You are on page 1of 14

KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER

Disusun Oleh
Kelompok 6

1. I Komang Minggi Segara Taji (193213017)


2. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
3. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
4. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
5. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
6. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan Keluarga yang berjudul
“Konsep Terapi Komplementer”, tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari para pihak,
untuk itu melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis juga mengharapkan agar hasil tulisan ini dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya, kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
masukan dari pembaca sangat kami perlukan untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.

Denpasar, 06 Maret 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keperawatan Komplementer 3

2.2 Macam-macam Terapi Komplementer 4

2.3 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer 5

2.4 Masalah Keluarga Dalam Terapi Komplementer 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM
(Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber
pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
kepercayaan.
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke
pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di
perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih
mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal
putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan
yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini
dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang
penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut
ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien
(46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri
tungkai (Peleg, 2011).
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80%
dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa
rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai
terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan
konvensional. Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri
ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional
komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik. Di Indonesia, Rumah Sakit
Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk
oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan mengembangkan pengobatan
komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta,
Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah

1
Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta,
RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten
(Kemenkes, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari keperawatan komplementer?
2. Apa saja macam-macam terapi komplementer?
3. Apa peran perawat dalam terapi komplementer?
4. Apa saja masalah keluarga dalam terapi komplementer yang kemungkinan muncul?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan komplementer
2. Untuk mengetahui macam-macam terapi komplementer
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer
4. Untuk mengetahui masalah keluarga dalam terapi komplementer

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keperawatan Komplementer

Terapi Komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam


pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips 7
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapatan ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah


domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam snyder & Linquis, 2002).

Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide
yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit ata promosi
kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplementer sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil
terapi yang telahterontegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah
disampaikan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (biopsiko, sosial, dan spiritual). Prinsip
holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai
bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer
pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi.

Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan tidak
dijelaskan dilakukan oeh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan secara

3
ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri,
mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif
pada perubahan psikoimunulogik (Hitchcock et al., 1999) terapi pijat (massage) pada bayi
yang lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan, memperprndek hari rawat, dan
meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan
belajar. Terapi pijat juga dapat meingkatkan pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan
menurunkan kecemasan pada anak susah makan (Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti
dapat menurunkan nyeri haid dan level plasma prostaglandidn selama haid (Fontaine, 2005).

Hasil lainya yang dilaporkan misalya penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi
berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur
(Buckle, 2003). Minyak lemon thyne mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus
dan tuberkulosisi (Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit,
sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr.
Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya
dengan meditasi dan imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi
meingkatkan suplai oksigen, perubahan vaskulear dan ternal, mempengaruhi aktifitas
gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005). Hasil-hasil tersebut
menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma baru (Smith et al., 2004). Bentuk
terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan
terapi holistik.

2.2 Macam-macam Terapi Komplementer

Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi komplementer
invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan jarum dalam
pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi,
prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi
urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,
rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999).

National Center For Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat


klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori.

1. Kategori pertama mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai


tehnik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan

4
fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa,
journaling biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
2. Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, neturopathy.
3. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu natural dan
praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan.
4. Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh
manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam
pijat, rolfing, tetapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terakhir, terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh dan misalnya terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini
biasanya dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield dan
bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002).

Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan holistik,
nutrisi), botanikal (homepati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik. Akupresur &
akupuntur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery, biofeedback, color
healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikn sesuai dengan indikasi yang
dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya seperti
meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan kecemasan, mempercepat
penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan dalam proses kematia (Hitchcock et at.,
1999).

Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu mengetahui


pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui terapi komplementer diantaranya
untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien, menjawab pertanyaan dasar
tentang terapi komplementer dan merujuk klien untuk mendapatkan informasi yang reliabel,
memberi rujukan terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi komplementer
(Snyder & Lindquis, 2002). Selain itu perawat juga harus membuka diri untuk perubahan
dalam mencapai tujuan perawatan itegratif (Fontaine, 2005).

2.3 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer

5
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sehingga pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurkulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001).

Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian


yang dikembangkan dari hasil evidence-based practice.Perawat dapat berperan sebagai
pemberi pelayaan langsung misalnya dalam praktik pelaya nan kesehatan yang melakukan
integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi
dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terikat. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan
termasuk perawatan alternatif (Smith et al., 2004).

2.4 Masalah Keluarga Dalam Terapi Komplementer

Terapi komplementer merupakan suatu pengobatan yang bertujuan melengkapi


pengobatan medis konvensional uang dimana terapi komplementer tersebut merupakan
gabungan dari pengobatan modern dan tradisioal (Rifaida et al., 2018). Keluarga merupakan
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluaga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Sebuah keluarga dapat dibentuk melalui pernikahan, dimana salah satu
fungsi pernikahan adalah fungsi reproduksi atau memberika keturunan (Samovar, Potter &
Mc Daniel, 2010).

Kewajiban menghadirkan anak datang dari harapan-harapan keluarga, agama,


kebudayaan serta nilai-nilai turun temurun, tidak selalu dapat dipenuhi oleh pasangan suami
istri. Keadaan pasangan yang belum dapat menghadirkan anak dapat diakibatkan oleh
keadaan infertilitas. Infertilitas merupakan ketidak mampuan mencapai suatu kehamilan
dalam waktu 12 bulan berhubungan intim tanpa alat pelindung kehamilan (Gordon & Di
Mattina, 2011).

6
Salah satu penyebab infertilitas adalah menipisnya dinding endometrium. Agar
konsepsi dapat berhasil ketebalan dinding endometrium yang ideal yaitu 10 mm. Wanita
dengan ketidakadekuatan endometrium sangat disarankan untuk diberikan esterogen dengan
dosis yang tinggi serta diberikan obat yang dapat meningkat aliran darah perifer seperti
penfoxifylline. Tetapi bangsa wanita tidak mengingikan untuk menggunakan terapi obat
sekitar waktu kehamilan karena resiko janin. Maka dari itu, salah satu terapi yang dapat
digunakan yaitu terapi komplementer berupa terapi hiperbarik.

 Hiperbarik Berhubungan Dengan Endometrium


Masalah Infertilitas merupakan lebih atau kurangnya masalah di seluruh dunia.
Umumnya, setiap pasangan keenam memiliki masalah pemenuhan reproduksi yang
diinginkan dan membutuhkan bantuan dari pihak yang berkualitas. Salah satu
penyebab infertilitas pada wanita adalah masalah pada endometrium, yaitu kualitas
mukosa uterus dimana embrio masa depan akan berimplantasi. Mengingat bahwa
program fertilisasi in vitro (IVF), sonografi endometrium dapat digunakan untuk
memprediksi terjadinya kehamilan dalam siklus alami atau siklus yang distimulasi.
Implantasi biasanya hanya akan terjadi jika endomentrium telah mencapai tahap
tertentu dari veskularisasi dan pengembangannya.
 Hiperbarik Berhubungan Dengan Stimulasi Folikel Ovarium
Angiogenesis dan aliran darah telah terbukti penting dalam perkembangan
folikel ovarium manusia. Hal ini dibuktikan sebagian besar dari USG dan teknik
Doppler yang telah secara konsisten menunjukkan peningkatan aliran darah sistolik
dalam ovarium preovulasi dibandingkan dengan di ovarium folikel awal. Beberapa
studi telah menunjukkan peningkatan aliran darah perifollicular selama perkembangan
folikel untuk siklus IVF. Menariknya, oosit diambil dari folikel yang memiliki aliran
darah yang baik yang dibuktikan dengan USG, terbukti meningkatkan perkembangan
embrio in vitro. Studi terbaru juga menunjukkan pentingnya oksigen dalam meiosis
oosit. Pada manusia, penguruan kandungan oksigen di cairan folikel ovarium telah
dikaitkan dengan peningkatan abnormalitas dalam kromosomal pada metaphase
spindle. Hal ini bisa mengakibatkan kelainan segregation dan mosaicisms pada
embrio awal. Dengan demikian, pasokan oksigen yang memadai tampaknya
diperlukan untuk memungkinkan pematangan sel telur normal dan keselarasan
kromosom selama meiosis.

7
Berdasarkan American Society for Reproductiνe Medicine, mereka
berhipotesis bahwa penurunan oosit, penurunan tingkat kehamilan dengan IVF, dan
peningkatan abnormalitas kromosom ditemukan pada oosit wanita yang usianya
semakin bertambah karena gangguan angiogenesis folikel dan oksigenasi. Selanjutnya
kami berhipotesis bahwa ini dapat dibalikan dengan terapi oksigen hiperbarik (HBO)
selama rangsangan follicular untuk IVF. Untuk mulai menguji hipotesis ini, kami
melakukan penelitian ini untuk menentukan keamanan, ketahanan, dan efek dari HBO
bila digunakan selama stimulasi ovarium untuk IVF.
Contoh kasus dilakukan pada University of lowa, dengan sampel wanita
infertil berusia 40 tahun atau lebih tua dan wanita berusia 35-39 tahun yang
setidaknya sudah melakukan satu siklus IVF sebelumnya yang kemudian dibatalkan
karena stimulasinya jelek. Pada saat pasien melakukan protocol IVF diberikan terapi
oksigen hiperbarik setiap hari selama 2 jam, senin sampai jumat. Dengan tekanan 2,4
atm, dan pasien bernapas dengan oksigen 100% selama 90 menit. Ni adalah standar
waktu dan dosis perawatan HBO untuk sebagian indikasi. Penyelaman terus
dilakukan sampai hari sebelum pengambilan oosit kecuali pada akhir oekan. Semua
siklus stimulasi diatur mulai pada hari Senin (hari pertama njeksi leupriolide),
sehingga HBO dimulai dengan timbulnya stimulasi ovarium. Hasil : terdapat wanita
setelah terapi HBO dan IVF, yang pertama usia 36tahun dimana dia pernah
melakukan 10 kali perawatan HBO dan sekarang dia mengandung anak kembar.
Wanita kedua berusia 41 tahun, pernah melakukan IVF dua kali siklus sebelumnya
dan melakukan 11 kali perawatan HBO, dan dia mengandung anak kembar. Tidak ada
komplikasi kehamilan baik untuk wanita, dan tidak ada cacat lahir yang dicatat pada
anak-anak.
Hiperbarik oksigen 100% pada 2 sampai 3 atm di permukaan laut dapat
mengakibatkan tegangan oksigenjaringan 15 kali dari kondisi fisiologis normal
tingkat oksigen jaringan yang tinggi disebabkan oleh HBO yang merangsang
angiogenesis dalam jaringan yang vaskularisasinya buruk, dan HBO umumnya
digunakan untuk pengobatan penyembuhan luka yang sukar, terutama pada jaringan
yang sebelumnya terpapar sinar radiasi atau pada pasien diabete. Mekanisme
peningkatan angiogenesis muncul dengan ovarium/ pembedahan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Jesus dkk. Terdapat peningkatan serum AMH sebesar 40%
dan 116% pada 2 dari 4 pasien yang terlibat. Pasien tersebut menjalani 20 sesi yang
berlangsung 1 jam dengan 2 atm selama 30 hari.
8
 Hubungan Terapi Hiperbarik Dengan Infertilitas Pada Pria
Kedokteran hiperbarik, juga dikenal sebagai terapi oksigen hiperbarik
(HBOT), adalah penggunaan medis oksigen di tingkat yang lebih tinggi dari pada
tekanan atmosfer. Peralatan yang dibutuhkan terdiri dari ruang tekanan, yang
mungkin kontriuksi kaku atau fleksibel, dan sarana memberikan oksigen 100%.
HBOT diduga memungkinkan untuk meningkatkan tingkat kesuksesan dari kehamilan
natural dan IV. Penelitian menunjukan salah satu dari alasan terjadinya infertilitas
adalah penurunan perfusi jaringan (iskemia) dan konseksuensi jaringan yang rendah
oksigenasi atau hipoksia.

HBOT dibutuhkan pada terapi infertilitas meliputi :

1. Meningkatkan pengambilan sejumlah oksigen dengan memasukan oksigen ke


dalam organ dan mendorong pertumbuhan mikrosirkulasi.
2. Meningkatkan kekebalan tubuh, memungkinkan penyembuhan luka, pengendalian
infeksi, mengurangi iskemia jaringan, dan mengurangi peradangan menyakitkan
dan pembengkakan.
3. Menghilangkan racun dan metabolisme oleh produk dari tubuh, yang sangat
meningkat pada pasien degan harapan kesuburan memadai.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan, terapi komplementer adalah Tindakan
yang diberikan sebagai bagian dari keperwatan kesehatan, terdiri dari berbagai
macam bentuk praktik kesehatan selain Tindakan konpensional, ditunjukkan
untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap-tahap pencegahan primer, sekunder
dan tersier yangdiperoleh melalui Pendidikan khusus yang didasari oleh ilmu-ilmu
kesehatan. Jenis -jenis terapi komplementer adalah akupuntur, herbalisme medis,
aromaterapi, terapi pengobatan bunga. Prinsip keperawatan yang perlu
diaplikasikan dalam melaksanakan terapi komplementer dan alternative adalah
holistic, komperhensif, dan kontinu. Prinsip holistic pada terapi komplementer
sesuai dengan pendekatan perawat yang mengacu pada kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, cultural dan spiritual (Berman, et al 2015; Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan
tentang terapi komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,
peneliti, pemberi layanan langsung, coordinator dan sebagai advokat, di Indonesia
ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan
konvensional adalah akupuntur, terapi jiperbalik, herbal medik.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, diharapkan pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam
penulisan makalah kami selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (2003).
Nurse’s handbook of alternative and complementer therapies. Pennsylvaiva:
Springhouse.
Buckle, S. (2003). Aromatherapu. http//.www.naturalhealthweb.com/articles,
diperoleh 25 November 2019.
Gordon, J. D.&Di Mattina, M. (2011). 100 tanya-jawab mengenai infertilitas
(2nd Ed).
Nezabudkin, V. (2007). How to research alternatif treatment before using
them.http//.www.naturalhealthweb.com/articles/Nezabudkin 1.html, diperoleh 25
November 2019).
Nies, Marry A & Melanie Mcewen.2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga. Elseiver Singapore.
Rifaida, Z. Et al. 2018. Terapi Komplementer. Mojekerto : Stikes Majapahit
Mojokerto
Samovar, L. A., Flower, P., & Mc Daniel, E.R. (2010). Komunikasi lintas
budaya: alih Bahasa indro Margaretha Sidabalok, S.S. (17th Ed). Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika.

11

You might also like