Professional Documents
Culture Documents
Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Lahan Untuk Hunian Per Jiwa Berdasarkan Jumlah Penduduk Dan Melihat Kepadatan Penduduk Di Beberapa Kecamatan Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Lahan Untuk Hunian Per Jiwa Berdasarkan Jumlah Penduduk Dan Melihat Kepadatan Penduduk Di Beberapa Kecamatan Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
TUGAS I
Tiap harinya jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah dan berkurang, tetapi
lahan dalam suatu wilayah tidaklah bertambah. Tantangan pembangunan di masa depan ialah
jumlah penduduk yang terus meningkat (Prasetiyani, I; Widiyanto, 2013). Jumlah penduduk yang
terus bertambah membuat permintaan akan lahan untuk perumahan terus meningkat. Hal
tersebut terjadi karena permukiman menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak
lepas dari aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan (Mayasari, M; Ritohardoyo, 2012).
Standar luas minimal berbeda beda antar negara, tergantung pada tingkat ekonomi, sosial
budaya dan iklim. Luas lantai per jiwa akan naik seiring dengan tingkat ekonomi dan kemakmuran
suatu negara (McGee dan Robinson 1995). Standar kebutuhan luas minimal hunian sederhana
di Indonesia diatur dalam SNI 03- 1733-2004.
Kepadatan penduduk adalah suatu keadaan yang dikatakan semakin padat bila jumlah
manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya
(Sarwono, 1992). Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah yang dihuni (Mantra, 2007).
Dalam studi kasus ini akan dianalisis secara teori dan perhitungan mengenai ketersediaan
dan kebutuhan lahan hunian per jiwa-nya apakah mencukupi atau kurang dari sejumlah luas
wilayah dan telah ada. Juga akan menganalisis kepadatan penduduk kecamatan di DKI Jakarta.
Perhitungan dalam studi kasus ini tidak menyertakan kebutuhan lahan untuk hal lainnya. Untuk
mengetahui ketersediaan dan kebutuhan lahan untuk hunian dibutuhkan luas wilayah jumlah
penduduk yang ada dalam suatu wilayah. Sumber data diambil dari jurnal, Standar Nasional
Indonesia (SNI), dan BPS kota Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan.
II. ANALISIS
Kecamatan Luas wilayah (km2) Hasil analisis luas wilayah kecamatan di Provinsi
DKI Jakarta teknik menggunakan statistik
Penjaringan 45,41
Pademangan 11,92 deskriptif melalui perhitungan di excel.
Tanjung Priok 22,52
Mean 13,82174
Koja 12,25
Standard Error 2,257319
Kelapa Gading 14,87 Median 9,3
Mode #N/A
Cilincing 39,70
Standard Deviation 10,82572
Tanah Abang 9,30
Sample Variance 117,1962
Menteng 6,53
Kurtosis 3,130848
Senen 4,22
Skewness 1,810766
Johar Baru 2,37
Range 43,04
Cempaka Putih 4,70 Minimum 2,37
Maximum 45,41
Kemayoran 7,25
Sawah Besar 6,16 Sum 317,9
Gambir 7,59 Count 23
Jagakarsa 24,87
Dari metode statistik deskriptif diketahui
Pasar Minggu 21,69
Pesanggrahan 12,76 bahwa luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Johar Baru dan luas wilayah terbesar adalah
Kebayoran Lama 16,72
Kecamatan Penjaringan. Rata-rata luas wilayah
Kebayoran Baru 12,93 kecamatan di DKI Jakarta adalah 13,82 km2.
Median atau titik tengah data jika semua data
Mampang Prapatan 7,73
diurutkan dan dibagi 2 sama besar. Angka median
Pancoran 8,53 9,3 menunjukkan bahwa 50% luas wilayah adalah
Tebet 9,03 9,3 km2 ke atas, dan 50% lainnya 9,3 km2 ke
Setiabudi 8,85
bawah.
b. Analisis Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di DKI Jakarta
Kebutuhan luas minimal rumah tinggal di Indonesia diatur dalam SNI 03-1733-2004.
Kawasan
Klasifikasi
Rendah Sedang Padat Sangat Padat
1. Ketersediaan lahan yang diperlukan yang untuk hunian di tiap kecamatan di DKI Jakarta
mencukupi kebutuhan lahan untuk hunian tiap orang yang ada di Jakarta. Tetapi data luas
wilayah yang ada belum dikurangi dengan jumlah ruas jalan dan banyak variabel lainnya
yang ada di lapangan atau wilayah sesungguhnya.
2. Kepadatan penduduk di kecamatan di DKI Jakarta rata-rata memiliki kepadatan sedang,
yaitu memiliki 151 – 200 jiwa/ha. Ada satu kecamatan yang kawasannya sudah sangat
padat dan lima kecamatan yang kawasannya sudah padat. DKI Jakarta perlu terus
mengatur jumlah penduduk yang ada agar tidak berlebihan.
LAMPIRAN