Professional Documents
Culture Documents
Sistem Ekonomi Islam
Sistem Ekonomi Islam
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2
telah menjamin keselamatan dan kemaslahatan bagi siapa yang menginternalisasi dan
mengimplementasikan sistem dalam aspek kehidupannya.
Persoalan ekonomi merupakan persoalan paling real bagi setiap manusia,
karena ekonomi merupakan sarana untuk mempertahankan dan mengembankan
peradaban manusia. Ekonomi bagian yang cukup esensial dari kelangsungan hidup
manusia, sehingga tidak heran jika manusia sangat ekstra keras dalam melakukan apa
saja, agar pemberdayaan ekonominya dapat menjamin kelangsungan hidupnya
tersebut. Pemberdayaan ekonomi secara baik, menjadi kata kunci untuk memelihara
dan meningkatkan pertumbuhan hidup secara baik pula. Soal bagaimana
pemberdayaan ini, Rasulullah SAW melalui sabdanya, "Antum aklamu bi umuri
dunnyakum" telah mengisyaratkan bahwa kita memiliki kebebesan penuh untuk
melakukan pemberdayaan terhadap urusan keduniaan (hidup) kita. Asalkan tidak
melanggar batas-batas norma hukum yang telah digariskan Allah SWT.
Ini menunjukkan bahwa Islam memiliki nilai-nilai prinsipil terhadap aktivitas
kehidupan kita, bagitu juga halnya dengan prinsip pemberdayaan ekonomi Islam.
Prinsip pemberdayaan itu sejalan dengan tujuannya antara lain: mewujudkan
kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma moral Islam (QS. 2:60,168: 87, 62:10).
Mewujudkan persaudaraan dan keadilan universal (QS.7:158). Tewujudnya
pendapatan dan kekayaan yang merata dan adil (QS.6:165, 16:71, 43:32).
Terwujudnya kebebasan individual dalam konteks kemaslahatan social (QS. 13:36,
31:22).
Dengan demikian prinsip pemberdayaan ekonomi dalam perspektif Islam
harus diawali dari beberapa keyakinan normative terhadap kelangsungan dalam
mengeloh, memproduksi berbagai material dan manfaat yang bernilai ekonomis demi
pemenuhan kebutuhan hajat hidup bersama. Keyakinan normative yang dimaksudkan
antara lain: Manusia merupakan khalifah dan pemakmur bumi (QS. 2:30). Setiap
harta yang dimiliki terdapat bagian orang lain (Qs. 70:24-25). Dilarang memakan
harta (memperoleh harta) secara bathil, kecuali dengan perniagaan secara suka sama
suka (QS.4:29-30). Penghapusan praktik riba dan berbagai hal yang meracuni
kebaikan dan kehalalan harta dan usaha kita (QS. 2:275). Penolakan terhadap
monopoli dan hegemoni yang mengakibatkan hak dan ruang berkarya orang banyak
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi sulit. Kekayaan merupakan amanah
Allah dan tidak dimiliki secara mutlak. Kebutuhan manusia (need) terbatas dan
sumber daya alam yang tersedia juga terbatas dan waktu (umur) manusia juga
3
terbatas. Islam sangat memberikan ruang gerak yang sangat luas kepada kita untuk
bermuamalah selama tidak melanggar ketentuan syariah, etika dan bisnis Islam.
Antara lain: jujur dan amanah, adil, professional, kerja sama, sabar dan tabah.
Allah memberikan predikat kepada manusia (bukan makhluk lain) sebagai
khalifatul ardhi, karena itu manusia diberi kemampuan dan prasarana yang
memungkinkan melaksanakan tugasnya. Melalui perannya itu, kita wajib beramal,
bekerja keras, berkreasi, berinovasi, serta tidak boleh menunggu pertolongan kecuali
dari Allah
4
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, semoga isi serta penjelasan yang kami
paparkan di tiap-tiap bab diatas dapatnya mampu menjadi bahan kajian atau masukan
bagi kita semua, dan dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa norma ekonomi telah
digariskan Allah SWT. Tujuannya mencari ridha Allah, sehingga tidak diperkenankan
bahkan sangat dicela melakukan produktifitas ekonomi dengan cara-cara yang
bertentangan dengan syariat-Nya. Ekonomi bukanlah tujuan, ia melainkan hanya
sekedar kebutuhan dan sarana penunjang serta menjadi pelayan bagi kesempurnaan
hidup dan risalah-Nya. Oleh karenanya, pemberdayaan ekonomi dalam perspektif
Islam harus mengacu kepada norma-norma Ilahi sebagaimana diuraikan di atas.