Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Keluarga
Keperawatan Keluarga
Disusun Oleh
Kelompok 6
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan Keluarga yang berjudul
“Konsep Terapi Komplementer”, tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari para pihak,
untuk itu melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga mengharapkan agar hasil tulisan ini dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya, kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
masukan dari pembaca sangat kami perlukan untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta,
RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten
(Kemenkes, 2011)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan komplementer
2. Untuk mengetahui macam-macam terapi komplementer
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer
4. Untuk mengetahui masalah keluarga dalam terapi komplementer
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide
yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit ata promosi
kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplementer sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil
terapi yang telahterontegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah
disampaikan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (biopsiko, sosial, dan spiritual). Prinsip
holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai
bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer
pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi.
Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan tidak
dijelaskan dilakukan oeh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan secara
3
ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri,
mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif
pada perubahan psikoimunulogik (Hitchcock et al., 1999) terapi pijat (massage) pada bayi
yang lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan, memperprndek hari rawat, dan
meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan
belajar. Terapi pijat juga dapat meingkatkan pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan
menurunkan kecemasan pada anak susah makan (Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti
dapat menurunkan nyeri haid dan level plasma prostaglandidn selama haid (Fontaine, 2005).
Hasil lainya yang dilaporkan misalya penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi
berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur
(Buckle, 2003). Minyak lemon thyne mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus
dan tuberkulosisi (Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit,
sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr.
Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya
dengan meditasi dan imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi
meingkatkan suplai oksigen, perubahan vaskulear dan ternal, mempengaruhi aktifitas
gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005). Hasil-hasil tersebut
menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma baru (Smith et al., 2004). Bentuk
terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan
terapi holistik.
Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi komplementer
invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan jarum dalam
pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi,
prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi
urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,
rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999).
4
fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa,
journaling biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
2. Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, neturopathy.
3. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu natural dan
praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan.
4. Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh
manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam
pijat, rolfing, tetapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terakhir, terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh dan misalnya terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini
biasanya dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield dan
bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002).
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan holistik,
nutrisi), botanikal (homepati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik. Akupresur &
akupuntur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery, biofeedback, color
healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikn sesuai dengan indikasi yang
dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya seperti
meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan kecemasan, mempercepat
penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan dalam proses kematia (Hitchcock et at.,
1999).
5
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sehingga pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurkulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001).
6
Salah satu penyebab infertilitas adalah menipisnya dinding endometrium. Agar
konsepsi dapat berhasil ketebalan dinding endometrium yang ideal yaitu 10 mm. Wanita
dengan ketidakadekuatan endometrium sangat disarankan untuk diberikan esterogen dengan
dosis yang tinggi serta diberikan obat yang dapat meningkat aliran darah perifer seperti
penfoxifylline. Tetapi bangsa wanita tidak mengingikan untuk menggunakan terapi obat
sekitar waktu kehamilan karena resiko janin. Maka dari itu, salah satu terapi yang dapat
digunakan yaitu terapi komplementer berupa terapi hiperbarik.
7
Berdasarkan American Society for Reproductiνe Medicine, mereka
berhipotesis bahwa penurunan oosit, penurunan tingkat kehamilan dengan IVF, dan
peningkatan abnormalitas kromosom ditemukan pada oosit wanita yang usianya
semakin bertambah karena gangguan angiogenesis folikel dan oksigenasi. Selanjutnya
kami berhipotesis bahwa ini dapat dibalikan dengan terapi oksigen hiperbarik (HBO)
selama rangsangan follicular untuk IVF. Untuk mulai menguji hipotesis ini, kami
melakukan penelitian ini untuk menentukan keamanan, ketahanan, dan efek dari HBO
bila digunakan selama stimulasi ovarium untuk IVF.
Contoh kasus dilakukan pada University of lowa, dengan sampel wanita
infertil berusia 40 tahun atau lebih tua dan wanita berusia 35-39 tahun yang
setidaknya sudah melakukan satu siklus IVF sebelumnya yang kemudian dibatalkan
karena stimulasinya jelek. Pada saat pasien melakukan protocol IVF diberikan terapi
oksigen hiperbarik setiap hari selama 2 jam, senin sampai jumat. Dengan tekanan 2,4
atm, dan pasien bernapas dengan oksigen 100% selama 90 menit. Ni adalah standar
waktu dan dosis perawatan HBO untuk sebagian indikasi. Penyelaman terus
dilakukan sampai hari sebelum pengambilan oosit kecuali pada akhir oekan. Semua
siklus stimulasi diatur mulai pada hari Senin (hari pertama njeksi leupriolide),
sehingga HBO dimulai dengan timbulnya stimulasi ovarium. Hasil : terdapat wanita
setelah terapi HBO dan IVF, yang pertama usia 36tahun dimana dia pernah
melakukan 10 kali perawatan HBO dan sekarang dia mengandung anak kembar.
Wanita kedua berusia 41 tahun, pernah melakukan IVF dua kali siklus sebelumnya
dan melakukan 11 kali perawatan HBO, dan dia mengandung anak kembar. Tidak ada
komplikasi kehamilan baik untuk wanita, dan tidak ada cacat lahir yang dicatat pada
anak-anak.
Hiperbarik oksigen 100% pada 2 sampai 3 atm di permukaan laut dapat
mengakibatkan tegangan oksigenjaringan 15 kali dari kondisi fisiologis normal
tingkat oksigen jaringan yang tinggi disebabkan oleh HBO yang merangsang
angiogenesis dalam jaringan yang vaskularisasinya buruk, dan HBO umumnya
digunakan untuk pengobatan penyembuhan luka yang sukar, terutama pada jaringan
yang sebelumnya terpapar sinar radiasi atau pada pasien diabete. Mekanisme
peningkatan angiogenesis muncul dengan ovarium/ pembedahan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Jesus dkk. Terdapat peningkatan serum AMH sebesar 40%
dan 116% pada 2 dari 4 pasien yang terlibat. Pasien tersebut menjalani 20 sesi yang
berlangsung 1 jam dengan 2 atm selama 30 hari.
8
Hubungan Terapi Hiperbarik Dengan Infertilitas Pada Pria
Kedokteran hiperbarik, juga dikenal sebagai terapi oksigen hiperbarik
(HBOT), adalah penggunaan medis oksigen di tingkat yang lebih tinggi dari pada
tekanan atmosfer. Peralatan yang dibutuhkan terdiri dari ruang tekanan, yang
mungkin kontriuksi kaku atau fleksibel, dan sarana memberikan oksigen 100%.
HBOT diduga memungkinkan untuk meningkatkan tingkat kesuksesan dari kehamilan
natural dan IV. Penelitian menunjukan salah satu dari alasan terjadinya infertilitas
adalah penurunan perfusi jaringan (iskemia) dan konseksuensi jaringan yang rendah
oksigenasi atau hipoksia.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan, terapi komplementer adalah Tindakan
yang diberikan sebagai bagian dari keperwatan kesehatan, terdiri dari berbagai
macam bentuk praktik kesehatan selain Tindakan konpensional, ditunjukkan
untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap-tahap pencegahan primer, sekunder
dan tersier yangdiperoleh melalui Pendidikan khusus yang didasari oleh ilmu-ilmu
kesehatan. Jenis -jenis terapi komplementer adalah akupuntur, herbalisme medis,
aromaterapi, terapi pengobatan bunga. Prinsip keperawatan yang perlu
diaplikasikan dalam melaksanakan terapi komplementer dan alternative adalah
holistic, komperhensif, dan kontinu. Prinsip holistic pada terapi komplementer
sesuai dengan pendekatan perawat yang mengacu pada kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, cultural dan spiritual (Berman, et al 2015; Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan
tentang terapi komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,
peneliti, pemberi layanan langsung, coordinator dan sebagai advokat, di Indonesia
ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan
konvensional adalah akupuntur, terapi jiperbalik, herbal medik.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, diharapkan pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam
penulisan makalah kami selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (2003).
Nurse’s handbook of alternative and complementer therapies. Pennsylvaiva:
Springhouse.
Buckle, S. (2003). Aromatherapu. http//.www.naturalhealthweb.com/articles,
diperoleh 25 November 2019.
Gordon, J. D.&Di Mattina, M. (2011). 100 tanya-jawab mengenai infertilitas
(2nd Ed).
Nezabudkin, V. (2007). How to research alternatif treatment before using
them.http//.www.naturalhealthweb.com/articles/Nezabudkin 1.html, diperoleh 25
November 2019).
Nies, Marry A & Melanie Mcewen.2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga. Elseiver Singapore.
Rifaida, Z. Et al. 2018. Terapi Komplementer. Mojekerto : Stikes Majapahit
Mojokerto
Samovar, L. A., Flower, P., & Mc Daniel, E.R. (2010). Komunikasi lintas
budaya: alih Bahasa indro Margaretha Sidabalok, S.S. (17th Ed). Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika.
11