You are on page 1of 3

Cerita Sang Penghuni Kelas

Kelas itu tidak lepas dengan yang namanya keramaian. Ya seperti sekarang kelas 7F yang
ramai karena diisi oleh suara-suara penghuni dikelas tersebut. Jika biasanya kelas itu diisi oleh
suara manusia namun kini berbeda karena dikelas itu kini diisi oleh suara penghuni kelas
tersebut yang tak lain adalah si meja, kursi, TV, papan tulis, spidol dan keluarga kipas angin
namun tak menutup kemungkinan juga para makhluk halus ikut nimbrung disana.
"Eh kursi, aku kok bosen banget ya. Biasanya kan aku dicoret-coret sama manusia trus
nanti dihapus nanti dicoret lagi trus dihapus lagi dicoret lagi terus dihapus lagi." Curhat Raka
alias papan tulis.
"Kamu itu gimana sih papan tulis! Dulu aja waktu waktu digituin aja marah marah terus
bilang kalau gini percuma dong aku perawatan sama skincare-an trus orang ujung-ujungnya juga
wajahku dicoret-coret." Sahut Sinta sambil menirukan gaya bicara Raka. Sinta adalah sebuah alat
elektronik yang tak lain adalah televisi.
"Eh aku bukan bicara sama kamu ya, gak usah ikut campur kamu!" Ujar Raka dengan
sinis.
"Aku itu udah baik lho mau jawab kamu, eh kamu malahan begitu sama aku. Lagian kursi
juga gak jawab kamu tuh!" Ucap Sinta dengan menaikkan beberapa oktaf.
"Eits, jangan ngegas dong mbaknya.." Ucap Raka.
"Eh kursi!" Panggil Raka pada kursi.
"Nama saya itu Tara bukan kursi." Jawab Tara dengan datar dan formal.
"Astaga Tara kalau ngomong itu yang biasa aja nggak usah formal apalagi wajahnya datar
gitu. Bikin orang takut aja." Ujar Wira kesal karena gaya bicara Tara yang katanya sok cool itu.
"Iya bener itu." Timpal si kembar bernama Rena dan Reni. Wira, Rena dan Reni itu adalah
keluarga kipas angin lebih tepatnya Wira sebagai ibu lalu Rena dan Reni itu anak kembar Wira.
"Kayak kalian nggak tahu aja Tara itu sikapnya gimana ah.." Sahut Sinta.
"Tara itu lagi ngikutin kaya Mas Aldebaran di sinetron itu lho, masa kalian gak tahu?"
Ucap si kembar.
"Daripada kita bosen nggak ada kerjaan kita nonton TV aja yuk!" Ajak Raka kepada
mereka semua dan disetujui oleh mereka.
"Sinta cepat nyalain TV nya!!" Perintah mereka serempak.
Seketika keadaan kembali hening dan hanya terdengar suara dari televisi yang mereka
tonton. Di tengah hening, masing-masing memiliki khayalan di benak. Semuanya tentang
kesibukan di kelas saat pembelajaran tatap muka berlangsung. Hiruk-pikuk, gelak-tawa, sorak
sorai yang mereka rindukan.
"Eh aku kok tiba tiba kangen sama murid yang jadi mak comblang yang biasanya coret-
coret aku buat nyomblangin teman-temannya ya.." Ujar Gani alias meja secara tak terduga.
"Iya bener banget kamu Gani. Aku juga kangen sama mereka di kelas ini mereka juga
gunain aku buat nulis ke papan tulis." Sahut Bara si spidol.
"Coba aja gak ada virus corona mungkin sekarang disini udah banyak manusia yang lagi
belajar. Aku ngerasa hidup aku udah gak berguna lagi di dunia ini. Sekarang cuma nganggur di
dalam kelas gak ada gunanya banget." Ujar Raka.
"Lha bukannya kamu itu memang nggak hidup ya ka. Kamu kan cuma benda mati." Ujar
Wira.
Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara yang menyahut obrolan
mereka.
"Hai cantik ikut gosip dong!" Ucap mereka yang ada di pojok kelas tersebut secara tak
terduga yang membuat Tara memelototkan matanya. Sontak saja mereka langsung melihat
kearah Tara. Disana terlihat Tara wajahnya sudah pucat dan keringat mulai bercucuran
membasahi pelipisnya. Mereka semua menahan tawanya melihat ekspresi Tara si cowok cool
yang takut dengan yang namanya setan.
"Eh ada Mas Tara nih, kita ngobrol bentar yuk Mas. Kita udah lama lho Mas gak pernah
ngobrol bareng" ujar si hantu sambil mendekati Tara. Langsung saja Tara memejamkan matanya
berharap agar ia segera tidur dan tidak bertemu para setan setan yang ada disana. Mereka semua
tertawa melihat tingkah Tara berusaha untuk tidur dengan tenang.
"Kalian ngomongin apa sih kok kelihatannya seru gitu" ujar hantu lain kepo.
"Itu sekarang kan sepi banget kelas ini, kalau ramai itupun karena obrolan unfaedah kita.
Sedangkan biasanya ada manusia yang lagi belajar. Tapi sejak pandemi melanda sekolah
diliburkan. Apalagi orang yang terkena Corona malah tambah banyak. Jadinya kan masuk
sekolahnya makin lama jelas Sinta panjang kali lebar.
"Ya, kalau itu sih salah manusia juga dibilangin pemerintah bandel banget. Orang disuruh
stay at home eh malah keluyuran. Disuruh pakai masker malahan gak dipakai maskernya.
Disuruh jaga jarak juga gak bisa. Gimana gak nular itu virusnya." Ucap si hantu sok bijak.
Tiba tiba saja pintu terbuka memperlihatkan seorang guru cantik memasuki kelas tersebut.
Sontak saja semua penghuni kelas langsung terdiam. Kulit putih bersih, tinggi yang semampai,
wajah yang bersinar bak rembulan ditambah make -up yang natural serta kepala yang dibalut
oleh kerudung itu menambahkan aura kecantikan guru tersebut. Beliau langsung duduk di salah
satu kursi disana. Lalu beliau mengamati setiap sudut ruangan kelas 7F. Dalam hatinya beliau
sedih karena kelas yang biasanya ramai oleh murid-murid kini sepi.
"Untung saja minggu depan kelas ini sudah diisi sama murid-murid yang belajar, tidak
sabar lagi ingin bertemu mereka secara langsung." Gumam guru itu yang didengar oleh seluruh
penghuni kelas. Setelah puas mengamati ruang tersebut beliau keluar dari ruangan. Saat beliau
sudah keluar ruangan mereka semua bersorak gembira saat mengetahui bahwa kelas ini akan
diisi oleh murid-murid yang bersekolah lagi.
"Kalian dengar itu? Kelas ini akan dipakai belajar lagi, artinya?” Ujar si hantu dengan
semangat.
“Artinya, kelas ini akan ramai dan penuh semangat lagi seperti dulu, yeiy!” Jawab Raka si
papan tulis dan diikuti sorak sorai seluruh penghuni kelas. Mereka senang dan ikut bergembira
mendengarnya.

Novita-7F

You might also like