penyakit kardiovaskular,
penyakit neurodegenerative seperti demensia, Parkinson, dan penurunan
fungsi hati. Mitokondria kemungkinan memainkan peran penting dalam
keknyalan neuron. Meskipun demikian, hingga kini masih belum diketahui
apakah kerusakan mitokondria menyebabkan proses penuaan atau hanya
menyertai proses penuaan.
10
bahwa proses penuaan didalam sistem hormonal tubuh dapat menurunkan
daya tahan terhadap stress dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.
Secara normal, seseorang mengalami stress, tubuh akan merespons dengan
cara melepaskan hormon-hormon tertentu. Ketika seseorang bertambah tua,
tingginya level hormon yang dirangsang oleh stress ini akan menetap lebih
lama dibandingkan ketika seseorang masih muda. Tingginya level hormon
dalam waktu lama yang disebabkan oleh stress ini, berkaitan dengan
meningkatnya risiko terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit
kardiovaskulaer, kanker, diabetes, dan hipertensi.
11
2.2 Insomnia
2.2.1 Definisi
12
2. Faktor Presipitasi (Pengendapan)
13
3) Kekhawatiran
4) Depresi
5) Kecemasan
6) Kemarahan
7) Rasa bersalah
8) Stimulasi intelektual saat tidur
9) Perasaan kehilangan
10) M
enunggu sesuatu yang tidak menyenangkan
11) S
tress
c. Faktor Lingkungan
1) Teman tidur yang mendengkur
2) Terlalu banyak menggunakan komputer, handphone dan media
elektronik lainnya
3) Terlalu banyak cahaya
4) Suhu yang ekstrim
5) Tempat tidur yang tidak mendukung
6) Ruang tidur yang tidak kondusif untuk tidur
7) Waktu kerja
8) Bunyi berisik
9) Perubahan waktu setempat
a. Insomnia Primer
14
medis umum. Ditandai dengan keluhan sulit untuk memulai tidur. Keadaan
ini berlangsung paling sedikit selama 1 bulan. Seseorang dengan insomnia
primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan terbangun berkali-kali.
Bentuk keluhannya bervariasi dari waktu ke waktu.
b. Insomnia Kronis
c. Insomnia Idiopatik
15
5. Kesulitan jatuh tertidur
6. Pemarah
9. Masalah berkonsentrasi
16
insomnia yang memperpendek angka harapan hidup yang terdapat pada
insomnia. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan
2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang yang nornal.
2.2.6 Kebutuhan Tidur pada Lansia
Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan.
Tabel berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia
Tabel 2. Kebutuhan Tidur Manusia
Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan
0-1 bulan Bayi baru 14-18 jam/ hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam /hari
18 bulan- 3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa pra sekolah 11 jam /hari
6 -12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam /hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam / hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam /hari
60 tahun Masa dewasa tua 6 jam/ hari
Terapi farmakologis
17
terapi tidak menimbulkan kekambuhan pada gejala insomnia, memiliki efek
sedasi yang rendah sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi
farmakologi yang paling efektif untuk insomnia yaitu dengan
Benzodiazepine atau non Benzodiazepine.
Terapi nonfarmakologis
1) Massage punggung
18
BAB III
KESIMPULAN
19
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
20
9. Dhin.A.F 2015. Hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia
pada lanjut usia di Posyandu Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan
Bantul Yogyakarta. http.opac.unisayogya.ac.id dilihat pada 10 juni 2021
13. Bagir Manan dkk., Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi
Manusia di Indonesia , Alumni ,2006 h.140-152.
14. Fitriani, D.C. 2014. Pengaruh terapi tertawa terhadap derajat insomnia
pada lansia di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Jurnal .
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. http://www.scribd.com/mobile/document/336064699/Terapi-
Tertawa- Insomnia dilihat pada 10 Juni 2021
21