You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyebab gagalnya kita dalam mencapai tujuan ajaran Islam
sebagai rakhmatan lil alamin (rakhmat bagi alam semesta) adalah ketidakmampuan
kita dalam menginternalisasikan system ajaram Islam dalam keseluruhan aspek
kehidupan kita. Masih terdapatnya pemahaman di sebagian besar masyarakat kita
tentang persepsi yang sempit dan keliru tentang Islam.
Kekeliruan itu berkisar pada pemahaman; bahwa Islam adalah agama yang
hanya berkaitan dengan masalah ritual saja, Islam bukan system yang konprehensif
dan mencakup seluruh kehidupan, Islam menghambat kemajuan dan pembangunan,
Islam tidak berkenaan dengan ekonomi, perbankan dan bahkan penghambat
pembangunan ekonomi (an obstacle to economic growth). Pemahaman yang terakhir
ini yang menjadikan pelaku dan pengamat paham liberalisme dan pragmatisme sempit
menilai, bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan kian meningkat dan
berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normative dan rambu-rambu ilahi.
Implikasi pemahaman seperti ini sangat cukup memprihatinkan dan akan berdampak
kepada etos kerja dan produktifitas kaum muslimin dalam membangkitkan ekonomi
umat secara benar, maksimal dan halal.

2.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengantisipasi atau
setidaknya menimalisir pemahaman di atas, agar jangan sempat menjadi sebuah
paradigma yang permanen diperlukan komunikasi pendidikan yang efektif secara
gradual dan continiutas dalam memberikan pemahaman tentang system ajaran Islam
yang konprehensif khususnya yang berkenaan dengan persoalan ekonomi Islam
sebagai pilar paling fundamental untuk merubah kehidupan ke arah yang lebih baik
dan sempurna.

1
BAB II
ISI

2.1 Orientasi Ekonomi Islam


Memang tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa perspektif Islam tentang
kompleksitas kehidupan umat manusia di permukaan bumi ini, hanyalah dibedakan
dari segi nilai dan normatifnya saja. Islam sebagai agama sangat sarat dengan nilai-
nilai ilahiah yang dijawantahkan di alam semesta ini sebagai bentuk tanggung jawab
Tuhan sebagai pusat kehidupan manusia yang secara fitrah sudah diikat dengan tali
ilahi tersebut. Adapun kesempurnaan nilai dalam ajaran Islam telah diabadikan Tuhan
Semesta Alam, Allah SWT di dalam al-Qur'an yang berbunyi: "Pada hari ini telah
Aku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-
Ku dan telah Aku ridha Islam itu sebagai agama bagimu." (QS. 5: 3)
Dengan demikain dapat defenisikan bahwa ekonomi Islam merupakan suatu
cara atau maksud untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup seseorang atau lebih
(bersama) dengan penuh nilai kemanusiaan; yang halal dan thayyib serta berlaku adil
dalam mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukannya dengan prinsip saling
ridha. Intinya ekonomi Islam, ekonomi yang dicapai secara halal, baik, adil, saling
menguntungkan dan penuh dengan kerihdoan. Manusia diciptakan Allah adalah untuk
memenuhi perintah Allah (ibadah), maka dalam mencari rezekinya (kebutuhan hidup)
harus disandarkan pada aturan syariah dengan tujuan utama adalah mendapatkan ridha
Allah. (Yusuf Qordhawi, 1995). Dengan demikian orientasi ekonomi Islam adalah
mewujudkan kemaslahatan masyarakat yang berdimensi ibadah didasari dengan
mencapai ridho Allah SWT.

2.2 Pemberdayaan Ekonomi Dalam Persepektif Islam


Dasar paling pokok, betapa sangat pentingnya pemberdayaan segala aktivitas
kehidupan kita dalam bingkai system dan nilai-nilai Islam, termasuk di dalamnya
perberdayaan ekonomi Islam adalah Firman Allah SWT yang berbunyi: " Wahai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah
musuhmu yang paling nyata." (QS. 2: 208). Ayat ini menjadi jaminan teologis bagi
kita "orang-orang yang beriman" bahwa Islam sudah menjadi sistem kehidupan yang
di dalamnya terdapat norma (aturan) yang lengkap bagi kehidupan kita. Allah SWT

2
telah menjamin keselamatan dan kemaslahatan bagi siapa yang menginternalisasi dan
mengimplementasikan sistem dalam aspek kehidupannya.
Persoalan ekonomi merupakan persoalan paling real bagi setiap manusia,
karena ekonomi merupakan sarana untuk mempertahankan dan mengembankan
peradaban manusia. Ekonomi bagian yang cukup esensial dari kelangsungan hidup
manusia, sehingga tidak heran jika manusia sangat ekstra keras dalam melakukan apa
saja, agar pemberdayaan ekonominya dapat menjamin kelangsungan hidupnya
tersebut. Pemberdayaan ekonomi secara baik, menjadi kata kunci untuk memelihara
dan meningkatkan pertumbuhan hidup secara baik pula. Soal bagaimana
pemberdayaan ini, Rasulullah SAW melalui sabdanya, "Antum aklamu bi umuri
dunnyakum" telah mengisyaratkan bahwa kita memiliki kebebesan penuh untuk
melakukan pemberdayaan terhadap urusan keduniaan (hidup) kita. Asalkan tidak
melanggar batas-batas norma hukum yang telah digariskan Allah SWT.
Ini menunjukkan bahwa Islam memiliki nilai-nilai prinsipil terhadap aktivitas
kehidupan kita, bagitu juga halnya dengan prinsip pemberdayaan ekonomi Islam.
Prinsip pemberdayaan itu sejalan dengan tujuannya antara lain: mewujudkan
kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma moral Islam (QS. 2:60,168: 87, 62:10).
Mewujudkan persaudaraan dan keadilan universal (QS.7:158). Tewujudnya
pendapatan dan kekayaan yang merata dan adil (QS.6:165, 16:71, 43:32).
Terwujudnya kebebasan individual dalam konteks kemaslahatan social (QS. 13:36,
31:22).
Dengan demikian prinsip pemberdayaan ekonomi dalam perspektif Islam
harus diawali dari beberapa keyakinan normative terhadap kelangsungan dalam
mengeloh, memproduksi berbagai material dan manfaat yang bernilai ekonomis demi
pemenuhan kebutuhan hajat hidup bersama. Keyakinan normative yang dimaksudkan
antara lain: Manusia merupakan khalifah dan pemakmur bumi (QS. 2:30). Setiap
harta yang dimiliki terdapat bagian orang lain (Qs. 70:24-25). Dilarang memakan
harta (memperoleh harta) secara bathil, kecuali dengan perniagaan secara suka sama
suka (QS.4:29-30). Penghapusan praktik riba dan berbagai hal yang meracuni
kebaikan dan kehalalan harta dan usaha kita (QS. 2:275). Penolakan terhadap
monopoli dan hegemoni yang mengakibatkan hak dan ruang berkarya orang banyak
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi sulit. Kekayaan merupakan amanah
Allah dan tidak dimiliki secara mutlak. Kebutuhan manusia (need) terbatas dan
sumber daya alam yang tersedia juga terbatas dan waktu (umur) manusia juga

3
terbatas. Islam sangat memberikan ruang gerak yang sangat luas kepada kita untuk
bermuamalah selama tidak melanggar ketentuan syariah, etika dan bisnis Islam.
Antara lain: jujur dan amanah, adil, professional, kerja sama, sabar dan tabah.
Allah memberikan predikat kepada manusia (bukan makhluk lain) sebagai
khalifatul ardhi, karena itu manusia diberi kemampuan dan prasarana yang
memungkinkan melaksanakan tugasnya. Melalui perannya itu, kita wajib beramal,
bekerja keras, berkreasi, berinovasi, serta tidak boleh menunggu pertolongan kecuali
dari Allah

4
BAB III
PENUTUP

Demikian makalah yang kami buat, semoga isi serta penjelasan yang kami
paparkan di tiap-tiap bab diatas dapatnya mampu menjadi bahan kajian atau masukan
bagi kita semua, dan dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa norma ekonomi telah
digariskan Allah SWT. Tujuannya mencari ridha Allah, sehingga tidak diperkenankan
bahkan sangat dicela melakukan produktifitas ekonomi dengan cara-cara yang
bertentangan dengan syariat-Nya. Ekonomi bukanlah tujuan, ia melainkan hanya
sekedar kebutuhan dan sarana penunjang serta menjadi pelayan bagi kesempurnaan
hidup dan risalah-Nya. Oleh karenanya, pemberdayaan ekonomi dalam perspektif
Islam harus mengacu kepada norma-norma Ilahi sebagaimana diuraikan di atas.

You might also like