You are on page 1of 4

PENGUJI PERUNDANG-UNDANGAN

Pengujian peraturan perundang-undangan merupakan suatu wewenang untuk menilai apakah


suatu isi suatu peraturan perundang-undangan sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi derajatnya, serta apakah suatu kekuasaan tertentu berhak mengeluarkan suatu
peraturan tertentu. Adanya pengujian peraturan perundang-undangan, dalam arti judicial review,
adalah untuk melindungi Konstitusi dari pelanggaran atau penyimpangan yang mungkin dilakukan
oleh badan legislatif atau tindakan-tindakan eksekutif. Dengan kata lain, hak menguji itu diperlukan
untuk memper tahankan supremasi Konstitusi (supremacy Constitution). Dalam Konstitusi Indonesia,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945, pengujian peraturan
perundang-undangan menjadi kewenangan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Kewenangan pengujian oleh Mahkamah Agung diatur dalam Pasal 24 A ayat (1), “Mahkamah Agung
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh ndang-
undang”.
Sedangkan kewenangan pengujian oleh Mahkamah Konstitusi diatur dalam Pasal Pasal 24 C ayat
(1), “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UndangUndang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.

Adapun Kerangka dalam PerUndang-Undangan yaitu:

1. Judul
2. Pembukaan
3. Batang Tubuh
4. Penutup
5. Penjelasan
6. Lampiran

Penjelasan

1. Judul
Judul meliputi:
1. Jenis, nomor, tahun, pengundangan dan nama perundang-undangan
2. Judul perundang-undangan ditulis dengan huruf kapital, yang diletakan diantara
margin dan tanpa diakhiri tanda baca.
3. Nama peraturan perundang-undangan dibuat singkat, pada, jelas yang
mencerminkan isi perundang-undangan dengan satu kata pras tanpa ditambah
dengan singkatan akronim.

2. Pembukaan Peraturan Perundang-Undangan


1. Prasa (gabungan/perkelompokan 2 kata)
2. Jabatan pembentuk perundang-undangan
3. Konsidrat
4. Dasar Hukum
5. Bigtum

3. Batang Tubuh
1. Ketentuan umum
2. Materi pokok yang diatur
3. Ketentuan peralihan jika diperlukan
4. Ketentuan penutup

4. Penutup
1. Penandatanganan pengesahaan atau penetapan PUU
2. Pengundangan atau Penetapan PUU
3. Akhir bagian penutup

5. Penjelan Peraturan Perundang-undangan


1. Penjelasan berfungsi sebagai tafsir
2. Penjelasan umum memuat latar belakang
3. Memuat penjelasan ruang linhkup

6. Lampiran
1. Lampiran dapat membuat uraian, daftar, tabel, gambar, peta dan sketsa
2. Tiap lampiran diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi
3. Judul lampiran ditulis seluruhnya menggunakan huruf kapital yang diletakan sudut
kanan
4. Pada halaman terakhir lampiran harus dicantumkan nama dan tanda tangan yang
mengesahkan atau menetapkan peraturan perundang-undangan.

➢ KERANGKA KONSEPTUAL
Ada 3 konseptual yaitu :
a. Judicial Review (hak uji maeteril) merupakan kewenanagan lembaga peradilan untuk
menguji kesasihan dan daya laku produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif
legislatif maupun yudikatif di hadapan kosntitusi yang berlaku
Terbagi menjadi dua :
1. Mahkamah Agung (MA)
Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang Ini di atur dalam UUD 1945, UU 48/09,UU 14/85-5/04-3/09
2. Mahkamah Konsitusi (MK)
Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar (Constutional Review) Ini di
atur dalam pasal UUD 1945dan UU 24/03-8/11

b. Constutional Review merupakan pengujian norma hukum terhadap UUD. Constutional


Riview terbagi menjadi tiga:
1. Teori ini terbagi menjadi tiga yaitu supremasi Teori pemisahan kekuasaan dan Teori
demokrasi
2. Model ada dua macam model system yaitu system centralized dan central
desentralisasi
3. Historis ada dua macam historis pemikiran hans kalsen dan pemikiran john marshall

c. Toetingsrecht atau riview yaitu ada dua hak menguji yaitu : Hak menguji formil
(formale toetsingrecht) dan Hak menguji materil (material toetsingrecht)

➢ ASAS-ASAS HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)


1. Ius Curia Novit (pasal 10 UU KK) terbuka untuk umum (pasal 40 UU MK)
2. Independen dan Impersial (pasal 2 UU MK) Audi at Alteram paltem
3. Tidak ada keharusan didampingi (pasal 43 UU MK) HAKIM AKTIF
4. Peradilan cepat, sederhana dan biaya murah (pasal 35A UU MK) praesumtio iusta causa
(pasal 58 UU MK)
5. Asas Final dan mengikat -Erga Omnes -Nebis In Idem (pasal 60 UU MK) -sepf
Implementing/Executin
6. Hakim aktif dalam persidangan hakim tidak hanya berpaku terhadap alat bukti dan
keterangan saja.
7. Asas Praduga Keabsahan ( PRAESUMTIO IUSTAE CAUSA) yakni bahwa tindakan pengusa
dianggap sah sesuai aturan hukum sampai dinyatakan sebaliknya sumber Hukum Formil
Acara MK.

- UUD 1945 - UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

- UU no. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

- UU Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah

- UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu

- UU Nomor 2/2008 jo UU No 2/2011 tentang Partai Politik

- UU Nomor 10/2016 tentang Pilkada - Peraturan-peraturan MK

You might also like